Anda di halaman 1dari 91

RISET

HUBUNGAN ANTARA HEALTH BELIEF TENTANG COVID


DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN 6 LANGKAH
PADA MAHASISWA PRODI S1 KEPERAWATAN STIKIM DI
ERA PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020

Riset ini Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.kep)

Oleh :
ADI WARDANA
NPM 09170000075

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
JAKARTA
HALAMAN PERSETUJUAN

Riset Dengan Judul :

HUBUNGAN ANTARA HEALTH BELIEF TENTANG COVID


DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN 6 LANGKAH
PADA MAHASISWA PRODI S1 KEPERAWATAN STIKIM DI
ERA PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020

Telah mendapat persetujuan untuk dilaksanakan uji riset pada :

Jakarta, 15 November 2020

Pembimbing

( Ns. Irma Herliana, M.Kep. Sp. Kep.Kom )

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Riset Dengan Judul

HUBUNGAN ANTARA HEALTH BELIEF TENTANG COVID


DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN 6 LANGKAH
PADA MAHASISWA PRODI S1 KEPERAWATAN STIKIM DI
ERA PANDEMI COVID-19 TAHUN 2020

Riset Ini Telah Disetujui, Diperiksa Dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji

Riset Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia

Maju

Jakarta, Maret 2021

Penguji

Ns. Nurul Ainul Shifa, S.Kep, MKM


Pembimbing

Ns. Irma Herliana, M.Kep. Sp. Kep.Kom

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Adi Wardana


NPM : 09170000075
Program Studi : S1 Keperawatan
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan riset
saya yang berjudul :
“Hubungan Antara Health Belief Tentang Covid Dengan Perilaku Mencuci Tangan 6
Langkah Pada Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Stikim Di Era Pandemi Covid-19
Tahun 2020”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, 10 Maret 2021

Adi Waardana

iv
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Riset, Maret 2021

ADI WARDANA
NPM : 09170000075

HUBUNGAN ANTARA HEALTH BELIEF TENTANG COVID DENGAN


PERILAKU MENCUCI TANGAN 6 LANGKAH PADA MAHASISWA
PRODI S1 KEPERAWATAN STIKIM DI ERA PANDEMI COVID-19
TAHUN 2020
VII Bab + 62 Halaman + 8 Tabel + 2 skema + 11 Lampiran
ABSTRAK
Health belief merupakan perilaku individu yang dipengaruhi oleh persepsi dan kepercayaan
individu itu sendiri tanpa memandang apakah persepsi dan kepercayaan tersebut sesuai atau
tidak sesuai dengan realitas. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
belief tentang covid-19 dengan perilaku mencuci tangan enam langkah.Desain
penelitin ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain cross
sectional pada 80 Responden. Penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square. Metode
pengumpulan data adalah dengan menggunakan lembar kuesioner. Metode kuesioner
sudah baku yang digunakan untuk mengukur health belief yaitu dari kuesioner
E.Hupunau 2019. Analisa penelitian ini menggunakan uji chi-square. Dari hasil
pengujian analisa univariat terdapat healt belief sesudah dilakukan intervensi 80 responden
menjadi percaya. Dan hasil uji bivsriat didapatkan hasil adanya hubungan antara health
belief tentang covid dengan perilaku mencuci tangan 6 langkah dengan P value =0,03.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan adanya kepercayaan setelah
dilakukan penelitian.

Kata Kunci : Health belief, covid, perilaku mencuci tangan 6 langkah

v
INDONESIA HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE ADVANCED
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Research, March 2021

ADI WARDANA
NPM: 09170000075

THE RELATIONSHIP BETWEEN HEALTH BELIEF ABOUT COVID WITH


6 STEP WASHING BEHAVIOR IN STIKIM NURSING STUDENTS IN THE
ERA OF PANDEMI COVID-19, 2020
VII Chapter + 62 Pages + 8 Tables + 2 schemes + 11 Attachments

ABSTRACT

Health belief is individual behavior that is influenced by the perceptions and beliefs
of the individual itself regardless of whether these perceptions and beliefs are in
accordance with reality or not. This study is to determine the relationship between beliefs
about Covid-19 and the behavior of washing hands in six steps. This research design is a
quantitative analytic study using a cross sectional design on 80 respondents. This study
used the chi-square statistical test. The data collection method is by using a questionnaire
sheet. The standardized questionnaire method used to measure health belief is from the E.
Hupunau 2019 questionnaire. The analysis of this study used the chi-square test. From the
univariate analysis test results, there is a healthy belief after the intervention of 80
respondents believed And the results of the bivsriat test showed that there was a
relationship between health beliefs about Covid and the 6-step hand washing behavior with
P value = 0.03. From the results of the research conducted, it can be concluded that there
is trust after doing the research.

Keywords: Health belief, covid, 6 steps hand washing behavior

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Skripsi ini untuk kedua orangtuaku :

Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung dan

Maha Tinggi. Atas takdirmu saya bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu,

beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk

masa depanku, dalam meraih cita-cita saya. Dan Terimakasih kepada kedua

orangtua saya yang selalu menjaga saya dalam doa serta selalu membiarkan saya

mengejar impian saya.

(ADI WARDANA)

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

berkah rahmat, ridho dan karunianya sehingga penelitian ini bisa disusun. Shalawat

beserta salam senantia tercurah untuk junjungan kita baginda Nabi Muhammad

SAW.

Rriset yang berjudul “Hubungan Antara Health Belief Tentang Covid Dengan

Perilaku Mencuci Tangan 6 Langkah Mahasiswa Stikim Di Era Pandemi Covid-19

Tahun 2020” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

Hambatan dan rintangan penulis hadapi untuk menyusun riset ini. Namun

atas rahmat Allah SWT, do’a dan dorongan dari keluarga tercinta serta para sahabat

baik itu di almamater maupun di tempat kerja menjadi motivasi bagi peneliti untuk

menyelesaikan riset ini.

Ucapan terima kasih yang sedalam – dalamnya peneliti sampaikan kepada :

1. Ibu Astrid Novita, SKM, MKM Selak Plt. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).

2. Ibu Ns. Eka Rokhmiati, S.Kep., M.Kep, selaku Kepala Departemen

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).

3. Ibu Ns. Irma Herliana, M.Kep. Sp. Kep.Kom selaku Pembimbing Riset

yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam

penyusunan Riset ini..

4. Ns. Nurul Ainul Shifa, S.Kep selaku dosen penguji.

viii
5. Orangtua tercinta, yang senantiasa mendo’akan dan mendukung penulis di

setiap langkah yang diambil penulis untuk mencapai kesuksesan.

6. Teman-teman kostan yang sudah menjadi teman penulis selama menjalani

perkuliahan, yang saling menyemangati satu sama lain.

Penulis menyadari dalam penulisan riset ini masih jauh dari kesempurnaan.

Kritik dan saran dari pembaca akan sangat berharga untuk kebaikan riset ini.

Semoga pada implemenatasi riset ini dapat berjalan dengan lancar sesuai yang

direncanakan. Aamiin.

Jakarta, November 2020

Penulis

Adi Wardana

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS .................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR SKEMA ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
1. Tujuan Umum........................................................................................... 9
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11
A. Teori dan Konsep Terkait........................................................................... 11
1. Corona virus disease (COVID 19) ......................................................... 11
2. Health Belief ........................................................................................... 13
3. Perilaku ................................................................................................... 21
4. Cuci Tangan ........................................................................................... 27
B. Penelitian Terkait ....................................................................................... 39
C. Kerangka Teori........................................................................................... 44
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,DEFINISI OPERASIONAL ..... 45
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 45
B. Hipotesis..................................................................................................... 45
C. Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran............................ 46
BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN ........................................ 47
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 47

x
B. Populasi dan sampel ................................................................................... 47
1. Populasi .................................................................................................. 47
2. Sample .................................................................................................... 48
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 50
D. Etika Penelitian .......................................................................................... 50
E. Alat Pengumpulan data .............................................................................. 52
F. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 52
1. Validitas.................................................................................................. 52
2. Reliabilitas .............................................................................................. 53
G. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 54
H. Pengolahan Data......................................................................................... 56
1. Deskripsi Data (Univariat) ..................................................................... 56
2. Bivariat ................................................................................................... 56
I. Analisis Data ................................................................................................ 56
1. Analisis Univariat ................................................................................... 56
2. Analisis Bivariat ..................................................................................... 58
J. Jadwal Kegiatan ......................................................................................... 61
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 62
A. Analisa Univariat .......................................................................................... 62
B. Analisa Bivariat ........................................................................................... 64
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 66
A. Pembahasan .................................................................................................. 66
B. Keterbatasan penelitian ................................................................................. 72
BAB VII PENUTUP ............................................................................................. 73
A. Kesimpulan ................................................................................................... 73
B. Saran ............................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75

xi
DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Penelitian terkait

2. Tabel 3.1. Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran

3. Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan

4. Tabel 5.1 Distribusi Usia Responden

5. Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden

6. Tabel 5.3 Deskripsi Frekuensi Belief Tentang Covid

7. Tabel 5.4 Deskripsi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan 6 Langkah

8. Tabel 5.5 Hasil Chisquare

xii
DAFTAR SKEMA

1. Skema 2.1 Kerangka Teori

2. Skema 3.1 Kerangka Konsep

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampran 1 Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan san Penelitian

2. Lampran 2 Surat Jawaban Permohonan Izin Studi Pendahuluan dan

Penelitian

3. Lampiran 3 Surat Pernyataan Bebas Plagiat

4. Lampiran 4 Hasil Uji Plagiat

5. Lampiran 5 Surat Keterangan Lolos Uji Etik Penelitian

6. Lampiran 6 Informed Consent

7. Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden

8. Lampiran 8 Lembar Kuesioner

9. Lampiran 9 Lembar Konsultasi Bimbingan

10. Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup

11. Lampiran 11 Hasil SPSS

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus

yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19)

adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada

manusia. Tanda dan gelaja umum infeksi COVID-19 antara lain gejala

gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa

inkubasi rata-rata 5- 6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. (Yurianto,

2020).

Badan Kesehatan (WHO) menyatakan wabah tersebut darurat kesehatan

masyarakat yang menjadi perhatian internasional (PHEIC) pada 30 Januari

2020 dan pandemi global berlanjut 11 Maret 2020. Pada 22 April 2020, lebih

dari 2,57 juta kasus telah terjadi telah dilaporkan di 185 negara dan wilayah,

mengakibatkan lebih dari 178.558 kematian. Sekitar tiga perempat (701.838)

orang dengan COVID-19 telah pulih Sedangkan sekitar 52, 262 diantaranya

berada dalam kondisi serius atau kritis.

Kondisi Di Indonesia, pada 2 Maret 2020, Indonesia telah melaporkan 2

kasus terkonfirmasi Covid-19. Per 29 Maret 2020 sudah meningkat menjadi

1.285 kasus di 30 provinsi. Lima provinsi tertinggi kasus Covid-19 adalah

1
2

Jakarta (675), Jawa Barat (149), Banten (106), Jawa Timur (90), dan Jawa

Tengah (63) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Peningkatan

jumlah kasus berlangsung cukup cepat dan telah terjadi penyebaran antar

negara. Menyikapi hal itu, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi

(Cucinotta and Vanelli 2020).

Di negara indonesia berkembang issue dengan teory conspiracy

terhadap ada atau berkembangnya kasus corona virus deaseas atau covid-19,

seiring berkembangnya isu tersebut banyak warga masyarakat mulai tidak

percaya terhadap kasus ini, sehingga perilaku masyarakat terhadap protokol

kesehatan pada era new normal kian berubah, Belief dalam bahasa inggris

artinya percaya atau keyakinan. Belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang

menimbulkan perilaku tertentu. Misalnya individu percaya bahwa belajar

sebelum ujian akan berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan

tersebut terkadang tanpa didukung teori lain yang dapat dijelaskan secara

logika. Priyoto (2014: 135)

Terkait health belief ada beberapa aspek antara lain kerentanan yang

dirasakan, tingkat keparahan yang dirasakan, hambatan yang dirasakan, isyarat

untuk bertindak, dan self-efficacy. Umumnya kerentanan dan tingkat

keparahan yang dirasakan individu berkaitan dengan perkembangan penyakit

Victoria Champion & Sugg Skinner (Glanz, Rimer, and Viswanath, 2008)

Health belief memiliki 4 komponen yang menggambarkan persepsi

terhadap pencegahan dan manfaatnya, yaitu perceived susceptibility, perceived

severity, perceived benefits, perceived barriers. Sedangkan cues to action


3

dipengaruhi faktor eksternal dalam menentukan perilaku kesehatan. Perceived

susceptibility (persepsi terkena penyakit) dan perceived severity (persepsi

keparahan) dapat mempengaruhi persepsi terhadap ancaman penyakit.

Demikian halnya dengan cues to action dan faktor modifikasi (demografis,

struktural, dan sosiopsikologis) juga dapat berpengaruh pada persepsi terhadap

ancaman penyakit yang berhubungan langsung dengan kecenderungan

seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan. Sedangkan perceived benefit

(persepsi terhadap manfaat) dan perceived barrier (persepsi terhadap

penghambat) merupakan prediktor utama dalam health belief yang memiliki

dampak sangat besar pada kecenderungan perilaku kesehatan seseorang

(Pender, dkk., 2002:48). Konsep utama dari health belief adalah perilaku sehat

ditentukan oleh kepercayaan individu atau persepsi tentang penyakit dan

sarana yang tersedia untuk menghindari terjadinya suatu penyakit. Munculnya

health belief model didasarkan pada kenyataan bahwa problem-problem

kesehatan ditandai oleh kegagalankegagalan orang atau masyarakat menerima

usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan

oleh provider. Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan

perilaku pencegahan penyakit yang oleh Becker (1974) menjadi health belief

model, Notoatmodjo (2007: 213), masyarakat menilai sebuah pandemi corona

adalah sebuah kebohongan seolah tidak percaya atau meraguakn akan

terjadinya pandemi, kepercayaan seseorang dalam lingkup kesehatan di sebut

juga sebagai health belief.


4

health belief adalah perilaku individu yang dipengaruhi oleh persepsi dan

kepercayaan individu itu sendiri tanpa memandang apakah persepsi dan

kepercayaan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan realitas. Dalam hal ini

penting sekali untuk bisa membedakan penilaian kesehatan secara obyektif dan

subjektif. Penilaian secara obyektif artinya kesehatan dinilai dari sudut

pandang tenaga kesehatan, sedangkan penilain subjektif artinya kesehatan

dinilai dari sudut pandang individu berdasarkan keyakinan dan

kepercayaannya.

Belief memiliki 4 komponen yang menggambarkan persepsi terhadap

pencegahan yang sering dijumpai dimasyarakat (Priyoto, 2014: 136) dan

manfaatnya, yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived

benefits, perceived barriers. Sedangkan cues to action dipengaruhi faktor

eksternal dalam menentukan perilaku kesehatan. Perceived susceptibility

(persepsi terkena penyakit) dan perceived severity (persepsi keparahan) dapat

mempengaruhi persepsi terhadap ancaman penyakit. Demikian halnya dengan

cues to action dan faktor modifikasi (demografis, struktural, dan

sosiopsikologis) juga dapat berpengaruh pada persepsi terhadap ancaman

penyakit yang berhubungan langsung dengan kecenderungan seseorang untuk

melakukan perilaku kesehatan. Sedangkan perceived benefit (persepsi terhadap

manfaat) dan perceived barrier (persepsi terhadap penghambat) merupakan

prediktor utama dalam health belief yang memiliki dampak sangat besar pada

kecenderungan perilaku kesehatan seseorang (Pender, dkk., 2002:48).


5

Health Belief Model (HBM) adalah teori di bidang kesehatan yang

berhubungan dengan perilaku kesehatan dan dapat menjelaskan perilaku

pencegahan dan respon individu terhadap suatu penyakit (Setiyaningsih,

Tamtomo, and Suryani 2016).

Teori Health Belief Model menggambarkan seseorang cenderung

melakukan perilaku kesehatan ketika mereka yakin bahwa perilaku baru

tersebut dapat menurunkan risiko terserang penyakit. Rasa terancam pada

individu kemungkinan dapat membuat individu mengubah perilakunya, akan

tetapi perubahan perilaku juga dapat dipengaruhi oleh kepercayaan individu

tersebut terhadap manfaat dari tindakan dalam menurunkan ancaman suatu

penyakit (Mutdinia, Pradanie, & Kusumaningrum, 2019). Health Belief Model

berkaitan dengan faktor-faktor predisposisi kognitif seseorang ke perilaku

kesehatan, menyimpulkan dengan keyakinan seseorang evektifitas diri untuk

perilaku tersebut (Kholid, 2015). Dengan meningkatnya kepercayaan

seseorang terhadap kesehatan maka akan merubah perilaku seseorang tersebut

menjadi lebih baik bersih dan sehat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan cerminan pola

hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh

anggota keluarga. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat berperan aktif dalam

kegiatankegiatan kesehatan di masyarakat (Proverawati, 2016).

Selama pandemi Covid-19 terjadi, cara yang paling mudah namun sangat

esensial adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun. Menurut panduan


6

dari WHO, UNICEF, dan IFRC dalam Key Messages and Actions for COVID-

19 Prevention and Control in Schools, prinsip dasar yang dapat membantu

menjaga siswa, guru, dan staf agar tetap aman di sekolah dan membantu

menghentikan penyebaran penyakit ini adalah sekolah harus memberlakukan

cuci tangan secara teratur dengan air bersih dan sabun (WHO, 2020).

Mencuci tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara

mekanis dari kedua belah tangan dengan air mengalir dan memakai sabun.

Sabun bisa mengurangi atau melemahkan kuman yang ada di tangan (Maulida,

Ernyasih, & Andriyani, 2019). Di Indonesia pelaksanaan cuci tangan pakai

sabun atau CTPS sering kali masih dipandang sebelah mata atau dianggap

sebagai hal yang sepele. Padahal tindakan ini merupakan sebuah upaya

memutuskan mata rantai mikroorganisme termasuk virus sebagai sumber

penyakit (Asthiningsih & Wijayanti, 2019).

Cuci tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara

mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air mengalir.

Jika tangan bersifat kotor, maka tubuh sangat beresiko terhadap masuknya

mikroorganisme. Mencuci tangan dengan memakai air dan sabun dapat lebih

efektif menghilangkan kotoran dan debu secara bermakna mengurangi jumlah

mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri dan parasit lainnya

pada kedua tangan. Masalah-masalah yang sering muncul karena kurangnya

kepedulian terhadap cuci tangan pakai sabun akan dapat timbul penyakit

seperti diare, ISPA, kolera, cacingan, flu, dan Hepatitis A. (Proverawati 2016).
7

Tindakan cuci tangan merupakan kegiatan yang penting bagi

lingkungan ,Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting

dalam pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah

transmisi mikroorganisme. Tindakan mencuci tangan telah terbukti secara

signifikan menurunkan infeksi (Fajriyah 2015) Kegiatan mencuci tangan

merupakan pemutus rantai infeksi yang paling efektif dan efisien, namun entah

kenapa kebiasaan mencuci tangan tersebut tidak lah mudah di terapkan, hal ini

berkaitan dengan kepercayaan seseorang terhadap perilaku mencuci tangan

akan pencegahan infeksi terutama virus covid-19.

Berdasarkan fenomena diatas dan dari data yang saya dapatkan pada

studi pendahuluan saya dengan jumlah responden 7 orang pada mahasiswa

STIKIM Jakarta di dapatkan hasil bahwa rata-rata mahasiswa stikim

mempercayai adanya pandemi virus corona deaseas covid-19 namun ada 2

orang dari 7 responden meragukan pandemi ini, pada pertanyaan perilaku

mencuci tangan responden menjawab 3 kali s/d 6 kali cuci tangan dalam sehari,

biasanya di lakukan pada saat masuk dan keluar rumah. pada pertanyaan

pengetahuan responden mengaku mengetahui cara cuci tangan yang benar

namun hanya 85,7% yang melakukan cuci tangan 6 langkah.

oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan antara belief tentang covid-19 dengan perilaku mencuci

tangan enam langkah mahasiswa di sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia

maju (STIKIM) di era pandemi covid-19”


8

B. Rumusan Masalah

Baru-baru ini dunia digemparkan dengan kemunculan virus baru

bernama Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus

yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat

seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Di Indonesia khususnya masyarakat

berkembang issue dengan teory conspiracy terhadap ada atau berkembangnya

kasus corona virus deaseas atau covid-19, seiring berkembangnya isu tersebut

banyak warga masyarakat mulai tidak percaya terhadap kasus ini, sehingga

perilaku masyarakat terhadap protokol kesehatan pada era new normal kian

berubah, Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan. Teori

Health Belief Model menggambarkan seseorang cenderung melakukan

perilaku kesehatan ketika mereka yakin bahwa perilaku baru tersebut dapat

menurunkan risiko terserang penyakit. Salah satu pencegahan penularan covid-

19 yaitu dengan menerapkan cuci tangan 6 langkah menurut panduan dari

WHO, UNICEF, dan IFRC dalam Key Messages and Actions for COVID-19

Prevention and Control.

Berdasarakan data dan permasalahan yang ada maka peneliti merasa

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan antara belief tentang

covid-19 dengan perilaku mencuci tangan enam langkah mahasiswa di sekolah

tinggi ilmu kesehatan indonesia maju (STIKIM) di era pandemi covid-19”


9

karena masih banyak ditemukannya mahasiswa yang belum sadar akan

pentingnya mencuci tangan 6 langkah, untuk terhindar dari virus corona.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui adanya “Hubungan antara belief tentang covid-19 dengan

perilaku mencuci tangan enam langkah mahasiswa di sekolah tinggi ilmu

kesehatan indonesia maju (STIKIM) di era pandemi covid-19.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi health Belief Mahasiswa stikim terhadap adanya

pandemi covid-19 di sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia maju

(STIKIM) di era pandemi covid-19.

b. Diketahui distribusi prilaku mencuci tangan enam (6) langkah mahasiswa

di sekolah tinggi ilmu kesehatan idonesia maju (STIKIM) di era pandemi

covid-19.

c. Diketahui Hubungan antara belief tentang covid-19 dengan perilaku

mencuci tangan enam langkah mahasiswa di sekolah tinggi ilmu

kesehatan indonesia maju (STIKIM) di era pandemi covid-19.


10

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat aplikatif

Dengan di lakukan penelitian ini agar dapat di aplikasikan protokol

kesehatan cuci tagan 6 langkah sebagai upaya yang efektif dan efisien

mencegah atau memutus rantai penularan virus covid-19.

2. Manfaat teoriti

Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu refersnsi untuk menambah

pengetahuan dan wawasan sehingga dapat di jadikan sebagai acuan pada

penegmbangan penelitian selanjutnya.

3. Manfaat Metodologis

Metodologi penelitian yang di lakukan dapat menjadi dasar sebagai

pengembangan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep Terkait

1. Corona virus disease (COVID 19)

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit

mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis corona virus

yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala

berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

pada manusia. Virus penyebab Covid-19 ini dinamakan SarsCoV-2 (Depkes

2020).

Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan

kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi

Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina mengidentifikasi

pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru

corona virus (corona virus disease, Covid-19). Pada tanggal 30 Januari

2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

Yang Meresahkan Dunia/Public Health Emergency of International

Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus Covid-19

berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara (Depkes

2020).

Covid-19 adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh corona virus

jenis baru yang ditemukan pada tahun 2019 yang selanjutnya disebut Sars-

11
12

Cov 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2).Virus ini

berukuran sangat kecil (120- 160 nm)yang utamanya menginfeksi hewan

termasuk diantaranya adalah kelelawar dan unta. Saat ini penyebaran dari

manusia ke manusia sudah menjadi sumber penularan utama sehingga

penyebaran virus ini terjadi sangat agresif. Penularan penyakit ini terjadi

dari pasien positif covid 19 melalui droplet yang keluar saat batuk dan

bersin (Chen, M. 2012)

Proses perjalanan penyakit ini masih belum banyak diketahui, namun

diduga tidak berbeda jauh denngan perjalanan penyakit dari virus

pernafasan lainnya yang sudah diketahui (Li X dalam Susilo, 2020). Pada

manusia apabila virus ini masuk ke dalam saluran pernafasan dapat

mengakibatkan kerusakan alveoli paru dan menyebabkan gagal nafas.Akan

tetapi banyak orang yang terinfeksi Sars-Cov 2 ini mengalami gejala ringan

sampai sedang pada saluran pernafasan yang dapat sembuh dengan

sendirinya dan tidak memerlukan penanganan khusus. Bagi kelompok

orang dengan masalah kesehatan lain seperti penyakit kardiovaskuler,

penyakit pernafasan kronis, diabetes dan kanker, jika mengalami infeksi

covid 19 ini dapat mengalami masalah yang lebih serius (WHO, 2020).

Penetapan kasus atau istilah medisnya adalah pemeriksaan diagnosis

covid-19 dilakukan dengan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction

) yang dikenal luas dengan sebutan swab. Adapun penatalaksanaan pasien

dengan Covid-19 meliputi pemberian terapi definitive (etiologi), pemberian

obat-obat simtomatik sesuai gejala yang muncul dan terapi suportif untuk
13

mendukung pengobatan lain serta meningkatkan daya tahan tubuh (Susilo,

2020 ) Cara terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah dengan memutus

mata rantai penyebaran covid-19 melalui isolasi, deteksi dini dan

melakukan proteksi dasar yaitu melindungi diri dan orang lain dengan cara

sering mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau menggunakan

hand sanitizer, menggunakan masker dan tidak menyentuh area muka

sebelum mencuci tangan, serta menerapkan etika batuk dan bersin dengan

baik (Dirjen P2P Kemkes RI, 2020). Sampai dengan saat ini belum ada

vaksin spesifik untuk penanganan covid 19 dan masih dalam tahap

pengembangan penelitian (WHO, 2020).

2. Health Belief

Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut

peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan

perilaku tertentu. Misalnya individu percaya bahwa belajar sebelum ujian

akan berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan tersebut terkadang

tanpa didukung teori lain yang dapat dijelaskan secara logika. Priyoto (2014:

135). Keyakinan pasien ini dalam ranah psikologi dikenal dengan istilah

health belief. Health belief merupakan persepsi seseorang tentang

kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan

seseorang dalam perilaku terhadap kesehatannya (Setiyaningsih et al.

2016). Health belief merupakan penilaian subjektif individu berkenaan

dengan kerentanan dirinya terhadapa penyakit, tingkat keseriusan penyakit,


14

keuntungan serta yang dipersepsikan individu dalam menjalankan perilaku

sehat (Rosenstock 1966).

Komponen health belief

Teori health belief (Rosenstock, 1974: 330) didasarkan pada

pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang berhubungan

dengan kesehatan berdasarkan persepsi dan kepercayaannya. Teori ini

dituangkan dalam 5 pemikiran dalam diri individu untuk menentukan apa

yang baik bagi dirinya, yaitu

a. Perceived Suspectibility (Kerentanan yang dirasakan) Risiko pribadi

atau kerentanan adalah salah satu persepsi yang lebih kuat dalam

mendorong orang untuk mengadopsi perilaku sehat. Semakin besar

resiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan terlibat dalam

perilaku untuk mengurangi resiko.

b. Perceived Severity (Keseriusan penyakit yang dirasakan) Perceived

Severity berkaitan dengan keyakinan/kepercayaan individu tentang

keseriusan atau keparahan penyakit. Persepsi keseriusan sering

didasarkan pada informasi medis atau pengetahuan. Juga dapat berasal

dari keyakinan seseorang bahwa ia akan mendapat kesulitan akibat

penyakit dan akan membuat atau berefek pada hidupnya secara umum.

c. Perceived Benefit (Manfaat yang dirasakan) Perceived Benefit berkaitan

dengan manfaat yang akan dirasakan jika mengadopsi perilaku yang

dianjurkan. Dengan kata lain, perceived benefit merupakan persepsi


15

seseorang tentang nilai atau kegunaan dari suatu perilaku baru dalam

mengurangi resiko terkena penyakit.

d. Perceived Barrier (Hambatan yang dirasakan untuk berubah) Karena

perubahan perilaku adalah bukan sesuatu yang dapat terjadi dengan

mudah bagi kebanyakan orang, unsur lain dari teori health belief model

adalah masalah hambatan yang dirasakan untuk melakukan perubahan.

Hal ini berhubungan dengan proses evaluasi individu sendiri atas

hambatan yang dihadapi untuk mengadopsi perilaku baru. Persepsi

tentang hambatan yang akan dirasakan merupakan unsur yang

signifikan dalam menentukan apakah terjadi perubahan perilaku atau

tidak. Berkaitan perilaku baru yang akan diadopsi, seseorang harus

percaya bahwa manfaat dari perilaku baru lebih besar daripada

konsekuensi melanjutkan perilaku lama. Hal ini memungkinkan

hambatan yang harus diatasi dan perilaku baru yang akan diadopsi.

e. Cues to Action (Isyarat untuk bertindak) Health belief model

menunjukkan perilaku yang juga dipengaruhi oleh isyarat untuk

bertindak. Isyarat untuk bertindak adalah peristiwa-peristiwa, orang,

atau hal-hal yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku

mereka. Isyarat untuk bertindak ini dapat berasal dari informasi dari

media masa, nasihat dari orang-orang sekitar, pengalaman pribadi atau

keluarga, artikel, dan lain sebagainya. Menurut Priyoto (2014: 136)

Komponen-komponen health belief antara lain:


16

a) Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka

menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan

b) Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya

merubah perilaku

c) Perilaku itu sendiri. Sedangkan Anderson (1974) menggambarkan

model sistem kesehatan (health system model) yang berupa model

kepercayaan kesehatan.

Di dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam peranan kesehatan

(Notoatmodjo, 2007: 215), yakni :

a. Karakteristik Predisposisi (Prediposing characteristic) Karakteristik ini

digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai

kecenderungan untuk disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang

digolongkan ke dalam 3 kelompok antara lain yaitu ciri-ciri demografi, seperti

jenis kelamin dan umur, yang kedua struktur sosial, seperti tingkat pendidikan,

pekerjaan, kesukuan atau ras dan sebagainya, yang ketiga manfaat-manfaat

kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong

proses penyembuhan penyakit. Selanjutnya Anderson juga berpendapat bahwa

setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik, mempunyai

perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai perbedaan pola

penggunaan pelayanan kesehatan, setiap individu mempunyai perbedaan

struktur sosial, mempunyai perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan,

dan individu percaya adanya kemanjuran dalam penggunaan pelayanan

kesehatan (Notoatmodjo, 2007: 215 – 216).


17

b. Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristic) Karakteristik ini

mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan

pelayanan kesehatan, ia tak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali

bila ia mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada

tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar.

c. Karakteristik Kebutuhan (Need characteristic) Faktor predisposisi dan faktor

yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam

tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan

merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan

kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan

(need) di sini dibagi menjadi 2 16 kategori, dirasa atau preceived

(subjectassesment) dan evaluated (clinical diagnosis) (Notoatmodjo, 2007:

216).

Faktor yang Mempengaruhi Health Belief

Health belief dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang

kerentanan penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil

kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa merubah perilaku

dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang

ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan

perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku itu sendiri, Priyoto

(2014: 136)
18

Health belief dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor

demografis (Rosenstock, 1974 dalam Conner dan Norman, 2005:95),

karakteristik psikologis (Conner dan Norman, 2005:19), dan juga dipengaruhi

oleh structural variable, contohnya adalah ilmu pengetahuan (Sarafino,

1994:113).

Faktor demografis yang mempengaruhi health belief individu adalah kelas

sosial ekonomi. Individu yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah

kebawah memiliki pengetahuan yang kurang tentang faktor yang menjadi

penyebab suatu penyakit (Hossack dan Leff, 1987 dalam Sarafino, 1994:118).

Faktor demografis (Rosenstock, 1974 dalam Conner dan Norman, 2005:51),

karakteristik psikologis (Conner dan Norman, 2005:41), dan structural variable

(Sarafino, 1994:86), pada akhirnya mempengaruhi health belief pada individu

yang mengalami fraktur. Edukasi merupakan faktor yang penting sehingga

mempengaruhi health belief individu (Bayat dkk, 2013:124). Kurangnya

pengetahuan akan menyebabkan individu merasa tidak rentan terhadap

gangguan, yang dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Edmonds dan

kawan – kawan adalah osteoporosis (Edmonds dkk, 2012:47). Karakteristik

psikololgis merupakan faktor yang mempengaruhi health belief individu

(Conner dan Norman, 2005:11). Dalam penelitian ini, 18 karakteristik

psikologis yang mempengaruhi health belief kedua responden adalah

ketakutan kedua responden menjalani pengobatan secara medis. Beberapa

faktor health belief berbasis kognitif (seperti keyakinan dan sikap) dan

berkaitan dengan proses berfikir yang terlibat dalam pengambilan keputusan


19

individu dalam menentukan cara sehat individu. Dalam kajian psikologi

kesehatan, persepsi individu dalam melakukan atau memilih perilaku sehat

dikaji dalam teori health belief model. Health belief model adalah model

kepercayaan kesehatan individu dalam menentukan sikap melakukan atau

tidak melakukan perilaku kesehatan (Conner dan Norman 2005:29).

Teori health belief model merupakan salah satu model pertama yang

dirancang untuk mendorong masyarakat dalam melakukan tindakan ke arah

kesehatan yang positif. Teori health belief model menekankan bahwa

individu memiliki persepsi kerentanan terhadap penyakit yang mengancam

kesehatan, sehingga melakukan tindakan yang dapat mencegah ancaman

dan memusnahkan penyakit yang mungkin menyerang (Bensley, 2008)

Teori Health Belief Model merupakan model yang dapat menjelaskan

mengenai perilaku sehat yang dilakukan oleh individu dengan sangat baik

(Glanz, 2008).

Health Belief Model merupakan suatu bentuk penjabaran dari sosio-

psikologi. Model ini diciptakan karena adanya masalah-masalah kesehatan

yang dapat dilihat dari kegagalan masyarakat atau individu dalam

menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang

diselenggarakan oleh provider kesehatan (Notoatmodjo 2007). Teori health

belief model menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup

kehidupan sosial atau masyarakat. Teori ini merupakan analisis terhadap


20

berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyakarakat terhadap

kesehatan (Notoatmodjo 2010).

Health Belief Model merupakan suatu bentuk penjabaran dari sosio-

psikologi. Model ini diciptakan karena adanya masalah-masalah kesehatan

yang dapat dilihat dari kegagalan masyarakat atau individu dalam

menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang

diselenggarakan oleh provider kesehatan (Notoatmodjo 2007).

Health Belief Model adalah model teoritis yang dapat digunakan

untuk memandu promosi kesehatan dan program pencegahan penyakit.

Health belief model digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi

perubahan individu dalam perilaku kesehatan. Health belief model menjadi

salah satu model yang paling banyak digunakan untuk memahami perilaku

kesehatan (RHIHub, 2019). Konstruksi teori Health belief model berasal

dari teoriteori kognitif dan Psikologi. Harapannya adalah bahwa tindakan

kesehatan tertentu dapat mencegah kondisi di mana orang menganggap

dirinya berisiko (Glanz, 2015). Teori health belief model berpendapat

bahwa, pencapaian perubahan perilaku yang optimal jika berhasil

menargetkan hambatan yang dirasakan, manfaat, efikasi diri, dan ancaman

kesehatan (Jones, 2015).

Health belief model adalah efikasi diri, karena efikasi diri melihat

kepercayaan seseorang pada kemampuannya untuk membuat perubahan

terkait kesehatan. Kemampuan untuk melakukan sesuatu memiliki dampak

yang sangat besar. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, efikasi diri
21

telah ditemukan menjadi salah satu faktor terpenting dalam kemampuan

seseorang untuk berhasil menegosiasikan penggunaan kondom (Boskey,

2019).

3. Perilaku

a. Definisi

Perilaku adalah hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon dari

seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun

dalam dirinya. Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan

interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut

pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta tindakannya yang

berhubungan dengan kesehatannya. Perilaku kesehatan adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sisterm pelayanan kesehatan,

makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007.)

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau

suatutindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,

durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Wawan & Dewi, 2017).

b. Konsep Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007:133).


22

Perilaku Kesehatan
Berdasarkan batasan perilaku Skiner dalam Notoatmodjo (2007),

maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan.

Respon manusia baik bersifat pasif (pengetahuan, sikap, dan persepsi)

maupun bersifat aktif (tindakan atau praktik).

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, tindakan, proaktif untuk

memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit (Depkes RI,

2003:3).

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi

tiga kelompok:

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintanance) Perilaku

pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang

untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha

untuk penyembuhan bila mana sakit. (Notoatmodjo, 2007).

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan Sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health

seeking behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau

tindakan seseorang pada saat menderita atau kecelakaan

(Notoatmodjo, 2007).

3. Perilaku kesehatan lingkungan Perilaku kesehatan lingkungan

adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik


23

lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya, sehingga

lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan

perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya

sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau

masyarakatnya (Notoatmodjo, 2007).

Praktik atau perilaku kesehatan mencakup tindakan sehubungan

dengan penyakit (pencegahan dan penyembuhan penyakit), tindakan

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, dan tindakan kesehatan

lingkungan. Becker dalam Notoatmodjo (2007).

membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan yaitu:

a. Perilaku hidup sehat (healthy behaviour) Adalah perilaku-perilaku

yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk

mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit (illness behaviour) Perilaku sakit ini mencakup

respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap

sakit, pengetahuan tentang penyebab penyakit, gejala penyakit,

pengobatan penyakit dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) Dari segi sosiologi,

orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak

orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).

Teori Perilaku Lawrence Green


Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah

konsep dari Lawrence Green. Teori Lawrence green (1980) mencoba


24

menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni

faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non-

behaviour causes).

Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3

faktor :

1. Faktor –faktor predisposisi (prediposing factor), yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai,

dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,

alat-alat steril dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo,2007).

Komponen perilaku menurut Lukluk,A (2008) dapat dilihat dalam

2 aspeyagk perkembangan, yaitu :

1. Perilaku mempengaruhi faktor resiko penyakit tertentu. Faktor

resiko adalah ciri kelompok individu yang menunjuk mereka

sebagai ar-hight-risk terhadap penyakit tertentu.

2. Perilaku itu sendiri dapat berupa faktor resiko. Contoh : merokok

dianggap faktor resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner


25

maupun kanker paru karna kemungkinan mendapatkan penyakit

ini lebih besar pada perokok dari pada orang yang tidak merokok.

Perilaku Kesehatan Lingkungan Bagaimana seseorang

merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya,

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola

lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri,

keluarga atau masyarakat sekitarnya. Misalnya bagaimana

mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan

sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

c. Konsep Perilaku

Skinner (1938) seorang psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakanrespons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui

proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespons. Maka teori Skinner ini disebut “S-O-

R” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya

dua respons yaitu :

a. Respondent respons atau reflexive respons, yakni respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.

Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena

menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Misalnya :

makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan,


26

cahaya yang terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.

Respondent response ini juga mencakup perilaku emosional,

misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau

menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraan dengan

mengadakan perayaan seperti pesta kelulusan dan sebagainya.

b. Operant response atau instrumental respons, yakni respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

rangangan yang lain. Perangsang ini disebut reinforcing

stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons.

Misalnya apabila seseorang petugas kesehatan melaksanakan

tugasnya dengan baik adalah sebagai respons terhadap gaji yang

cukup, misalnya (stimulus). Kemudian karena kerja baik

tersebut menjadi stimulus untuk memperoleh promosi pekerjaan.

Jadi, kerja baik tersebut sebagai reinforcer untuk memperoleh

promosi pekerjaan (Notoatmodjo, 2012).

d. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respons menurut (Notoatmodjo, 2012).

terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :

a. Perilaku Tertutup (covert behaviour) Respons seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons

atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang


27

yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara

jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau

unobservable behavior, misalnya : seorang ibu hamil tahu

pentingnya periksa kehamilan, seseorang pemuda tahu bahwa

HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

b. Perilaku Terbuka (overt behaviour) Respons seseorang terhadap

stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau

praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat

oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan

nyata atau praktik (practice). Misal : seorang ibu memeriksa

kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk

diimunisasi, penderita TB paru minum obat secara teratur, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

4. Cuci Tangan

a. Definisi

Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah

melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan

alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki

gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat

ketika memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak

yang harus dijaga adalah satu meter (WHO, 2020). Pasien rawat inap

dengan kecurigaan COVID-19 juga harus diberi jarak minimal satu meter
28

dari pasien lainnya, diberikan masker bedah, diajarkan etika batuk/bersin,

dan diajarkan cuci tangan (WHO, 2020). Perilaku cuci tangan harus

diterapkan oleh seluruh petugas kesehatan pada lima waktu, yaitu sebelum

menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur, setelah terpajan cairan

tubuh, setelah menyentuh pasien dan setelah menyentuh lingkungan

pasien.

Air sering disebut sebagai pelarut universal, namun mencuci

tangan dengan air saja tidak cukup untuk menghilangkan corona virus

karena virus tersebut merupakan virus RNA dengan selubung lipid bilayer

(Riedel et al, 2019). Sabun mampu mengangkat dan mengurai senyawa

hidrofobik seperti lemak atau minyak (Riedel et al, 2019) Selain

menggunakan air dan sabun, etanol 62-71% dapat mengurangi infektivitas

virus (Kampf, Todt, Pfanser& Steinmann, 2020). Oleh karena

itu,membersihkan tangan dapat dilakukan dengan hand rub berbasis

alkohol atau sabun dan air. Berbasis alcohol lebih dipilih ketika secara

kasat mata tangan tidak kotor sedangkan sabun dipilih ketika tangan

tampak kotor (WHO,2020). Selain itu penggunaan masker juga menjadi

upaya penting untuk menghindari penyebaran COVID-19 bagi individu

sehat

Berbagai upaya promotif dan preventif telah dilakukan dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan penerapan

upaya menjaga perilaku kehidupan yang bersih dan menyehatkan. Salah

satu indikator dari penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
29

adalah melakukan kegiatan mencuci tangan dengan 7 langkah. Cuci tangan

7 langkah merupakan salah satu upaya dalam tindakan menjaga kesehatan

tubuh membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan

pemberian sabun untuk menjadikan tangan lebih bersih serta merupakan

salah satu cara mencegah dari timbulnya penyakit. Penerapan kebiasaan

ini dilakukan bertujuan untuk menjaga kebersihan tangan, karena tangan

menjadi salah satu agen yang menyebabkan perpindahan kuman dan

patogen dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung

ataupun tidak langsung (Itsna, 2018).

Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan

dengan kuat secara bersamaan dengan menggunakan zat pembersih yang

sesuai dan dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan

mikroorganisme. Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu sanitasi

dengan membersihkan jarijemari dengan sabun dan air oleh manusia agar

menjadi lebih bersih dan memutuskan rantai kuman, mencuci tangan pakai

sabun dikenal juga sebagai pencegahan penyakit (Maryunani, 2017).

Mencuci tangan dengan sabun merupakan upaya pencegahan

sebagai perlindungan tubuh dari berbagai penyakit yang sifatnya menular.

Mencuci tangan dengan sabun dapat dilakukan ketika selesai BAB dan

BAK, sebelum makanan disiapkan, sebelum dan sesudah mengkonsumsi

makanan, sehabis bermain pada anak, setelah batuk atau bersin serta

setelah membuang ingus (Sugiarto et al., 2019).Pemakaian antiseptik

tangan dalam bentuk sediaan gel di kalangan masyarakat menengah ke


30

atas sudah menjadi suatu gaya hidup. Beberapa sediaan hand sanitizer

dapat dijumpai di pasaran dan biasanya banyak yang mengandung alkohol.

Cara pemakaiannya dengan diteteskan pada telapak tangan, kemudian

diratakan pada permukaan tangan (Dewi et al., 2016).

Salah satu upaya pencegahan dasar virus corona atau Covid-19

adalah dengan rajin mencuci tangan secara detail dan menyeluruh. Hal ini

karena virus corona menular lewat droplet atau cairan tubuh yang keluar

saat batuk atau bersin. Selain tertular karena menghirup droplet ketika

berada dekat dengan orang yang terinfeksi, Anda juga bisa tertular virus

corona lewat tangan sebagai media penularan. Sebagai contoh adalah

ketika Anda berjabat tangan dengan orang menutupi batuk dengan

tangannya, atau ketika anda menyentuh obyek yang terpapar virus corona.

Itulah sebabnya, sangat penting untuk mencuci tangan menggunakan

sabun dan air mengalir secara detail dan menyeluruh. Para ahli

merekomendasikan cuci tangan untuk dilakukan setidaknya 20 detik.

Sebab, sabun butuh waktu untuk mengikat molekul air dan minyak secara

bersamaan, dan mengangkat kuman-kuman pada tangan Anda untuk

dibuang bersama aliran air (Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri, 2013)

b. Waktu Harus Cuci Tangan

Waktu terpenting untuk cuci tangan menurut (Proverawati and

Rahmawati 2012). yaitu :


31

a. Ketika seseorang tidak cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar

maka kemungkinan tangan akan terkontaminasi bakteri e-coli yang ada

pada tinja. Untuk itu sebaiknya cuci tangan setelah buang air besar.

b. Ketika seseorang tidak cuci tangan pakai sabun setelah menceboki bayi

atau anak maka kemungkinan yang terjadi tangan akan terkontaminasi

bakteri e-coli yang ada pada tinja bayi atau anak. Untuk itu sebaiknya

cuci tangan setelah menceboki bayi atau anak.

c. Ketika seseorang tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan

menyuapi anak maka kemungkinan muncul bakteri salmonella. Telur

bakteri salmonella akan berpindah melalui makanan atau tangan yang

kotor. Kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan. Bakteri ini dapat

hidup di dalam usus dan saluran pencernaan. Tanda-tanda terinfeksi

bakteri ini, seperti diare, sakit perut, mual dan muntah. Untuk itu

sebaiknya cuci tangan sebelum makan dan menyuapi anak.

d. Ketika seseorang tidak cuci tangan pakai sabun sebelum memegang

makanan maka kemungkinan muncul bakteri salmonella. Telur bakteri

salmonella akan berpindah melalui makanan atau tangan yang kotor.

Kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan. Bakteri ini dapat hidup

di dalam usus dan saluran pencernaan. Tanda-tanda terinfeksi bakteri

ini, seperti diare, sakit perut, mual dan muntah. Untuk itu sebaiknya

cuci tangan pakai sabun sebelum memegang makanan.

e. Ketika seseorang tidak mencuci tangan pakai sabun setelah memegang

unggas atau hewan maka berisiko untuk terkena berbagai macam


32

penyakit infeksi seperti infeksi pencernaan, infeksi pernapasan, dan

infeksi kulit. Untuk itu sebaiknya cuci tangan pakai sabun setelah

memegang unggas atau hewan.

f. Ketika seorang ibu tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum

menyusui bayinya maka akan mencemari payudara ibu dan

menimbulkan masalah kesehatan pada bayinya. Masalah kesehatan

seperti bayi terkena diare dan juga cacingan. Untuk itu sebaiknya cuci

tangan pakai sabun sebelum menyusui bayi

c. Manfaat Cuci Tangan

Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah melakukan cuci tangan

pakai sabun, menurut (Maryunani, 2017). yaitu :

a. Ketika seseorang cuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah

melakukan suatu aktivitas maka dapat membunuh kuman penyakit dan

bakteri yang menempel/bersarang ada di tangan.

b. Dapat mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu orang ke orang

lainnya, seperti disentri, diare, flu burung, flu babi, typus. Untuk itu

sebaiknya cuci tangan pakai sabun setelah berjabat tangan ataupun

setelah berkunjung ke tempat seseorang yang sedang sakit.

c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman jika seseorang cuci tangan

pakai sabun sebelum dan setelah melakukan suatu aktivitas


33

d. Tujuan Cuci Tangan Pakai Sabun

Mencuci tangan merupakan satu tehnik yang paling mendasar untuk

menghindari masuknya kuman kedalam tubuh. Mencuci tangan bertujuan

untuk :

a. Membantu menghilangkan mikroorganisme yang ada di kulit atau

tangan jika seseorang mencuci tangan pakai sabun.

b. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh jika seseorang mencuci

tangan pakai sabun.

c. Mencegah terjadinya infeksi melalui tangan jika mencuci tangan pakai

sabun (Depkes RI, 2019).

e. Langkah-langkah Cuci Tangan Pakai Sabun

a. Langkah-langkah cuci tangan pakai sabun yaitu : Basahi kedua telapak

tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun, kemudian

usap dan gosok kedua telapak tangan.

b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

c. Gosok sela-sela jari hingga bersih.

d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.

e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

f. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

g. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara

memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan

dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau

tisu (Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2018).


34

f. Penyakit-Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Cuci Tangan Pakai

Sabun

Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan cuci tangan pakai

sabun menurut Kemenkes RI (2014), yaitu :

a. Infeksi Saluran Pernapasan Infeksi saluran pernapasan adalah

penyebab kematian utama untuk anakanak balita. Mencuci tangan

dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernapasan ini dengan

dua langkah, yaitu dengan melepaskan patogen-patogen pernapasan

yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, dan dengan

menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus

entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala

penyakit pernapasan lainnya.

b. Diare Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling

umum untuk anak-anak balita. Penyakit diare seringkali diasosiasikan

dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus

diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air

kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari

kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia

sakit ketika mereka masuk mulut melalui tangan yang telah

menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi, makanan mentah,

dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau

terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor.


35

c. Infeksi cacing Termasuk di dalamnya infeksi mata dan penyakit kulit.

Penelitian telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran

pernapasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan dapat

mengurangi kejadian penyakit kulit : infeksi mata seperti trakoma, dan

cacingan khususnya untuk ascariasis dan trichuriasis (Kemenkes RI,

2014). Pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah

sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai

hasil pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan bertujuan

menjadikan anak-anak mampu menolong diri sendiri di bidang

kesehatan (Kemenkes, 2011:7).

Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar

merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah berjangkitnya

penyakit. Mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih efektif

menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan

secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit

seperti virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Mencuci

tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif

membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan

kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan (Desiyanto and Djannah 2013).

Cuci tangan pakai sabun sebagai upaya preventif dalam melindungi

diri dari berbagai penyakit menular. Cuci tangan menggunakan sabun

dapat kita lakukan pada waktu-waktu berikut: sebelum menyiapkan

makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah BAK dan BAB, setelah
36

membuang ingus, setelah membuang dan atau menangani sampah,

kemudian setelah bermain/memberi makan/memegang hewan, serta

setelah batuk atau bersin pada tangan kita (Desiyanto and Djannah

2013).Kebiasaan dalam cuci tangan menggunakan air saja tidak dapat

melindungi setiap individu dari bakteri dan virus yang terdapat di tangan.

Terlebih jika mencuci tangan tidak dibawah air mengalir. Apalagi

kebiasaan menggunakan dan berbagi wadah cuci tangan hal itu sama saja

saling berbagi kuman dan tetap membiarkan kuman menempel pada

tangan. Kebiasaan itu harus ditinggalkan dan dirubah menjadi yang lebih

baik dengan standar prosedur melakukan cuci tangan menggunakan sabun

(Kemenkes RI, 2014).

g. Bahan-bsahan cuci tangan

mencuci tangan yang diduga terkontaminasi setelah merawat atau

memegang pasien dapat dilakukan dengan berbagai materi, diantaranya (Pittet

2001) :

a. Sabun

Bahan ini dapat menyingkirkan beberapa mikroba secara mekanis.

Mencuci tangan menggunakan air yang dicampur dengan sabun atau

deterjen dapat membantu melepas debu , bakteri, protein, dan sekresi

minyak dari kulit yang tidak lepas hanya menggunakan air saja (WHO,

2005).

b. Klorheksidine Glukonat dan Povidon Iodine


37

Kulit manusia normalnya mengandung sel-sel mati, keringat kering,

bakteri, sekresi minyak, protein, dan debu. Sabun biasa tidak dapat

membunuh patogen, akan tetapi penambahan bahan kimia antiseptik

menjadikan sabun memiliki sifat pembasmi kuman dengan tangan (WHO,

2015).

c. Alkohol

Alkohol memiliki aktivitas paling baik dan paling cepat dalam

membunuh bakteri dari semua jenis anriseptik. Bahan ini juga dipilih

untuk hand-rubbing dan biasa disebut desinfektan tangan tanpa air

(waterless hand desinfection). Menggosok tangan dengan alkohol baik

sebagai upaya desinfeksi tangan karena alkohol memilih spektrum

antimikroba yang optimal (aktif melawan semua bakteri, virus, dan jamur),

tidak membutuhkan wastafel atau tempat khusus untuk menggunakannya,

ketersediaannya mudah, dan kerjanya cepat (Pittet 2001).

Cara CTPS yang benar adalah menggosok telapak tangan secara

bersamaan, menggosok punggung kedua tangan, jalinkan kedua telapak

tangan lalu digosok-gosokkan, tautkan jari-jari antara kedua telapak

tangan secara berlawanan, gosok ibu jari secara memutar dilanjutkan

dengan daerah antara jari telunjuk dan ibu jari secara bergantian, gosok

kedua pergelangan tangan dengan arah memutar, bilas dengan air dan

keringkan. Hal terpenting dalam CTPS bukan berapa lama waktu mencuci

tangan, tetapi cara mencuci tangannya (Kemenkes RI, 2014).


38

h. Tahap cuci tangan

Agar tujuan cuci tangan dapat tercapai diperlukan metode cuci tangan

yang sempurna. Tahap-tahap yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

(sherertz dan sarubbi, 1983.) :

Menurut KEMEKES RI,(2014.) terdapat 6 langkah dalam mencuci

tangan yang benar yaitu :

1. Basahi kedua tangan dengan air mengalir, ambil sabun kemudian gosok

dan ratakan pada kedua telapak tangan.

2. Gosok kedua punggung tangan dan sela-sela jari secara bergantian

dengan bersih.

3. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

4. Gosok punggung jari kedua tangan dengan posisi tangan saling

mencuci.

5. Gosok ibu jari kiri dengan memutar dalam genggaman telapak tangan

kanan, begitupun sebaliknya.

6. Gosok ujung kuku tangan kiri dengan memutar pada genggaman telapak

tangan kanan, begitu sebaliknya. Kemudian bilas seluruh bagian tangan

dengan air mengalir dan bersih, lalu keringkan dengan tisu atau lap.
39

B. Penelitian Terkait
Tabel 2.1 Penelitian Terkait

No Nama Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

Peneliti

1 Rahma HUBUNGAN Hasil penelitian • Ruang lingkup • Penelitian

Yunita PENGETAHUAN menunjukkan penelitian yaitu terdahulu

Amar DENGAN pengetahuan siswa Tentang Perilaku melakukan

PERILAKU tentang perilaku cuci cuci tangan penelitian tentang

KEBIASAAN tangan pakai sabun • Jenis penelitian hubungan

CUCI TANGAN buruk (31,4%). adalah pengetahuan

PAKAI SABUN Perilaku kebiasaan cuci kuantitatif dengan perilaku

PADA SISWA SD tangan pakai sabun namun pada

NEGERI 101893 buruk (34,3%). penelitian ini di

BANGUN REJO Kesimpulan penelitian bahas adalah

KECAMATAN ini menunjukkan


40

TANJUNG bahwa ada hubungan hubungan

MORAWA yang signifikan antara keyakinan (belief)

pengetahuan dengan terhadap covid-19

perilaku cuci tangan dengan perilaku

pakai sabun (p=0,000). cuci tangan

Untuk meningkatkan • Lokasi penelitian

pengetahuan dan terdahulu terhadap

perilaku cuci tangan siswa SD

yang baik, sekolah sedangkan penulis

perlu menyediakan melakukan

fasilitas untuk penelitian di

memenuhi perilaku Sekolah Tinggi

hidup bersih dan sehat Ilmu Kesehatan

khususnya cuci tangan Indonesia Maju


41

pakai sabun serta

memberikan

pendidikan kesehatan

tentang cuci tangan

secara kontinyu

2 Alif Nurul HUBUNGAN Hasil penelitian • Ruang lingkup • Penelitian

Rosyidah PERILAKU CUCI menunjukan yang Ruang lingkup terdahulu meneliti

TANGAN memiliki perilaku penelitian yaitu tentang perilaku

TERHADAP cuci tangan yang Tentang Perilaku cuci tangan

KEJADIAN baik sebesar 44.6% cuci tangan terhadap kejadian

DIARE PADA dan yang memiliki • Jenis penelitian diare, namun pada

SISWA perilaku kurang adalah penelitian ini di

DISEKOLAH sebesar 55.4%. kuantitatif bahas adalah

Anak SD yang hubungan


42

DASAR NEGERI menderita diare keyakinan (belief)

CIPUTAT 02 dalam 3 bulan terhadap covid-19

terakhir sebesar dengan perilaku

80.4% sedangkan cuci tangan

anak yang tidak • Lokasi di sekolah

menderita diare dasar negeri

dalam 3 bulan ciputat 02

terakhir sebesar sedangkan penulis

19.6%. Hasil uji melakukan

statistik penelitian di

menunjukan (p = Sekolah Tinggi

0.015) artinya ada Ilmu Kesehatan

hubungan dengan Indonesia Maju

perilaku cuci tangan


43

terhadap kejadian

diare
44

C. Kerangka Teori

Menurut (Green, 1980) yang di kutif oleh (Notoatmodjo, 2012)

Perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu : Faktor Predisposisi,Faktor

Pemungkin, daa Faktor Penguat.

Skema 2.1 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
(Predisposing Factors) :
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan (Belief)
Keyakinan
Tradisi

Faktor Pemungkin (Enabling


factor) Perilaku Mencuci Tangan
6 langkah
Corona virus deaseas (Covid-19)
Angka kejadian Covid-19
Penularan Covid-19

Faktor Penguat (Reinforcing


factor) :

Perilaku mahasiswa sekolah


tinggi ilmu kesehatan
indonesia maju (STIKIM)
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, maka penulis ingin meneliti hubungan Health

Belief tentang covid-19 dengan perilaku mencuci tangan 6 langkah pada

mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia maju .Keempat faktor

inilah yang paling berperan terhadap perilaku mencuci tangan 6 langkah,

Kerangka konsepnya dapat digambarkan sebagai berikut

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kepercayaan Belief Perilaku Cuci Tangan

B. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban atau kerangka pikir sementara dari pernyataan

penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012). Hipotesis adalah suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini penulis membuat

hipotesis penelitian sebagai berikut :

Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan Health Belief tentang covid-19

dengan perilaku mencuci tangan 6 langkah pada mahasiswa sekolah tinggi ilmu

kesehatan indonesia maju.

45
46

C. Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran

Tabel 3.1. Definisi Konsep, Definisi Operasional dan Pengukuran

Skala
Definisi
Variabel Definisi Konsep Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Ukur
Operasional
Kepercaya merupakan suatu Teori ini Kuesioner Untuk Dikategorika
an (Health bentuk model menyatakan pernyataan n menjadi :
Belief ) teori yang bahwa individu dengan pilihan
digunakan untuk dalam mengambil 1. percaya
memberikan tindakan 1= SS (jika >
dorongan kepada pencegahan 2= S nilai mean
masyarakat untuk penyakit atau = 26 ) Nominal
melakukan untuk berperilaku 3=TS
2. Tidak
tindakan sehat 4= STS percaya
kesehatan yang
(jika <
positif
nilai mean
=26 )

Perilaku Cuci tangan Perilaku mencuci Kuesioner Untuk Dikategorika


cuci (handwashing) tangan adalah pernyataan n menjadi :
tangan 6 adalah salah satu salah satu dengan pilihan
langkah tindakan sanitasi tindakan sanitasi 1. Baik (jika
dengan dengan cara 1= Selalu > nilai mean
membersihkan membersihkan 2= Sering = 26 )
tangan dan jari tangan dan jari-
jemari dengan jemari dengan 3= Jarang 2. Buruk (jika
menggunakan air menggunakan air < nilai mean
4 = Tidak pernah
ataupun cairan atau cairan =26 )
lainnya dengan lainnya yang Nominal
tujuan untuk bertujuan agar
menjadi bersih, tangan menjadi
sebagai bagian bersih. Mencuci
dari ritual tangan yang baik
keagamaan dan benar adalah
ataupun tujuan dengan
lainnya. menggunakan
sabun karena
dengan air saja
terbukti tidak
efektif
BAB IV
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan

menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan analisis

univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-

square. Metode pengumpulan data adalah dengan menggunakan lembar

kuesioner dan lembar observasi

Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu suatu

penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam suatu periode

tertentu dan setiap subjek tertentu hanya dilakukan satu kali pengamatan

selama penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode

survey, dimana dengan melakukan kunjungan langsung ke lahan penelitian

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi menurut (Siyoto and Sodik, 2015) merupakan wilayah

generalisasi atas obyek / subyek yang memiliki karakteristik dan

kuantitas tertentu, ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

mahasiswa prodi s1 keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan

indonesia maju (STIKIM) yang berjumlah Total 780 orang. Jumlah

populasi 780 orang mahasiswa sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia

47
48

maju ini didapat berdasarkan jumlah mahasiswa S1 Keperawatan

angkatan tahun 2017 - 2020

2. Sample

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga bisa

mewakili populasinya (Siyoto and Sodik 2015)

Sedangkan sampel akan diambil dari populasi

a. Penghitungan sample

Penghitungan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik Slovin. Menurut Sugiyono (2011), rumus slovin

adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah sampel

minimal. Penghitungan sampel pada penelitian ini menggunakan metode :

b. Slovin + droup out (5-10%)

c. Dengan rumus slovin sebagai berikut :


𝑁
d. n=1+𝑁𝑒 ²

780
=1+780(0,1)²

= 71 = 80 Responden

e. n = jumlah sampel minimal N = populasi

f. e= error margin

g. Jadi, sampel pada penelitian ini adalah 80 responden Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

h. Tekhnik Pengambilan sampel


49

Penentuan besar sampel menggunakan rumus dari Isaac dan

Michael yang dikutip oleh Sugiyono untuk penelitian survei pada

populasi terbatas dengan rumus sebagai berikut

𝜆2 . 𝑁. 𝑃. 𝑄
𝑠=
𝑑2 (𝑁 − 1) + 𝜆2 . 𝑃. 𝑄

Dimana

s : Jumlah Sampel

λ2 :
Chi kuadrat pada dk1 dan tingkat kesalahan 5% = 3,841

P : Proporsi yang Melakukan cuci tangan 6 langkah

d : perbedaan antara rata-rata sampel denga rata-rata populasi = 0,1

N : Jumlah Populasi = 780

i. Cara Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purpposive sampling, yaitu mahasiswa S1 Keperawtan angkatan 2017

yang secara kebetulan ada atau ditemukan serta memenuhi kriteria,

dijadikan sebagai sampel.

j. Syarat Sampel

1) Kriteria Inklusi

a) Mahasiswa / I sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia

maju (STIKIM) jakarta angkatan tahun 2017


50

2) Kriteria Eksklusi

a) Mahasiswa /I sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia

maju jakarta angkatan 2017 yang tidak bersedia menjadi

responden

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kampus sekolah tinggi

kesehatan indonesia maju (STIKIM), yang berlokasi di kota jakarta.

Kampus tersebut terdiri dari beberapa jurusan yaitu D3,S1 dan Profesi

kesehatan serta S2 Keperawatan. Penelitian akan di lakukan pada awal tahun

2021.

D. Etika Penelitian

Peneliti Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari institusi

peneliti kepada Direktur Sekolah tinggi ilmu kesehatan indonesia maju

jakarta. Setelah mendapat izin, selanjutnya kepada Mahasiswa akan

diberikan penjelasan tujuan penelitian dan dimohon bantuannya menjadi

responden. Bila bersedia menjadi responden dan selanjutnya dipersilahkan

menandatangani informed consent.

Responden yang memenuhi kriteria diberikan angket agar mengisinya

dan peneliti berada di dekat responden agar apabila ada pertanyaan dari

responden, peneliti dapat segera menjelaskannya.

Peneliti menjamin hak – hak responden dengan cara merahasiakan

identitas responden maupun informasi responden selama hal itu tidak

diperlukan dalam penelitian. Selain itu, peneliti memberikan hak kepada


51

responden untuk menolak dijadikan responden penelitian atau keluar dari

penelitian. (Masturoh and Anggita 2018).

1. Right to self determination

Responden diberikan lembar informed consent untuk menjadi

responden. Lembar persetujuan tersebut mencantumkan tujuan

penelitian dan proses yang diteliti. Responden yang bersedia dapat

menandatangani informed consent (lembar persetujuan). Pada proposal

penelitian

2. Right to privacy and dignity

Peneliti menjamin dalam penggunaan responden penelitian, sehingga

responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan.

3. Right to anonymity and confidentiality

Pada pengumpulan data dijelaskan terlebih dahulu alat ukur penelitian

dengan tidak perlu mencantumkan nama pada lembar kuisioner, hanya

kode lembar kuisioner sehingga nama responden di rahasiakan. Peneliti

menjamin kerahasiaan masalah – masalah responden yang harus di

rahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

4. Right to fair treatment

Peneliti menjamin responden diperlakukan secara adil dan baik

sebelum, selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa


52

adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia sebagai

responden

E. Alat Pengumpulan data

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun

sedemikian rupa untuk mendapatkan informasi dari variabel-variabel yang

diteliti. Kuesioner yang disusun merupakan modifikasi dari kuesioner

penelitian yang sejenis yang disesuaikan dengan materi pada penelitian ini.

Data yang dihasilkan adalah data primer.

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat

diukur apa yang seharusnya diukur, Uji validitas menggunakan rumus

pearson product moment.

Rumus Pearson Product Moment:

Keterangan :

r hitung = Koefisien Korelasi

∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total

n = Jumlah responden
53

Alat ukur dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Perhitungan

menggunakan bantuan komputerisasi

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat ke validan atau ke

sahihan suatu instrument,di katakan valid apabila mampu mengukur apa

yang di inginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang di teliti

secara tepat.merupakan uji statistic yang di gunakan guna menentukan

seberapa valid suatu item pertanyaan mengukur variable yang di teliti.

Variable tentang Hubungan Belief tentang covid -19 dengan perilaku cuci

tangan 6 langkah adalah satu variable yang akan di lakukan uji validitas.

Uji validitas ini akan di laksanakan di Sekolah Tinggi ilmu kesehatan

Wijaya Husada Bogor dengan jumlah responden 20 responden

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung

indeks reliabilitas yaitu dengan teknik Cronbach Alpha. Rumus untuk

menghitung koefisien realibilitas instrument dengan menggunakan

Cronbach Alpha adalah sebagai berikut :

Rumus :

Keterangan :

r : Koefisien reliabilitas instrument

k : Banyaknya butir pertanyaan

∑σb² : Total varians butir


54

σ²t : Total varians

Dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > r table.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yaitu adalah suatu proses pendekatan

kepada subjek serta proses pengumpulan karakteristik subjek yang

diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013).

1. Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuisioner.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan

pendekatan Cross Sectional (potong lintang) untuk melihat korelasi

antara variabel independen yaitu Health Belief tentang covid-19

Variabel dependen yaitu perilaku cuci tangan 6 langkah. Alat ukur

perilaku health belief dan cuci tangan menggunakan kuisioner, kuesioner

health belief terdiri dari 15 pertanyaan diantaranya 10 butir pertanyaan

positif dan 5 butir pertanyaan negatif dan untuk pelaksanaan cuci tangan

6 langkah menggunakan kuesioner berupa 10 pertanyaan dengan 6 butir

pertanyaan positif dan 4 butir pertanyaan negatif.

2. Metode pengumpulan data

Adapun metode yang dilakukan peneliti dalam metode pengumpulan

data adalah sebagai berikut :

a) Kuisioner
55

Kuisioner merupakan daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan

kepada responden. Kuisioner yang peneliti buat berjumlah 24 item

pertanyaan untuk Health belief tentang covid-19

b) Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan sistematik

terhadap unsur – unsur yang tampak dalam suatu gejala – gejala

objek penelitian. Peneliti mengobservasi cara melakukan cuci

tangan 6 langkah pada sampel yang di teliti

3. Input Data Ke Dalam Instrumen

Setelah diberi penjelasan, responden akan mengisi kuesioner yang

telah disediakan. Dalam pengisian kuesioner, responden didampingi

oleh peneliti untuk mengantisipasi apabila ada pertanyaan yang kurang

dimengerti.

4. Data Entri/Input

a. Coding

Yaitu memberikan kode jawaban berupa angka terhadap jawaban-

jawaban responden yang ada pada kuesioner.

b. Checking

Melakukan pengecekan terhadap kelengkapan dan kebenaran data

yang sudah dilakukan koding.

c. Cleaning

Melakukan pembersihan data pada variabel-variabel yang diteliti

yang dimungkinkan karena kesalahan koding


56

d. Data Bersih

Hasil dari cleaning, merupakan data penelitian yang siap untuk

dilakukan pengolahan data selanjutnya.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan bagian dari proses peneltian setelah

pengumpulan data. Data mentah atau raw data pada tahap ini kemudian

diolah atau dianalisis sehingga menjadi informasi (Masturoh and Anggita

2018). Selanjutnya data tersebut diolah dengan menggunakan program

komputerisasi yang hasilnya meliputi:

1. Deskripsi Data (Univariat)

Menjelaskan masing-masing variabel, berupa distribusi frekuensi.

2. Bivariat

Menampilkan dua variabel sekaligus untuk melihat hubungannya

dengan menggunakan P-Value dan Odds Ratio atau OR).

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat memiliki tujuan untuk menjelaskan atau pun

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.Analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel yang

diteliti (Notoatmodjo, 2015) Analisis ini bertujuan untuk melihat

gambaran distribusi frekuensi dari setiap variabel yang di teliti meliputi

variabel Independen (supervise dalam keperawatan) terhadap variabel


57

Dependen (Health Belief tentang covid-19) di Sekolah tinggi ilmu

kesehatan indonesia maju, jakarta, dengan cara menghitung nilai tengah

(mean, median dan modus) dan membuat distribusi frekuaensi berdasarkan

kategori masing – masing variable. Kategori untuk:

a) Health belief

(1) Sangat setuju

(2) Setuju

(3) Tidak setuju : Nilai tinggi ≥ mean

(4) Sangat tidak setuju : Nilai rendah < mean

b) Perilaku mencuci tangan 6 langkah

(1) selalu

(2) sering

(3) kadang-kadang

(4) tidak pernah

Keseluruhan data yang ada dalam kuisioner diolah dan di sajikan

dalam bentuk table distribusi frekuensi.

Rumus :

➢ Mean Me = ∑Xi

Keterangan :

Me : Mean

∑ : Epsilon ( jumlah )
58

Xi : Nilai x ke I sampai ke n

N : Jumlah individu

2. Analisis Bivariat

Masturoh dan Anggita (2018) menjelaskan bahwa analisa bivariat

atau analisa statistic inferensial merupakan upaya dalam pembuktian

hipotesis berdasarkan analisis data yang dilakukan. Analisis ini di lakukan

untuk mengetahui hubungan supervise dalam keperawatan sebagai variabel

independen dengan Health Belief tentang covid-19 sebagai variabel

dependen, di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju. Uji statistik

yang digunakan adalah uji chi-square. Uji ini digunakan untuk melihat ada

atau tidaknya perbedaan proporsi yang bermakna antara distribusi frekuensi

yang diamati dan yang diharapkan dengan derajat kemaknaan 0,05. Bila P-

value < 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna (Ho ditolak). Sedangkan

bila P-value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna (Ho gagal

ditolak).

a) Analisis bivariate deskriptif

Analisis secara diskriptif dilakukan pada variable dalam bentuk

kategori dengan pendekatan analisis baris kolom, tabulasi silang.

b) Analisis bivariate analitik

Analisis ini dilakukan dengan melakukan uji statistic terhadap data asli

yang belum dikelompokan, yang telah di uji kenormalannya terlebih

dahulu. Bila variable yang akan di uji berskala interval atau rasio dan

berdistribusi normal maka digunakan uji korelasi product moment.


59

Sedangkan apabila variable tidak berdistribusi normal maka digunakan

uji Rank Sperman.

(a) Normalitas data sebelum digunakan uji signifikan, terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi normalitas data yaitu apabila kedua variable

tersebut mempunyai normalitas data atau tidak. Uji normalitas data

menggunakan uji Kolmogorof Smirnov. Untuk mengetahu apakah

data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan asumsi :

(1) Bila nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

(2) Bila nilai probabilitas > 0,05 maka Ha diterima

(b) Korelasi product moment

Yaitu untuk mengetahui hubungan dan membuktikan hipotesis

hubungan dua variable yakni variable terikat dan variabel bebas. Uji

korelasi Product Moment digunakan apabila memenuhi asumsi

korelasi product moment, yaitu :

(1) Kedua variable dengan skala interval atau rasio

(2) Data harus membentuk distribusi normal.


∈𝑥𝑦
Rumus : 𝑟𝑥𝑦 =
√(∈𝑥 2 𝑦 2 )

Keterangan :

rxy : korelasi antara variable x dengan variabely

x : (xi – x)

y : (yi – y)

Kriteria penolakan Ho :
60

1. Ho ditolak apabila r hitung > r table, p value <0,05

2. Ho diterima apabila r hitung < r table, p value >0,05

(c) Korelasi Rank Sperman

Uji ini digunakan bila syarat uji korelasi Product Moment tidak

terpenuhi dimana data tidak berdistribusi normal. Uji Rank

Sperman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji

signifikasi hipotesis asosiatif bila masing – masing variable yang

dihubungkan berbentuk ordinal Skala data harus di konversikan

terlebih dahulu menjadi skala kategori, variabelnya jenis data yang

dikorelasikan data berskala ordinal.

Rumus :

∈𝑑𝑖 2
𝑟𝑠 = 1 − 𝑛(𝑛 2 −1)

Keterangan :

rs : koefisiensi korelasi

n : total pengamatan

di : beda antara dua pengamatan berpasangan / perbedaan

setiap pasang rank. Untuk mengetahui kemaknaan hubungan

tersebut, maka rs hitung dibandingkan rs table :

1. Apabila rs hitung > rs table atau p value < 0,05 maka Ho ditolak

2. Apabila rs hitung < rs table atau p value > 0,05 maka Ho

diterima.
61

J. Jadwal Kegiatan

Kegiatan Sept Okt Nov Des Jan Feb

Konsultasi Judul

Konsultasi dan
penyusunan proposal
penelitian

Penyerahan proposal
penelitian kepada
pembimbing
Uji sidang Proposal

Penelitian

Uji Sidang hasil


penelitian

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan


BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi

responden berdasarkan karakteristik responden. Data yang didapatkan

peneliti merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian

kuesioner yang terdiri dari 80 responden yang merupakan prodi

Mahasiswa S1 keperawatanSTIKIM, distribusi frekuensi univariat ini

meliputi usia, jenis kelamin, belief dan perilaku cuci tangan 6 langkah pada

mahasiswa s1 keperawatan STIKIM Tahun 2020.

1. Distribusi Karakteristik Responden (Usia dan Jenis Kelamin )

Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari dua variabel

yaitu usia dan jenis kelamin. Distribusi frekuensi karakteristik

responden dapat dilihat pada tabel 5.1 sampai tabel 5.2 sebagai berikut:

Tabel 5.1
Distribusi Usia Responden
Variabel Jumlah
No %
Usia Responden
1 21 Tahun 3 3.75%
2 22 Tahun 2 2.5%
3 23 Tahun 73 91.25%
4 24 Tahun 2 2.5%
Total 80 100%

62
63

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi tentang usia mahasiswa s1

keperawatan di STIKIM lenteng Agung di dapatkan umur 23 Tahun

sebanyak 73 responden (91.25%).

Tabel 5.2
Distribusi Jenis Kelamin Responden

Variabel Jumlah
No %
Jenis Kelamin Responden
1 Perempuan 68 85.0%
2 Laki-laki 12 15.0%
Jumlah 80 100.%

Tabel 5.2 menunjukkan distribusi tentang jenis kelamin mahasiswa

s1 keperawatan STIKIM karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin yaitu responden perempuan sebanyak 68 responden (85.0%).

2. Dstribusi belief tentang covid


Kuesioner untuk mengukur belief tentang covid pada mahasiswa s1

keperawatan STIKIM. Selanjutnya untuk melihat distribusi jawaban

responden mengenai belief tentang covid tersebut dapat dilihat pada

tabel 5.3 sebagai berikut:

Tabel 5.3
Deskripsi Frekuensi belief tentang covid
Variabel Jumlah
No %
(Belief tentang covid) Responden
1 Percaya 80 100%
2 Tidak Percaya 0 0%
Jumlah 80 100
64

Tabel 5.3 menunjukkan distribusi belief tentang covid pada

mahasiswa s1 keperawatan STIKIM didapatkan Kategori Percaya

sejumlah 80 responden (100%).

3. Distribusi perilaku Cuci Tangan 6 langkah


Kuesioner untuk mengukur perilaku cuci tangan 6 langkah pada

mahasiswa s1 keperawatan STIKIM terdiri 10 pertanyaan. Selanjutnya

untuk melihat distribusi jawaban responden mengenai perilaku mencuci

tangan 6 langkah dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut:

Tabel 5.4
Deskripsi Frekuensi perilaku cuci tangan 6 langkah
Variabel
Jumlah
No Perilaku cuci tangan %
Responden
6 langkah
1 Baik 78 97.5%
2 Buruk 2 2.5 %
Jumlah 80 100

Tabel 5.4 menunjukkan distribusi tentang perilaku mencuci tangan pada

mahasiswa s1 keperawatan selama masa pandemi didapatkan sebanyak

78 responden (97.5%) yang baik pada saat melakukan cuci tangan.

B. Analisa Bivariat

Pada analisa bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada Hubungan

Hubungan Antara Health Belief Tentang Covid Dengan Perilaku Mencuci

Tangan 6 Langkah Pada Mahasiswa Stikim Prodi S1 Keperawatan Di Era

Pandemi Covid-19 Tahun 2020.

Dalam analisa bivariat ini variabel independen adalah belief tentang covid

sedangkan variabel dependen adalah perilaku mencuci tangan. Adapun


65

pengujian yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan uji chi-square

dengan hasil pada tabel 5.5 sebagai berikut:

Tabel 5.5
Hubungan Antara Health Belief Tentang Covid dengan Perilaku Mencuci Tangan
6 Langkah Pada Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKIM Di Era Pandemi
Covid-19 Tahun 2020.

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value Df sided)

Pearson Chi-Square 8.973a 1 .003


Likelihood Ratio 5.053 1 .025
Linear-by-Linear Association 8.861 1 .003
N of Valid Cases 80

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is .35.

Dari tabel 5.5 dapat di simpulkan bahwa responden dalam penelitian

sebanyak 80 responden mahasiswa keperawatan stikim, Berdasarkan output

diatas, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,03, karena nilai sig. (2-tailed)

0,03 lebih kecil dari 0,05 maka artinya Ha diterima dan Ho ditolak yaitu ada

hubungan antara belief tentang covid dengan variabel perilaku cuci tangan 6

langkah.
66

BAB VI
PEMBAHASAN

Bab ini berisi diskusi tentang hasil penelitian yang terkait dengan tujuan

penelitian. Hasil penelitian ini kemudian dihubungkan dengan penelitian dan

konsep atau teori yang ada dalam tinjauan literatur. Dalam diskusi ini yang

membahas berjudul " Hubungan Antara Health Belief Tentang Covid Dengan

Perilaku Mencuci Tangan 6 Langkah Pada Mahasiswa Stikim Prodi S1

Keperawatan Di Era Pandemi Covid-19 Tahun 2020.

A. Pembahasan
1. Gambaran Belief

Tabel 5.4 menunjukkan distribusi belief tentang covid pada

mahasiswa s1 keperawatan STIKIM didapatkan Kategori Percaya sejumlah

80 orang (100%).

Penelitian ini Lufiana Harnany Utami, Linda Nurjati 2017. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat bagaimana faktor individu (self-efficacy, belief, dan

motivasi) berperan pada kecemasan yang dialami mahasiswa dalam

pembelajaran bahasa Inggris. Rancangan penelitian menggunakan penelitian

korelasional dengan melibatkan 100 mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati

Bandung dari Fakultas Psikologi dan Tarbiyah sebagai sampel. Penarikan

sampel menggunakan stratified random sampling. Terdapat empat macam

instrumen yang digunakan yaitu Foreign Language Classroom Anxiety Scale,

Children’s Self-efficacy Scale, The Beliefs about Language Learning Inventory

(BALLI) dan motivation in learning english instrument. Teknik analisis data


67

menggunakan analisis statistik regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel self-efficacy, belief, dan motivasi masing-masing menunjukkan

hubungan yang signifikan dengan kecemasan dalam pembelajaran bahasa

Inggris. Demikian pula terdapat hubungan yang signifikan secara bersama-sama

antara selfefficacy, belief, dan motivasi dengan kecemasan dalam pembelajaran

bahasa Inggris.

Belief dalam bahasa inggris artinya percaya atau keyakinan. Menurut

peneliti belief adalah keyakinan terhadap sesuatu yang menimbulkan perilaku

tertentu. Misalnya individu percaya bahwa belajar sebelum ujian akan

berpengaruh terhadap nilai ujian. Jenis kepercayaan tersebut terkadang tanpa

didukung teori lain yang dapat dijelaskan secara logika. Priyoto (2014: 135).

Keyakinan pasien ini dalam ranah psikologi dikenal dengan istilah health belief.

Health belief merupakan persepsi seseorang tentang kerentanan dan

kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam

perilaku terhadap kesehatannya (Setiyaningsih et al. 2016). Health belief

merupakan penilaian subjektif individu berkenaan dengan kerentanan dirinya

terhadapa penyakit, tingkat keseriusan penyakit, keuntungan serta yang

dipersepsikan individu dalam menjalankan perilaku sehat (Rosenstock 1966).


68

Peneliti berasumsi health belief adalah keyakinan atau kepercayaan

seseorang terhadap sesuatu, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi

tentang kerentanan penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil

kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa merubah perilaku

dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang

ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan

perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku itu sendiri.

Teori Health Belief Model menggambarkan seseorang cenderung

melakukan perilaku kesehatan ketika mereka yakin bahwa perilaku baru tersebut

dapat menurunkan risiko terserang penyakit. Rasa terancam pada individu

kemungkinan dapat membuat individu mengubah perilakunya, akan tetapi

perubahan perilaku juga dapat dipengaruhi oleh kepercayaan individu tersebut

terhadap manfaat dari tindakan dalam menurunkan ancaman suatu penyakit

(Mutdinia, Pradanie, & Kusumaningrum, 2019). Health Belief Model berkaitan

dengan faktor-faktor predisposisi kognitif seseorang ke perilaku kesehatan,

menyimpulkan dengan keyakinan seseorang evektifitas diri untuk perilaku

tersebut (Kholid, 2015). Dengan meningkatnya kepercayaan seseorang terhadap

kesehatan maka akan merubah perilaku seseorang tersebut menjadi lebih baik

bersih dan sehat.

2. Gambaran perilaku cuci tangan 6 langkah


Tabel 5.4 menunjukkan distribusi tentang perilaku mencuci tangan pada

mahasiswa s1 keperawatan selama masa pandemi didapatkan sebanyak 78

responden (97.5%) yang baik pada saat melakukan cuci tangan.


69

Dalam penelitian ini sejalan dengan hasil Alif Nurul Rosyidah, 2014.

dengan judul Hubungan Perilaku Cuci Tangan Terhadap Kejadian Diare Pada

Siswa Disekolah Dasar Negeri Ciputat 02.

Hasil penelitian menunjukan yang memiliki perilaku cuci tangan yang baik

sebesar 44.6% dan yang memiliki perilaku kurang sebesar 55.4%. Anak SD yang

menderita diare dalam 3 bulan terakhir sebesar 80.4% sedangkan anak yang

tidak menderita diare dalam 3 bulan terakhir sebesar 19.6%. Hasil uji statistik

menunjukan (p = 0.015) artinya ada hubungan dengan perilaku cuci tangan.

Rekomendasi WHO dalam menghadapi wabah COVID-19 adalah

melakukan proteksi dasar, yang terdiri dari cuci tangan secara rutin dengan

alkohol atau sabun dan air, menjaga jarak dengan seseorang yang memiliki

gejala batuk atau bersin, melakukan etika batuk atau bersin, dan berobat ketika

memiliki keluhan yang sesuai kategori suspek. Rekomendasi jarak yang harus

dijaga adalah satu meter (WHO, 2020).

Mencuci tangan adalah proses menggosok kedua permukaan tangan

dengan kuat secara bersamaan dengan menggunakan zat pembersih yang sesuai

dan dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme.

Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu sanitasi dengan membersihkan

jarijemari dengan sabun dan air oleh manusia agar menjadi lebih bersih dan

memutuskan rantai kuman, mencuci tangan pakai sabun dikenal juga sebagai

pencegahan penyakit (Maryunani, 2017).


70

Mencuci tangan dengan sabun merupakan upaya pencegahan sebagai

perlindungan tubuh dari berbagai penyakit yang sifatnya menular. Mencuci

tangan dengan sabun dapat dilakukan ketika selesai BAB dan BAK, sebelum

makanan disiapkan, sebelum dan sesudah mengkonsumsi makanan, sehabis

bermain pada anak, setelah batuk atau bersin serta setelah membuang ingus

(Sugiarto et al., 2019).

Peneliti berasumsi bahwa cuci tangan adalah suatu cara proteksi dasar

untuk membersihkan tangan agar terhindar dari virus dan kuman yang

menyebar pada tubuh kita, suatu cara yang dianggap sepele tetapi sangat

penting bagi kesehatan.

3. Hubungan Antara Health Belief Tentang Covid Dengan Perilaku Mencuci

Tangan 6 Langkah Pada Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Stikim Di Era

Pandemi Covid-19 Tahun 2020

Dari tabel 5.5 dapat di simpulkan bahwa responden dalam penelitian

sebanyak 80 responden mahasiswa keperawatan stikim, Berdasarkan output

diatas, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,03, karena nilai sig. (2-tailed) 0,03

lebih kecil dari 0,05 maka artinya Ha diterima dan Ho ditolak yaitu ada

hubungan antara belief tentang covid dengan variabel perilaku cuci tangan 6

langkah.

Dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahma Yunita Amar

2019 yang berjudul faktor determinan kepatuhan perawat dalam melakukan

praktik cuci tangan di rsud ade muhammad djoen sintang, Metode


71

penelitiandengan desain Cross Sectional, Sampel sebanyak 68 responden

diambil dengan teknik total sampling.Teknik analisis data dengan menggunakan

uji statistik chi-sqaure. Hasil penelitian ada hubungan antara motivasi

(p=0,007), fasilitas (p= 0,01 )dan supervisi (p=0,001) dengankepatuhan

perawat dalam melakukan cuci tangan. Faktor yang tidak berhubungan antara

lain pengetahuan dan sikap. Disarankan kepada pihak manajemen RSUD Ade

Muhammad Djoen Sintang agar melakukan pengawasan dan briefing secara

rutin serta melengkapi ketersediaan fasilitas cuci tangan

health belief adalah perilaku individu yang dipengaruhi oleh persepsi dan

kepercayaan individu itu sendiri tanpa memandang apakah persepsi dan

kepercayaan tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan realitas. Dalam hal ini

penting sekali untuk bisa membedakan penilaian kesehatan secara obyektif dan

subjektif. Penilaian secara obyektif artinya kesehatan dinilai dari sudut pandang

tenaga kesehatan, sedangkan penilain subjektif artinya kesehatan dinilai dari

sudut pandang individu berdasarkan keyakinan dan kepercayaannya.

Tindakan cuci tangan merupakan kegiatan yang penting bagi lingkungan

,Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam

pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi

mikroorganisme. Tindakan mencuci tangan telah terbukti secara signifikan

menurunkan infeksi (Fajriyah 2015) Kegiatan mencuci tangan merupakan

pemutus rantai infeksi yang paling efektif dan efisien, namun entah kenapa

kebiasaan mencuci tangan tersebut tidak lah mudah di terapkan, hal ini berkaitan

dengan kepercayaan seseorang terhadap perilaku mencuci tangan akan


72

pencegahan infeksi terutama virus covid-19.

Peneliti berasumsi bahwa hubungan health belief dengan prilaku cuci

tangan yaitu dengan tingkat kenaikan virus covid yang semakin melonjak

mahasiswa stikim rata-rata percaya terhadap virus covid dan menjadikan lebih

sering melakukan cuci tangan di karenakan cemas terhadap covid.

Maka dari itu variabel health belief ada hubungannya dengan variabel

perilaku mencuci tangan 6 langkah, dengan keyakinan mahasiswa S1

keperawatan pada virus covid menjadikan mahasiswa jadi lebih sering mencuci

tangan, dikarenakan cuci tangan dapat mencegah rantai penularan virus covid.

B. Keterbatasan penelitian

Peneliti menyadari bahwa peneliti ini masih jauh dari semprna dan

memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini dapat berasal dari peneliti sendiri

maupun keterbatasan instrumen yang ada. Berikut adalah keterbatasan yang

ada didalam penelitian :

1. Peneliti mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian karna pada saat

penelitian ini sedang masa pandemi jadi diharuskan dilakukan secara online.

2. Peneliti mengalami kesulitan dalam hal perizinan akibat pandemi covid-19

3. Peneliti mengalami kesulitan ketika penelitian, karena membutuhkan waktu

dan strategi dengan bekerja sama dengan pihak kampus untuk

mengumpulkan semua.

4. Penelitian ini kesulitan pada saat menyebarkan kuesioner melewati google

form online.
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Hubungan

Antara Health Belief Tentang Covid Dengan Perilaku Mencuci Tangan 6

Langkah Pada Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Stikim Di Era Pandemi

Covid-19 Tahun 2020 “, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Health Belief Tentang Covid Pada Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan

Stikim menunjukkan distribusi belief tentang covid pada mahasiswa s1

keperawatan STIKIM didapatkan Kategori Percaya sejumlah 80 orang

(100%).

2. Perilaku Mencuci Tangan 6 Langkah Pada Mahasiswa Prodi S1

Keperawatan Stikim menunjukkan distribusi tentang perilaku mencuci

tangan pada mahasiswa s1 keperawatan selama masa pandemi didapatkan

sebanyak 78 Responden (97.5%).

3. Ada Hubungan Antara Health Belief Tentang Covid Dengan Perilaku

Mencuci Tangan 6 Langkah Pada Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan Stikim

Di Era Pandemi Covid-19 Tahun 2020 diketahui nilai P value 0,03 maka

artinya ha diterima dan ho di tolak maka ada hubungan antara health belief

tentang covid dengan variabel perilaku cuci tangan 6 langkah.

B. Saran

Berdasarkan kesimplan diatas, adapun saran bagi pengetahuan dan tempat

penelitian :

73
74

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi untuk

menambah pengetahuan dan wawasan sehingga dapat di jadikan sebagai

acuan mengenai health belief dan perilaku mencuci tangan 6 lamgkah.

2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi refrensi bagi peneliti selanjutnya

menegenai health belief dan perilaku mencuci tangan 6 langkah.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk

peneliti selanjutnya.

4. Penelitian ini diharapakan dapat diaplikasikan protokol kesehatan cuci tangan

6 langkah sebagai upaya yang efektif dan efesien mencegah atau memutus

rantai penularan virus covid .

5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi responden dan

institusi tempat yang diteliti untuk selalu menerapkan protokol kesehatan

pada saat masa pandemi ini.


DAFTAR PUSTAKA

Boskey, Elizabeth R., Judith A. Johnson, Charlotte Harrison, Jonathan M. Marron,

Leah Abecassis, Allison Scobie-Carroll, Julian Willard, David A. Diamond,

Amir H. Taghinia, and Oren Ganor. 2019. “Ethical Issues Considered When

Establishing a Pediatrics Gender Surgery Center.” Pediatrics

143(6):e20183053.

Chen, M., Cheng, S., & Hwang, Y. 2012. “No Title.” An Empirical Investigation of

The Relations between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and

Financial Performance. Journal of Intellectual Capital.

Cucinotta, Domenico, and Maurizio Vanelli. 2020. “WHO Declares COVID-19 a

Pandemic.” Acta Bio-Medica: Atenei Parmensis 91(1):157–60.

Depkes, R. I. 2020. “Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus

Desease (COVID-19).” Jakarta: Kemenkes RI & Dirjen Pencegahan Dan

Pengendalian Penyakit.

Desiyanto, Fajar Ardi, and Sitti Nur Djannah. 2013. “Efektivitas Mencuci Tangan

Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer)

Terhadap Jumlah Angka Kuman.” Jurnal Kesehatan Masyarakat (Journal of

Public Health) 7(2).

Fajriyah, Nuniek Nizmah. 2015. “PENGETAHUAN MENCUCI TANGAN

PENUNGGU PASIEN MENGGUNAKAN LOTION ANTISEPTIC.” in

PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL.


Glanz, Karen. n.d. “Dkk.(Ed.). 2008.” Health Behavior and Health Education:

Theory, Research, and Practice.

Green, Lawrence W., Marshall Kreuter, Sigrid G. Deeds, and Kay B. Partridge.

1980. “Health Education Planning: A Diagnostic Approach.” P. 306 in Health

education planning: a diagnostic approach.

Jones, Christina L., Jakob D. Jensen, Courtney L. Scherr, Natasha R. Brown,

Katheryn Christy, and Jeremy Weaver. 2015. “The Health Belief Model as an

Explanatory Framework in Communication Research: Exploring Parallel,

Serial, and Moderated Mediation.” Health Communication 30(6):566–76.

Kholid, Anwar, Rahmawati Husein, and Dyah Mutiarin. 2015. “The Influence of

Social Media towards Student Political Participation during the 2014

Indonesian Presidential Election.” Jurnal Studi Pemerintahan 6(2):246–64.

Masturoh, Imas, and Nauri Anggita. 2018. “Metodologi Penelitian Kesehatan.”

Jakarta: Kementrian Kesehatan Repbulik Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. “Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku.” Jakarta:

Rineka Cipta 20.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. “Metodologi Penelitian Kesehatan.”

Pittet, Didier. 2001. “Improving Adherence to Hand Hygiene Practice: A

Multidisciplinary Approach.” Emerging Infectious Diseases 7(2):234.

Proverawati, Atikah, and Eni Rahmawati. 2012. “Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

(PHBS).” Yogyakarta: Nuha Medika 2–105.


Rahmawati, Eni, and Atikah Proverawati. 2016. “Community Empowering Models

to Gout Management: A Study among Indonesian Cadres and Elderly.”

International Journal of Medical Research & Health Sciences 5(7):28–31.

Setiyaningsih, Ratna, Didik Tamtomo, and Nunuk Suryani. 2016. “Health Belief

Model: Determinants of Hypertension Prevention Behavior in Adults at

Community Health Center, Sukoharjo, Central Java.” Journal of Health

Promotion and Behavior 1(3):160–70.

Sina, I., Batoro J. Maryunani, and N. Harahab. 2017. “Analysis of Total Economic

Value of Ecosystem Mangrove Forest in the Coastal Zone Pulokerto Village

District of Kraton Pasuruan Regency.” International Journal of Ecosystem

7(1):1–10.

Siyoto, Sandu, and Muhammad Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian.

Literasi Media Publishing.

Susilo, Adityo. n.d. “Dkk. 2020. Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur

Terkini.” Jurnal Penyakit Dalam Indonesia 7(1):45–63.

Yurianto, Ahmad, and K. P. Bambang Wibowo. 2020. “Pedoman Pencegahan Dan

Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)(MI Listiana Azizah,

Adistikah Aqmarina.”

Anda mungkin juga menyukai