Anda di halaman 1dari 81

SKRIPSI

HUBUNGAN ANEMIA, USIA IBU, PARITAS DAN


JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA

WINDA TRIE WAHYUNI


NIM. 1610015045

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN ANEMIA, USIA IBU, PARITAS DAN


JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BERAT
BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD ABDUL WAHAB
SJAHRANIE SAMARINDA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Kedokteran (S.Ked)

WINDA TRIE WAHYUNI

NIM. 1610015045

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Hubungan Anemia, Usia Ibu, Paritas, dan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Berat
Bayi Lahir Rendah di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan
kepada penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si selaku Rektor Universitas Mulawarman.

2. dr. Ika Fikriah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas


Mulawarman.
3. dr. Sulistiawati, M.Med.Ed selaku Koordinator Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. Ahmad Wisnu Wardhana, Msc., Sp.A selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan banyak ilmu dan bimbingan khususnya pada pemahaman
teori dalam proses penyusunan skripsi.
5. dr. Yudanti Riastiti, M.Kes., Sp.Rad selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan banyak ilmu dan bimbingan khususnya pada penulisan juga
metode penelitian dalam proses penyusunan skripsi.
6. dr. Muhammad Buchori, Sp.A selaku penguji I dan dr. Evi Fitriany, M.Kes
selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta motivasi,
kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi.
7. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman atas
seluruh ilmu yang telah diberikan.
8. Direktur dan staf Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda yang telah mengijinkan dan membantu peneliti untuk melakukan
penelitian di Rumah Sakit tersebut.
9. Kedua orang tua tercinta, Bapak Suwito dan Ibu Farida, semua saudara penulis,
Robby Indra Nugroho, beserta seluruh keluarga besar yang selalu
menyayangi dengan tulus dan tidak pernah kenal lelah memberi semangat serta

iv
kasih sayang dan dukungan di setiap langkah hidup penulis.
10. Sahabat tercinta semasa kuliah Annisa Salsabila, M. Dino Indria dan Doni
Suryadi yang selalu setia menemani, memberi dukungan dan koreksi demi
kesempurnaan dalam penulisan skripsi penulis.
11. Teman Seperjuangan Grace Pisca, Merry Utari, Winda Puspita, Feri Clinten,
Ahmad Fikri, Andre Wijaya, Dini Angraeni yang selalu memberi semangat.
12. Seluruh teman angkatan 2016 Vagus yang telah mendukung dan membantu
selama penulisan skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis dalam menjalani pendidikan dan penulisan skripsi.

Akhir kata dengan penuh kerendahan hati penulis memohon maaf apabila ada
perbuatan maupun kata-kata yang salah dalam proses maupun penulisan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyusunan skripsi
yang lebih baik.

Samarinda, 6 April 2021


Penulis

Winda Trie Wahyuni

v
ABSTRAK

Nama : Winda Trie Wahyuni


Program Studi : Kedokteran
Judul : Hubungan Anemia, Usia Ibu, Paritas dan Jarak Kehamilan dengan
Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda

Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
<2500 gram. Berat bayi lahir rendah memiliki kontribusi sebanyak 60% hingga
80% dari seluruh kematian neonatal. Bayi dengan berat lahir rendah dapat
menimbulkan gangguan perkembangan baik secara kognitif maupun motorik yang
tidak sesuai dengan umur dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal. Faktor resiko yang dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah adalah usia
ibu saat hamil, paritas, jarak kehamilan dan anemia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan faktor resiko ibu dengan kejadian berat bayi
lahir rendah di RSUD Abdul Wahab Sjahrie Samarinda. Desain penelitian ini
menggunakan studi kasus kontrol dengan metode analitik observasional. Data
bersumber dari rekam medik ibu yang melahirkan di RSUD Abdul Wahab Sjaranie
Samarinda periode Januari 2018–Desember 2019 yang diambil dengan metode
purposive sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-square. Subjek
penelitian terdiri dari 46 kontrol dan 46 kasus. Hasil analisis diperoleh adanya
hubungan bermakna antara jarak kehamilan (p=0,01) dan anemia (p=0,01) dengan
kejadian berat bayi lahir rendah serta tidak terdapat adanya hubungan antara usia
ibu saat hamil (p=0,293) dan paritas (p=0,599) dengan kejadian berat bayi lahir
rendah.

Kata kunci : Berat bayi lahir rendah, usia ibu, paritas, jarak kehamilan, anemia.

vi
ABSTRACT

Name : Winda Trie Wahyuni


Study Program : Medical Department
Tittle : Relationship Between Anemia, Maternal Age, Parity, and Spacing
of Pregnancy with the Incidence of Low Birth Weight Infants in
Abdul Wahab Sjaranie Samarinda Hospital

Low weight babies are babies born weighing under 2500 grams. Low birth
weight babies account for as much as 60% to 80% of all neonatal deaths. Infants
with low birth weight may experience developmental disorders both cognitive and
motoric that are not according to age compared to babies born with normal bodies.
The risk factors that can cause low birth weight babies are the mother’s age at
pregnancy, parity, and anemia. The purpose of this study was to determine the
relationship between maternal risk factors and the incidence of low birth weight
babies at Abdul Wahab Sjahranie Hospital, Samarinda. The research design used
a case control study with an observational analytic method. The data was taken
from medical records of mother who gave birth at the Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda hospital in the period of January 2018-December 2019 were taken by
purposive sampling method. The data were then analyzed using the Chi-square test.
The research subjects consisted of 46 controls and 46 cases. There was association
between spacing of pregnancy (p=0,01) and anemia (p=0,01) with the incidence of
low birth weight babies and there was no association between the mother’s age
during pregnancy (p=0,293) and the parity (p=0,599) with the incidence of low
birth weight babies.

Keyword : Low weight babies, maternal age, parity, spacing of pregnancy, anemia.

vii
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................ii
LEMBAR
PENGESAHAN…………………………………………………….Error!
Bookmark not defined.iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ...........................................................................................................vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Ilmiah................................................................................................5
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti ..................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6
2.1 Berat bayi lahir rendah ...................................................................................... 6
2.1.1 Definisi ........................................................................................................... 6
2.1.2 Epidemiologi................................................................................................... 6
2.1.3 Faktor Resiko Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah ..................................... 7
2.1.4 Faktor maternal ............................................................................................... 7
2.1.5 Faktor Janin................................................................................................... 10
2.1.6 Faktor Plasenta .............................................................................................. 11

viii
2.1.7 Klasifikasi......................................................................................................11
2.1.8 Patofisiologi Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah....................................... 12
2.1.9 Manifestasi Klinis Bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah ........................... 13
2.1.10 Penegakkan diagnosis Bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah ................... 14
2.1.11 Penatalaksanaan Bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah ............................ 15
2.2 Hubungan Usia Ibu saat Hamil dengan kejadian BBLR ................................. 15
2.3 Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR ..................................................... 16
2.4 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian BBLR ..................................... 16
2.5 Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kejadian BBLR.................................. 16
2.6 Kerangka Teori ................................................................................................ 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP .......................................................................... 18
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................. 18
3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 19
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 20
4.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 20
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 20
4.2.1 Tempat Penelitian ......................................................................................... 20
4.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................................... 20
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................... 20
4.3.1 Populasi Penelitian........................................................................................ 20
4.3.2 Sampel Penelitian ......................................................................................... 20
4.3.3 Cara Pengambilan Sampel ............................................................................ 20
4.3.4 Besar Sampel Penelitian ............................................................................... 21
4.3.5 Kriteria Sampel Penelitian ............................................................................ 22
4.4 Cara Pengumpulan Data .................................................................................. 22
4.4.1 Data Penelitian .............................................................................................. 22
4.4.2 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 22
4.5 Variabel Penelitian........................................................................................... 23
4.5.1 Variabel bebas............................................................................................... 23

ix
4.5.2 Variabel terikat ............................................................................................. 23
4.6 Definisi Operasional ........................................................................................ 23
4.7 Pengolahan dan Penyajian Data....................................................................... 24
4.8 Analisis Data .................................................................................................... 24
4.8.1 Analisis univariat .......................................................................................... 24
4.8.2 Analisis bivariat ............................................................................................ 25
4.9 Alur Subjek Penelitian………………………………………………………..26
4.10 Alur Penelitian ............................................................................................... 27
4.11 Rencana jadwal kegiatan ............................................................................... 28
BAB 5 HASIL PENELITIAN ............................................................................. 29
5.1 Hasil Penelitian................................................................................................29
5.2 Analisis Univariat Subjek Penelitian ............................................................... 30
5.2.1 Usia Ibu ......................................................................................................... 30
5.2.2 Paritas ........................................................................................................... 30
5.2.3 Jarak Kehamilan ........................................................................................... 31
5.2.4 Berat Badan Lahir ......................................................................................... 31
5.2.5 Jenis Kelamin Bayi ....................................................................................... 32
5.2.6 Jenis Persalinan ............................................. Error! Bookmark not defined.
5.2.7 Anemia .......................................................................................................... 32
5.3 Analisis Bivariat Subjek Penelitian ................................................................. 33
5.3.1 Usia Ibu ......................................................................................................... 33
5.3.2 Paritas ........................................................................................................... 34
5.3.3 Jarak Kehamilan ........................................................................................... 35
5.3.4 Anemia .......................................................................................................... 36
BAB 6 PEMBAHASAN ....................................................................................... 37
6.1 Pembahasan Univariat ..................................................................................... 37
6.2 Pembahasan Bivariat........................................................................................ 39
6.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 42
BAB 7 PENUTUP ................................................................................................ 43

x
7.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 43
7.2. Saran ............................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 45

xi
DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Gambaran Klinis BBLR Berdasarkan Sistem Tubuh ............................ 13


Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................................ 23
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................... 28
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Ibu ............. 30
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Paritas ................ 30
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Jarak Kehamilan 31
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Berat Badan ....... 31
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi
............................................................................................................................... 32
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Persalinan
............................................................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Anemia .............. 32
Tabel 5.8 Analisis Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian BBLR .......................... 33
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian BBLR ....................... 34
Tabel 5.10 Analisis Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian BBLR ........... 35
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Anemia dengan Kejadian BBLR ......................... 36

xii
DAFTAR SINGKATAN

AKB : Angka Kematian Bayi


BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
BBLASR : Berat Bayi Lahir Amat Sangat Rendah
BBLSR : Berat Bayi Lahir Sangat Rendah
HB : Hemoglobin
IDAI : Ikatan Dokter Anak Indonesia
IUFD : Intra Uterin Fetal Death
ROP : Retinopathy of Prematurity
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
TORCH : Toksoplasmosis, Sitomegalovirus, Herpes simpleks, Rubella
WHO : World Health Organization

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan <2500 gram. BBLR dapat menimbulkan gangguan
perkembangan baik secara kognitif maupun motorik yang tidak sesuai dengan umur
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal (Hartiningrum,
2019). BBLR juga berisiko 8 kali lebih besar mengalami kematian selama masa
pertumbuhan jika dibandingkan dengan bayi yang memiliki berat badan lahir
normal (Nuryani, 2017). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa
BBLR memiliki kontribusi sebanyak 60% hingga 80% dari seluruh kematian
neonatal. Berat bayi saat lahir merupakan indikator penting dalam menilai
pertumbuhan dan perkembangan selama masa kehidupan.
Insidensi BBLR di beberapa negara mengalami peningkatan. Prevalensi
secara global BBLR diperkirakan sebanyak 15% hingga 20% dari seluruh kelahiran
bayi di dunia dengan jumlah mencapai sekitar 20 juta pertahun (WHO, 2014).
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator penting dalam menilai derajat
kesehatan. Angka kematian bayi di Indonesia cukup tinggi yaitu 19/1000 kelahiran
pada tahun 2012 (Eksekutif, 2018). AKB dapat disebabkan oleh BBLR. BBLR
merupakan penyebab kematian perinatal tertinggi kedua di Indonesia setelah Intra
Uteri Fetal Death (IUFD) yaitu sebesar 11,2% (Kemenkes, 2015).
Sumber dari Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia pada
tahun 2013 di dapatkan jumlah bayi dengan BBLR memiliki presentase sebesar
10,2% dimana mengalami penurunan pada tahun 2018 menjadi 4,0%. Hanya saja
penurunan ini belum sesuai dengan target yang diinginkan oleh pemerintah
Indonesia yaitu menurunkan kasus BBLR menjadi 12/1000 kelahiran pada tahun
2019 dan mengakhiri kasus kematian bayi dan balita pada tahun 2030 (Kemenkes
RI, 2019). Profil Kesehatan pada 10 kabupaten atau kota provinsi Kalimantan
Timur pada tahun 2017 terdapat sebanyak 2543 kasus bayi lahir dengan BBLR

1
(Profil Kesehatan Kaltim, 2018). Samarinda menempati peringkat ke 7 dari 10
kabupaten dengan jumlah 268 kasus bayi lahir dengan BBLR. Berdasarkan data
rekam medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda terdapat kasus BBLR
sebanyak 191 pada tahun 2019.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR, diantaranya
adalah faktor dari ibu dan faktor dari janin. Faktor ibu yang berpengaruh dengan
kejadian BBLR yaitu usia ibu saat hamil yang terlalu muda atau terlalu tua (<20
tahun dan >35 tahun), status gizi, penyakit yang berhubungan langsung dengan
kehamilan, jarak kehamilan, paritas ibu, keadaan sosial-ekonomi sedangkan faktor
janin yang dapat berpengaruh yaitu hidramion, kehamilan ganda, infeksi dan
kelainan kromosom. Faktor ibu adalah faktor yang paling berpengaruh tinggi
dengan kejadian BBLR terutama anemia, usia saat hamil, paritas dan jarak
kehamilan (Septiani & Ulfa, 2018).
Usia ibu saat hamil yang dimaksud berhubungan dengan kejadian BBLR
yaitu usia <20 tahun atau >35 tahun. Ibu yang hamil saat usia <20 tahun secara fisik
dan emosional belum matang dan belum stabil. Sedangkan pada ibu yang hamil
dengan usia >35 tahun mengalami penurunan fungsi tubuh dan kesehatan yang
dapat berpengaruh terhadap perkembangan janin intra uteri dan beresiko
melahirkan bayi dengan BBLR (Prawirohardjo, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Desi Andrian di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr Ahmad Mochtar Kota Bukit Tinggi pada tahun 2014 di dapatkan data
usia ibu <20 tahun dan > 35 tahun sebesar 82,0% ibu yang melahirkan bayi dengan
BBLR, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Novelinda Permatasari di Rumah
Sakit Umum Daerah Tidar Magelang pada tahun 2017 didapatkan data usia ibu <20
tahun dan > 35 tahun sebesar 27,9%. Hal ini menunjukan besarnya pengaruh faktor
usia saat hamil dengan kejadian BBLR.
Paritas seorang ibu berpengaruh terhadap janin yang di kandungnya. Paritas
yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi
ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Ibu yang memiliki paritas ³ 3 anak akan
beresiko 2,4 kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, karena setiap
proses kehamilan dan persalinan yang di alami menyebabkan trauma fisik dan
psikis, semakin banyak trauma ditinggalkan menyebabkan timbulnya penyulit pada

2
kehamilan dan persalinan berikutnya. Kehamilan grandemultipara menyebabkan
penurunan daya elastisitas pada jaringan sehingga cenderung dapat menimbulkan
kelainan posisi ataupun kelainan pertumbuhan pada plasenta dan pertumbuhan pada
janin (Wahyuningrum et al., 2016). Berdasarkan penelitian dari Supiati di Rumah
Bersalin Jeweni Desa Pandes Wedi Klaten tahun 2012 diperoleh data paritas yang
beresiko sebesar 6,3%, sedangkan data dari penelitian Rangga S Pamungkas et al
di Puskesmas Preled Kabupaten Purwakarta pada tahun 2014 diperoleh data paritas
yang beresiko sebesar 21,1%.
Jarak kehamilan ibu hamil dapat berpengaruh terhadap berat bayi yang akan
dilahirkan. Seorang ibu yang jarak kehamilanya dikatakan memiliki resiko apabila
hamil dalam jangka waktu kurang dari dua tahun. Jarak kehamilan ibu yang dekat
akan menyebabkan kondisi seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan
kondisi fisiologi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Kondisi tubuh ibu hamil
yang kurang sehat inilah yang dapat menjadi faktor penyebab terganggunya sistem
reproduksi sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya
berpengaruh terhadap berat badan saat lahir (Indrasari, 2012). Hasil penelitian yang
dilakukan Bambang Kurnniawan di Puskesmas Kecamatan Pademangan Jakarta
Utara tahun 2014 di dapatkan data jarak kehamilan ibu yang beresiko melahirkan
BBLR sebesar 52,6%, sedangkan data dari penelitian Sinta Ayu Setiawan di Rumah
Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo tahun 2016 dapatkan data jarak kehamilan
ibu yang beresiko melahirkan BBLR sebesar 70%.
Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di
negara maju maupun negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa 35-
75% ibu hamil di negara berkembang dan 18% ibu hamil di negara maju mengalami
anemia. Kejadian anemia juga menjadi salah satu faktor penyebab BBLR. Pada saat
kehamilan, ibu mengalami perubahan fisiologis yang dimulai pada minggu ke-6
dimana terjadi ketidakseimbangan jumlah plasma darah dan sel darah merah.
Ketidakseimbangan ini dapat dilihat dalam bentuk penurunan kadar hemoglobin.
Berdasarkan penelitian dari Maryam Syifaurrahmah di Rumah Sakit Umum Daerah
Achmad Darwis Suliki di Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatra Barat tahun 2013
di peroleh data ibu yang mengalami anemia melahirkan BBLR sebesar 32,9%
sedangkan data penelitian dari Yuli Mariany di Rumah Sakit Camatha Sahidya kota

3
Batam tahun 2017 di peroleh data ibu yang mengalami anemia melahirkan BBLR
sebesar 65,7%.
Dari uraian data dan penelitian diatas masih terdapat perbedaan pendapat
serta masih banyaknya kejadian BBLR di Samarinda. Sehingga peneliti tertarik
untuk memilih usia saat ibu hamil, paritas, dan jarak kehamilan untuk diteliti
hubunganya dengan kejadian BBLR. Sejauh ini yang diketahui oleh peneliti belum
pernah adanya penelitian yang menganalisis hubungan anemia, usia ibu, paritas dan
jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di Samarinda, Kalimantan Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan anemia, usia ibu, paritas dan jarak kehamilan ibu
dengan kejadian BBLR di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan anemia usia
ibu, paritas dan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui prevalensi kejadian BBLR di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
2. Mengetahui distribusi anemia, usia ibu, paritas dan jarak kehamilan di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
3. Mengetahui hubungan anemia dengan kejadian BBLR di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
4. Mengetahui hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
5. Mengetahui hubungan paritas dengan kejadian BBLR di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
6. Mengetahui jarak kehamilan hubungan dengan kejadian BBLR di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah
mengenai hubungan anemia, usia ibu, paritas dan jarak kehamilan dengan kejadian
BBLR, sehingga dapat digunakan untuk acuan bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
1. Sebagai pengalaman baru bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan
penulisan karya ilmiah serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat
kepada masyarakat.
2. Sebagai pemenuhan syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berat badan bayi lahir rendah


2.1.1 Definisi
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan <2500gram tanpa memandang
masa gestasi yang ditimbang dalam 1 jam pertama setelah lahir. Berat badan
merupakan indikator penting dalam mengevaluasi derajat atau status kesehatan
seorang anak, sehingga dapat berperan penting dalam memantau masa
pertumbuhan sejak lahir (IDAI,2014; WHO, 2014; Putri et al., 2019).

2.1.2 Epidemiologi
Kasus BBLR pada beberapa negara mengalami peningkatan, menurut
laporan World Health Organization (WHO) 2015. Kematian neonatal
menyumbang sebesar 45% kematian. Penyebab utama kematian neonatal pada
tahun 2015 adalah komplikasi kelahiran BBLR 16%, komplikasi terkait intrapartum
11%, sepsis 7%, kelainan kongenital 5%, pneumonia 3%, lain-lain 3%, tetanus 1%.
Menurut data WHO, prevalensi kejadian BBLR di dunia yaitu 20 juta (15.5%)
setiap tahunnya, dan negara berkembang menjadi kontributor terbesar yaitu sekitar
96.5% (WHO,2018). BBLR selama ini masih menjadi persoalan yang sangat
kompleks dan rumit karena memiliki dampak terhadap masalah kesehatan yang
buruk karena tidak hanya menyebabkan tingginya angka kematian, melainkan dapat
menimbulkan kecacatan, gangguan, maupun hambatan dalam pertumbuhan. Di
Indonesia sendiri BBLR merupakan penyebab kematian perinatal tertinggi kedua
setelah IUFD yakni sebesar 11,2% (Kemenkes,2015). Data yang diperoleh dari
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia tahun 2015 jumlah bayi lahir
dengan berat badan rendah sebesar 15,5%. Profil kesehatan pada 10 kabupaten atau
kota provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2018 terdapat sebanyak 2543 kasus
bayi lahir dengan BBLR (Profil Kesehatan Kaltim, 2018). Samarinda menempati
peringkat ke 7 dari 10 kota atau kabupaten dengan jumlah 268 kasus bayi lahir
dengan BBLR.

6
2.1.3 Faktor Resiko Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya berat badan lahir rendah


secara umum masih bersifat multifaktorial, sehingga mengalami kesulitan untuk
dilakukannya tindakan pecegahan. Berikut ini adalah faktor-faktor yang berkaitan
dengan BBLR yaitu sebagai berikut (Proverawati & Isnawati, 2017).

2.1.3.1 Prematuritas

Preterm atau prematuritas adalah persalinan yang terjadi sebelum usia janin
dalam kandungan mencapai 37 minggu atau 259 hari dengan berat janin <2500
gram. Bayi prematur memiliki resiko mengalami kematian lebih besar akibat fungsi
organ tubuh yang belum sempurna (Widiastuti, 2018).

2.1.3.2 Pertumbuhan Janin Terhambat


Pertumbuhan janin dalam kandungan terhambat dapat menunjukan
terhambatnya potensial pertumbuhan secara genetik yang patologis, sehingga
terdapat gangguan pada janin seperti terdapat gambaran Doppler yang abnormal
serta berkurangannya volume cairan ketuban (Himpunan Kedokteran Fetomaterna
POGI, 2016).
2.1.4 Faktor maternal
Beberapa faktor maternal yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu
sebagai berikut:
2.1.4.1 Penyakit
Penyakit yang berhubungan terkait langsung saat ibu hamil seperti nefritis
akut, diabetes mellitus, preeklamsi, eklamsi berat, hipertensi dalam kehamilan,
infeksi akut, pendarahan antepartum, trauma fisik dan psikologi (Nuryani, 2017).
2.1.4.2 Usia
Angka prematuritas tertinggi adalah pada saat usia ibu <20 tahun atau >35
tahun dan pada multigravida dengan jarak kelahiranya yang terlalu dekat. Ibu yang
hamil di usia terlalu muda (<20 tahun) sering kali secara fisik dan emosional belum
matang sehingga tidak dapat menanggapi kehamilannya dengan baik dan sering
terjadinya kompilkasi dalam kehamilan. Sedangkan pada ibu hamil yang usianya
>35 tahun mengalami penurunan organ reproduksi dan perubahan fungsi hormon
yang mengatur siklus reproduksi (Pinontoan & Tombokan, 2015).

7
2.1.4.3 Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berperan terhadap timbulnya prematuritas pada ibu
hamil. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan gizi ibu yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang masih kurang. Kejadian prematuritas pada bayi yang
dilahirkan dari ibu yang perkawinannya yang tidak sah lebih tinggi di bandingkan
dengan bayi yang lahir dari ibu yang perkawinannya sah (Hassan & Alatas, 2007).

2.1.4.4 Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu baik lahir hidup maupun
lahir meninggal. Paritas yang tinggi dapat menyebabkan penyulit dalam kehamilan
baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkan. Ibu yang mengalami kehamilan
dan persalinan yang berulang-ulang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah
pada dinding rahim dan kemunduran daya elastisitas jaringan sehingga dapat
menimbulkan kelainan pertumbuhan plasenta dan janin sehingga dapat melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah (Pinontoan & Tombokan, 2015).

2.1.4.5 Jarak kehamilan


Jarak kehamilan ibu hamil dapat berpengaruh terhadap berat bayi yang akan
dilahirkan. Seorang ibu yang jarak kehamilanya dikatakan memiliki resiko apabila
hamil dalam jangka waktu kurang dari dua tahun. Hal ini dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan hasil konsepsi seperti immaturitas, prematuritas, cacat
bawaan atau janin lahir dengan berat badan lahir rendah. Keadaan ini disebabkan
oleh kurangnya suplai nutrisi dan okisgen pada plasenta yang dapat mempengaruh
fungsi plasenta terhadap janin. Selain itu jarak kehamilan ibu yang dekat akan
menyebabkan kondisi seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi
fisiologi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Kondisi tubuh ibu hamil yang
kurang sehat inilah yang dapat menjadi faktor penyebab terganggunya sistem
reproduksi sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya
yang berpengaruh terhadap berat badan saat lahir (Indrasari, 2012).

2.1.4.6 Gizi
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dapat dipengaruhi

8
oleh keadaan gizi ibu selama kehamilan yang nantinya akan berpengaruh terhadap
berat badan bayi saat lahir. Pada masa kehamilan ibu mengalami peningkatan
kebutuhan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang sedang tumbuh dan
berkembang. Ketika jumlah makanan yang dikonsumsi tidak cukup, hal ini dapat
menyebabkan penurunan volume darah sehingga aliran darah ke plasenta terganggu
mengakibatkan berkurangnya transpot zat gizi yang mengakibatkan pertumbuhan
janin terhambat dan akan melahirkan bayi dengan berat rendah (Muliani, 2017).

2.1.4.7 Kunjungan Antenatal


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama masa kehamilanya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang telah
ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan antenatal bagi petugas Puskesmas.
Jumlah kunjungan dapat dikatakan baik apabila selama kehamilan terdapat 4 kali
kunjungan yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada
trimester III. Pelayanan antenatal bertujuan untuk menjaga kesehatan fisik atau
mental ibu dan bayi dengan memberikan pendidikan mengenai kebutuhan nutrisi,
menditeksi secara dini jika terdapat kelainan dalam kehamilan. Pada saat
pemeriksaan kehamilan juga dapat diketahui tentang perkiraan berat badan janin di
dalam kandungan ibu sesuai dengan usia kehamilan ibu, sehingga apabila pada saat
pemeriksaan kehamilan ditemukan seorang ibu yang berat badan janinnya tidak
sesuai dengan usia kehamilan maka dokter atau bidan akan segera melakukan
tindakan untuk mengatasi masalah tersebut, baik dengan memberikan konseling
tentang asupan makanan yang sebaiknya dikonsumsi ibu selama hamil,serta
memberikan anjuran lain berkaitan dengan faktor risiko yang mungkin berpengaruh
terhadap berat badan janin selama hamil. Dengan pemeriksaan kehamilan yang
teratur maka kemungkinan bayi lahir dengan BBLR bisa dicegah karena setiap
pemeriksaan berat badan janin dipantau (Sandra, 2012).

9
2.1.4.8 Anemia pada kehamilan
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari 11 gr/dl. Pada wanita dewasa kadar normal Hb berkisar antara 12–16
gr/dl, sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar
Hb dibawah 11gr/dl pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5 gr/dl pada
trimester II. Anemia pada kehamilan dapat memberi pengaruh kurang baik bagi ibu
dan janin dalam kandungan. Anemia yang di alami ibu menyebabkan menurunya
daya angkut suplai oksigen dari plasenta ke janin yang menyebabkan terganggunya
fungsi plasenta hal ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan janin intra uteri
dan menyebabkan kelahiran dengan berat badan rendah (Aprilisia et al., 2017).

2.1.5 Faktor Janin

2.1.5.1 Hidramnion
Hidramion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban yang melebihi
2000 cc, pada keadaan normal jumlah air ketuban mencapai 1000 cc kemudian
menurun setelah memasuki minggu ke 38. Hidramion dianggap sebagai kehamilan
yang memiliki resiko tinggi karena dapat menyebabkan terjadinya rengangan pada
uterus yang memicu terjadinya partus prematur (Indrasariani, 2012).

2.1.5.2 Kelainan Kongenital


Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur pada
bayi yang timbul sejak awal kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang di
lahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan di lahirkan sebagai bayi
dengan berat badan lahir rendah atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi
yang lahir dengan berat rendah yang disertai dengan kelainan kongenital rata- rata
akan meninggal dalam minggu pertama kehidupan (Wiknjosastro, 2014).

2.1.5.3 Kehamilan Ganda


Pada kehamilan ganda suplai darah ke janin terbagi menjadi dua untuk
masing-masing janin, seningga suplai nutrisi yang dibutuhkan berkurang, asupan
nutrisi yang kurang dapat menganggu pertumbuhan janin dalam kandungan yang
dapat menyebabkan berat badan saat lahir menjadi rendah. Masing- masing berat
lahir janin dengan kehamilan ganda lebih rendah 1000gram lebih ringan dari

10
kehamilan norma (Sari et al., 2018).

2.1.5.4 Infeksi TORCH


Semula infeksi TORCH meliputi toksoplasmosis, sitomegalovirus, herpes
simpleks, dan rubella yang dapat menimbulkan kelainan kongenital dalam bentuk
hampir sama yaitu mikrosefali, ketulian, kebutaan, kehamilan dapat terjadi abortus,
persalinan premature, dan pertumbuhan janin terlambat (Manuaba, 2012).
2.1.6 Faktor Plasenta
Menurut Muryani (2013) terdapat beberapa faktor plasenta yang dapat
mempengaruhi BBLR antara lain yaitu:
2.1.6.1 Insufisiensi
Insufisiensi plasenta akibat kelainan maternal seperti preeklamsi dan
eklamsia atau akibat kehamilan lewat waktu.
2.1.6.2 Kelainan Anatomis
Terdapat berbagai kelainan dan masalah anatomis seperti infrak multiple,
thrombosis vaskuler umbilikan dan hemagioma.
2.1.6.3 Kehamilan Ganda
Kehamilan ganda menjadi faktor terkait dengan masalah plasenta yang
dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah.
2.1.7 Klasifikasi
Menurut Proverawati (2017) klasifikasi bayi dengan berat badan lahir
rendah sebagai berikut :

Menurut harapan hidupnya


1) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR): bila berat lahir <2500gram
2) Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR): bila berat lahir <1500 gram.
3) Berat Bayi Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR): bila berat lahir
<1000gram.

11
Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni yaitu bayi lahir dengan masa gestasinya ≤37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau
biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2) Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan <2500gram berat badan
seharusnya untuk masa gestasi tersebut dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya.

2.1.8 Patofisiologi Terjadinya Berat Lahir Rendah


Secara umum BBLR terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti infeksi,
hipertensi, dan kelainan plasenta sehingga menyebabkan suplai makanan bayi
berkurang. Ibu dengan kondisi kurang gizi pada hamil sering melahirkan bayi
dengan BBLR. Gizi yang baik diperlukan seseorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan. Gizi yang baik akan melahirkan bayi dengan berat
normal (Maryunani, 2013).
Bayi dengan berat badan lahir rendah bisa terjadi karena beberapa faktor
yaitu faktor dari ibu dan faktor dari janin itu sendiri. Seorang ibu yang memiliki
kelainan fungsi organ dan sistem perdarahan dapat menyebabkan sirkulasi dari ibu
ke janin dalam kandungan terganggu sehingga kebutuhan gizi, nutrisi, volume
darah dan cairan dari ibu ke janin dalam kandungan menjadi terhambat dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin dalam rahim yang kemudian
dapat mengakibatkan berat badan bayi kurang dari normal. Selain itu faktor dari
janin juga sangat berpengaruh dengan berat badan bayi saat lahir, dimana jika
terdapat gangguan fungsi plasenta, cairan amnion, tali pusat dan fungsi organ tubuh
janin dalam kandungan akan mempengaruhi kebutuhan yang didapatkan dari ibu
tidak optimal sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan organ
menjadi terhambat yang kemudian hal ini menyebabkan bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah. Selain itu bayi yang lahir pada umur kehamilan preterm akan
lahir dengan berat badan lahir rendah (Mutianingsih, 2014).

12
2.1.9 Manifestasi Klinis Berat Badan Bayi Lahir Rendah
Tabel 2.1 Gambaran Klinis BBLR Berdasarkan Sistem Tubuh (Maryunani,2013)

No SISTEM TUBUH GAMBARAN KLINIS

1. Fisik 1) Bayi kecil


2) Pergerakan kurang dan masih lemah
3) Kepala lebih besar dari badan
4) Berat badan <2500gram

2. Kulit dan kelamin 1) Kulit tipis dan transparan


2) Terdapat lanugo yang banyak
3) Rambut halus dan tipis
4) Genetalia belum sempurna

3. Sistem syaraf 1) Reflek menghisap, menelan, dan batuk


belum sempurna
1) Osifikasi tengkorak sedikit
4. Sistem
2) Ubun-ubun dan sutura lebar
Muskuloskeletal
3) Tulang rawan elastis kurang
4) Otot-otot masih hipotonis
5) Sendi lutut dan kaki fleksi
5.
Sistem pernafasan 1) Pernafasan belum teratur, sering
terjadi apnoe

13
2.1.10 Penegakkan diagnosis Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
Berdasarkan pedoman pelayanan medis dari Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) tahun 2009, penegakan diagnosis yang dilakukuan untuk bayi dengan berat
badan lahir rendah sebagai berikut:

Anamesis
1) Usia ibu.
2) Riwayat persalinan sebelumnya.
3) Paritas dan jarak kehamilan sebelumnya.
4) Kenaikan berat badan ibu selama masa kehamilan.
5) Aktifitas, penyakit yang di derita dan obat-obatan
yang dikonsusmsi selama masa kehamilan.

Pemeriksaan Fisik
1) Berat badan <2500 gram.
2) Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan).
3) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi
kecil untuk masa kehamilan).
Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan darah rutin, gluko sa darah.


2) Bila diperlukan (tergantung klinis) dan adanya
fasilitas, dilakukan periksa bilirubin serial, kadar
elektrolit dan analisis gas darah.
3) Foto rontgen dada diperlukan untuk bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dan mengalami
sindrom gangguan pernapasan.
4) USG kepala terutama untuk bayi dengan umur kehamilan
kurang bulan.
5) Pemeriksaan shake test untuk mengetahui cairan sulfaktan
dalam paru.

14
2.1.11 Penatalaksanaan Bayi dengan Berat Lahir Rendah

Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah membutuhkan penatalaksanaan


segera untuk mestabilkan keadaannya. Tatalaksana bayi dengan berat lahir rendah
menurut pedoman pelayanan medis (IDAI, 2014; PONEK, 2008)
1) Mempertahankan suhu tubuh normal
2) Metode Kangaroo Mother Care dapat dilakukan untuk menghangatkan bayi
dengan berat badan <2500gram dan dapat dilakukan untuk perwatan
lanjutan bayi dengan berat badan <1800gram.
3) Terapi oksigen dan bantuan ventilasi
4) Terapi cairan elektrolit
5) Hiperbilirubinemia dapat ditangani secara efektif dengan pemantauan kadar
bilirubin dan pelaksanaan terapi sinar
6) Penanganan infeksi dengan pemberian atibiotik yang tepat
7) Konsultasi pada dokter spesialis mata untuk evaluasi kemungkinan
retinopathy of prematurity (ROP).
8) Skrining pendengaran dilakukan pada semua BBLR mulai usia 3 bulan
sehingga bila ditemukan kelainan dapat dikoreksi sebelum usia 6 bulan.
9) Imunisasi yang diberikan sama seperti bayi normal kecuali hepatitis B
10) Pantau berat bayi secara berkala.
11) Pastikan kenaikan berat badan bayi berkisar antara 10-30 gr/hari dan suhu
tubuh tetap normal dalam ruangan biasa

2.2 Hubungan Usia Ibu saat Hamil dengan kejadian BBLR


Pengaruh usia ibu terhadap kejadian BBLR merupakan faktor resiko tinggi,
karena wanita yang hamil usia dibawah 20 tahun perkembangan organ- organ
reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Selain itu emosi dan
kejiwaannnya belum cukup matang sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut
belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi
komplikasi. Sedangkan kehamilan diatas usia 35 tahun, usia ini sering muncul
penyakit seperti hipertensi, tumor jinak, dan penyakit degeneratif lainnya. Beberapa
risiko tersebut akan mempengaruhi terjadi hambatan pertumbuhan dan
perkembangan bayi dalam kandungan.

15
2.3 Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR
Ibu dengan paritas ³3 juga dapat berdampak pada kurangnya ibu dalam
menjaga kesehatan kehamilan termasuk dalam menjaga status gizi ibu dan janin
yang dikandungnya, sehingga berdampak pada kurangnya berat bayi yang
dilahirkan. Ibu yang termasuk paritas ³3 telah mengalami penurunan fungsi
reproduksi karena kehamilan dan persalinan yang dialami sebelumnya. Penurunan
fungsi organ reproduksi ini dapat berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan janin yang dikandung ibu, sehingga pada akhirnya ibu melahirkan
bayi yang termasuk BBLR.

2.4 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian BBLR


Jarak kehamilan ibu hamil dapat berpengaruh terhadap berat bayi yang akan
dilahirkan. Seorang ibu yang jarak kehamilanya dikatakan memiliki resiko apabila
hamil dalam jangka waktu kurang dari dua tahun. Jarak kehamilan ibu yang dekat
akan menyebabkan kondisi seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan
kondisi fisiologi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Kondisi tubuh ibu hamil
yang kurang sehat inilah yang dapat menjadi faktor penyebab terganggunya sistem
reproduksi sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya
yang berpengaruh terhadap berat badan saat lahir (Indrasari, 2012).

2.5 Hubungan Anemia dengan Kejadian BBLR


Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan oksigenasi uteroplasenta
sehingga tidak cukup mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin
secara optimal. Jika oksigen dalam darah berkurang maka janin akan mengalami
hipoksia yang berakibat terhadap gangguan pertumbuhan janin yang akan
mempengaruhi berat badan lahir. Kehamilan memerlukan aliran darah yang cukup
untuk memenuhi nutrisi dalam rangka mendukung pertumbuhan plasenta dan janin
(Lusi, 2019).

2.6 Kerangka Teori

16
Faktor Maternal Faktor Janin Faktor Plasenta

• Hidraamnion • Insufisiensi
• Usia
• Kelainan Plasenta
• Penyakit Ibu Saat
Kongenital • Kelainan
Hamil
• Kehamilan Anatomi
• Keadaan Sosial
Ganda • Kehamilan
Ekonomi
• Infeksi Ganda
• Paritas
TORCH
• Jarak Kehamilan
• Gizi pada
Kehamilan
• Kunjungan
Antenatal
• Anemia

• Prematuritas
• Pertumbuhan
Janin
Terhambat

Berat Bayi Lahir Rendah

17
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Faktor Maternal

- Penyakit ibu saat hamil - Usia


- Keadaan sosial ekonomi - Paritas
- Jarak
- Gizi pada kehamilan kehamilan
- Kunjungan Antenatal - Anemia

Berat Bayi Lahir Rendah

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variable yang tidak ditelit

18
3.2 Hipotesis Penelitian
1. H1: Terdapat hubungan antara anemia saat hamil dengan kejadian BBLR di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
2. H1: Terdapat hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
3. H1: Terdapat hubungan antara paritas kehamilan dengan kejadian BBLR di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
4. H1: Terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

19
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang dilakukan
dengan metode penelitian case control agar adanya pengendalian faktor risiko
sehingga hasil penelitian lebih tajam.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

4.2.2 Waktu Penelitian


Pengambilan data penelitian dilakukan selama bulan Januari sampai Februari
2021.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi yang akan menjadi target dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
yang melahirkan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie.

4.3.2 Sampel Penelitian


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu melahirkan BBLR
dan bayi berat lahir normal yang melakukan persalinan di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda selama periode Januari 2018-Desember 2019 memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan oleh peneliti.

4.3.3 Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu
mengambil semua kasus yang sesuai dengan kriteria Inklusi dan eksklusi yang telah
ditetapkan oleh peneliti. Penentuan besar sampel pada penelitian ini berdasarkan
jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, sedangkan untuk
kelompok kontrol diambil dengan perbandingan 1:1 terhadap kelompok kasus,

20
dengan maching berdasarkan jenis persalinan ibu.
4.3.4 Besar Sampel Penelitian
Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus, yaitu (Dahlan S., 2011):

𝑁1 = 𝑁2= (𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2)2
(𝑃1−𝑃2)2

𝑁1 =𝑁2=(1,96√2.0,141.0,859+0,84√0,241.0,759+0.041.0.959)2
(0.2)2

N1 = 𝑁2= (1,96√0,242 +0,84√0,183+0.039)2


(0.2)2

N1 = 𝑁2= (1,96 (0,492) +0,84(0.471)2


(0.2)2

= (0.964 + 0.395)2
(0.04)
= 46,1

Zα = Deviat baku alfa, untuk α = 5%, maka nilai bakunya (1,96)


𝑍𝛽 = Deviat baku beta, untuk 𝛽 = 20%, maka nilai bakunya (0,84)
P1 = Perkiraan proporsi Berat Badan Lahir <2500gram sebesar (24,1%)
P2 = Proporsi Berat Badan Lahir <2500gram sebesar 4,1 (Riskesdas ,2018).
P1-P2= Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna 20%.
Q = 1-P =85,9%
P = Rata-rata P1 dan P2 ({P1+P2}/2) = 14,1%
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan besar sample minimal adalah
46, yaitu kelompok kasus sebanyak 46 dan kontrol sebanyak 46.

21
4.3.5 Kriteria Sampel Penelitian
4.3.5.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain:
1. Kelompok Kasus
a. Ibu yang melahirkan BBLR dan melakukan persalinan di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie selama Priode 1 Januari 2018–31 Desember 2019.
2. Kelompok Kontrol
a. Ibu yang melahirkan bayi berat normal dan melakukan persalinan di di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie selama Priode 1 Januari 2018–31 Desember
2019.

4.3.5.2 Kriteria Eksklusi


Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain:
1. Ibu yang melahirkan bayi dengan riwayat penyakit obstetrik yang terdapat
diagnosa dalam rekam medis (pre eklampsi, eklamsi, dan pendarahan
antepartum).
2. Bayi yang lahir dengan kelainan seperti hidraamnion, kelainan kongenital
kehamilan ganda dan Infeksi TORCH.
3. Ibu yang melahirkan BBLR dengan catatan rekam medis yang tidak lengkap
dan tidak terbaca.

4.4 Cara Pengumpulan Data


4.4.1 Data Penelitian
Data yang di butuhkan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang di
ambil dari status rekam medis ibu yang melahirkan BBLR di RSUD Abdul Wahab
Sjaranie Samarinda periode 1 Januari 2018–31 Desember 2019

4.4.2 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian ini adalah alat tulis, berkas rekam medis dan komputer.

22
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah anemia, usia ibu saat hamil, paritas,
dan jarak kehamilan ibu.

4.5.2 Variabel terikat


Variabel terikat pada penelitian ini adalah BBLR.

4.6 Definisi Operasional


Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
No Variabel Defenisi Sumber Skala Kriteria Objektif
Operasional Data
1 Usia Ibu Saat Usia ibu adalah Data Ordinal a. <20 tahun
Hamil lama waktu hidup dari atau >35
dihitung dari Rekam tahun
tanggal saat ibu Medis b. 20 - 35 tahun
lahir yang
tercantum dalam
rekam medis
2 Paritas Paritas adalah Data dari Ordinal a. 1 anak sampai
banyaknya bayi Rekam 2 anak
yang dilahirkan Medis b. ³3 anak
ibu yang
tercantum
dalam rekam
medis
3. Jarak Jarak kehamilan Data dari Ordinal a. <2 tahun
Kehamilan adalah selang Rekam b. ³2 tahun
waktu antara Medis
persalinan
sebelumnya yang
tercantum dalam

23
rekam medis

4. Berat Badan Berat badan bayi Data dari Ordinal a. Berat badan
Lahir saat lahir yang Rekam <2500 gram
tercamtum dalam Medis b. Berat badan
rekam medis ³2500gram

5. Anemia Anemia adalah Data dari Ordinal 1. Anemia Hb


keadaan ibu dengan Rekam < 11gr/dl
kadar hemoglobin Medis 2. Normal Hb
dibawah 11 gr/dl ³ 11gr/dl
yang diperoleh dari (Prawirohardjo,
hasil pemeriksaan S.2008)
laboratorium
yang tercantum
dalam rekam medis

4.7 Pengolahan dan Penyajian Data


Pengolahan data dilakukan setalah data dikumpulkan sesuai jumlah sample
yang telah di tetapkan. Pengolahan data dilakukan secara manual menggunakan
program Microsoft Word 2019. Microsoft Excel 2019 dan SPSS Statitics 25.
Penyajian data dilakukan dalam bentuk table dan narasi.

4.8 Analisis Data


4.8.1 Analisis univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik sampel
dengan cara menyusul tabel distribusi frekuensi dalam bentuk table dan narasi.

24
4.8.2 Analisis bivariat
Analisis ini dilakukan untuk menganalisa hubungan setiap variabel bebas
dengan variabel terikat. Analisis menggunakan uji tabulasi silang Chi-square untuk
menguji hipotesis dan uji statistik Chi-square untuk melihat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Proses pengujian Chi-square adalah
membandingkan frekuensi yang terjadi dengan frekuensi harapan. Jika nilai p pada
uji Chi-square < 0,05 berarti terdapat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.

25
4.9 Alur Subjek Penelitian

Jumlah kasus Berat Bayi Lahir Rendah di


RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
tahun 2018-2019

N = 191 kasus

Jumlah kasus tereksklusi Data Rekam Medis yang tidak


lengkap tidak memenuhi
n = 145
kriterian inklusi (n=28)

Faktor Janin:

Hidramion (n=5)

Kehamilan ganda (n=11)

Kelainan Koignital (n=3)

TORCH (n=4)

Faktor ibu:

Preeklamsi (n =26) Berat Bayi Lahir Rendah


(n=46)
Eklamsi (n =19)

Diabetesmilitus (n =14)

Faktor Plasenta:

Insufisiensi Plasenta (n=4)

Kelainan Anatomi (n=3)

Kehamilan Ganda (n=11)


26
4.10 Alur Penelitian

Tinjauan Kasus dan Kepustakaan

Pengajuan Judul Skripsi

Pembuatan Proposal Penelitian

Seminar Proposal

Meminta izin melakukan penelitian ke rumah sakit mata


RSUD Abdul Wahab Sjahranie

Pengumpulan data melalui hasil rekam medik pasien berdasarkan kriteria


inklusi dan eksklusi

Analisa Data dan Pembahasan

Pengolahan Data Penelitian

Kesimpulan Penelitian

27
4.11 Rencana jadwal kegiatan

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Agustus November Desember Januari Februari Maret April Mei


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Revisi
Proposal dan
Pengajuan
Permohonan
Izin
Penelitian di
Komisi Etik
FK Unmul
Penelitian
Pengolahan
Data
Seminar
Hasil dan
Ujian Skripsi
Revisi
Skripsi
Pembuatan
Manuskrip
Publikasi
Penelitian

28
BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di bagian Instalasi Rekam Medik RSUD Abdul
Wahab Sjaranie Samarinda dengan mengambil data skunder yang terdapat pada
rekam medik, untuk mengetahui hubungan anemia, usia ibu, paritas dan jarak
kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUD Abdul Wahab Sjaranie
Samarinda.
Pada penelitian ini terdapat 191 kasus bayi yang di lahirkan dengan berat
lahir rendah dari 2385 total kelahiran selama periode Januari 2018 – Desember
2019. Dalam rangka mencari hubungan anemia ,usia ibu, paritas dan jarak
kehamilan dengan kejadian berat bayi lahir rendah, dari total 191 bayi dengan
berat lahir rendah di dapatkan kasus 46 bayi yang memenuhi kriteria inklusi yang
telah di tetapkan oleh peneliti sedangkan 145 kasus lainnya tidak memenuhi kriteria
inklusi, seperti banyak bayi yang di lahirkan dengan ibu yang memiliki riwayat pre
eklamsi, eklamsi, diabetes militus ataupun bayi yang lahir dengan kelainan seperti
hidramion, kehamilan ganda, kelainan kongenital, dan infeksi TORCH dan data
rekam medik yang tidak lengkap. Sampel pada penelitian ini dipilih melalui teknik
purposive sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapakan
peneliti.

29
5.2 Analisis Univariat Subjek Penelitian
5.2.1 Usia Ibu
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Ibu

Kasus Kontrol
Usia Ibu
n (%) n (%)

<20 tahun atau >35 tahun 11 23,9 7 15,2

20-35 tahun 35 76,1 39 84,8

Total 46 100 46 100

Tabel 5.1 menggambarkan distribusi subjek penelitian berdasarkan usia ibu


berada pada rentang usia 18 - 44 tahun. Distribusi usia ibu dikelompokkan menjadi
dua, yaitu usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun dan usia ibu 20-35 tahun. Ibu yang
berusia 20-35 tahun paling banyak ditemui yaitu 39 orang (84.8%) pada kelompok
kontrol dan 35 orang (76,1%).

5.2.2 Paritas
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Paritas

Kasus Kontrol
Paritas
n (%) n (%)

1-2 anak 38 82,6 36 78,3

≥3 anak 8 17,4 10 21,7

Total 46 100 46 100

Berdasarkan Penelitian ini diketahui bahwa distribusi subjek penelitian


berdasarkan paritas pada rentang 1 sampai 5 anak. Distribusi data berdasarkan
paritas dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu dengan 1 sampai 2 anak, dan ibu
dengan paritas ³ 3 anak. Ibu yang memiliki paritas 1 sampai 2 anak paling banyak

30
di temui yaitu 38 orang (82,6%) pada kelompok kasus dan 36 orang (78.3%) pada
kelompok kontrol.

5.2.3 Jarak Kehamilan


Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Jarak Kehamilan

Kasus Kontrol
Jarak Kehamilan
n (%) n (%)

< 2 tahun 24 52,2 11 23,9

≥ 2 tahun 22 47,8 35 76,1

Total 46 100 46 100

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa distribusi subjek penelitian


berdasarkan jarak kehamilan pada rentang 1 sampai 5 tahun. Distribusi data
berdasarkan jarak kehamilan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ibu dengan jarak
kehamilan < 2 tahun, dan ibu dengan jarak kehamilan ³ 2 tahun. Ibu yamg memiliki
jarak kehamilan ³ 2 tahun paling banyak ditemui yaitu 35 orang (76,1%) pada
kelompok kontrol dan < 2 tahun sebanyak 24 orang (52.2%) pada kelompok kasus.

5.2.4 Berat Badan Lahir


Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Berat Badan

No Berat Badan Lahir Jumlah Presentasi (%)

1 Berat badan < 2500gr 46 50

2 Berat badan ³ 2500gr 46 50

Total 92 100

Pada tabel distribusi frekuensi 5.3 subjek penelitian berdasarkan berat badan
lahir dibagi menjadi dua kelompok yaitu, bayi dengan berat badan <2500gram dan
bayi dengan berat badan ³ 2500 gram. Jumlah bayi dengan berat badan <2500 gram

31
dan ³ 2500 adalah sama yakni sebanyak 46 bayi (50%) baik pada kelompok kasus
maupun kontrol.

5.2.5 Jenis Kelamin Bayi


Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi

Kasus Kontrol
Jenis Kelamin
n (%) n (%)

Perempuan 20 43,5 22 47,8

Laki-laki 26 56,5 24 52,2

Total 46 100 46 100

Dari hasil penelitian didapatkan bayi yang berjenis kelamin laki-laki pada
kelompok kasus sebanyak 26 bayi (56.5%) dan bayi laki-laki pada kelompok
kontrol sebanyak 24 bayi (52.2%) sedangkan bayi yang berjenis kelamin
perempuan pada kelompok kasus sebanyak 20 bayi (43.5%) sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 22 bayi (47.8%).

5.2.7 Anemia
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Sampel Penelitian Berdasarkan Anemia

Kasus Kontrol
Anemia
n (%) n (%)

YA 32 69,6 15 32,6

TIDAK 14 30,4 31 67,4

Total 46 100 46 100

Berdasarkan tabel di atas, ibu yang mengalami anemia dengan kejadian


BBLR sebanyak 32 orang (68.6%) dan yang tidak mengalami anemia sebanyak 14
orang (30.4%). Sedangkan ibu yang tidak mengalami anemia dengan kejadian

32
BBLR adalah sebanyak 31 orang (67.4%) dan yang mengalami anemia sebanyak
15 orang (32.6%).

5.3 Analisis Bivariat Subjek Penelitian

5.3.1 Usia Ibu

Tabel 5.8 Analisis Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian BBLR

BBLR
Odd
Kasus Kontrol Ratio
Usia Ibu Nilai p
N Persentase N Persentase (CI
95%)
(46) (%) (46) (%)

<20 tahun
atau >35 7 15,2 11 23,9
1,751
tahun
0,293 (0,612–
20-35 tahun 39 84,8 35 76,1 5,013)

Total 46 100 46 100

Tabel 5.8 menunjukan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Chi-
quare didapatkan nilai p sebesar 0,293 (p³0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu saat hamil dengan kejadian
BBLR.

33
5.3.2 Paritas
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian BBLR

BBLR
Odd
Kasus Kontrol
Paritas Nilai p Ratio
N Persentase N Persentase
(CI 95%)
(46) (%) (46) (%)

1 sampai 2
38 82,6 36 78,3
anak 0,757

0,599 (0,269 –
³ 3 anak 8 17,4 10 21,7
2,134
Total 46 100 46 100

Tabel 5.9 menunjukan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji chis-
quare didapatkan nilai p sebesar 0,599 (p³0,05) sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian
BBLR.

34
5.3.3 Jarak Kehamilan

Tabel 5.10 Analisis Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian BBLR

BBLR
Odd
Jarak Kasus Kontrol
Nilai p Ratio
Kehamilan N Persentase N Persentase
(CI 95%)
(46) (%) (46) (%)

< 2 tahun 24 52,2 11 23,9


3,471

³ 2 tahun 22 47,8 35 76,1 0,01 (2,192–


4,359)
Total 46 100 46 100

Hasil analisis mengenai hubungan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR


ditampilkan pada Tabel 5.10, Pada hasil analisis tersebut didapatkan adanya
hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR dengan
nilai p = 0,01. Disimpulkan bahwa ibu dengan jarak kehamilan yang berdekatan <
2 tahun berisiko 3x lipat mengalami kejadian BBLR.

35
5.3.4 Anemia
Tabel 5.11 Analisis Hubungan Anemia dengan Kejadian BBLR

BBLR
Odd
Kasus Kontrol
Anemia Nilai p Ratio
N Persentase N Persentase
(CI 95%)
(46) (%) (46) (%)

YA 32 69,6 15 32,6 3,723

TIDAK 14 30,4 31 67,4 0,01 (2,188-

Total 46 100 46 100 5,521)

Hasil analisis mengenai hubungan anemia dengan kejadian BBLR


ditampilkan pada Tabel 5.11, Pada hasil analisis tersebut didapatkan adanya
hubungan yang bermakna antara anemia dengan kejadian BBLR dengan nilai p =
0,01. Disimpulkan bahwa ibu dengan yang anemia berisiko 3x lipat mengalami
kejadian BBLR.

36
BAB 6
PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Univariat


Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk untuk mengetahui hubungan
anemia, usia ibu, paritas, dan jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian ini mendapatkan total 92 sampel
dengan dibagi dua kelompok kasus dan kontrol masing-masing 46 responden yang
mengikuti penelitian. Ditemukan responden yang berusia 20-35 tahun paling
banyak ditemui yaitu 74 orang (80%) sedangkan usia ibu <20 tahun atau > 35 tahun
sebanyak 8 orang (20%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sembiring, Pratiwi, & Sarumaha (2017) pada populasi ibu hamil di RSU Medika
Medan. WHO merekomendasikan bahwa usia kehamilan yang ideal adalah usia 20-
35 tahun. Pada usia ini seorang wanita telah siap serta matang secra fisik dan
mental. Tingginya pengetahuan ibu hamil dan sudah baiknya penyuluhan yang
dilakukan oleh pemerintah dan tenaga medis menjadi salah satu alasan bahwa pada
kategori usia ini lebih tinggi dibanding kategori usia <20 tahun dan >35 tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2019) didapatkan bahwa
pengetahuan ibu hamil mengenai kesehatan ibu pada masa kehamilan dan nifas di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tergolong baik (Utami, 2019).
Mayoritas ibu hamil menjawab benar pada pertanyaan yang diberikan dalam
penelitian. Usia minimal pernikahan di Indonesia diatur dalam UU No.16 Tahun
2019 tentang Perkawinan yang berlaku sejak 15 Oktober 2019. Dalam aturan
tersebut, tercantum pada pasal 1 ayat dimana perkawinan hanya diizinkan apabila
pria dan wanita sudah mencapai umur 19 tahun. (Sembiring, Pratiwi, & Sarumaha,
2017).

Pada penelitian ini lebih banyak ditemukan paritas <3 anak yakni sebanyak
74 responden (80,4%) sedangkan pada kategori ≥3 anak sebanyak 18 responden
(19,6%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khoiriah, (2017)
pada populasi ibu hamil di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang (Khoiriah,
2017). Maraknya sosialisasi program keluarga berencana oleh pemerintah menjadi

37
salah satu penyebab lebih banyaknya responden dengan paritas kurang dari 3.
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk merencanakan jumlah anak dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Keluarga berencana adalah gerakan untuk
membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.
Program keluarga berencana di Indonesia salah satu program paling berhasil di
dunia (Munandar, 2017).

Pada penelitian ini lebih banyak ditemukan jarak kehamilan ≥ 2 tahun


sebanyak 57 responden (61,9%) sedangkan pada kategori <2 tahun sebanyak 35
responden (38,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita,
Suhaimi, & Ernalia (2016) di RSUD Arifin Ahmad Provinsi Riau. Ibu yang
memiliki jarak kehamilan <2 tahun ibu berisiko tinggi untuk mengalami pre-
eklampsia dan komplikasi kehamilan lain yang sangat berbahaya pada ibu dan
janin. Pada janin akan lebih berisiko bayinya bisa lahir terlalu cepat, terlalu kecil
atau dengan BBLR. Seperti halnya usia kehamilan, tingginya pengetahuan ibu
hamil dan sudah baiknya penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dan tenaga
medis menjadi alasan bahwa pada kategori jarak kehamilan ≥2 tahun lebih banyak
jika dibandingkan ibu dengan jarak kehamilan <2 tahun (Monita, Suhaimi, &
Ernalia, 2016).

Pada penelitian ini lebih banyak ditemukan responden yang anemia yakni
sebanyak 47 responden (51%) sedangkan sebanyak 45 responden (49%) memiliki
kadar hemoglobin yang normal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ulfa, Ariadi, & Elmatris (2013) pada populasi ibu hamil di RSUP Dr. M
Djamil Padang. Pada kehamilan, relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami
hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang
puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Bila haemoglobin ibu sebelum
hamil berkisar 11 gr/dl maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan
anemia dalam kehamilan dan Hb ibu akan menjadi 9, 5-10 gr/dl. Penyebab anemia
pada ibu hamil yang paling sering adalah defisiensi besi, asam folat, dan vitamin
b12 (Manuaba, 2008).

38
6.2 Pembahasan Bivariat
Hasil analisis hubungan antara usia ibu saat melahirkan dan kejadian BBLR
didapatkan bahwa usia ibu yang melahirkan dengan usia melahirkan <20 tahun atau
>35 tahun sebanyak 15,2% melahirkan bayi BBLR dan sebanyak 23,3% tidak
melahirkan bayi BBLR, sedangkan pada ibu yang memiliki usia kelahiran 20-35
tahun sebanyak 84.8% melahirkan bayi yang BBLR dan sebanyak 76.6% tidak
melahirkan bayi BBLR. Hasil uji statistik Chi-quare didapatkan p-value 0,293.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu saat melahirkan
dengan kejadian BBLR.

Hasil penelitian ini serupa dengan peneltian yang dilakukan oleh Sujianti
(2018) di RSUD Cilacap bahwa usia ibu saat melahirkan tidak berhubungan dengan
kejadian BBLR. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sembiring, Pratiwi, & Sarumaha (2017) yang menemukan ada hubungan usia Ibu
dengan BBLR di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan Periode 2017. WHO
merekomendasikan bahwa usia kehamilan yang ideal adalah usia 20-35 tahun.

Pada usia ini seorang wanita telah siap serta matang secara fisik dan mental.
Hal ini dijelaskan dalam Manuaba, bahwa usia ibu yang berisiko, yaitu <20 tahun
dan >35 tahun merupakan salah satu komplikasi obstetri yang menyebabkan
optimalisasi ibu maupun janin terganggu (Manuaba, 2008). Wanita yang hamil usia
dibawah 20 tahun perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya
belum optimal. Selain itu emosi dan kejiwaannnya belum cukup matang sehingga
pada saat kehamilan ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara
sempurna dan sering terjadi komplikasi yang dapat menyebabkan BBLR (Khoiriah,
2017).

Kehamilan yang terjadi pada usia >35 tahun juga berisiko karena fungsi
organ tubuh semakin menurun. Ovum yang siap dibuahi semakin sedikit dan
kualitas sel telur tidak sebaik beberapa tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan
peluang terjadinya perkembangan janin tidak normal menjadi tinggi. Proses
degeneratif juga menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak maksimal
sehingga penyaluran nutrisi janin terganggu dan membuat gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (Rini & Trisna, 2015).

39
Hasil analisis hubungan antara paritas dan kejadian BBLR didapatkan
bahwa paritas 1 sampai 2 anak sebanyak 41,3% melahirkan bayi BBLR dan
sebanyak 39,1% tidak melahirkan bayi BBLR, sedangkan pada ibu yang memiliki
paritas ≥3 sebanyak 8,7% melahirkan bayi yang BBLR dan sebanyak 10,9% tidak
melahirkan bayi BBLR. Hasil uji statistik Chi-quare didapatkan p-value 0,599.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian
BBLR.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pinontoan &
Tombokan, (2015) yang tidak menemukan adanya hubungan antara paritas dengan
kejadian BBLR. Penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa
paritas ≥3 merupakan penyebab terjadinya BBLR. Paritas yang tinggi akan
timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi. Kehamilan dan
persalinan yang berulang akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah dinding
rahim dan kemunduran elastisitas jaringan yang sudah berulang kali diregangkan.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya kelainan letak dan pertumbuhan
plasenta sehingga menurunkan aliran darah ke janin. Penurunan aliran darah
tersebut menghambat pemberian nutrisi kepada janin sehingga berpotensi
melahirkan bayi yang BBLR (Pinontoan & Tombokan, 2015).

Hasil analisis hubungan antara jarak kehamilan dan kejadian BBLR


didapatkan bahwa jarak kehamilan <2 tahun sebanyak 26,1% melahirkan bayi
BBLR dan sebanyak 9,8% tidak melahirkan bayi BBLR, sedangkan pada ibu yang
memiliki jarak kehamilan ≥2 tahun sebanyak 23,9% melahirkan bayi yang BBLR
dan sebanyak 40,2% tidak melahirkan bayi BBLR. Hasil uji statistik Chi-quare
didapatkan p-value 0,01 dengan CI95% 3,091. Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR dengan risiko 3x lipat.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan & Hardiani
(2018) yang menyatakan terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan
kejadian BBLR di RSU Muhammadiyah Ponorogo pada tahun 2016. Jarak
kehamilan adalah selisih waktu antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan
selanjutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat perlu diwaspadai karena fungsi alat
reproduksi tidak berfungsi secara optimal sehingga memungkinkan pertumbuhan

40
janin kurang baik. Selain itu bayi yang dilahirkan dapat mengalami berat lahir
rendah, nutrisi kurang, dan lama menyusui berkurang. Jarak kelahiran kurang dari
2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin yang kurang baik, persalinan lama
dan pendarahan saat persalinan karena rahim belum pulih dengan baik. Jarak
kelahiran yang lebih lama akan memberikan kesempatan pada ibu untuk
memperbaiki gizi dan kesehatannya. Jarak kehamilan ibu yang dekat akan
menyebabkan kondisi seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan kondisi
fisiologi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya. Kondisi tubuh ibu hamil yang
kurang sehat inilah yang dapat menjadi faktor penyebab terganggunya sistem
reproduksi sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandung
sehingga berpengaruh terhadap berat badan saat lahir (Setiawan & Hardiani, 2018).

Hasil analisis hubungan antara anemia dan kejadian BBLR didapatkan


bahwa anemia sebanyak 69,6% melahirkan bayi BBLR dan sebanyak 30,4% tidak
melahirkan bayi BBLR, sedangkan pada ibu yang memiliki hemoglobin ≥12
sebanyak 32,6% melahirkan bayi dengan BBLR dan sebanyak 67,4% tidak
melahirkan bayi BBLR. Hasil uji statistik Chi-quare didapatkan p-value 0,01 dengan
CI95% 3,312. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara anemia dengan
kejadian BBLR dengan risiko 3x lipat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanto
& Wahyuni (2017). Penelitian tersebut mendapatkan adanya hubungan antara
anemia ibu dengan kejadian BBLR di RSIA Kendangsari Surabaya. Kejadian
anemia meningkat seiring dengan bertambahnya umur kehamilan. Pada saat
kehamilan, ibu mengalami perubahan fisiologis yang dimulai pada minggu ke-6
dimana terjadi ketidakseimbangan jumlah plasma darah dan sel darah merah.
Ketidakseimbangan ini dapat dilihat dalam bentuk penurunan kadar hemoglobin.
Rendahnya kadar Hb terutama pada kehamilan trimester ketiga yang pada saat itu
membutuhkan lebih banyak zat besi dan terjadi pertumbuhan cepat pada janin. Hal
ini akan mempengaruhi oksigen ke rahim dan mengganggu kondisi intrauterin
khususnya pertumbuhan plasenta yang mengakibatkan pertumbuhan janin akan
terganggu sehingga berdampak janin lahir dengan BBLR (Purwanto & Wahyuni,
2017).

41
Upaya yang harus dilakukan tenaga kesehatan dalam rangka pencegahan
anemia terhadap ibu hamil adalah dengan meningkatkan konsumsi zat besi. Melalui
kebijakan program kesehatan ibu dan anak pemberian tablet besi pada ibu hamil
sebanyak 1 tablet mengandung 60mg besi dan 400 mcg asam folat setiap hari
dikonsumsi selama 90 hari saat masa kehamilan , jumlah tersebut sudah mencukupi
tambahan zat besi selama kehamilan yaitu 1000 mg, selain itu kebutuhan asam folat
juga terdapat pada sayur-sayuran berwarna hijau seperti bayam, asparagus selain
itu terdapat pada kacangan-kacangan dan buah jeruk. Kunjungan antenatal yang
rutin juga merupakan salah satu pencegahan terjadinya anemia pada ibu hamil (
Kemenkes, 2015).

6.3 Keterbatasan Penelitian


Terbatasnya sampel penelitian yang dapat diakses oleh peneliti di karenakan
regulasi di Instalasi Rekam Medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang
membatasi jumlah data rekam medik yang dapat diakses dan dijadikan sampel
penelitian. Selama penelitian banyak didapatkan data rekam medik yang tidak
lengkap sehingga sampel harus di eksklusi.

42
BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari 92 responden penelitian serta berdasarkan
hasil dan pembahasan yang telah diuraikan penelitian maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. 80% ibu hamil di RSUD Abdul Wahab Sjahranie mengalami kehamilan saat
berusia 20-35 tahun.
2. 80,4% ibu hamil di RSUD Abdul Wahab Sjahranie memiliki paritas <3.
3. 61,9% ibu hamil di RSUD Abdul Wahab Sjahranie memiliki jarak kehamilan
>2 tahun.
4. 51,% ibu hamil di RSUD Abdul Wahab Sjahranie mengalami anemia.
5. 46 ibu hamil di RSUD Abdul Wahab Sjahranie melahirkan bayi BBLR.
6. Terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian BBLR di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda.
7. Tidak terdapat hubungan antara usia ibu saat hamil dengan kejadian BBLR di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
8. Tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
9. Terdapat hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian berikut beberapa saran yang dapat menjadi
bahan pertimbangan dan masukan sebagai berikut:

1. Perlunya dilakukan edukasi kesehatan oleh petugas kesehatan kepada


masyarakat khususnya para ibu mengenai BBLR tentang faktor-faktor risiko,
komplikasi jangka pendek ataupun jangka panjang dan pencegahannya.
2. Perlunya peningkatan program promosi kesehatan oleh petugas kesehatan
kepada ibu hamil terkait pentingnya kunjungan antenatal care melalui media

43
informasi seperti media leaflet dan media poster, sehingga dapat meningkatkan
angka kepatuhan ibu hami untuk melakukan kunjungan antenatal care dan
menditeksi dini ibu dari kelainan atau komplikasi kehamilan serta kelahiran
bayi dng BBLR.
3. Perlunya edukasi oleh petugas kesehatan terhadap ibu hamil yang mengalami
anemia untuk meningkatkan asupan makanan yang mengandung zat besi dan
mengkonsusmsi table Fe yang telah diberikan secara rutin, serta melakukan
pencegahan melalui pemeriksaan hematologi lengkap sekurang-kurangnya dua
kali yaitu saat trimester I dan trimester III
4. Perlunya edukasi oleh petugas kesehatan kepada para ibu terkait pentingnya
membatasi jumlah anak melalui program keluarga berencana, karena jarak
kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan komplikasi bagi ibu maupun
janin.
5. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai BBLR baik dari faktor risiko janin,
plasentan dan juga hubungan dengan variabel – variabel lainnya yang terjadi
di Samarinda khususnya di wilayah kerja RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.

44
DAFTAR PUSTAKA

Anik Maryunani. Buku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jakarta: Trans Info Media; 2013
Aprilisia, S., Yulifa, R., & Susmini. (2017). Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil
Dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di Bidan Praktek Swasta Kertosuko
Kecamatan Kruci Kabupaten Probolinggo. Nurshing News, 2(2), 1–11.
Dahlan, Sopiyudin., 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5.
Jakarta, Salemba Medika.
Eksekutif, R. (2018). Evidence Summit untuk Mengurangi Kematian Ibu dan Bayi
Baru Lahir di Indonesia.
Febrianti, R. (2019). Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (Bblr) di Rsup Dr. M. Djamil Padang Tahun 2019.
Scientia Journal, 8(1), 464–469.
Ferinawati, & Sari, S. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Bblr Di Wilayah Kerja Puskesmas Jeumpa Kabupaten Bireuen. Journal of
Healthcare Technology and Medicine, 6(1), 353–363.

Fitri, H., Anemia, H., Anemia, H., Hipertesni, D. A. N., & Kejadian, D. (2019).
Hubungan anemia dan hipertesni dengan kejadian bblr di puskesmas wates
kabupaten kulon progo. 7(2), 39–47.
Hartiningrum, I., & Fitriyah, N. (2019). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016. Jurnal Biometrika Dan
Kependudukan, 7(2), 97.
IDAI. (2009). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. (A. H.
Pudjiadi, B. Hegar, S. Handryastuti, N. S. Idris, E. P. Gandaputra, & E. D.
Harmoniati, Eds.) Indonesia: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Indrasari, N. (2012). Faktor Resiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR). Jurnal Keperawatan, 8(2), 114–123.
Jiwa, J. K., Wariska, L., Widiastuti, Y. P., Studi, P., Keperawatan, I., Tinggi, S., &
Kesehatan, I. (2018). the Psychological Status of Mother With Premature
Labor. 6(1), 13–18.

45
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2018.pdf

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan
Anak. In Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia Ibu dan Paritas Ibu Bersalin dengan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di RS. Siti Khadijah Palembang. Jurnal
Kesehatan, 8(2), 310–314.
Manuaba (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Maryunani, A. (2013). Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jakarta: Trans Info Media.
Monita, F., Suhaimi, D., & Ernalia, Y. (2016). Hubungan usia, jarak kelahiran, dan
kadar hemoglobin ibu hamil dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau. Jom FK, 3, 1–5.

Munandar, B. (2017). Peran Informasi Keluarga Berencana Pada Persepsi Dalam


Praktik Keluarga Berencana. Jurnal Swarnabhum, 2(1), 50–51.

Muliani, M. (2017). Hubungan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Riwayat
Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas
Pantoloan. PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(1), 25–32.
Nuryani, N., & Rahmawati, R. (2017). Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Desa
Tinelo Kabupaten Gorontalo dan Faktor yang Memengaruhinya. Jurnal
Gizi Dan Pangan, 12(1), 49–54.
Parti, Malik, S., & Nurhayati. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK)
terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan Cerdas,
2(2), 66–71. https://doi.org/10.33860/jbc.v2i2.56.
Pinontoan, V., & Tombokan, S. (2015). Hubungan Umur dan Paritas Ibu dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(1), 90765.
Prawirohardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu

46
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Plered, K. P., Plered, K., Purwakarta, K., Pamungkas, R. S., Argadireja, D. S., &
Sakinah, R. K. (2014). Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat
Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered
Kabupaten Purwakarta Tahun 2014. 989–994.
Putri, A. W., Pratitis, A., Luthfiya, L., Wahyuni, S., & Tarmali, A. (2019). HIGEIA
Journal Of Public Health. 3(186), 55–62.
Purwanto, Anjas Dwi dan Chatarina Umbul Wahyuni. (2016). Hubungan antara
Umur Kehamilan, Kehamilan Ganda, Hipertensi dan Anemia dengan
Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Surabaya : FKM UA. Jurnal
Berkala Epidemiologi Vol. 4 No. 3 September 2016 : 349-359.
Profil Kesehatan Kaltim. (2018). Profil Kesehatan Tahun 2017. Profil, Profil_Kes
Kaltim 2018, 182.
Proverawati, A., Sulistyorini, C. I. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika.
RISKESDAS. (2019). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
tahun 2018. In Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (pp. 1–627).
Rosa Mutianingsih. (2014). Hubungan antara berat bayi lahir rendah dengan
kejadian ikterus, hipoglikemi, dan sinopsis tesis di RSUP NTB.
Sandra Rini Surya. (2012). Faktor – faktor resiko kejadian berat bayi lahir rendah
di wilayah kerja unit Pelayanan Terpadu Puskesmas Gianyar II. 1-17.
Sari, I. K., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2018). Faktor Resiko Dan Angka
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Rsup Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2014. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(1), 41–52.
https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.41-52.
Sembiring, J. B., Pratiwi, D., & Sarumaha, A. (2017). Hubungan Usia , Paritas Dan
Usia Kehamilan Dengan Bayi Berat Lahir Rendah Di Rsu Mitra Medika
Medan Periode 2017. Jurnal Bidan Komunitas, 2(1), 38–46.
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk.
Septiani, M., & Ulfa, M. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Peudada Kabupaten Bireuen. Journal of

47
Healthcare Technology and Medicine, 4(2), 258.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v4i2.214.
Sinta Ayu Setiawan1), M. P. H. (2015). Hubungan antara jarak kehamilan dengan
kejadian berat bayi lahir rendah di RSU Muhammadiyah Ponorogo.. Akbid
Harapan Mulya Ponorogo, 151, 10–17.
Stevens, L. M., Lynm, C., & Glass, R. M. (2002). Low birth weight. Journal of the
American Medical Association, 287(2), 270.
https://doi.org/10.1001/jama.287.2.270.
Sujianti. (2018). Hubungan usia ibu dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di RSUD Cilacap. Kesehatan Al-Irsyad, XI(1), 62–67.
Syifaurrahmah, M., Yusrawati, Y., & Edward, Z. (2016). Hubungan Anemia
dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah pada Kehamilan Aterm di RSUD
Achmad Darwis Suliki. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 470–474.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i2.542.

Setiawan, S. A., & Hardiani, M. P. (2018). Hubungan antara Jarak Kehamilan


dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSU Muhammadiyah
Ponorogo. Jurnal Bakti Husada Mulia Madiun, 1-5.

Sembiring, J. B., Pratiwi, D., & Sarumaha, A. (2017). Hubungan Usia, Paritas dan
Usia Kehamilan dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSU Mitra Medika
Medan Periode 2017. Jurnal Bidan Komunitas, 38-46.

Khoiriah, A. (2017). Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Bersalin dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang. Jurnal Kesehatan, 310-314.

Munandar, B. (2017). Peran Informasi Keluarga Berencana pada Persepsi Dalam


Praktik Keluarga Berencana. Jurnal Swarnabhumi, 51-59.

Monita, F., Suhaimi, D., & Ernalia, Y. (2016). Hubungan Usia, Jarak Kelahiran dan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Baru Lahir
Rendah di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa
Fakultas Kedokteran, 1-17.

Manuaba, I. B. (2008). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Rini, S. S., & Trisna, I. (2015). Faktor-Faktor Risiki Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah di Wilayah Kerja Unit Pelayanan Terpadu KESMAS Gianyar II.
Elektronik Jurnal Medika Udayana, 1-17.

48
Pinontoan, V. M., & Tombokan, S. G. ( 2015). Hubungan Umur dan Paritas Ibu
dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah Bidan, 20-25.

Purwanto, A. D., & Wahyuni, C. U. (2017). Hubungan antara Umur Kehamilan,


Kehamilan Ganda, Hipertensi, dan Anemia dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah . Jurnal Berkala Epidemiologi, 349-359.

Suryati. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian BBLR di Wilayah


Kerja PUSKESMAS Air Dingin Tahun 2013. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 72-78.

Lusi, A. (2019). Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah di Kupang. Cendana Medical Journal, 144-148.

Utami, N. (2019). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Mengenai Kesehatan Ibu dalam
Masa Kehamilan dan Nifas di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung. Jurnal Kedokteran UNILA, 10-15.

Wahyu Ernawati. (2017). Hubungan Faktor Ibu dan Paritas dengan Kejadian Bayi
Berat Lahir Rendah di RSU PKU Muhammadiyah. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, 4.
Wahyuning, S., Rinayati, & Erawati, A. D. (2015). Hubungan anemia, usia dan
paritas dengan kejadian bblr di rsud dr.h.soewondo kendal. 66, 30–38.
Wahyuningrum, T., Saudah, N., & Wahyu Novitasari, W. (2016). Hubungan Paritas
Dengan Berat Bayi Lahir Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto. Midwiferia, 1(2), 87.
https://doi.org/10.21070/mid.v1i2.352.
WHAT’S AT, S. (2014). Low Birth WeightPolicy Brief. South Asia, 28, 66.
WHO, & U. (2019). Low birthweight estimates. World Health Organization, 4(3),
3–9.

49
Lampiran

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

50
Lampiran 2. Surat Persetujuan Kelayakan Etik

51
Lampiran 3. Master Data

No Jenis
Nama Usia Paritas Kelamin Jarak Kehamilan Berat Badan Bayi Jenis HB
Bayi Persalinan
1 Ny. WA 24 G3P2A0 P 3 tahun 3,500 Spontan 11.5
2 Ny. T 18 G2P1A0 L 1 tahun 3,300 SC 10.3
3 Ny. As 25 G2P1A0 P 3 tahun 3,600 Spontan 12.0
4 Ny. E 18 G2P1A0 P 1 tahun 2,900 SC 12.5
5 Ny. HS 31 G3P2A0 L 5 tahun 2,700 Spontan 9.4
6 Ny. T 29 G2P1A0 P 1 tahun 3700 Spontan 12.8
7 Ny. H 24 G2P1A0 P 3 tahun 2800 SC 10.5
8 Ny. P 33 G4P3A1 L 2 tahun 3500 SC 12.7
9 Ny. Rz 29 G2P1A0 P 4 tahun 2700 Spontan 10.2
10 Ny. Na 30 G3P2A0 L 1 tahun 2890 SC 13.2
11 Ny. Ws 28 G2P1A0 P 3 tahun 3600 Spontan 11.2
12 Ny. R 24 G2P1A0 L 2 tahun 2950 SC 10.3
13 Ny. AP 39 G3P2A0 P 4 tahun 3200 Spontan 9.8
14 Ny. JA 25 G2P1A0 L 6 tahun 3100 Spontan 11.6
15 Ny. HJ 37 G4P3A0 P 5 tahun 3300 SC 10.7
16 Ny. EM 29 G2P1A0 P 2 tahun 2750 SC 12.9
17 Ny. KS 32 G3P2A0 L 2tahun 2600 Spontan 10.5
18 Ny.SM 27 G2P1A0 P 5 tahun 3500 SC 11.0
19 Ny. Sr 38 G5P4A0 L 3 tahun 2600 Spontan 9.6
20 Ny. Y 26 G2P1A0 P 2 tahun 2750 SC 12.3
21 Ny. ST 36 G4P3A0 L 3 tahun 3200 Spontan 9.1
22 Ny. Ev 23 G2P1A0 P 1 tahun 2600 SC 11.6
23 Ny. DS 36 G2P1A0 P 3 tahun 2900 Spontan 9.8
24 Ny. Ra 35 G4P3A0 L 4 tahun 3300 Spontan 12.9
25 Ny.IN 34 G2P1A0 P 6 tahun 2700 SC 10.2
26 Ny. SAN 38 G4P3A1 L 5 tahun 3300 SC 10.8
27 Ny. SA 30 G2P1A0 P 7 tahun 2600 Spontan 11.0
28 Ny. ZN 23 G2P1A0 P 3 tahun 3400 Spontan 13.3
29 Ny. FP 28 G2P1A0 L 4 tahun 3600 SC 11.9

52
30 Ny. PS 30 G2P1A0 P 1 tahun 2750 SC 11.7
31 Ny. Dy 27 G2P1A0 L 3 tahun 3000 Spontan 12.4
32 Ny. Ls 32 G2P1A0 P 2 tahun 2600 Spontan 11.0
33 Ny. Fi 26 G2P1A0 L 4 tahun 2500 SC 11.6
34 Ny. AQS 42 G4P3A0 P 1 tahun 2800 Spontan 11.2
35 Ny. HZ 24 G2P1A0 L 5 tahun 3200 SC 10.3
36 Ny. AT 29 G2P1A0 L 3 tahun 3400 SC 13.7
37 Ny. HE 25 G2P1A0 P 2 tahun 2800 Spontan 12.5
38 Ny.NU 36 G4P3A0 L 1 tahun 3100 SC 11.1
39 Ny. NAB 39 G5P4A0 P 2 tahun 2900 Spontan 13.2
40 Ny. SI 29 G3P2A0 L 5 tahun 2800 SC 10.5
41 Ny.DA 26 G2P1A0 L 3 tahun 2600 Spontan 12.2
42 Ny.RA 23 G2P1A0 L 2 tahun 2700 Spontan 11.8
43 Ny. FR 30 G2P1A0 P 4 tahun 2950 SC 13.2
44 Ny.TA 26 G2P1A0 P 3 tahun 3600 SC 10.7
45 Ny. NO 37 G4P3A0 P 6 tahun 3500 Spontan 11.5
46 Ny.LIS 33 G2P1A0 L 1 tahun 2800 SC 12.4
47 Ny.SJ 21 G2P1A0 P 1 tahun 1050 Spontan 11.2
48 Ny.Hs 34 G3P2A0 L 2 tahun 2200 SC 9.0
49 Ny.Vn 25 G2P1A0 L 2 tahun 700 Spontan 10.0
50 Ny.H 37 G3P2A0 L 1 tahun 1600 Spontan 8.5
51 Ny.Ws 31 G4P3A0 L 1 tahun 900 Spontan 8.2
52 Ny.MR 29 G3P2A0 L 2 tahun 1650 SC 11.8
53 Ny.Fj 36 G3P2A0 P 1 tahun 1800 SC 10.0
54 Ny.DE 41 G4P3A0 L 1 tahun 800 SC 9.7
55 Ny.ER 26 G2P1A0 P 3 tahun 2500 Spontan 11.6
56 Ny. YN 20 G2P1A0 L 1 tahun 2190 Spontan 8.2
57 Ny. ZY 36 G3P2A0 L 1 tahun 1550 SC 8.9
58 Ny. NB 38 G3P2A0 L 3 tahun 2350 SC 10.3
59 Ny. SL 29 G2P1A0 P 1 tahun 750 Spontan 7.9
60 Ny. RH 45 G3P2A0 P 1 tahun 2050 SC 11.3
61 Ny.YU 35 G3P2A0 L 2 tahun 2400 Spontan 9.7
62 Ny. FR 32 G2P1A0 P 1 tahun 2400 SC 8.9
63 Ny.HS 31 G2P1A0 L 1 tahun 1500 Spontan 7.2

53
64 Ny.KI 28 G2P1A0 L 2 tahun 1700 SC
65 Ny.Um 34 G2P1A0 L 1 tahun 1400 Spontan
66 Ny. Dp 36 G2P1A0 L 2 tahun 1050 SC
67 Ny. SQ 32 G3P2A0 P 2 tahun 1860 Spontan
68 Ny. VT 28 G2P1A0 L 1 tahun 1700 Spontan
69 Ny. RB 36 G2P1A0 L 2 tahun 1950 SC
70 Ny. ST 33 G2P1A0 P 1 tahun 1110 Spontan
71 Ny. HI 25 G3P2A0 L 1 tahun 1070 SC
72 Ny, SA 37 G3P2A0 L 3 tahun 1700 SC
73 Ny. FP 34 G3P2A0 P 1 tahun 2400 Spontan
74 Ny. S 22 G2P1A0 P 1 tahun 1600 Spontan
75 Ny.YL 42 G4P4A0 L 1 tahun 2300 SC
76 Ny. MT 33 G3P2A0 P 3 tahun 2350 SC
77 Ny. Fy 26 G2P1A0 L 1 tahun 1500 Spontan
78 Ny. Vi 31 G2P1A0 P 2 tahun 2100 Spontan
79 Ny. Mr 26 G2P1A0 L 1 tahun 1300 SC
80 Ny. NN 43 G4P3A0 P 3 tahun 2200 Spontan
81 Ny. ADL 22 G2P1A0 P 3 tahun 1900 Spontan
82 Ny. HR 27 G2P1A0 L 2 tahun 1550 SC
83 Ny. AS 26 G2P1A0 L 1 tahun 2250 Spontan
84 Ny. RG 34 G2P1A0 L 2 tahun 1200 SC
85 Ny.NR 30 G3P2A0 P 3 tahun 1900 SC
86 Ny. G 32 G3P2A0 P 2 tahun 1600 SC
87 Ny. JI 25 G2P1A0 L 1 tahun 1200 Spontan
88 Ny. Ci 20 G2P1A0 L 1 tahun 2200 SC
89 Ny. AQL 37 G4P3A0 P 2 tahun 1830 Spontan
90 Ny. AL 25 G3P2A0 P 3 tahun 1980 SC
91 Ny. JM 34 G2P1A0 P 2 tahun 2200 SC
92 Ny. SHE 28 G2P1A0 L 1 tahun 2000 Spontan

54
Lampiran 4. Hasil Analisis Univariat dengan Software SPSS

Usia Ibu case

Frequenc Valid
y Percent Percent Percent

Valid < 20 tahun atau > 35 11 23.9 23.9 23.9


tahun

20 sampai 35 tahun 35 76.1 76.1 100.0

Total 46 100.0 100.0

Usia Ibu kontrol

Valid
Frequency Percent Percent Percent

Valid <20 tahun atau >35 7 15.2 15.2 84.8


tahun

20 sampai 35 tahun 39 84.8 84.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

55
Paritas Case

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 sampai 2 anak 38 82.6 82.6 82.6

> 3 anak 8 17.4 17.4 100.0

Total 46 100.0 100.0

Paritas Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 sampai 2 anak 36 78.3 78.3 78.3

< 3 anak 10 21.7 21.7 100.0

Total 46 100.0 100.0

Jarak Kehamilan Case

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 2 tahun 24 52.2 52.2 52.2

> 2 tahun 22 47.8 47.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

56
Jarak kehamilan kontrol

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <2 tahun 11 23.9 23.9 23.9

> 2tahun 35 76.1 76.1 100.0

Total 46 100.0 100.0

Berat Badan bayi Case

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid < 2500gram 46 100.0 100.0 100.0

Berat Badan bayi Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ³ 2500gram 46 100.0 100.0 100.0

Jenis Kelamin Case

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid P 20 43.5 43.5 43.5

L 26 56.5 56.5 100.0

Total 46 100.0 100.0

57
Jenis kelamin kontrol

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid P 22 47.8 47.8 47.8

L 24 52.2 52.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

Jenis Persalinan Case

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Spontan 30 65.2 65.2 65.2

Sectio caesarea 16 34.8 34.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

Jenis persalinan Kontrol

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Spontan 30 65.2 65.2 65.2

Sectio caesarea 16 34.8 34.8 100.0

Total 46 100.0 100.0

58
Hb kontrol

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Hb <11 15 32.6 32.6 32.6

Hb > 11 31 67.4 67.4 100.0

Total 46 100.0 100.0

HB case

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Hb <11 32 69.6 69.6 69.6

Hb >11 14 30.4 30.4 100.0

Total 46 100.0 100.0

59
Lampiran 5. Hasil Analisis Bivariat dengan Software SPSS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia Ibu * Berat 92 100.0% 0 0.0% 92 100.0%


Badan bayi

Jarak Kehamilan * 92 100.0% 0 0.0% 92 100.0%


Berat Badan bayi

Paritas * Berat Badan 92 100.0% 0 0.0% 92 100.0%


bayi

Usia Ibu * Berat Badan bayi

Crosstab

Berat Badan bayi

Kontrol Kasus Total

Usia <20 tahun atau Count 7 11 18


Ibu >35 tahun
Expected Count 9.0 9.0 18.0

% of Total 7.6% 12.0% 19.6%

20 sampai 30 Count 39 35 74
tahun
Expected Count 37.0 37.0 74.0

60
% of Total 42.4% 38.0% 80.4%

Total Count 46 46 92

Expected Count 46.0 46.0 92.0

% of Total 50.0% 50.0% 100.0


%

Chi-Square Tests

Asymptoti
c
Significanc Exact Sig. Exact Sig.
Value Df e (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.105a 1 .293

Continuity .622 1 .430


Correctionb

Likelihood Ratio 1.113 1 .292

Fisher's Exact Test .431 .216

Linear-by-Linear 1.093 1 .296


Association

N of Valid Cases 92

61
Risk Estimate

Value Lower Upper

Odds Ratio for Usia Ibu 1.751 .612 5.013


(<20 tahun atau >35 tahun
/ 20 sampai 30 tahun)

For cohort Berat Badan 1.355 .730 2.514


bayi = ³ 2500 gram

For cohort Berat Badan .774 .498 1.202


bayi = < 2500gram

N of Valid Cases 92

Jarak Kehamilan * Berat Badan bayi

Crosstab

Berat Badan bayi Total

Kontrol Kasus

Jarak < 2 Count 11 24 35


Kehamilan tahun
Expected Count 16.5 16.5 33.0

% of Total 9.8% 26.1% 35.9%

³ 2 Count 35 22 57
tahun
Expected Count 29.5 29.5 59.0

% of Total 40.2% 23.9% 64.1%

62
Total Count 46 46 92

% of Total 50.0% 50.0% 100.0


%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significanc Exact Sig. Exact Sig.
Value df e (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.632a 1 .001

Continuity 9.261 1 .002


Correctionb

Likelihood Ratio 10.931 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .001

Linear-by-Linear 10.516 1 .001


Association

N of Valid Cases 92

63
Risk Estimate

Value Lower Upper

Odds Ratio for Jarak 3.471 2.192 4.359


Kehamilan (< 2 tahun / ³ 2
tahun)

For cohort Berat Badan .435 .241 .785


bayi = ³ 2500 gram

For cohort Berat Badan 1.950 1.319 2.885


bayi = <2500gram

N of Valid Cases 92

Paritas * Berat Badan bayi

Crosstab

Berat Badan bayi

Kontrol Kasus Total

Parita 1 sampai 2 Count 36 38 74


s anak
Expected Count 37.0 37.0 74.0

% of Total 39.1% 41.3% 80.4%

³ 3 anak Count 10 8 18

Expected Count 9.0 9.0 18.0

64
% of Total 10.9% 8.7% 19.6%

Total Count 46 46 92

Expected Count 46.0 46.0 92.0

% of Total 50.0% 50.0% 100.0


%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significanc Exact Sig. Exact Sig.
Value df e (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square .276a 1 .599

Continuity .069 1 .793


Correctionb

Likelihood Ratio .277 1 .599

Fisher's Exact Test .793 .397

Linear-by-Linear .273 1 .601


Association

N of Valid Cases 92

65
Risk Estimate

Value Lower Upper

Odds Ratio for Paritas (1 .757 .269 2.134


sampai 2 anak / ³ 3
anak)

For cohort Berat Badan .876 .545 1.408


bayi = ³ 2500 gram

For cohort Berat Badan 1.155 .659 2.027


bayi = < 2500gram

N of Valid Cases 92

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kadar HB ibu * Berat 92 100.0% 0 0.0% 92 100.0%


Badan bayi

66
Kadar HB ibu * Berat Badan bayi

Berat Badan bayi

Kasus Kontrol Total

Kadar HB ibu Hb <11 Count 32 15 45

Expected Count 23.5 2325 45.0

% of Total 34.8% 16.3% 51.1%

Hb >11 Count 14 31 47

Expected Count 22.5 22.5 47.0

% of Total 15.2% 33.7% 48.9%

Total Count 46 46 92

Expected Count 46.0 46.0 92.0

% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significanc Exact Sig. Exact Sig.
Value df e (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.571a 1 .001

Continuity 11.136 1 .001


Correctionb

Likelihood Ratio 12.875 1 .001

67
Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear 12.435 1 .001


Association

N of Valid Cases 92

Risk Estimate

Value Lower Upper

Odds Ratio for Kadar HB ibu 3.723 2.188 5.521


(Hb <11 / Hb >11)

For cohort Berat Badan bayi = .463 .292 .735


³ 2500 gram

For cohort Berat Badan bayi = 2.188 1.359 3.525


<2500gram

N of Valid Cases 92

68

Anda mungkin juga menyukai