Anda di halaman 1dari 56

HUBUNGAN JARAK TEMPAT PELAYANAN DAN STATUS

KELENGKAPAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN


LUAR BIASA (KLB) CAMPAK PADA BALITA
DI WILAYAH PUSKESMAS LEBITI

SKRIPSI

SUJIRMAN
201801190

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAHTINGGIILMUKESEHATAN WIDYANUSANTARA
PALU 2020
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Hubungan jarak


tempat pelayanan dan status kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa
(KLB) campak pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo
Una-Una” adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pusaka dibagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes
Widya Nusantara Palu.

Palu September 2020

Sujirman
NIM. 20180190
ABSTRAK

SUJIRMAN. Hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan imunisasi


dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una. Dibimbing oleh JUWITA
MELDASARI dan NI KETUT KARIANI.

Rendahnya cakupan imunisasi tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi


imunisasi yaitu perilaku kesehatan dan juga jarak pelayanan kesehatan. World
Health Organization (WHO) pada tahun 2015 memperkirakan 30.000 anak akan
meninggal akibat penyakit campak3. Kejadian campak di Indonesia menduduki
peringkat kedua setelah India dengan presentase 20,1%. Tujuan penelitian ini
adalah teranalisisnya hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan
imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah
kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una. Jenis penelitian kuantitatif
dengan desaain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua balita
di wilayah kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una yaitu berjumlah 139
orang dan Sampel adalah sebagian populasi. Teknik pengambilan sampel adalah
teknik simple random sampling. Menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 51,7% ibu yang menyatakan bahwa jarak
tempat pelayanan kesehatan dekat (1- 4 km) dan 75,9% anak yang mendapat
imunisasi yang lengkap serta 82,8% anak tidak mengalami penyakit campak.
Hasil uji Fisher’s Exact didapatkan nilai p=0,005 dan nilai p=0,000 (≤ 0,05), ini
berarti secara statistik ada hubungan jarak tempat pelayanan kesehatan dan
kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una. Simpulan: ada
hubungan jarak tempat pelayanan kesehatan dan kelengkapan imunisasi dengan
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita. Saran bagi Puskesmas Lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una agar pelayanan dapat dtingkatkan dan kejadian KLB
campak dapat dicegah dengan aktif memberi penyuluhan bagi ibu yang memiliki
balita.

Kata kunci : Jarak, Kelengkapan Imunisasi, KLB campak.


ABSTRACT

SUJIRMAN. Correlation Of Services Distance And Complete Immunisation


Recording With Extraordinary Case Of Measles Toward Babies Under 5 Years Old
in Lebiti Public Health Center (PHC) Region, Tojo Una-Una Regency. Guided by
JUWITA MELDASARI and NI KETUT KARIANI.

Low of immunisation administered influenced by health attitude and services


distance factors as well. In 2015 World Health Organization (WHO) predicted
about 30.000 children die due to measles3. Measles case in Indonesia have 20,1%
and it the second level than India. The aims of this research to analyse the
correlation of services distance and complete immunisation recording with
extraordinary case of measles toward babies under 5 years old in Lebiti Public
Health Center (PHC) Region, Tojo Una - Una Regency. This is quantitative
research with cross sectional design. Total population is 139 babies under 5 years
old who live in Lebiti Public Health Center (PHC) Region, Tojo Una-Una
Regency. And sampling only a half of population that taken by simple random
technique. It analysed by univariate and bivariate analyses. The research result
shown that about 51,7% of women said the distance of health services in 1-4 km,
about 75,9% of children who got complete immunisation, and about 82,8% of
children free from measles. Fisher’s Exact test result found p value = 0,005 and p
= 0,000 (≤ 0,05), it means as statistically have correlation of services distance and
complete immunisation recording with extraordinary case of measles toward
babies under 5 years old in Lebiti Public Health Center (PHC) Region, Tojo Una -
Una Regency. Conclusion have correlation of services distance and complete
immunisation recording with extraordinary case of measles toward babies under 5
years old in Lebiti Public Health Center (PHC) Region, Tojo Una - Una Regency.
Suggestion for Lebiti Public Health Center (PHC) Region, Tojo Una - Una
Regency could improve the services and extraordinary case of measles could be
prevented by active provide presentation toward women who have babies under 5
years old.

Keyword : distance, complete immunisation, extraordinary case of measles.


LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN JARAK TEMPAT PELAYANAN DAN STATUS


KELENGKAPAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN
LUAR BIASA (KLB) CAMPAK PADA BALITA
DI WILAYAH PUSKESMAS LEBITI

SKRIPSI

Disusun oleh

SUJIRMAN
201801190

Skripsi Ini Telah Disetujui Untuk Diseminarkan


Dalam Seminar Skripsi

Palu, September 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Juwita Meldasari, S. Kep., Ns., M. Kes Ni Ketut Kariani, SKM., M. Kes


NIK: 20120901026 NIK. 20180901083

Mengetahui
Ketua Prodi Ners
Stikes Widya Nusantara Palu

Hasnidar, S.Kep., Ns., M.Kep


NIK: 20110901016
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya dengan judul “Hubungan jarak tempat pelayanan dan status
kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di
Wilayah kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una”. Penulisan skripsi ini
dilakukan guna menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu. Penulisan skripsi ini sangat jauh
dari kesempurnaan dikarenakan peneliti memiliki pengetahuan yang terbatas dan
berkat bimbingan dan masukan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat
terwujud.
Untuk itu dengan segala hormat peneliti mengucapkan banyak terima kasih
kepada kedua orang tua, istriku Dewi Nursita, anakku Safik Mujahid Robbani,
Suhadatul Imam serta seluruh keluarga yang telah memberi dukungan moril
kepada penulis selama menjalani pendidikan
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Pesta Corry Sihotang, Dipl. Mw, S.KM., M.Kes, Ketua yayasan Widya
Nusantara Palu sekaligus penguji yang telah banyak memberikan arahan dan
masukan kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini
2. Dr. Tigor Situmorang, M..H, M. Kes, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Widya Nusantara Palu.
3. Hasnidar, S.Kep, Ns, M.Kep, Ketua Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Nusantara Palu.
4. Juwita Meldasari, Tebisi, S. Kep., Ns., M. Kes, pembimbing I yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi ini
5. Ni Ketut Kariani, SKM., M. Kes, pembimbing II yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan
skripsi ini
6. Abd Azis, SKM, Kepala Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una yang
telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
7. Dosen dan staf tata usaha di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara
Palu, terima kasih sudah banyak membatu peneliti selama pendidikan
8. Tempat penelitian khususnya teman-teman di Puskesmas Lebiti Kabupaten
Tojo Una-Una
Peneliti memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi
ini dan demi kesempurnaan skripsi ini peneliti menerima kritik dan saran .

Palu, September 2020

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………….


I
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
ii
ABSTRAK ………………………………………………………………………...
iii
ABSTRACT ………………………………………………………………………
iv
HALAMAN JUDUL …..............................................................................................
v
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………..
vi
PRA KATA
vii
DAFTAR ISI …..........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL….……………………………………………………………..
xi
DAFTAR GAMBAR…..............................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN….................................................................................... .
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan Penelitian
4
D. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori
5
B. Kerangka Konsep
13
C. Hipotesis
14
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
15
B. Tempat Dan waktu Penelitian
15
C. Populasi dan Sampel
15
D. Variabel Penelitian
17
E. Definisi Operasional
17
F. Instrumen Penelitian
18
G. Teknik Pengumpulan Data
18
H. Analisis Data
20
I. Bagan Alur Penelitian
21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
22
B. Pembahasan ……………………………………………………..
25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan …......................................................................................
29
B. Saran
…............................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Bayi Usia (0-11 bulan)

13

Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Pendidikan, pekerjaan Ibu dan Umur

Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo

Una-Una

22

Tabel 4.2 Distribusi Berdasarkan jarak pelayanan kesehatan dan

kelengkapan imunisasi serta Kejadian Luar Biasa (KLB)

campak pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti

Kabupaten Tojo Una-Una

23
Tabel 4.3 Hubungan jarak tempat pelayanan kesehatan dengan Kejadian

Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una

24

Tabel 4.4 Hubungan kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar

Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una

25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


13
Gambar 3.1 Skema Bagan Alur Penelitian
21
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian
2. Surat Ijin Pengambilan Data Awal
3. Surat Balasan Pengambilan Data Awal
4. Surat Permohonan Turun Penelitian
5. Surat Permohonan Menjadi Responden
6. Kuesioner Penelitian
7. Surat Persetujuan Menjadi Responden
8. Surat Balasan Selesai Penelitian
9. Dokumentasi Penelitian
10. Riwayat hidup
11. Lembar Konsul Pembimbing
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberantasan penyakit menular dan penyakit degeneratif yang


menjadi beban ganda yang dihadapi Indonesia dan imunisasi merupakan
salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit menular termasuk penyakit campak. Penyakit campak dapat
mengakibatkan komplikasi dan sangat mudah menular1.
Pemberian imunisasi diselenggarakan pemerintah di Indonesia agar
bebas dari penyakit cacar. Melalui pemberian imunisasi Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I dapat ditekan, akan tetapi untuk mencegah
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit yang dapat dicegah melaluyi
pemberia imunisasi harus ditingkatkan karena jika gagal mempertahankan
capaian imunisasi maka dapat meningkatkan Kejadian Luar Biasa (KLB)
termasuk penyakit campaki2.
Anak yang tidak mendapat imunisasi diperkiran mencapat 19,4 juta dan
berdasarkan data diantaranya diperkirakan 30.000 anak meninggal karena
penyakit campak3. Tahun 2018 Indonesia menduduki peringkat kedua setelah
India dengan presentase 20,1%4. Kasus campak dari 12.681 kasus ternyata
hanya 4.466 (35,2%) yang divaksinas. Campak terbesar pada kelompok umur
1-4 tahun dan 5-9 tahun dengan proporsi masing-masing sebesar 25,4%. dan
31,6%.5.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengkhawatirkan
peningkatan 300 persen kasus campak secara global pada kuartal pertama
2019 dibandingkan dengan tahun lalu. 170 negara telah melaporkan 112.163
kasus campak kepada WHO. Pada tahun 2018, 163 negara telah melaporkan
28.124 kasus. Di Indonesia dilaporkan terdapat 8.185 kasus campak5
Campak adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dan sebagian besar
menyerang pada anak-anak. Hal ini ditularkan melalui tetesan dari hidung, mulut
atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Gejala awal yang biasanya muncul
10-12 hari setelah infeksi, termasuk panas tinggi, pilek, mata merah, dan bintik-
bintik putih kecil di bagian dalam mulut. Beberapa hari kemudian, ruam

1
2

berkembang, dimulai pada wajah dan leher atas dan secara bertahap menyebar ke
bawah6.
Cakupan imunisasi secara global untuk imunisasi Dipteri Pertusis
Tetatus (DPT) 3 sebesar 84%, HepB3 sebesar 81% dan campak sebesar 84%
pada tahun 2013, belum mencapai target imunisasi global yaitu sebesar 90%
dari jumlah anak usia 0-11 bulan di dunia. Indonesia termasuk negara yang
tidak mencapai target tersebut, dengan cakupan imunisasi Dipteri Pertusis
Tetatus (DPT) 3 sebesar 85%, Hepatitis B3 sebesar 85% dan campak sebesar
84% pada tahun 2013. Oleh karena itu, dari 194 negara anggota WHO, 65
negara diantaranya memiliki cakupan imunisasi Dipteri Pertusis Tetatus
(DPT) 3 dibawah target global 90%, termasuk Indonesia 7. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi antara lain karena
pengetahuan dan sikap ibu, dukungan dari keluarga dan faktor ekonomi serta
tersedianya sarana pelayanan kesehatan. Selain itu juga dapat dipengaruhi
oleh jarak tempat tinggal dan dan alat trsnfortasi untuk mencapai tempat
pelayanan kesehatan dan dukungan kader serta petugas kesehatan8.
Pada negara berkembang indikator yang bermakna untuk menilai
ukuran kesehatan adalah imunisasi campak. Keberhasilan program imunisasi
dapat mempengaruhi kejadian campak. Penelitian Mujiati (2015)
menunjukkan bahwa anak yang tidak diimunisasi campak berisiko 3,0 kali
untuk terkena campak dibandingkan anak yang mendapatkan imunisasi
campak9
Berdasarkan laporan hasil imunisasi pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Lebiti pada tahun 2019, cakupan imunisasi dasar diperoleh yakni
dari139 bayi yang mendapat imunisasi lengkap 106 bayi (76,3%). Cakupan
imunisasi di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti belum mencapai target IDL
nasional di Indonesia. Infomasi tentang kejadian campak pada tahun 2018 di
wilayah kerja Puskesmas Lebiti yaitu 10 kasus. Data di atas menunjukkan
bahwa jumlah kejadian campak cukup banyak. Informasi lain yang diperoleh
adalah jarak tempat pelayanan yang jauh sehingga mempengaruhi
kelengkapan imunisasi dan kelengkapan imunisasi dapat menjadi penyebab
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita.
3

Berdasarkan uraikan di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian


tentang “Hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan imunisasi
dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una”.
B. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Apakah ada hubungan jarak tempat pelayanan dengan Kejadian Luar
Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una?
2. Apakah ada hubungan kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar
Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah diidentifikasinya
hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan imunisasi
dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una.
2. Tujuan Khusus
a. Teranalisisnya hubungan jarak tempat pelayanan dengan Kejadian
Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah kerja Puskesmas
Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
b. Teranalisisnya hubungan status kelengkapan imunisasi dengan
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una.
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan


Hasil penelitian kiranya dapat dijadikan referensi dan dapat
menambah wawasan tentang hubungan jarak tempat pelayanan dan
status kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB)
campak pada balita.
4

2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini kiranya dapat meningkatkan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hubungan jarak tempat pelayanan dan
status kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB)
campak pada balita.
3. Bagi Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
Hasil penelitian ini kiraya dapat memberi masukan bagi
Puskesmas Lebiti tentang hubungan jarak tempat pelayanan dan status
kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga
pelayanan dapat dtingkatkan dan kejadian .KLB campak dapat dicegah.

BAB II
5

TINJAUAN PUSTAKA

A. A. Tinjauan Teori

1. Tinjauan Tentang Campak


a. Definisi
Penyakit campak merupakan penyakit yang sangat mudah
menular dan menjadi penyebab kematian pada anak-anak. Campak
terjadi karena adanya virus yang dapat ditularkan melalui percikan atau
batuk. Meskipun tersedia vaksin akan tetapi kejadian campak masih
terjadi10.
b. Gejala Klinis
Penyakit campak umumnya terjadi sikitar tujuh sampai 14 hari
setelah terinfeksi. Gejala penyakit campak dapat berupa demam, mata
merah dan berair, hidung berair dan batuk kemudian timbul bintik-
bintik merah putih di kulit dan dapat juga timbul dalam mulut11.
c. Komplikasi
Pneumonia, otitis media dan encefaliti merupakan komplikasi
yang dapat terjadi pada seseorang yang terkena penyakit campak yang
tidak mendapatkan pengobatan. Penyakit campak juga dapat
mengakibatkan kematian2.
d. Tatalaksana Penyakit Campak
Pada anak yang dengan gizi kurang yang mengalami penyakit
campak dapat diberi vitamin A dan jika tanpa komplikasi tidak perlu
rawat inap. Sedangkan anak yang mengalami campak disertai
komplikasi lain harus dirawat inap di rumah sakit. Selama perawatan
diberikan pengobatan sesuai dengan komplikasi yang dialami seperti
pemberian antibiotik12.
e. Pencegahan
Berdasarkan rekomendasi IDAI tahun 2018 maka pencegahan
campak dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi campak pada
anak usia 9 bulan. Selanjutnya pada anak usia 18 bulan vaksinasi
Measles, Mumps, Rubella (MMR)13.
6

2. Tinjauan tentang Jarak Ke Tempat Pelayanan Kesehatan

Jarak ke tempat pelayanan kesehatan uha menjadi faktor yang dapat


mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan. Mudahnya
tempat pelayanan dicapai dan ditunjang dengan adanya alat transfortasi
mempengaruhi minat masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan termasuk dalam hal memenuhi kelengkapan imunisasi pada
anaknya. Jarak untuk mendapatkan peleyanan kesehatan termasuk
pemberian imunisasi terbagi menjadi radius kilometer dekat yaitu 1 – 4
killo dan radius jauh yaitu lebih dari 4 kilo14.
Akses untuk mencapai suatu pelayanan memberi kontribusi terhadap
perilaku masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan karena
semakin kecil jarak maka akan lebih mudah dicapat dan waktu yang
dibutuhkan lebih pendek dan tidak membutuhkan biaya yang besar
sehingga mempengaruhi minat masyarakat dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan13.
3. Tinjauan tentang Kelengkapan Imunisasi

a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau
resisten. Imunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang14.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan2.
Melalui pemberian imunisasi anak mendapat kekebalan terhadap
suatu penyakit, sehingga anak tidak mudah sakit dan anak yang
mendapat imunisasi memperoleh kekebalan terhadap suatu penyakit
khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi16.
b. Tujuan Imunisasi
7

Program imunisasi mempunyai tujuan umum yaitu menurunkan


angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan khusus program ini adalah
sebagai berikut2:
1) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014.
2) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden
di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013.
3) Global eradikasi polio pada tahun 2018.
4) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020.
5) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management).
c. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang
dapat
dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh:
1) Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini
mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan
berkualitas.
3) Untuk Negara
8

Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang


kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
d. Jenis-jenis Imunisasi
Jenis imunisasi dapat dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif
yaitu pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi
spesifik dimana tubuh dapat membentuk antibody sendiri dan imunisasi
pasif yaitu didapat dari luar tubuh seperti mendapat imunisasi16
f. Penyelenggaraan Imunisasi di Indonesia
Berdasarkan sifatnya maka penyelenggaraan program imunisasi
dikelompokan menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. Imunisasi
wajib merupakan imunisasi yang harus dijalankan sesuai instruksi
pemerintah yang terdiri dari imunisasi rutin dan imunisasi tambahan
serta imunisasi khusus. Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi
yang harus dilaksana secara terus menerus pada peride tertentu yang
telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya imunisasi terdiri dari imunisasi
dasar yang diberikan pada bayi sebelum berusia satu tahun yang meliputi
imunisasi BCG, Difhteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Difhteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Haemophilus Influenza type B
(DPT-HB-Hib), Polio dan Campak2.
Imunisasi tambahan diberikan atas dasar ditemukannya masalah
hasil pemantauan atau hasil evaluasi dan pelaksanaannya tidak dilakukan
secara rutin. sebagai contoh pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional
(PIN) dan imunisasi dalam Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB)
(Outbreak Response Immunization/ORI) dimana pedoman pelaksanaan
Imunisasi dalam penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) disesuaikan
dengan situasi epidemiologis penyakit masing-masing2
g. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
Jenis imunisasi dasar pada bayi terdiri dari :
1) Imunisasi Hepatitis B bayi baru lahir
Imunisasi yang diberikan pada bayi baru lahir yang bertujuan
untuk memberi kekebalan terhadap hepatitis B dimana pemberian
9

vaksin hepatitis B diberikan segerah setelah bayi lahir. Pemberian


imunisasi hepatitis B sangat efektif untuk memutuskan rantai
penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya16.
2) Imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG)
Pemberian imunisasi Bacille Calmette-Guerin (BCG)
dilakukan pada bayi agar anak mendapat kekebalan terhadap penyakit
TBC pada anak. Pemberian vaksin BCG diberikan pada bayi < 2
bulan.
Pemberian imunisasi BCG dapat menimbulkan reaksi lokal
berupa luka yang dapat timbul setelah penyuntikan 1-2 minggu.
kadang-kadang dapat timbul kelejar yang teraba padat.
3) Imunisasi Diphteria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphteria Pertusis Tetanus- Hepatitis B-Hemophilus influenza type B
(DPT-HB-HiB)
Penggabungan berbagai antigen menjadi satu suntikan
dilakukan untuk memberi kenyamanan dan meningkatkan
perlindungan bagi bayi usia 2 sampai4 bulan dan diberikan 3 kali2.
4) Imunisasi Polio
Pemberian imunisasi polio dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit poliomielitis. Pemberian imunisasi polio
dilakukan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, III, IV diberikan dengan
cara 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut bayi.
5) Imunisasi Campak
Vaksin campak adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan1.
Pemberian imunisasi campak dilakukan untu mencegah terjadinya
lonjakan kasus campak yang dikenal dengan KLB campak. Pemberia
imunisasi campak dilakukan dengan tujuan memberi kekebalan tubuh
anak terhadap penyakit campak dan diberikan pada anak usia 9
bulan.17.
g. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Jadwal pemberian imunisasi pada bayi berdasarkan permenkes
nomor 42 tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut16:
10

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Bayi Usia (0-11


bulan)
Waktu Pemberian (usia) Jenis imunisasi yang diberikan
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

B. Kerangka Konsep
Menjelaskan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan dapat
dikomunikasikan serta dapat membentuk suatu teori merupakan kerangka
konsep suatu penelitian dan hasilnya dapat membantu peneliti untuk
menghubungkan dengan teorii18. Uraian kerangka konsep digambarkan dalam
bentuk skema sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen

Jarak ke tempat pelayanan kesehatan


Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak

Kelengkapan Imunisasi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


Keterangan:

Variabel independen
Mencari hubungan varibel yang diteliti
Varriabel dependen

C. Hipotesis

Hipotesis pada peelitian ini adalah:


11

1. Ada hubungan jarak tempat pelayanan dengan Kejadian Luar Biasa


(KLB) campak pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten
Tojo Una-Una
2. Ada hubungan status kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa
(KLB) campak pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten
Tojo Una-Una.

BAB III
METODE PENELITIAN
12

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam


perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian ini menggunakan
penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu 19.
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana penelitian
dilakukan secara bersamaan.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti


Kabupaten Tojo Una-Una pada tanggal 7 – 15 Agustus tahun 2020.
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti 19. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua balita di wilayah kerja Puskesmas
Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una yaitu berjumlah 139 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian populasi yang dapat menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya18. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian populasi dan besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin
yaitu sebagai berikut:
N
n=
1 + N (d2)

Keterangan
N = besar populasi
n = besar sampel
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan
Dimana :
N = 139
d = 10% (0,1) 13

139
n =
1 + 139 (0,1)2
13

139
n = 1 + 139 (0,01)
139
n =
1 + 1,39
139
n =
2,39

n = 58,15 sampel
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 58 responden
c. Tehnik pengambilan sampel
Penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel degan
teknik simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari
anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu16. Proporsi sampel tiap-tiap desa:.

n
Keterangan: x Jumlah balita di masing-masing desa
N
Desa Lebiti : 58 x 28 = 12
139

Desa Pulau Enam : 58 x 13 = 5


139

Desa Awo : 58 x 4 = 2
139

Desa Urulepe : 58 x3= 1


139

Desa Bungayo : 58 x9= 4


139

Desa Benteng : 58 x3= 1


139

Desa Bangkagi : 58 x 10 = 4
139
58
Desa Baulu : x 13 = 5
139

Desa Tongkabo : 58 x 11 = 4
139

Desa Katupat : 58 x 4 = 2
139
58
139
14

Desa Lembanato : x7= 3

Desa Matobiai : 58 x9= 4


139

Desa Tobil : 58 x 9 = 4
139

Desa Kololio : 58 x7= 3


139

Desa Sampobae : 58 x4= 2


139

Desa Tirpo : 58 x5= 2


139

D. Variabel Penelitian
Merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek yang
mempunyai variasi tertentu untuk dipelajari18. Variabel tersebut diuaraikan
sebagai berikut
1. Variabel Bebas (independent variable)
Merupakan variabel bebas yaitu jarak ke tempat pelayanan
kesehatan dan kelengkapan imunisasi
2. Variabel Terikat (dependent variable)
Merupakan variabel yang dipengaruhi yaitu Kejadian Luar Biasa
(KLB) Campak di Wilayah Puskesmas Lebiti.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan karakteristik yang dapat diamati dan
memudahkan peneliti melakukan penelitian dan hasilnya dapat diulang oleh
orang lain18.
1) 1. Variabel Independen
a. Jarak pelayanan kesehatan
Definisi : Merupakan jarak yang harus ditempuh oleh ibu untuk
mendapatkan pelayanan imunisasi bagi bayinya
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Wawancara
Skala ukur : Ordinal
Hasil Ukur : Jauh jika jarak yang harus ditempuh > 4 km
15

Dekat jarak yang harus ditempuh 1- 4 km


b. Kelengkapan Imunisasi
Definisi : Merupakan tindakan orangtua untuk memenuhi
imunisasi dasar lengkap dan tepat jadwal (meliputi
BCG, DPT, Polio, Hepatitis B, dan Campak) yang
tercatan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).
Alat Ukur : Lembar ceklist
Cara Ukur : Mengisi lembar ceklist
Skala ukur : Ordinal
Hasil Ukur : Tidak lengkap ada satu jenis imunisasi tidak diberikan
Lengkap jika semua jenis imunisasi diberikan
2. Variabel Dependen
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita
Definisi : Merupakan kejadian penyakit campak yang terjadi
pada bayi yang ditandai dengan demam tinggi, batuk,
hidung berair dan mata merah atau berair serta bintik-
bintik putih kecil berdasarkan hasil pemeriksaan dokter
yang tercatat dalam laporan.
Cara Ukur : Wawancara/studi dokumentasi
Alat Ukur : Lembar ceklist
Skala Ukur : Ordinal
Hasil Ukur : Pernah Mengalami penyakit campak
Tidak mengalami penyakit campak
F. Instrumen Penelitian

Penelitian inim menggunakan kuesioner tentang jarak pelayanan


kesehatan dan kelengkapan imunisasi serta kejadian campak pada Kejadian
Luar Biasa (KLB).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang akan dilakukan


untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam
penelitian19
16

1. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian
ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan langsung
pada instansi yang diteliti dengan maksud untuk memperoleh data
primer yaitu data yang diperoleh melalui:
1) Pengamatan (Observation), yaitu teknik pengumpulan data
dengan mengamati secara langsung objek peneliti.
2) Wawancara (Interview), yaitu suatu teknik pengumpulan data
dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada subjek
penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3) Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan membuat daftar
pertanyaan yang berkaitan dengan objek yang diteliti, diberikan
satu persatu kepada responden yangberhubungan langsung dengan
objek yang diteliti.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research) yaitu teknik pengumpulan
data untuk memperoleh data sekunder dengan cara mengadakan studi
literatur guna memperoleh dasar teoritis dalam pemecahan masalah
yang diteliti. Data dari literatur berguna sebagai bahan pertimbangan
atas data yang diperoleh dari penelitian.
c. Riset Internet (Online Research) yaitu teknik pengumpulan data yang
berasal dari situs-situs atau website yang dilakukan dengan
memanfaatkan jaringan internetdan situs tersebut berhubungan dengan
berbagai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian yang diteliti.
2. Jenis data yang dikumpulkan adalah:
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui
pengisian kuesioner tentang jarak pelayanan kesehatan dan
kelengkapan imunisasi serta kejadian KLB campak
b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una tentang jumlah kejadian campak dan jumlah
balita.
17

H. Analisis Data
A. Analisis data dilakukan dengan cara:
1. Editing : Dilakukan untuk mengetahui kelengkapan data yang
dikumpulkan
2. Coding : Merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memberi bobot
pada kuesioner.
3. Entry : Untuk keperluan analisis maka data dimasukkan ke
komputer.
4. Cleaning : Memastikan data yang dimasukkan apakah sudah sesuai
5. Describing : merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menjelaskan
hasil penelitian.
Untuk mendapatkan hasil lebih lanut dilakukan analisis univariat dan
bivariat sebagai berikut:
1. Analisis univariat
Analisis univariat hanya menghasilkan distribusi frekuensi sebagai
berikut20:

P = x 100%
Keterangan : P = Persentase
f = Frekuensi
n = Sampel
2. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel maka dilakukan
pengolahan menggunakan analisis bivariat20. Pada penelitian ini peneliti
ingin melihat hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan
imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita
melalui penggunaan uji chi square dengan nilai kemaknaan (p ≤ 0,05)
dan tingkat kepercayaan 95%. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji
fisher’s karena terdapat sel yang mempunyai nilai expected lebih kecil
dari lima maksimal 20% dari jumlah sel.
I. Bagan Alur Penelitian
18

Penelitian ini akan dilaksanakan sesuai dengan alur yang digambarkan


dalam bentuk skema berikut ini:

Mengidentifikasi masalah penelitian

Mengurus Surat pengambilan data


awal
Pra Penelitian
Lokasi Penelitian di Puskesmas lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una

Pengambilan data awal


Penyusunan Proposal
Penelitian

Uji Plagiat

Ujian Proposal
Melakukan penelitian pada tanggal 7 –
15 Agustus tahun 2020

Penelitian Lapangan

Mengidentifikasi jarak pelayanan


kesehatan dan kelengkapan imunisasi
Analisa Data
serta kejadian campak pada Kejadian
Luar Biasa (KLB).

Penyusunan Laporan
Hasil Penelitian

Ujian Skripsi

BAB IV
Gambar
HASIL3.1DAN
Skema Bagan Alur Penelitian
PEMBAHASAN
Sumber Peneliti 2020

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi penelitian


19

a. Gambaran Umum tentang Puskesmas Lebiti


Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una yang merupakan salah satu Puskesmas yang
terletak disebelah Selatan Kecamatan Togean Kabupaten Tojo Una-
Una mempunyai luas Wilayah kerja sebesar 58,83 km2 yang terdiri
dari 16 desa dan 3 sub desa, letak Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo
Una-Una berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Tomini
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Talatako
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Una-Una
Penduduk Wilayah kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo
Una-Una berjumlah 9.865 jiwa.
b. Sumber Daya Manusia
Untuk tenaga kesehatan yang betugas di Puskesmas Lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una jumlah dokter umum berjumlah 1 orang,
tenaga SKM 2 orang, tenaga perawat berjumlah 12 orang, tenaga
bidan honorer berjumlah 19 orang dan tenaga 1 orang serta 1 orang
asisten apoteker
A. 2. Karakteristik Responden
Hasil penelitian karakteristik responden dikelompokan berdasarkan
pendidikan dan pekerjaan serta umur anak yang diuraikan dalam tabel
berikut:
a. Pendidikan
Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
Pendidikan f %
Pendidikan Rendah 38 65,6
Pendidikan Menengah 14 24,1
Pendidikan Tinggi 6 10,3
Total 58 100
Sumber: Data primer (2020)

20
20

Pada tabel 4.1 diketahui bahwa dari 58 responden, paling


banyak adalah anak balita memiliki ibu dengan latar belakang
pendidikan rendah yaitu berjumlah 38 responden (65,6%).
b. Pekerjaan
Tabel 4.2 Distribusi Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
Pekerjaan f %
URT 52 89,7
PNS 6 10,3
Total 58 100
Sumber: Data primer (2020)
Pada tabel 4.2 diketahui bahwa dari 58 responden, paling
banyak adalah anak balita memiliki ibu yang bekerja sebagai URT
yaitu berjumlah 52 responden (89,7%).
c. Umur Anak
Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Umur Anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
Umur anak f %
≤ 3 tahun 8 1,8
> 3 tahun 50 86,2
Total 58 100
Sumber: Data primer (2020)
Pada tabel 4.3 diketahui bahwa dari 58 responden, paling
banyak adalah anak balita yang berumur > 3 tahun berjumlah 50
responden (86,2%).
3. Analisis Univariat
a. Jarak pelayanan kesehatan
Gambaran distribusi responden menurut jarak pelayanan
kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan Jarak Pelayanan Kesehatan di Wilayah
Kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
Jarak Pelayanan Kesehatan F %
Jauh (> 4 km) 28 48,3
Dekat (1- 4 km) 30 51,7
Total 58 100
Sumber: Data primer (2020)
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 58 responden, terdapat 30
(51,7%) ibu yang menyatakan bahwa jarak tempat pelayanan
21

kesehatan dekat (1- 4 km) dan 28 (48,3%) ibu yang menyatakan


bahwa jarak tempat pelayanan kesehatan jauh (> 4 km).
b. Kelengkapan Imunisasi
Gambaran distribusi responden menurut Kelengkapan Imunisasi
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan kelengkapan imunisasi di Wilayah
Kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
Kelengkapan Imunisasi F %
Tidak Lengkap 14 24,1
Lengkap 44 75,9
Total 58 100
Sumber: Data primer (2020)
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 58 responden, terdapat 44
(75,9%) anak yang mendapat imunisasi yang lengkap dan 14 (24,1%)
anak yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap.
c. Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak Pada Balita
Gambaran distribusi responden menurut Kejadian Luar Biasa
(KLB) campak pada balita dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak
Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten
Tojo Una-Una
Kejadian Luar Biasa (KLB) F %
Campak Pada Balita
Pernah Mengalami Campak 10 17,2
Tidak Mengalami Campak 48 82,8
Total 58 100
Sumber: Data primer (2020)
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 58 responden, terdapat 48
(82,8%) anak tidak mengalami penyakit campak dan 10 (17,2%) anak
pernah mengalami penyakit campak
4. Analisis Bivariat
Dalam penelitian ini, hasil analisis bivariat dilakukan untuk
menganalisis hubungan antara variabel indepenen dan variabel dependen.
Pada penelitian ini digunakan uji Fisher’s Exact dengan tingkat kemaknaan
95% (α ≤ 0,05). Pada analisis bivariat ini dilakukan pengujian untuk
melihat hubungan antara jarak ke tempat pelayanan kesehatan, kelengkapan
22

imunisas dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una yang diuraikan sebagai berikut:
a. Hubungan jarak tempat pelayanan kesehatan dengan Kejadian Luar
Biasa (KLB) campak pada balita

Tabel 4.7 Hubungan jarak tempat pelayanan kesehatan dengan Kejadian


Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una

Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak Total % P


Jarak Tempat Pada Balita) n Value
Pelayanan Mengalami Tidak Mengalmi
Kesehatan Campak Campak
n % N %
Jauh (> 4 km) 9 32,1 19 67,9 28 100
0,005
Dekat (1-4 km) 1 3,3 29 96,7 30 100
Jumlah 10 17,2 48 82,8 58 100
Sumber: Data primer (2020)

Pada Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa dari 28 responden yang


menyatakan bahwa jarak tempat pelayanan kesehatan jauh (> 4 km)
terdapat 9 (32,1%) mengalami campak dan 19 (67,9%) tidak mengalami
campak. Sedangkan 30 responden yang menyatakan bahwa jarak
tempat pelayanan kesehatan dekat (1 - 4 km) terdapat 1 (3,3%)
mengalami campak dan 29 (96,7%) tidak mengalami campak.
Hasil uji Fisher’s Exact didapatkan nilai p=0,005 (≤ 0,05), ini
berarti secara statistik ada hubungan jarak tempat pelayanan kesehatan
dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una.
b. Hubungan kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB)
campak pada balita

Tabel 4.8 Hubungan kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar


Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una

Kejadian Luar Biasa (KLB) Total % P


Campak Pada Balita) n Value
Kelengkapan
Mengalami Tidak Mengalmi
Imunisasi
Campak Campak
n % N %
23

Tidak Lengkap 10 71,4 4 28,6 14 100


0,000
Lengkap 0 0,0 44 100 44 100
Jumlah 10 17,2 48 82,8 58 100
Sumber: Data primer (2020)

Pada Tabel 4.8 di atas terlihat bahwa dari 14 responden yang


menyatakan bahwa anak tidak mendapat imunisasi lengkap terdapat 10
(71,4%) mengalami campak dan 4 (28,6%) tidak mengalami campak.
Sedangkan dari 44 responden yang menyatakan bahwa anak mendapat
imunisasi lengkap 100% tidak mengalami campak.
Hasil uji Fisher’s Exact didapatkan nilai p=0,000 (≤ 0,05), ini
berarti secara statistik ada hubungan kelengkapan imunisasi dengan
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una.
.
B. Pembahasan
1. Hubungan jarak tempat pelayanan kesehatan dengan Kejadian Luar
Biasa (KLB) campak pada balita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 30 (51,7%) ibu yang
menyatakan bahwa jarak tempat pelayanan kesehatan dekat (1- 4 km)
dan 28 (48,3%) ibu yang menyatakan bahwa jarak tempat pelayanan
kesehatan jauh (> 4 km). Artinya sebagian besar rsponden memiliki
jarak yang dekat dengan tempat pelayanan dan hal ini baik karena jarak
yang dekat akan memudahkan responden untuk memanfaatkan tempat
pelayanan kesehatan termasuk untuk mendapat pelayanan imunisasi.
Hasil uji Fisher’s Exact didapatkan nilai p=0,005 (≤ 0,05), ini
berarti secara statistik ada hubungan jarak ke tempat pelayanan kesehatan
dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una. Jarak tempat pelayanan
kesehatan jauh (> 4 kilo meter) memiliki kecenderungan mengalami
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita dibandingkan dengan
jarak tempat pelayanan kesehatan dekat (1 - 4 kilo meter)
Menurut asumsi peneliti faktor yang mempengaruhi perilaku
seorang ibu membawa anaknya untuk mendapat imunisasi adalah faktor
jarak tempat pelayanan kesehatan. Jarak yang dekat akan memberi
24

kemudahan untuk mencapai pelayanan kesehatan dan hal ini akan


menimbulkan motivasi ibu untuk datang ketempat pelayanan imunisasi.
Responden yang menyatakan bahwa jarak dekat (1 – 4 km) akan
tetapi masuk dalam kategori mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB)
campak pada balita terjadi karena anak tidak mendapat imunisasi secara
lengkap. Sebaliknya responden yang menyatakan bahwa jarak jauh (> 4
km) akan tetapi tidak mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) campak
terjadi karena mendapat imunisasi yang lengkap dan anak juga mendapat
nutrisi yang cukup sehingga memiliki daya tahan tubuh yang baik.
Hasil penelitian tentang jarak pelayanan kesehatan sejalan dengan
pendapat yang mengemukakan bahwa kelengkapan imunisasi dapat
dipengaruhi oleh jarak tempat pelayanan kesehatan dengan tempat tinggal
serta alat transfortasi yang digunakan untuk mencapat tempat pelayanan
kesehatan. Mudahnya mencapai tempat pelayanan kesehatan akan
mendorong seseorang dapat memanfaatkan tempat pelayanan tersebut
termasuk dalam membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi23.
Didukung hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Peusangan
Siblah Krueng Kabupaten Bireuen yang menyatakan bahwa salah satu
yang mempengaruhi perilaku ibu terhadap kelengkapan imunisasi dasar
adalah jarak pelayanan kesehatan24
Penelitian yang menjelaskan bahwa faktor predisposisi, seperti faktor pengetahuan
yang rendah, faktor sikap, dan faktor pendidikan yang rendah sangat berpengaruh
terhadap perolehan imunisasi campak.Faktor jarak yang jauh dari fasilitas
kesehatan dan tindakan petugas imunisasi yang kurang baik juga berkontribusi
besar terhadap perolehan imunisasi campak25.
Faktor lain yang dapat memengaruhi persepsi masyarakat dalam
pengambilan keputusan masyarakat untuk tidak melakukan imunisasi
campak adalah adanya efek samping imunisasi campak, pengaruh
perilaku pekerja kesehatan,dan tokoh agama terkait non-imunisasi
campak,serta kurangnya pemerintah dalam menegakkan peraturan terkait
daya tarik imunisasi campak26.
Kurangnya informasi mengenai manfaat dan tujuan terhadap
program imunisasi campak dan minimnya pengetahuan masyarakat,
lokasi fasilitas kesehatan yang kurang strategis, dan fasilitas kesehatan
25

yang kurang memadai merupakan faktor penghambat dalam


melaksanakan program imunisasi campak bagi anak 27.
Masalah jarak pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu faktor
yang dapat mengakibatkan kelengkapan imunisasi yang berdampak pada
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita membutuhkan dukungan
dari tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang imunisasi
sehingga walaupun jauh seorang ibu termotivasi membawa anaknnya
untuk imunisasi.
2. Hubungan kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa
(KLB) campak pada balita
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 44 (75,9%) anak yang
mendapat imunisasi yang lengkap dan 14 (24,1%) anak yang tidak
mendapat imunisasi secara lengkap. Ini menunjukkan bahwa sebagian
besar anak telah mendapat imunisasi secara lengkap dan hal ini terjadi
karena responden telah memiliki pengetahuan yang baik tentang
imunisasi sehingga perilakuu ibu menjadi lebih baik dalam menjaga
kesehatan anaknya termasuk dalam memmenuhi kebutuhan anak akan
imunisasi.
Hasil uji Fisher’s Exact didapatkan nilai p=0,000 (≤ 0,05), ini
berarti secara statistik ada hubungan kelengkapan imunisasi dengan
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una. Anak yang mendapat
imunisasi secara lengkap memiliki kecenderungan tidak mengalami
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dibandingkan dengan anak yang
tidak mendapat imunisasi secara lengkap.
Menurut peneliti anak yang mendapat imunisasi secara lengkap
berarti telah mendapat perlindungan dari beberapa penyakit yang dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi termasuk campak. Pemberian
imunisasi secara lengkap dapat meningkatkan kekebalan tubuh anak. .
Sejalan dengan pendapat yang mengemukakan bahwa imunisasi
adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Sehingga
26

sangat penting bagi bayi untuk mendapatkan immunisasi lengkap sesuai


dengan aturan yang berlaku misalnya kaitannya dengan usia bayi.
Imunisasi diberikan agar anak tidak mudah sakit16
Penelitian yang sama dilakukan dengan judul “Hubungan Status
Immunisas Campak dan Perilaku Pencegahan Penyakit Campak dengan
Kejadian Campak Pada Bayi dan Balita di Puskesmas Kabupaten Bantul
Tahun 2013-2014”, menyimpulkan bahwa ada hubungan status
immunisasi campak dengan kejadian campak (p=0,000)27.
Masalah kejadian anak balita yang tidak mendapat imunisasi
membutuhkan dukungan yang baik dari petugas kesehatan maupun pihak
pemerintah dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama ibu
yang memiliki balita sehingga tidak aka nada lagi balita yang tidak
mendapat imunisasi secara lengkap.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian,maka dapat
disimpulkan:
1. Ada hubungan jarak ke tempat pelayanan kesehatan dengan Kejadian
Luar Biasa (KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una dengan nilai p=0,005 (≤ 0,05).
27

2. Ada hubungan kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa


(KLB) campak pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Lebiti
Kabupaten Tojo Una-Una dengan nilai p=0,000 (≤ 0,05)
B. Saran
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Disarankan agar hasil penelitian dapat dijadikan bahan informasi dan
pertimbangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan terutama tentang
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kejadian campak
2. Bagi Masyarakat
Disarankan agar masyarakat telebih lagi para ibu untuk
meningkatkan pengetahuan sehingga dengan pengetahuan yang baik akan
membawa anaknya untuk mendapat imunisasi secara lengkap dan
terhindar dari berbagai penyakit termasuk campak
3. Bagi Puskesmas Lebiti Kabupaten Tojo Una-Una
Disarankan agar hasil penelitian ini kiraya dapat memberi masukan
bagi Puskesmas Lebiti tentang hubungan jarak tempat pelayanan dan
status kelengkapan imunisasi dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga
pelayanan dapat dtingkatkan dan kejadian KLB campak dapat dicegah
dengan aktif memberi penyuluhan bagi ibu yang memiliki balita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi; 2017.

2. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Tentang


Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2013.

3. World Health Organization (WHO). Global and Regional Immunization


Profile). 2016. [Internet] [diunduh 2020 Apri 16]. Tersedia pada
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs378/en/index.html
28

4. World Health Organization (WHO) SEAR. Immunization and vaccine


development (IVD) SEARO 2018. protecting people from vaccine
preventable diseases. [Internet] [diunduh 2020 Apri 16]. Tersedia pada
http://www.searo.who.int/immunization/data/sear_vpdupdate_week31.pdf.

5. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi imunisasi di indonesia. Hari


Imunisasi 2016. Jakarta: Kemenkes RI 2016

6. World Health Organization (WHO). 2018. Immunization health topic.


[Internet] [diunduh 2020 Apri 16]. Tersedia pada
http://www.int/topic/immunization/en/.

7. Pusat Data dan Informasi PERSI. Indonesia termasuk Negara yang tak capai
Target Imunisasi. 2015. [Internet] [diunduh 2020 April 16]. Tersedia pada:
http://pdpersi.co.id/content/news.php?catid= 23&mid=5&nid=1930

8. Sari DD. 2018. Faktor-faktor pada ibu yang berhubungan dengan pemberian
imunisasi dasar bayi di wilayah kerja Puskesmas Kopri Kecamatan Sukarame
Kota Bandar lampung [skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.

9. Mujiati, Eka. Faktor Resiko Campak Pada Anak Usia 1-14 Tahun DI
Kecamatan Metro Pusat Provinsi Lampung Tahun 2013-2014. 2015. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat Volume 2. Univeristas Sriwijaya

10. Kementerian Kesehatan RI. Buku ajar imunisasi. 2014. Jakarta: Kemenkes RI
2014.

11. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2015. Measles: it isn‟t
just a little rash infographic. Diakses pada tanggal 20 April 2020 dari
https://www.cdc.gov/measles

12. Halim, RG. 2016. Campak pada anak. Kalbe Medical Portal. 43(3):186–189

13. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2017. Jadwal imunisasi 2017. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

14. Prasetyawati AE, 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Yogyakarta (ID).
Nuha Medika.

29
15. Arianti WI. 2017. Pengaruh faktor predisposisi, pendukung dan pendorong ibu
terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di wilayah kerja
Puskesmas Sel Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan. [skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.

16. Lisnawati, L. Generasi Sehat Melalui Imunisasi. Jakarta (ID):Trans Info


Media. 2011.
29

17. Ranuh et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi kelima.Jakarta: Badan


Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014

18. Novitasari, YD. Tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar pada bayi
usia 0-12 bulan di Posyandu Kencana Sendangrejo Grobongan. 2015.
[skripsi]. Surakarta: Stikes Kusuma Husada.

19. Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta (ID): Salemba Medika. 2014.

20. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung (ID): Alfabeta. 2017.

21. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID):Rineka Cipta.


2012.

22. Dahlan, S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta (ID): Salemba
Medika. 2017.

23. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): PT. Rineka. 2010

24. Jamilah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Terhadap


Kelengkapan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Siblah
Kreung Kabupaten Bireun. Naskah publikasi. 2014.

25. Al-Rahmad, A. H. Perolehan imunisasi campak menurut faktor predisposisi,


pendukung dan pendorong diPuskesmas Lhoknga. Idea Nursing Journal, 6(1),
51–60. 2015.

26. Rahmawati. Efektivitas pelaksanaan program imunisasi campak bagi anak di


Puskesmas Juanda Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda. E-Journal
Administrasi Negara, 5(3), 6409–6420. 2017.

27. Wahyunarni, Y. I., Ahmad, R. A., & Triratnawati, A. Persepsi masyarakat


terhadap imunisasi campak di Kabupaten Sleman. BKM Journal of
Community Medicine and Public Health, 32(8), 281–286. 2016.

28. Rahmayanti L.M. Hubungan Status Immunisas Campak dan Perilaku


Pencegahan Penyakit Campak dengan Kejadian Campak Pada Bayi dan Balita
di Puskesmas Kabupaten Bantul Tahun 2013-2014. Naskah publikasi 2015.
30

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

    WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN


No KEGIATAN Mei Juni Juli Agustus September
  1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul                            
2   Pengambilan Data Awal                              
3 Penyususnan Proposal                            
31

4 Seminar Poposal                              
5 Perbaikan Proposal                              
6 Izin Penelitian                              
7 Penelitian
8 Penyusunan Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Perbaikan Skripsi                              

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawa ini:


Nama Peneliti : Sujirman
NPM : 201801190
Status : Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya
Nusantara Palu
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Nusantara Palu, saya akan melakukan penelitian tentang
“Hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan imunisasi dengan
32

kejadian campak pada Kejadian Luar Biasa (KLB) di Wilayah kerja Puskesmas
Lebiti”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Hubungan jarak tempat
pelayanan dan status kelengkapan imunisasi dengan kejadian campak pada
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti.
Selanjutnya kami mohon kesediaan anda untuk bersedia menjadi
responden kami.

Peneliti

Sujirman

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Inisial :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Menyetujui untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh :
Nama : Sujirman
Nim : 201801190
33

Judul : Hubungan jarak tempat pelayanan dan status kelengkapan


imunisasi dengan kejadian campak pada Kejadian Luar Biasa
(KLB) di Wilayah kerja Puskesmas Lebiti.
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan peneliti, bersama ini saya
menyatakan tidak keberatan untuk menjadi responden peneliti.
Demikian pernyataan saya buat tanpa paksaan dan tekanan dari peneliti.

Lebiti, Agustus 2020

Responden

(…………………………..)

KUESIONER

HUBUNGAN JARAK TEMPAT PELAYANAN DAN STATUS


KELENGKAPAN IMUNISASI DENGAN KEJADIAN CAMPAK PADA
KEJADIAN LUAR
BIASA (KLB) DI WILAYAH PUSKESMAS LEBITI.

A. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Umur Anak :
B. Jarak ke tempat pelayanan kesehatan:
1. Jarak tempat tinggal
34

≤ 1 – 4 Kilo Meter
> 4 Kilo Meter
2. Alat tranfortasi yang digunakan
. Kendaraan roda dua
Kendaraan roda empat
Tranforstasi laut
Jalan kaki
3. Waktu yang digunakan ke tempat pelayanan kesehatan
≤ 1 Jam
> 1 Jam

C. Kelengkapan Imunisasi

Jenis imunisasi Waktu Pemberian (usia) Lengkap Tidak Lengkap


Hepatitis B0 0 bulan
BCG, Polio 1 1 bulan
DPT-HB-Hib 1, Polio 2 2 bulan
DPT-HB-Hib 2, Polio 3 3 bulan
DPT-HB-Hib 3, Polio 4 4 bulan
Campak 9 bulan

D. Kejadian Campak
Pernah mengalami campak
Tidak pernah mengalami campak
No. Pendidikan Pekerjaan Umur Jarak Tempat Kelengkapan KLB
Ibu Ibu Anak Pelayanan Imunisasi Campak
1. SMA URT 3,4 1 1 1
2. SD URT 4.1 0 0 0
3. SMP URT 4,5 1 1 1
4. SMP URT 4 1 1 1
5. S1 PNS 4,8 0 1 1
6. SMP URT 3,8 1 1 1
7. SMA URT 3 0 1 1
8. SMP URT 3,9 1 1 1
9. SMP URT 4 0 0 1
10. SMP URT 3,6 0 1 1
11. SMA URT 3,8 0 1 1
12. S1 PNS 4,1 1 1 1
13. SMP URT 3 1 1 1
14. SD URT 5 0 0 0
15. D3 PNS 4,1 1 1 1
35

16. SMP URT 3,9 0 0 1


17. SMP URT 4,8 0 0 1
18. SMP URT 5 1 1 1
19. D3 PNS 3 0 1 1
20. SMA URT 3,4 1 1 1
21. SD_ URT 4,8 0 0 0
22. SMP URT 4 1 1 1
23. SMA URT 3,8 0 1 1
24. SMP URT 4,3 1 1 1
25. SMP URT 4 0 0 0
26. S1 PNS 2,11 1 1 1
27. SMA URT 3,8 0 0 1
28. SMP URT 4,2 1 1 1
29. SMP URT 4 1 1 1
30. SMP URT 4,2 0 1 1
31. SMP URT 3 1 1 1
32. SD URT 4,8 1 0 0
33. SMP URT 3,1 1 1 1
34. SMA URT 3,9 0 1 1
35. SMA URT 4 1 1 1
36. SD URT 4,4 0 0 0
37. SMA URT 4.1 1 1 1
38. SMP URT 4,5 0 1 1
39. SMP URT 5 1 1 1
40. SD URT 4,8 0 0 0
41. SMA URT 3,8 1 1 1
42. SMP URT 4 0 1 1
43. SMA URT 4,9 1 1 1
44. SMA URT 4 1 1 1
45. S1 PNS 4,1 1 1 1
MASTER TABEL
MASTER TABEL
No. Pendidikan Pekerjaan Umur Jarak Tempat Kelengkapan KLB
Ibu Ibu Anak Pelayanan Imunisasi Campak
46. SMA URT 3,8 1 1 1
47. SD URT 4,1 0 0 0
48. SMA URT 4,9 1 1 1
49. SMA URT 3 1 1 1
50. SMP URT 4,1 0 1 1
51. SD URT 4,9 0 0 0
52. SMP URT 2,8 0 1 1
53. SMP URT 5 0 1 1
54. SMP URT 4,2 1 1 1
55. SMA URT 3,4 0 1 1
56. SMP URT 4,8 0 1 1
57. SD URT 4 0 0 0
36

58. SMP URT 2,9 1 1 1

HASIL OLAHAN DATA

Frequencies

Statistics
JarakTempatPelaya KelengkapanImuni
nan sasi KLBCampak
N Valid 58 58 58
Missing 0 0 0

Frequency Table

Jarak Tempat Pelayanan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
37

Valid Jauh > 4 kilo 28 48.3 48.3 48.3


Dekat 1-4 kilo 30 51.7 51.7 100.0
Total 58 100.0 100.0

KelengkapanImunisasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Lengkap 14 24.1 24.1 24.1
Lengkap 44 75.9 75.9 100.0
Total 58 100.0 100.0

KLBCampak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Mengalami Campak 10 17.2 17.2 17.2
Tidak Mengalami Campak 48 82.8 82.8 100.0
Total 58 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
JarakTempatPelayanan * 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
KLBCampak
KelengkapanImunisasi * 58 100.0% 0 .0% 58 100.0%
KLBCampak

Jarak Tempat Pelayanan * KLB Campak

Crosstab

KLBCampak
Mengalami Tidak Mengalami
Campak Campak Total
Jarak Tempat Jauh > 4 kilo Count 9 19 28
Pelayanan
Expected Count 4.8 23.2 28.0
% within Jarak Tempat 32.1% 67.9% 100.0%
Pelayanan
% within KLBCampak 90.0% 39.6% 48.3%
Dekat 1-4 kilo Count 1 29 30
38

Expected Count 5.2 24.8 30.0


% within Jarak Tempat 3.3% 96.7% 100.0%
Pelayanan
% within KLBCampak 10.0% 60.4% 51.7%
Total Count 10 48 58
Expected Count 10.0 48.0 58.0
% within Jarak Tempat 17.2% 82.8% 100.0%
Pelayanan
% within KLBCampak 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 8.424a 1 .004
b
Continuity Correction 6.526 1 .011
Likelihood Ratio 9.391 1 .002
Fisher's Exact Test .005 .004
Linear-by-Linear Association 8.279 1 .004
N of Valid Cases 58

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.83.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for 13.737 1.607 117.393
JarakTempatPelayanan (Jauh > 4
kilo / Dekat 1-4 kilo)
For cohort KLBCampak = 9.643 1.304 71.306
Mengalami Campak
For cohort KLBCampak = Tidak .702 .539 .914
Mengalami Campak
N of Valid Cases 58

Kelengkapan Imunisasi * KLB Campak

Crosstab

KLBCampak
Mengalami Tidak Mengalami
Campak Campak Total
Kelengkapan Tidak Lengkap Count 10 4 14
Imunisasi
Expected Count 2.4 11.6 14.0
% within Kelengkapan 71.4% 28.6% 100.0%
Imunisasi
39

% within KLBCampak 100.0% 8.3% 24.1%


Lengkap Count 0 44 44
Expected Count 7.6 36.4 44.0
% within Kelengkapan .0% 100.0% 100.0%
Imunisasi
% within KLBCampak .0% 91.7% 75.9%
Total Count 10 48 58
Expected Count 10.0 48.0 58.0
% within Kelengkapan 17.2% 82.8% 100.0%
Imunisasi
% within KLBCampak 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value Df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 37.976a 1 .000
b
Continuity Correction 33.135 1 .000
Likelihood Ratio 36.573 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 37.321 1 .000
N of Valid Cases 58

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.41.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper


For cohort KLBCampak = Tidak .286 .125 .654
Mengalami Campak
N of Valid Cases 58
40

DOKUMENTASI PENELITIAN

Saat Pengisisan Kuesioner

Saat Pengisisan Kuesioner


41

Saat Pengisisan Kuesioner

Anda mungkin juga menyukai