Anda di halaman 1dari 77

1

TUGAS AKHIR

PEMETAAN FOKUS MALARIA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TARUS KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2023

OLEH
SALNI MILANTARI PANDANG
PO 5303330200824

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI SANITASI
2023
PEMETAAN FOKUS MALARIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TARUS KABUPATEN KUPANG
TAHUN 2023

TUGAS AKHIR

Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk


memperoleh ijazah Diploma III sanitasi

OLEH:

SALNI MILANTARI PANDANG


PO 5303330200824

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI SANITASI
2023

i
ii
iii
BIODATA PENULIS

Nama : Salni Milantari Pandang


Tempat Tanggal Lahir : Pagollu Dima, 01 September 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. RSS Liliba Blok G 155 Kupang-Nusa Tenggara
Timur
Riwayat Pendidikan :

1 SD Masehi Wee Baro : 2014


2 SMP Negeri 1 Tana Righu : 2017
3 SMA Negeri 1 Tana Righu : 2020
Riwayat Pekerjaan : -
Proposal Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk kedua orang tercinta :
“ Bapak Timotius Pandang dan Ibu Wilhelmina L. Dangga Uma ”

Motto

“Tidak perlu berkeluh kesah, itu hanya akan memperlambat proses. Lebih baik
bangkit dan kejar cita-cita hingga wisuda tepat waktu."

iv
ABSTRAK

PEMETAAN FOKUS MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


TARUS KABUPATEN KUPANG TAHUN 2023

Salni Milantari Pandang, Johanis J. P. Sadukh **)


email: salnimilantari@gmail.com

*) Program Studi Sanitasi Poltekkes Kemenkes Kupang

xiii+54 halaman: tabel, gambar, lampiran

Program Eliminasi Malaria Belum Mencapai Target. Pemetaan Fokus


Malaria Dan Habitat Menjadi Bagian Penting Dalam Program Eliminasi. Tujuan
penelitian ini adalah mengklasifikasi daerah endemis dan pemetaan fokus malaria
di wilayah kerja Puskesmas Tarus.
Jenis penelitian deskriptif.variabel penelitian distribusi kasus, klasifikasi
endemis malaria,tempat perkembabikan jentik nyamuk Anopheles,memetakan
fokus malaria. Populasi adalah semua kasus malaria dan Tempat pekembangbiakan
jentik nyamuk Anopheles. Data dikumpulkan menggunakan aplikasi Epicollect5.
Sampel yang diambil yaitu kasus malaria 3 tahun terakhir yaitu 2021-2023
diwilayah kerja Puskesmas Tarus dan tempat perindukan jentik. Data yang
diperoleh, selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel
dan peta untuk mengetahui pemetaan fokus di wilayah kerja Puskesmas Tarus.
Distribusi kasus malaria terdapat 4 kasus yaitu di Desa Tanah Merah, Desa
Mata Air dan Kelurahan Tarus. Endemisitas malaria di wilayah kerja Puskesmas
Tarus sebagian besarnya masuk kategori non endemis sedangkan, dan 1 Kelurahan
dan 2 Desa masuk ketegori endemis rendah.Tempat pekembangbiakan jentik
nyamuk berupa sawah, sumur kebun, muara, genangan, Kobakan/Genangan
Sungai, Bekas Tapak Roda Kendaraan, Cek Dam dan Rawa-rawa. Pemetaan fokus
malaria di beberapa daerah yaitu daerah fokus non aktif di wilayah kerja Puskesmas
Tarus yaitu Desa Tanah Merah, Desa Mata Air dan Kelurahan Tarus dan daerah
fokus bebas yaitu Desa Noelbakhi,Desa Oebelo,Desa Oelpuah,Desa Oelnasi, dan
Penfui Timur.
Agar meningkatkan kegiatan survei jentik Anopheles pada tempat
perkrmbangbiakan secara rutin dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat
tentang pengendalian jentik dengan memanfaatkan ikan pemakan jentik nyamuk
Anopheles dan pembersihan tumbuh-tumbuhan air di sekitar tempat
perkembangbiakan dan juga memiliki peta fokus yang sebagai syarat penilaian
dalam eliminasi malaria.

Kata kunci : Malaria, Jentik Nyamuk Anopheles sp


Kepustakaan : 14 buah (2011 -2022)

v
ABSTRACT

MAPPING OF MALARIA FOCI IN THE TARUS HEALTH CENTER


WORKING AREA OF KUPANG DISTRICT IN 2023

Salni Milantari Pandang, Johanis J. P. Sadukh **)


email: salnimilantari@gmail.com

*) Sanitation Study Program of Poltekkes Kemenkes Kupang

xiii+54 : table,picture, appendices

Malaria Elimination Program Has Not Reached Target. Malaria Focus and
Habitat Mapping is an important part of the Elimination Program. The purpose of
this study was to classify endemic areas and malaria focus mapping in the Tarus
Health Center working area.
Descriptive research type. Research variables are case distribution, malaria
endemic classification, Anopheles mosquito larvae breeding sites, mapping malaria
foci. The population was all malaria cases and Anopheles mosquito larvae breeding
sites. Data was collected using the Epicollect5 application. The samples taken were
malaria cases in the last 3 years, namely 2021-2023 in the Tarus Health Center
working area and larval breeding sites. The data obtained, then analyzed
descriptively and presented in the form of tables and maps to determine the focus
mapping in the Tarus Puskesmas working area.
The distribution of malaria cases was 4 cases, namely in Tanah Merah
Village, Mata Air Village and Tarus Village. Malaria endemicity in the Tarus
Health Center working area is mostly in the non-endemic category, while 1 village
and 2 villages are in the low endemic category. Mosquito larva breeding sites are
rice fields, garden wells, estuaries, puddles, river puddles, vehicle treads, check
dams and swamps. Malaria focus mapping in several areas, namely inactive focus
areas in the Tarus Health Center working area, namely Tanah Merah Village, Mata
Air Village and Tarus Village and free focus areas, namely Noelbakhi Village,
Oebelo Village, Oelpuah Village, Oelnasi Village, and East Penfui.
To increase Anopheles larvae surveys in breeding sites routinely and conduct
community counseling on larvae control by utilizing Anopheles mosquito larva-
eating fish and cleaning water plants around breeding sites and also have a focus
map as a requirement for assessment in malaria elimination.

Keywords : Malaria, Anopheles sp mosquito larvae


Literature : 14 (2011-2022)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena hanya
atas kasih dan penyertaan-Nya sehingga Penulis diberikan hikmat untuk menyusun
dan menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pemetaan Fokus Malaria Di
Wilayah Kerja Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang 2023”
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada
dosen pembimbing Tugas Akhir bapak Johanis Pitreyadi Sadukh, ST.,M.Sc yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi. Penyusun Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Irfan, SKM., M.Kes Selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kupang
2. Bapak Oktofianus Sila, SKM.,M.Sc Selaku Ketua Jurusan Prodi Sanitasi
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
3. Ibu Lidia Br Tarigan, SKM.,M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang
dengan penuh ketulusan telah membimbing Penulis dari semester I sampai
semester VI
4. Bapak Johanis J. P. Sadukh, ST., M.Sc selaku pembimbing yang dengan penuh
ketulusan telah membimbing dan mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan
penyusunan Tugas Akhir ini
5. Bapak Siprianus Singga, ST.,M.Kes dan Ibu Ragu Theodolfi, SKM., M.Sc
selaku dosen Penguji Tugas Akhir yang sudah memberikan arahan dan
masukan demi menyempurnakan Proposal Tugas Akhir ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Sanitasi yang selalu memberi arahan dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
7. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan
memberikan dukungan berupa doa dan motivasi kepada penyusun. Berkat dan
dukungan dari mereka sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir dengan baik dan tepat waktu.

vii
8. Teman-teman seperjuangan yang sudah membantu dalam penyelesaian
menyusun Tugas Akhir ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat yang setimpal kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Peneliti
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran demi menyempurnakan Tugas Akhir ini sangat
Penulis harapkan.

Kupang, Juni 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMANA JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................. iii
BIODATA PENULIS ............................................................................................ iv
ABSTRAK ...............................................................................................................v
ABSTRACK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................5
C. Tujuan ..........................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................5
E. Ruang Lingkup ............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
A. Pengertian Malaria .......................................................................................7
B. Jenis-Jenis Malaria .......................................................................................7
C. Kasus Malaria...............................................................................................8
D. Daerah Endemis Malaria ..............................................................................9
E. Eliminasi Malaria .......................................................................................10
F. Vektor Malaria Dan Lingkungan Tempat Hidup Perindukannya ..............11
G. Tempat Perindukan Nyamuk Anopheles ....................................................14
H. Pengendalian Vektor Malaria .....................................................................15
I. Pemetaan Secara Umum ............................................................................18

x
xi

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................21


A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................21
B. Kerangka Konsep .......................................................................................21
C. Variabel Penelitian .....................................................................................22
D. Definisi Operasional...................................................................................22
E. Populasi dan Sampel ..................................................................................23
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................................23
G. Pengolahan Data.........................................................................................29
H. Analisis Data ..............................................................................................29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................30
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..........................................................30
B. Hasil Penelitian ..........................................................................................32
C. Pembahasan ................................................................................................38
BAB V PENUTUP.................................................................................................46
A. Kesimpulan ................................................................................................46
B. Saran ...........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Definisi operasional 23

Tabel 2. Jumlah Penduduk per desa/kelurahan di wilayah kerja 33

Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang Tahun 2023

Tabel 3. Distribusi kasus malaria per desa/kelurahan di wilayah kerja 34

Puskesmas Tarus tahun 2021-2023

Tabel 4. Jumlah endemisitas malaria per desa/ kelurahan di wilayah kerja 35

Puskesmas Tarus tahun 2021

Tabel 5. Jumlah endemisitas malaria per desa/ kelurahan di wilayah kerja 37

Puskesmas Tarus tahun 2022

Tabel 6. Jumlah endemisitas malaria per desa/ kelurahan di wilayah kerja 38

Puskesmas Tarus tahun 2023

Tabel 7. Jenis habitat jentik nyamuk Anopheles per desa/ kelurahan di 39

wilayah kerja Puskesmas Tarus tahun 2023


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka konsep 22

Gambar 2 Peta wilayah kerja Puskesmas Tarus 32

Gambar 3 Peta Distribusi kasus malaria per desa/ kelurahan di 35

wilayah kerja Puskesmas Tarus

Gambar 4. Peta endemisitas malaria per desa/ kelurahan di wilayah 36

kerja Puskesmas Tarus tahun 2021

Gambar 5. Peta endemisitas malaria per desa/ kelurahan di wilayah 38

kerja Puskesmas Tarus tahun 2022

Gambar 6. Peta endemisitas malaria per desa/ kelurahan di wilayah 39

kerja Puskesmas Tarus tahun 2023

Gambar 7. Peta fokus malaria di wilayah kerja puskesmas tarus 2023 41

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Surat ijin Melakukan Penelitian

Lampiran II. Formulir Survei Kasus Malaria

Lampiran III. Formulir Survei Habitat Jentik Anopheles

Lampiran IV. Master Tabel Habitat jentik nyamuk Anopheles di

wilayah kerja Puskesmas Tarus per Desa/Kelurahan

Lampiran V. Master Tabel Habitat jentik nyamuk Anopheles di

wilayah kerja Puskesmas Tarus per Desa/Kelurahan

Lampiran VI Dokumentasi Kegiatan

Lampiran VII Surat Selesai Penelitian

Lampiran VIII Lembar Konsultasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh

infeksi parasit biasa disebut dengan nama ilmiahnya yaitu Plasmodium,

ditularkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi. Parasit berkembangbiak dalam

tubuh manusia tepatnya dihati kemudian menginfeksi sel darah merah. Malaria

merupakan penyakit menular yang dipengaruhi oleh lingkungan, disebabkan

oleh parasit dan ditularkan oleh vektor. Malaria juga dipengaruhi oleh pola

perilaku masyarakat di daerah tersebut serta kondisi sosial ekonominya

termasuk di dalamnya adalah kepadatan penduduk (Sulistyawati et al., 2010).

Nyamuk Anopheles sp. merupakan faktor utama penular penyakit

malaria. Berperan sebagai vektor malaria, spesies Anopheles berbeda di setiap

daerah tergantung pada daerah dan lingkungan (geografis). Setiap daerah

geografi mempunyai spesies spesifik, bioekologi, habitat, penyebaran dan

kepadatan yang berbeda. Keberadaan dan kelangsungan hidup Anopheles

sangat dipengaruhi oleh kondisi tempat perkembangbiakannya (breeding site).

Kondisi tempat perkembangbiakan nyamuk sangat ditentukan oleh keadaan

lingkungan yang ada, seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan sebagainya

(HL Nurhayat et al., 2014).

Pentahapan eliminasi terdiri dari tahap pemberantasan, pre-eliminasi,

eliminasi serta pemeliharaan. Masing-masing tahap memiliki tujuan dan

1
2

target yang berbeda. Kegiatan surveilans pun disesuaikan dengan

berdasarkan tahapan eliminasi. Surveilans merupakan hal yang sangat penting

buat ditingkatkan pada pencapaian karena salah satu syarat eliminasi

merupakan adanya surveilans yang baik (Kemenkes RI., 2017 h.3).

Suatu daerah atau wilayah dinyatakan bebas malaria (eliminasi) bila

memenuhi beberapa persyaratan berikut. Masing-masing wilayah harus bisa

menerangkan bahwa daerahnya sudah bebas dari penularan lokal atau masalah

indigenous malaria selama tiga tahun terakhir, terdapat sistem yang baik untuk

memastikan atau menjamin tidak terdapat penularan kembali, tingkat positif

Rate API kurang dari 1 per 1000 penduduk (Kemenkes RI., 2017 h.6).

Daerah endemis malaria adalah wilayah Puskesmas, atau Kabupaten/

Kota yang masih terjadi penularan malaria. Secara teknis daerah endemis

malaria diartikan sebagai wilayah seluas anak-desa/dusun, Desa,

Puskesmas/Kecamatan, Kabupaten/Kota atau provinsi yang mempunyai fokus

malaria aktif. Daerah yang sudah endemis rendah dan bebas malaria berarti

masuk tahap pembebasan dan tahap pemeliharaan harus melakukan kegiatan

kewaspadaan melalui surveilans secara intensitas untuk mencegah munculnya

kembali kasus indigenous (Kemenkes RI., 2017 h.6).

Kondisi endemisitas malaria di berbagai wilayah di Indonesia

bervariasi berdasarkan tahapan pengendalian yang sudah dicapai dan ini

mengharuskan adanya perbedaan dalam strategi pengendalian yang lebih

sesuai antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Oleh karena itu,

kabupaten/kota di Indonesia perlu ditetapkan status endemisitasnya atau


3

tahapan eliminasi malaria yang telah dicapainya. Strategi spesifik dalam upaya

percepatan eliminasi malaria di kabupaten/kota dilaksanakan melalui 4 tahapan

yaitu tahap akselerasi endemis tinggi (API > 5 per 1000 penduduk),tahap

intensifikasi endemis sedang (API 1-5 per 1000 penduduk), tahap pembebasan

endemis rendah (api < dari 1 per 1000 penduduk), tahap pemeliharaan yang

sudah eliminasi/non endemis (API 0 per 1000 penduduk) (Kemenkes RI 2014

h.13-14).

Tujuan dari peta fokus adalah untuk menjelaskan bahwa masih

terdapat kasus-kasus local (indigenous) di daerah atau desa tersebut. Atau tidak

pada interval tertentu. Kategori fokus dibagi menjadi 4 bagian yaitu fokus aktif,

fokus tidak aktif, fokus bebas, tidak fokus. Hasil penelitian epidemiologi harus

dideskripsikan dalam bentuk peta sehingga lokasi kasus dan faktor risiko yang

ada dapat diketahui dengan jelas. Peta dapat dibuat secara manual atau

elektronik (Kemenkes RI., 2017 h.27).

Eliminasi malaria adalah adalah suatu upaya untuk menghentikan

penularan malaria setempat (indigenous) dalam satu wilayah geografis tertentu,

dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor

malaria di wilayah tersebut sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan

untuk mencegah penularan kembali. Pentahapan eliminasi terdiri dari tahap

pemberantasan, pre-eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan. Masing-masing

tahapan mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda. Kegiatan surveilans pun

disesuaikan dengan berdasarkan tahapan eliminasi tersebut. Surveilans

merupakan hal yang sangat penting untuk ditingkatkan dalam pencapaian


4

eliminasi karena salah satu syarat eliminasi adalah adanya surveilans yang baik

(Kemenkes RI 2017, h.3).

Berdasarkan Dinas kesehatan Provinsi NTT Kabupaten Kupang tahun

2021 di targetkan masuk tahap eliminasi malaria tahun 2025. Puskesmas Tarus

merupakan salah satu Puskesmas yang masuk dalam wilayah kerja Kabupaten

Kupang dengan jumlah wilayah kerja 7 Desa 1 Kelurahan yaitu Desa Mata Air,

Desa Noelbakhi, Desa Tanah Merah, Desa Oebelo, Desa Oelpuah, Desa

Oelnasi, Penfui Timur Kelurahan Tarus. Berdasarkan kasus laporan Puskesmas

pada 3 tahun terakhir angka menurun 2021 hanya ada pada Desa Tanah Merah

dengan Angka API sebesar 0,41 kasus per 1.000 penduduk dengan 2 kasus

malaria, pada tahun 2022 satu kelurahan dan satu Desa dengan masing-masing

memiliki 1 kasus malaria dengan Angka API sebesar Kelurahan Tarus angka

API 0,18 per 1.000 penduduk dan Desa Mata Air angka API 0,17 per 1.000

penduduk. Sedangkan pada tahun 2023 tidak ada kasus malaria (Buku

Registrasi Puskesmas Tarus).

Puskesmas Tarus merupakan wilayah kerja yang berbatasan langsung

dengan Kota Kupang yang sudah bebas malaria, sehingga untuk tidak lagi

terjadi penularan kembali, maka dilakukan penelitian di tempat tersebut karena

wilayah kerja Puskesmas Tarus memiliki habitat jentik anopheles berupa

sawah, rawa-rawa, muara, lagun, dan genangan air. Selain itu Puskesmas Tarus

belum ada peta fokus yang sebagai syarat penilaian dalam eliminasi malaria.
5

Berdasarkan uraian permasalahan diatas Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Pemetaan Fokus Malaria Di Wilayah

Kerja Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang Tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka perumusan masalah penelitian ini

adalah bagaimana Pemetaan fokus malaria di wilayah ke Puskesmas Tarus

Kabupaten Kupang Tahun 2023?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini ada mengklasifikasi daerah endemis dan

pemetaan fokus malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas

Tarus

b. Mengklasifikasi tingkat endemisitas malaria di wilayah kerja

Puskesmas Tarus

c. Mengetahui tempat perindukan jentik nyamuk Anopheles di wilayah

kerja Puskesmas Tarus

d. Memetakan kategori fokus malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus

D. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti
6

Untuk mendalami ilmu dan materi yang telah dipelajari selama menempuh

pendidikan di Program Studi Sanitasi Poltekkes Kemenkes Kupang dan

mengaplikasikan dalam dunia kerja

2. Bagi masyarakat

Untuk lebih memperhatikan lingkungan tempat perindukan jentik nyamuk

Anopheles yang dapat menularkan penyakit malaria dan membantu

mensukseskan program eliminasi malaria khususnya di wilayah kerja

Puskesmas Tarus

3. Bagi institusi

Menambah sumber informasi dan sebagai bahan tambahan literatur di

perpustakaan Poltekkes Kemenkes Kupang

4. Bagi Puskesmas Tarus

Memberikan informasi agar dapat dijadikan pedoman dalam menangani

daerah endemis malaria serta mengetahui pemetaan fokus malaria.

E. Ruang lingkup

1. Ruang lingkup materi

Materi yang diteliti adalah surveilan epidemiologi malaria dan vektor

2. Ruang lingkup sasaran

Sasaran penelitian dalam hal ini adalah Puskesmas Tarus

3. Ruang lingkup lokasi

Penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Kupang Tengah

4. Ruang lingkup waktu

Dilaksanakan pada bulan Februari 2023 – Juni 2023


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh infeksi

parasit biasa disebut dengan nama ilmiahnya yaitu Plasmodium, ditularkan

melalui gigitan nyamuk terinfeksi (Sulistyawati et al., 2010). Orang yang

terkena malaria akan memiliki gejala demam, menggigil, berkeringat, sakit

kepala, mual atau muntah (Sepriyani et al., 2019). Malaria merupakan salah

satu penyakit yang menjadi ancaman masyarakat di daerah tropis dan subtropis

terutama pada bayi, anak balita dan ibu melahirkan (Putra, 2011).

B. Jenis-Jenis Malaria

Menurut Kemenkes RI, (2014 h. 5) Ada lima jenis spesies parasit malaria di

dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :

1. Malaria falciparum disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Gejala

demam timbul intermiten dan dapat kontinyu. Jenis malaria ini paling

sering menjadi malaria berat yang menyebabkan kematian.

2. Malaria vivaks disebabkan oleh Plasmodium vivax. Gejala demam

berulang dengan interval bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus

malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium vivax.

3. Malaria ovale disebabkan oleh Plasmodium ovale. Manifestasi klinis

biasanya bersifat ringan, pola demam seperti pada malaria vivaks

7
8

4. Malaria malariae disebabkan oleh Plasmodium malariae. Gejala demam

berulang dengan interval bebas demam 3 hari. Plasmodium malariae

berhubungan langsung dengan malaria falciparum dan vivaks

5. Malaria knowlesi disebabkan oleh Plasmodium knowlesi. Gejala demam

menyerupai malaria falsiparum.

C. Kasus Malaria

1. Kasus impor adalah kasus yang penularannya terjadi di luar wilayah

kabupaten/kota. Secara teknis kasus malaria impor adalah kasus tersangka

malaria dengan riwayat bepergian ke daerah endemis malaria dalam 4

minggu terakhir sebelum menderita sakit dan hasil pemeriksaan sedian

darah adalah positif.

2. Kasus Local /Indigenous adalah kasus yang penularannya terjadi di

wilayah setempat (kabupaten/kota) dan tidak ada bukti langsung

berhubungan dengan kasus impor. Secara teknis, kasus malaria indigenous

adalah kasus tersangka malaria yang tidak memiliki riwayat bepergian ke

daerah endemis malaria dalam empat minggu sebelum sakit dan hasil

pemeriksaan sediaan darah adalah positif malaria

3. Kasus Relaps adalah kasus malaria yang kambuh kembali tanpa ada

gigitan nyamuk akibat adanya plasmodium dalam hati yang dorman.

Kasus relaps terbagi atas dua kasus yaitu:

a. Kasus Relaps Impor

Kasus Relaps yang asal penularannya dari wilayah di luar

kabupaten/kota tersebut dapat diketahui dengan menanyakan riwayat


9

bepergian pasien dalam waktu 4 minggu terakhir sebelum menderita

sakit bepergian ke daerah endemis malaria.

b. Kasus Relaps Indigenous ( Lokal)

Kasus relaps yang asal penularannya berada di wilayah kabupaten?

kota tersebut, hal tersebut dapat diketahui melalui wawancara dengan

pasien, jika riwayat sebelumnya pasien tidak pernah pergi ke daerah

Endemis malaria (Kemenkes RI., 2017 h.14-15).

D. Daerah Endemis Malaria

Wilayah Endemis malaria adalah wilayah puskesmas, atau

kabupaten/kota yang masih terjadi penularan malaria. Situasi khusus adalah

waktu terjadinya atau berlangsungnya perpindahan penduduk dan atau

kelompok masyarakat atau pelaku perjalanan dari daerah endemis ke daerah

non-endemis malaria atau sebaliknya. Secara teknis daerah endemis malaria

diartikan sebagai wilayah seluas anak-desa/dusun, desa, puskesmas/

kecamatan, kabupaten/kota atau provinsi yang mempunyai fokus malaria aktif

(Kemenkes RI., 2017).

Angka Annual Parasite Incidence (API) digunakan untuk menentukan

tingkat endemisitas malaria di suatu daerah. Pemantauan ini bertujuan untuk

memetakan endemisitas/tingkat penularan malaria di suatu daerah sehingga

intervensi pencegahan dan pengendalian kejadian malaria dapat ditentukan

secara efektif dan efisien menuju eliminasi malaria. Rumus dari Annual

Parasite Incidence (API) yaitu:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑀𝑎𝑙𝑎𝑟𝑖𝑎


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
x 1.000
10

E. Eliminasi Malaria

Eliminasi malaria adalah adalah suatu upaya untuk menghentikan

penularan malaria setempat (indigenous) dalam satu wilayah geografis tertentu,

dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor serta sudah tidak ada vektor

malaria di wilayah tersebut sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan

untuk mencegah penularan kembali. Pentahapan eliminasi terdiri dari tahap

pemberantasan, pre-eliminasi, eliminasi dan pemeliharaan. Masing-masing

tahapan mempunyai tujuan dan sasaran yang berbeda. Kegiatan surveilans pun

disesuaikan dengan berdasarkan tahapan eliminasi tersebut. Surveilans

merupakan hal yang sangat penting untuk ditingkatkan dalam pencapaian

eliminasi karena salah satu syarat eliminasi adalah adanya surveilans yang baik

(Kemenkes RI 2017, h.3).

Menurut Kemenkes RI (2020) strategi spesifik dalam upaya percepatan

eliminasi malaria di kabupaten/kota dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu:

a. Tahap Akselerasi:

Kabupaten/kota endemis tinggi (API > 5 per 1000 penduduk), dengan

sasaran intervensi seluruh lokasi endemis malaria (yang masih terjadi

penularan) dalam rangka menurunkan jumlah kasus secepat mungkin

b. Tahap Intensifikasi

Kabupaten/kota endemis sedang (API 1-5 per 1000 penduduk),

dengan sasaran intervensi adalah daerah fokus aktif (lokasi yang

masih terjadi penularan setempat) dalam rangka mengurangi daerah

(desa/dusun) fokus penularan


11

c. Tahap Pembebasan

Kabupaten/kota endemis rendah (API < dari 1 per 1000 penduduk),

dengan sasaran intervensi menghilangkan daerah fokus aktif dalam

rangka menghentikan penularan setempat (kasus indigenous)

d. Tahap Pemeliharaan

Kabupaten/kota yang sudah eliminasi, dengan sasaran intervensi

terhadap individu kasus positif, khususnya kasus impor (migrasi

penduduk) di daerah reseptif dalam rangka mencegah kembali

penularan malaria setempat (Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Surveilans Migrasi Malaria).

Menurut Sutjipto, et al (2015) Untuk mencapai fase eliminasi

malaria tersebut perlu dilakukan empat kegiatan utama, yaitu:

1) Pencegahan dan pengendalian faktor risiko malaria,

2) Penemuan penderita dan penatalaksanaan kasus,

3) Penguatan surveillance epidemiology dan penanggulangan

wabah,

4) Penguatan upaya komunikasi informasi edukasi tentang

pencegahan dan eliminasi malaria

F. Vektor Malaria dan Lingkungan Tempat perindukannya

1. Penyebaran dan tempat perindukan vektor malaria

Menurut Kemenkes RI., (2014) vektor malaria di Indonesia telah

dikonfirmasi sebanyak 25 jenis spesies nyamuk Anopheles yang tersebar

di seluruh wilayah Indonesia dan terbagi kedalam dua zona/daerah


12

penyebaran hewan secara geografis yaitu daerah Australia dan daerah

oriental (Asia).

Penyebaran nyamuk Anopheles daerah Australia di Papua, Maluku

dan Maluku Utara adalah Anopheles bancrofti, An. koliensis, An.

punctulatus dan An. farauti. Sedangkan penyebaran nyamuk Anopheles

daerah oriental meliputi wilayah Indonesia bagian tengah dan barat adalah

An. aconitus, An. subpictus, An. sundaicus, An. barbirostris, An. kochi, An.

nigerrimus, An. parangensis, An. balabacensis, An. leucosphyrus, An.

tesselatus, An. vagus, An. karwari, An. sinensis, An. flavirostris, An.

maculatus, An. minimus, An. letifer, An. annularis, An. ludlowae, An.

umbrosus dan An. barbumbrosus.

2. Siklus hidup

Nyamuk Anopheles termasuk hewan yang mengalami metamorfosis

sempurna, karena perkembangannya mulai dari telur, jentik larva,

kepompong pupa, dan dewasa. Perkembangan dari telur sampai dewasa

sebagai berikut:

a. Telur

Telur diletakkan di permukaan air atau benda-benda lain di

permukaan air ukuran telur kurang lebih 0,5 mm, jumlah telur (sekali

bertelur) 100 sampai 300 butir, rata-rata 150 butir frekuensi bertelur

dua atau tiga hari. Lama menetas dapat beberapa saat setelah kena air,

hingga dua sampai tiga hari kemudian, telur menetas menjadi larva.

b. Larva
13

Larva terdapat di air dan mengalami empat masa pertumbuhan (instar)

yaitu instar (1 hari), instar II (1-2 hari ), instar iii (2 hari ) dan instar

IV (2-3 hari). Masing-masing instar ukurannya berbeda tiap

pergantian instar disertai dengan pergantian kulit belum ada

perbedaan jantan dan betina pada pergantian kulit terakhir berubah

menjadi kepompong .

c. Pupa

Pupa terdapat air tidak memerlukan makanan, belum di ketahui

perbedaan jantan dan betina. Pupa menetas dalam 1-2 hari menjadi

nyamuk umumnya nyamuk jantan menetas lebih dahulu dari pada

betina.

d. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa memiliki lama pertumbuhan dari jentik sampai

dewasa berkisar antara 8-14 hari. Umumnya, jumlah nyamuk jantan

dan nyamuk betina yang menetas dari kelompok telur hampir sama

banyak (1;1) Setelah menetas, nyamuk melakukan perkawinan yang

biasanya terjadi pada waktu senja, perkawinan hanya terjadi sekali

sebelum nyamuk betina pergi, untuk menghisap darah.

e. Nyamuk jantan

Nyamuk jantan memiliki umur lebih pendek dari nyamuk betina

(seminggu), makanannya adalah cairan buah-buahan atau tumbuhan.

Jarak terbangnya tidak jauh dari tempat perindukannya.

f. Nyamuk betina
14

Nyamuk betina memiliki umur lebih panjang dari nyamuk jantan.

Nyamuk betina perlu menghisap darah untuk pertumbuhan telurnya,

dan nyamuk betina dapat terbang jauh antara 0,5 sampai 5 km.

G. Tempat perindukan nyamuk Anopheles

Tempat perindukan nyamuk Anopheles adalah genangan-genangan air,

baik air tawar maupun air payau, yang tidak tercemar atau terpolusi dan selalu

berhubungan dengan tanah. Habitat perkembangbiakan ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti kadar garam, kejernihan dan flora.

Habitat perkembangbiakan air payau terdapat di muara-muara sungai

yang alirannya tertutup ke laut adalah cocok untuk An.sundaicus dan

An.subpictus. Sedangkan tempat perindukan air tawar berupa sawah, mata air,

genangan di tepi sungai, bekas jejak kaki, roda kendaraan dan bekas lobang

galian adalah cocok untuk tempat berkembang biak An.aconitus, An.maculatus

dan An.balabacensis (Kemenkes RI, 2014).

Menurut Kemenkes RI, (2014) pengaruh lingkungan terhadap

perkembangan jentik nyamuk Anopheles:

1. Lingkungan fisik seperti sinar matahari dapat mempengaruhi pertumbuhan

jentik. Ada jentik yang senang akan sinar matahari (terang) dan ada yang

menyukai yang gelap. Demikian juga dengan arus air An.barbirostris

menyukai air yang statis atau mengalir sedikit. An.minimus menyukai

aliran airnya yang cukup deras dan An.letifer menyukai air yang tergenang.

2. Lingkungan kimiawi yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar

garamnya. Sebagai contoh An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau


15

(kadar garam berkisar 12-18 ‰ dan tidak dapat berkembang biak pada

kadar garam 40 ‰ keatas), meskipun di beberapa tempat di Sumatera

Utara An.sundaicus ditemukan pula dalam air tawar. An.letifer dapat hidup

di tempat yang pH air rendah (asam).

3. Lingkungan biologik (flora dan fauna) tumbuhan bakau dan berbagai jenis

tumbuhan lain dapat mempengaruhi kehidupan larva nyamuk karena dapat

menghalangi sinar matahari yang masuk ke tempat perindukan sehingga

tempat tersebut tidak cocok untuk perkembangan larva An.sundaicus.

Adanya berbagai jenis fauna predator larva seperti ikan kepala timah,

gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk

di suatu daerah. Selain itu adanya ternak besar seperti sapi dan kerbau

dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila kandang

hewan tersebut diletakkan di luar rumah.

H. Pengendalian Vektor Malaria

Menurut Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit,

(2017) penyelenggaraan pengendalian vektor perlu direncanakan dengan baik

yang dimulai dari analisis situasi, persiapan tenaga pelaksana, bahan dan

peralatan, sehingga dapat menjamin kualitas upaya pengendalian vektor.

Beberapa tahapan kegiatan yang harus dilakukan sebelum aplikasi

pengendalian vektor, yakni persiapan, pemahaman tentang jenis intervensi

pengendalian vektor dan upaya pencegahan.

1. Persiapan
16

Kegiatan persiapan pelaksanaan operasional pengendalian vektor, sebagai

berikut :

a. Penentuan endemisitas berdasarkan kasus malaria di suatu wilayah

dengan kejadian tahunan yang diukur dengan indikator API.

b. Identifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi pada saat tertentu

terhadap kelompok masyarakat rentan di wilayahnya, misalnya

ibu hamil, bayi dan kelompok migran dari daerah non-endemis

c. Identifikasi bionomik vektor malaria dengan pemilihan alternatif

metode pengendalian vektor untuk menyeimbangkan upaya

pengendalian vektor antara kebiasaan perkembangbiakan vektor,

kebiasaan menggigit/mencari darah, dan kebiasaan istirahat.

d. Untuk mengidentifikasi perilaku populasi terkait dengan penularan

malaria, seperti Informasi tentang kebiasaan penduduk yang

berhubungan dengan risiko penularan malaria (Kemenkes RI., 2014

h.13)

2. Jenis interval pengendalian vektor

Menurut Kemenkes, (2014 h.14,15) intervensi pengendalian vektor

malaria dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain melakukan

penyemprotan rumah dengan insektisida (IRS= Indoor Residual

Spraying), memakai kelambu, melakukan larviciding, melakukan


17

penebaran ikan pemakan larva, mengelola lingkungan, dan melakukan

upaya pencegahan lainnya.

a. Penyemprotan rumah dengan insektisida (Indoor residual

spraying/IRS) Penyemprotan rumah dengan insektisida adalah suatu

cara pengendalian vektor dengan menempelkan racun serangga

dengan dosis tertentu secara merata pada permukaan dinding yang

disemprot.

Tujuan IRS adalah membunuh nyamuk yang hinggap di dinding

rumah yang disemprot sehingga kepadatan populasinya menurun

dalam rangka memutuskan rantai penularan malaria. Dengan

terbunuhnya nyamuk dewasa yang infektif (sudah menghasilkan

sporozoit di dalam kelenjar ludahnya), maka akan dapat mencegah

terjadinya penularan malaria.

b. Penggunaan Kelambu Berinsektisida (Long Lasting Insecticidal Nets

/ LLINs)

Tujuan pemakaian kelambu adalah mencegah terjadinya kontak

langsung antara manusia dengan nyamuk dan membunuh nyamuk

yang hinggap pada kelambu dalam rangka mencegah terjadinya

penularan malaria.

c. Tindakan anti larva (Larviciding)

Larviciding adalah aplikasi larvasida pada tempat perindukan

(breeding places) yang potensial atau ditemukan adanya jentik (larva)

nyamuk Anopheles. Tujuan larviciding adalah menurunkan populasi


18

larva Anopheles, sasaran lokasi adalah tempat perindukan yang ada

larva seperti: lagun, sawah, rawa-rawa, kolam, dan lain-lain pada

daerah endemisitas tinggi, sedang, rendah (Kemenkes, 2014 Buku

Pedoman Pengendalian Vektor Malaria, h.17).

I. Pemetaan Secara Umum

Pada umumnya kita mengenal peta sebagai gambaran dari permukaan

bumi pada suatu lembar kertas dengan ukuran yang lebih kecil. Unsur rupa

bumi yang digambarkan pada peta meliputi unsur-unsur alam, dan unsur-unsur

buatan manusia. Kemajuan dalam bidang teknologi berbasis komputer telah

memperluas wahana dan wawasan mengenai peta. Peta tidak hanya dikenali

sebagai gambar pada lembar kertas, tetapi juga penyimpanan, pengelolaan,

pengelolaan, analisis dan penyajian dalam bentuk digital terpadu antara

gambar, citra dan teks. Peta dalam model digital mempunyai penyajian dan

penggunaan secara konvensional seperti peta garis cetakan (hardcopy) dan

kemudahan penyimpanan, pengolahan, analisis dan penyajiannya secara

interaktif pada media komputer (soft copy).

Gambaran permukaan bumi diperoleh dengan melakukan pengukuran-

pengukuran di permukaan bumi yang meliputi besaran-besaran, arah,sudut

jarak dan ketinggian bila data besaran-besaran data itu diperoleh dari

pengukuran-pengukuran langsung dilapangan maka dilakukan pemetaan

dengan cara terestrial dan apabila sebagian pengukuran tidak langsung secara

fotogrametris dan penginderaan jauh dikatakan sebagai pemetaan secara

ekstraterestris. Data hasil pengukuran diolah dan direduksi ke bidang datum


19

dan diproyeksikan ke dalam bentuk bidang datar menjadi peta (Amarrohman,

2019 h.28).

1. Pemetaan Fokus

Menurut Kemenkes RI., (2017, 27-33) peta fokus adalah untuk

menerangkan suatu wilayah atau desa masih terdapat kasus lokal

(indigenous) atau tidak dengan rentang waktu tertentu, dengan kategori

fokus terbagi atas 4 bagian yaitu fokus aktif , fokus non aktif, fokus bebas,

non fokus. Hasil penelitian epidemiologi harus dideskripsikan dalam

bentuk peta sehingga lokasi kasus dan faktor risiko yang ada dapat

diketahui dengan jelas.

Penjelasan dari peta fokus yaitu :

a. Fokus aktif adalah daerah reseptif yang masih terdapat penularan

setempat (kasus indigenous) pada tahun berjalan (Warna merah pada)

b. Fokus non aktif adalah daerah reseptif malaria yang tidak terdapat

penularan setempat (kasus indigenous) dalam tahun berjalan namun

masih terdapat penularan pada tahun sebelumnya hingga 2 tahun

sebelumnya. (warna kuning pada peta)

c. Fokus bebas adalah wilayah reseptif malaria yang tidak ada penularan

setempat (kasus indigenous) dalam 3 tahun terakhir (warna hijau pada

peta)

d. Non fokus adalah wilayah yang tidak reseptif (Warna putih pada peta).

2. Aplikasi Pembuatan Peta


20

Aplikasi pembuatan peta menggunakan quantum GIS (QGIS).

Quantum GIS (QGIS) merupakan perangkat lunak SIG berbasis open-

source yang menyediakan fasilitas penyuntingan dan analisis data spasial.

QGIS dapat diunduh secara gratis di website gis.org. QGIS merupakan

pilihan alternatif dari perangkat lunak SIG komersial seperti ArcGIS,

Arcview dan Mapinfo (Pitreyadi et al., 2019 h.2).

Geograpichal Information System (GIS) dapat menganalisis

berbagai fenomena (layer) secara bersama-sama untuk menghasilkan

informasi baru sebagai input pengambilan keputusan.8DataGISdapat

dimanfaatkan untuk membuat peta yang penting bagi program

kesehatan masyarakat, seperti informasi fasilitas kesehatan, sekolah,

tempat perindukan nyamuk serta data epidemiologi dapat pula

ditambahkan (Ernawati dkk 2014).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif yang dimana penelitian

deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan hal-hal yang

diteliti dan bertujuan untuk mengetahui daerah endemis dan pemetaan fokus

malaria di wilayah kerja puskesmas tarus.

B. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut :

Tinggi

Sedang
Endemis Malaria
Rendah

Non Endemis

Rawa -rawa

Sawah
Tempat Perindukan Peta
Kasus Malaria Jentik Nyamuk Fokus
Genangan
Anopheles

Muara

Fokus Aktif

Fokus Non Aktif


Fokus Malaria
Fokus Bebas

21 Non Fokus
22

C. Variabel penelitian

1. Distribusi kasus malaria

2. Endemis malaria

3. Tempat perindukan jentik nyamuk Anopheles

4. Peta fokus malaria

D. Definisi Operasional

Tabel 1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Kriteria Operasional Skala Alat ukur


pengukuran
1 Distribusi Kasus malaria - - Buku
kasus berdasarkan data Register
malaria sekunder Puskesmas
Tarus
2 Endemis Wilayah atau desa yang a. tinggi bila Nominal Indikator API
malaria mempunyai kasus fokus ( API > 5),
malaria aktif di wilayah b. sedang bila ( API 1-5),
kerja Puskesmas Tarus c. rendah bila (API < 1)
d. Non endemis bila (0)
3 Perindukan Tempat hidup dan - Nominal Formulir
jentik berkembangbiaknya survey
nyamuk jentik nyamuk jentik
anopheles Anopheles di wilayah Anopheles
kerja Puskesmas Tarus

4 Peta fokus Menerangkan suatu a. Fokus aktif bila kasus Nominal Quantum GIS
malaria wilayah atau desa masih malaria pada tahun
terdapat kasus lokal ( berjalan
indigenous ) atau tidak b. Fokus non aktif bila
dengan rentang waktu kasus malaria pada
tertentu, dengan kategori tahun berjalan namun
fokus di wilayah kerja sebelum hingga 2
Puskesmas Tarus tahun sebelum
c. Fokus bebas bila
kasus malaria 3 tahun
terakhir
d. Non fokus bila bebas
dari kasus malaria
23

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah semua kasus malaria di kerja Puskesmas Tarus dan semua

tempat perindukan jentik nyamuk Anopheles

2. Sampel

Sampel yang diambil yaitu kasus malaria 3 tahun terakhir yaitu 2021-2023

diwilayah kerja Puskesmas Tarus dan tempat perindukan jentik nyamuk

Anopheles

F. Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil menggunakan Epicollect5

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Tarus terkait jumlah kasus

malaria pada tahun 2021-2023.

2. Tahap Penelitian

a. Tahap persiapan

Alat dan Bahan

1) Global position system (GPS)/ Hp android

2) Cidukan (dipper) dengan ukuran diameter 10 cm atau gayung yang

volumenya kira-kira 250 ml

3) Formulir Survei jentik nyamuk Anopheles

4) Pipet
24

5) Nampan

6) Botol kecil ukuran 10-20 ml

7) Alat tulis

b. Tahap pelaksanaan

1) Penentuan lokasi di wilayah kerja puskesmas tarus

2) Menyerahkan surat izin setelah itu

3) Survei larva/jentik nyamuk Anopheles

a) Menentukan dan mengidentifikasi tipe dan karakteristik tempat

perindukan (TP). Tipe tempat perindukan dapat berupa lagun

yang permanen tambak, genangan air pasang, rawa-rawa,

sawah, saluran irigasi, mata air, rawa, kolam, dan lain-lain.

Sedangkan karakteristik TP., ditentukan oleh keadaan fisik

(cahaya, aliran, kedalaman, keruh, dan lain-lain), kimia

(salinitas, pH) dan biologik (adanya jenis-jenis hewan dan

tanaman).

b) Pengambilan titik koordinat pada tempat yang positif

larva/nyamuk. Pengambilan titik koordinat menggunakan

aplikasi Epicollect5

c) Mempersiapkan petugas survei larva/jentik

d) Mempersiapkan bahan dan peralatan antara lain cidukan (dipper

) dengan ukuran diameter 10 cm atau gayung yang volumenya

kira-kira 250 ml, pipet botol kecil (vial bottle ) 10-20 ml,

petridish (tempat larva yang akan diperiksa), formulir


25

salinometer (untuk mengukur kadar garam), global position

system (GPS), pH meter lakmus untuk mengukur pH air, dll.

e) Melakukan pencidukan larva pada tempat perindukan yang

telah ditentukan dengan menggunakan alat penciduk dengan

kemiringan 45 derajat kearah kumpulan larva/jentik

f) Hitung jumlah jentik yang diciduk dari setiap cidukan

g) Masukan larva ke dalam botol kecil (via bottle) dari cidukan

dengan menggunakan pipet

h) Setiap botol larva harus dibedakan menurut jenis (tipe) tempat

perindukan

i) Menghitung indeks habitat jentik adalah :

Jumlah Habitat Positif jentik Anopheles


X 100%
Jumlah habitat yang diperiksa

4) cara pengambilan data untuk habitat jentik dilakukan menggunakan

formulir survei jentik anopheles di aplikasi Epicollect5

a) buka aplikasi epicollect5

b) klik project dengan judul 3 SURVEI VEKTOR MALARIA

NTT 53

c) Kemudian klik add entry dan mulai mengisi data pada formulir.

d) setelah selesai mengisi data klik save entry kemudian diupload

5) Cara pengambilan data untuk pembuatan peta fokus yaitu

pengambilan data dari buku registrasi Puskesmas Tarus kemudian

diolah menggunakan excel.


26

3. Cara Pembuatan Peta

Memuat data ke Quantum GIS (membuat peta fokus) dengan cara sebagai

berikut :

a. Memuat data shapefile (.shp)

Memuat peta dalam bentuk shapefile dapat dilakukan dengan cara

seperti berikut :

1) Pilih menu Layer→ Add Layer → Add Vector Layer atau pilih tombol

pada toolbar

2) Akan muncul kotak dialog seperti berikut klik Browse.

3) Pada SIG satu dataset mempunyai beberapa tipe eksistensi yang

berbeda. Sebuah dataset berbentuk Shapefile terdiri dari empat tipe

4) file (shp, shx,dbf,prj). Untuk memuat dat ke QGIS yang harus dipilih

adalah tipe file dengan tipe ,shp. Kemudian dapat mengatur untuk

menutup keberadaan lainnya dengan cara mengganti All files (*),

menjadi ESRI shapefiles.

5) Pilih file yang diinginkan dengan tipe SHP file (ekstensi file ,shp.).

Klik open, Untuk latihan gunakan file yang ingin dipakai contoh:

“Desa_Kabupaten_kupang ”

6) Klik open lagi

7) Kemudian akan muncul peta pada Map area seperti berikut ini, nama

peta yang baru saja dimuat akan terlihat pada Layar panel.

b. Melakukan filter Peta


27

Tujuannya untuk menampilkan hanya pada bagian peta yang dibutuhkan

sebagai contohnya untuk menampilkan salah satu kecamatan atau

wilayah kerja dari puskesmas pada data base peta yang ada, langkahnya

sebagai berikut :

1) Klik kanan pada layar peta yang akan di filter

“Desa_Kabupaten_kupang.shp”

2) Lalu pilih Filter

3) Klik 2 kali kolom atau field yang akan menjadi fiter, sebagai contoh

“PUSKESMAS” . Lalu klik tombol Alt untuk memunculkan semua

nilai atau value pada kolom atau field ‘PUSKESMAS’

4) Klik Operator lalu pilih tanda ‘=’ lalu pilih salah satu nilai atau value

‘PUSKESMAS’ sebagai contoh ‘Tarus’

5) Klik OK

6) Klik kanan di layer filler ‘PUSKESMAS TARUS’ lalu pilih Zoom

to player

7) Jika berhasil akan muncul polygon kecamatan klik Kanan pada layer

“Kabupaten Kupang”, lalu pilih Export lalu klik Save Features As,

untuk menyimpan layer yang telah di filter.

8) Pastikan jenis file yang disimpan jenis formatnya ESRI Shapefiles.

9) Klik Browse, pilih lokasi penyimpanan peta contohnya Folder ’001

PUSKESMAS vs Desa Mata Air ’. Beri nama file ‘WILKER PKM

TARUS’
28

10) Pastikan CRS yang dipilih EPSG :4236, WGS 84, lalu klik Save,

pastikan format penyimpanan merupakan ‘ESRI Shapefile’ lalu klik

OK

c. Mengedit Attribute atau Column

Pada setiap layer selalu ada tabel atribut yang dapat diakses untuk

melihat data yang tersimpan pada layer tersebut, anda dapat mengedit

atribut secara langsung untuk memperbaiki nama yang salah.

1) Klik kanan pada layer yang anda inginkan (Misal : layer “WILKER

PKM TARUS”), lalu klik open attribute Table.

2) Untuk membuat table attribute bisa di edit , klik tombol di

sebelah kiri atas. Tombol ini berfungsi untuk mengaktifkan mode

edit. Anda dapat langsung mengedit pada cell yang salah dengan klik

dua kali pada cell tersebut, kemudian ketikan suntingan yang ingin

anda lakukan.

3) Setelah selesai, klik tombol dan untuk menyimpan dan

menonaktifkan mode editing.

d. Menghapus Kolom Attribute

1) Buka attribute table dengan klik kanan pada layer yang ingin diedit

contohnya layer “Kecamatan”

2) Klik tombol “Toggle Editing Mode” atau symbol untuk

mengaktifkan mode edit


29

3) Kemudian klik “Delete Field” atau symbol memilih kolom

yang ingin dihapus. Akan muncul kotak dialog seperti ini, klik

kolom yang ingin anda hapus, Anda dapat menghapus lebih dari satu

kolom sekaligus.

4) Jika sudah selesai memilih OK

5) Klik tombol dan untuk menyimpan dan menonaktifkan

Editing (Pitreyadi et al., 2019).

G. Pengolahan Data

1. Pemeriksaan data editing

Tahap memeriksa kembali formulir survey habitat jentik nyamuk Anopheles

dan data kasus malaria yang diperoleh dari puskesmas

2. kelengkapan data

Kasus malaria yang diperoleh dari puskesmas memberikan kode di formulir

3. Entry Data

Entry data yang dipakai adalah dalam bentuk tabel yang disajikan dalam

bentuk peta

H. Analisis Data

Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan disajikan

dalam bentuk tabel dan peta untuk mengetahui pemetaan fokus di wilayah kerja

Puskesmas Tarus
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Tarus adalah salah satu Puskesmas di wilayah Kabupaten

Kupang yang berlokasi di Kelurahan Tarus Kecamatan Kupang Tengah.

Wilayah kerja Puskesmas Tarus memiliki batas-batas wilayah sebelah

utara berbatasan dengan Teluk Kupang atau Laut Timor, sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Taebenu dan Kecamatan Maulafa, sebelah

timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Timur dan sebelah barat

berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Kota Kupang

Sumber: Data Sekunder Puskesmas Tarus tahun 2023

Gambar 2. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tarus

30
31

Berdasarkan gambar 2, Kondisi topografi wilayah Puskesmas Tarus

adalah 70% dataran dan 30% daerah perbukitan dengan ketinggian 150

mdpl.

2. Keadaan Demografi

Uraian jumlah Penduduk Berdasarkan Data per Desa/Kelurahan di

wilayah kerja Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang Tahun 2023 berjumlah

44.059 Jiwa.

Tabel 2
Jumlah Penduduk per desa/kelurahan di wilayah kerja Puskesmas
Tarus Kabupaten Kupang Tahun 2023

No Desa/ Luas Wilayah Jumlah Penduduk


Kelurahan (Km2)
1 Oelnasi 19,26 2.690
2 Oelpuah 14,71 1.603
3 Oebelo 9,36 5.799
4 Noelbaki 13,87 11.165
5 Tarus 3,53 5.302
6 Penfui Timur 10,56 7.800
7 Mata air 6,22 5.769
8 Tanah Merah 6,22 3.931
Total 83,73 44.059
Sumber : Data Sekunder Puskesmas Tarus 2023

Berdasarkan tabel 2 kepadatan penduduk di wilayah kerja

Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang tidak merata dari 1 kelurahan dan 7

Desa yang ada. jumlah Penduduk Tertinggi yaitu pada Desa Noelbaki

dengan jumlah penduduk 11.406 jiwa dan jumlah penduduk terendah yaitu

pada Desa Oelpuah dengan jumlah penduduk 1.603 jiwa.


32

B. Hasil Penelitian

1. Distribusi kasus Malaria

Distribusi kasus malaria di Puskesmas Tarus ditemukan beberapa

kasus malaria 2021 yang tersebar di beberapa Desa/ Kelurahan sebagai

berikut :

Tabel 3
Distribusi kasus malaria per desa/kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Tarus tahun 2021-2023
No Desa/ Jumla Jenis parasit Klasifikasi Tahun
kelurahan h kasus
kasus
1 Tanah 2 falciparum Indigenous/lok 2021
merah al
2 Tarus 1 falciparum Import 2022
3 Mata air 1 Vivax Import 2022
Total 4
Sumber:Data Sekunder Puskesmas Tarus Tahun 2023

Berdasarkan tabel 3, ditemukan kasus malaria di Desa Tanah Merah

tahun 2021 sebanyak 2 kasus dengan jenis parasit yaitu Falcifarum dan

klasifikasi kasusnya yaitu indigenous/lokal, untuk 2022 ditemukan kasus

pada kelurahan tarus 1 jenis parasit falciparum, dan desa mata air 1 dengan

jenis parasit vivax klasifikasi kasus impor. Sedangkan 2023 belum ada

kasus malaria.
33

Gambar 3 Peta Distribusi Kasus Malaria per desa/kelurahan di


wilayah kerja Puskesmas Tarus Tahun 2023

Sumber:Data Primer Hasil Terolah Tahun 2023

Berdasarkan gambar 3 pada distribusi kasus malaria di wilayah

Puskesmas Tarus pada tahun 2021 memiliki 2 kasus malaria pada Desa

Tanah merah dan pada tahun 2022 memiliki 2 kasus pada Kelurahan Tarus

dan Desa Mata Air Untuk tahun 2023 semua Desa dan kelurahan tidak ada

kasus malaria.

2. Endemisitas Malaria

Endemisitas malaria tahun 2021-2023 di wilayah kerja Puskesmas

Tarus Kabupaten Kupang

Tabel 4
Jumlah Endemisitas malaria per Desa/ Kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Tarus tahun 2021
No Desa/kelurahan Jumlah Kasus API Kategori
Penduduk Malaria Endemis
1 Tanah merah 4.852 2 0,41 Rendah
2 Tarus 6.669 0 0 Non endemis
3 Mata air 8.253 0 0 Non endemis
4 Oelpuah 2.049 0 0 Non endemis
5 Oelnasi 3.303 0 0 Non endemis
6 Noelbakhi 14.406 0 0 Non endemis
7 Penfui timur 10.522 0 0 Non endemis
8 Oebelo 7.340 0 0 Non endemis
Total 57.394 2 0,03 Rendah
34

Sumber : Data Primer Hasil Terolah Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4, pada tahun 2021 Desa Tanah Merah memiliki

angka API 0,41 per 1000 penduduk dengan kategori endemisitas rendah.

Untuk itu wilayah kerja Puskesmas Tarus pada tahun 2021 memiliki

angka API 0,03 per 1000 penduduk dengan kategori rendah.

Gambar 4. Peta Endemisitas Malaria per desa/Kelurahan di wilayah kerja


Puskesmas Tarus Tahun 2021

Sumber:Data Primer Hasil Terolah Tahun 2021

Tabel 5
Jumlah Endemisitas malaria per Desa/ Kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Tarus tahun 2022
No Desa/kelurahan Jumlah Kasus API Kategori
Penduduk Malaria Endemis
1 Tanah merah 3.931 0 0 Rendah
2 Tarus 5.302 1 0,18 Rendah
3 Mata air 5.769 1 0,17 Rendah
4 Oelpuah 1.603 0 0 Non endemis
5 Oelnasi 2.690 0 0 Non endemis
6 Noelbakhi 11.165 0 0 Non endemis
7 Penfui timur 7.800 0 0 Non endemis
8 Oebelo 5.799 0 0 Non endemis
35

Total 44.059 2 0,04 Rendah


Sumber : Data Primer Hasil Terolah Tahun 2022

Berdasarkan tabel 5, pada tahun 2022 ada satu desa dan satu

kelurahan. desa mata air angka API 0,17 per 1000 penduduk, Kelurahan

Tarus angka API 0,18 per 1000 penduduk. Untuk itu wilayah kerja

Puskesmas Tarus pada tahun 2022 memiliki angka API 0,04 per 1000

penduduk dengan kategori rendah.

Gambar 5. Peta Endemisitas Malaria per desa/Kelurahan di wilayah kerja


Puskesmas Tarus Tahun 2022

Sumber:Data Primer Hasil Terolah Tahun 2022

Tabel 6
Jumlah Endemisitas malaria per Desa/ Kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Tarus tahun 2023
No Desa/kelurahan Jumlah Kasus API Kategori
Penduduk Malaria Endemis
1 Tanah merah 4.197 0 0 Non endemis
2 Tarus 5.150 0 0 Non endemis
3 Mata air 5.885 0 0 Non endemis
4 Oelpuah 1.650 0 0 Non endemis
5 Oelnasi 2.784 0 0 Non endemis
6 Noelbakhi 11.275 0 0 Non endemis
7 Penfui timur 8.091 0 0 Non endemis
8 Oebelo 5.740 0 0 Non endemis
36

Total 44.772 0 0 Non endemis


Sumber : Data Primer Hasil Terolah Tahun 2023

Berdasarkan tabel 6, pada tahun 2023 Desa/Kelurahan di wilayah

kerja Puskesmas dengan jumlah penduduk 44.772 tidak memiliki kasus

malaria dengan kategori non endemis malaria.

Gambar 6. Peta Endemisitas Malaria per desa/Kelurahan di wilayah kerja


Puskesmas Tarus Tahun 2023

Sumber:Data Primer Hasil Terolah Tahun 2023

3. Tempat habitat Jentik Nyamuk Anopheles

Tempat habitat Jentik Nyamuk Anopheles Desa/Kelurahan di

wilayah kerja Puskesmas Tarus dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7
Jenis habitat jentik nyamuk Anopheles per desa/kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Tarus tahun 2023
Desa/Kelurahan
Noelbakh Oelpua Penfui Tanah
No Jenis Habitat Mata air i Oebelo Oelnasi h Timur Merah Tarus Jh
H H J H J H H J H J H H H
Jh + Jh + h + h + Jh + h + h + Jh + Jh +
3
1 Sawah 4 3 4 4 2 2 2 2 4 4 3 3 4 4 10 10 3 32
2 Sumur Kebun 6 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 4
37

3 Muara 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
1
4 Genangan 4 0 2 0 3 3 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 4
Kobakan/Genanga
5 n Sungai 0 0 2 1 1 1 1 0 1 0 2 0 0 0 1 0 8 2
Bekas Tapak Roda
6 Kendaraan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
7 Cek Dam 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
8 Rawa-Rawa 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 3 2
6
Total 16 8 10 6 7 6 3 2 7 4 5 3 7 7 11 10 6 46
Sumber:Data Primer Hasil Terolah Tahun 2023

Keterangan = H+ (Habitat Positif)

= Jh (Jumlah)

Berdasarkan tabel 7, total semua habitat adalah 66 habitat yang

dimana terdapat 46 habitat positif (H+) dan total habitat terbanyak terdapat

pada Desa Mata Air dengan jumlah habitat 16, sedangkan habitat yang

paling rendah terdapat di Desa Oelnasi dengan total habitat 3 dan semua

Desa/Kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Tarus positif jentik nyamuk

Anopheles.

4. Pemetaan Kategori Fokus Malaria

Pemetaan kategori fokus malaria tahun 2021-2023 Desa/Kelurahan

di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang dapat dilihat pada

gambar 7.

Gambar 7. Peta Fokus Malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus


Kabupaten Kupang tahun 2023
38

Sumber:Data Primer Hasil Terolah Tahun 2023

Berdasarkan gambar 7 diketahui Desa/Kelurahan yang memiliki

fokus bebas dan fokus non aktif, yang dimana yang memiliki fokus bebas

yaitu Desa Noelbakhi,Desa Oebelo,Desa Oelpuah,Desa Oelnasi, dan

Penfui Timur sedang yang memiliki fokus non aktif yaitu Kelurahan

Tarus,Desa Mata Air dan Desa Tanah Merah.

C. Pembahasan

1. Distribusi kasus malaria

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia disebabkan oleh

infeksi parasit biasa disebut dengan nama ilmiahnya yaitu Plasmodium,

ditularkan melalui gigitan nyamuk terinfeksi. Parasit berkembangbiak

dalam tubuh manusia tepatnya dihati kemudian menginfeksi sel darah

merah. Malaria merupakan penyakit menular yang dipengaruhi oleh

lingkungan, disebabkan oleh parasit dan ditularkan oleh vektor. Malaria

juga dipengaruhi oleh pola perilaku masyarakat di daerah tersebut serta


39

kondisi sosial ekonominya termasuk di dalamnya adalah kepadatan

penduduk (Sulistyawati et al., 2010).

Sesuai hasil data distribusi kasus malaria pada penelitian ini

ditemukan kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus di Desa Tanah

Merah pada tahun 2021 sebanyak 2 kasus. Untuk tahun 2022 di temukan

kasus pada Kelurahan Tarus yaitu 1 sedangkan 2023 belum ada kasus

malaria. Berbeda dengan penelitian dari Nurjazuli, (2016) di wilayah kerja

Puskesmas Salaman I Kabupaten Magelang pada setiap tahunnya

meningkat, pada tahun 2014 hanya ditemukan 2 kasus. Pada tahun 2015

mencapai 15 kasus, dan pada tahun 2016, 100 kasus. Untuk Jenis

plasmodium pada wilayah kerja Puskesmas Tarus tahun 2021-2022 yaitu

falciparum dan vivax berdasarkan penelitian dari Sadukh et al., (2020) di

Kepulauan Talaud pada tahun 2020 memiliki plasmodium yaitu

falciparum dan vivax.

Berdasarkan hasil pemetaan kasus malaria di daerah yang masih

memiliki kasus malaria tahun 2021 terdapat kasus lokal dikarenakan

wilayah tersebut memilki tempat perkembanbiakan jentik nyamuk

Anopheles dan juga rentang terkena gigitan nyamuk Anopheles yang

terinfeksi parasit malaria yaitu di sekitar tempat tinggal dan kebiasaan

tidak menggunakan kelambu berinsektisida saat tidur pada malam hari dan

kebiasaan tidak menggunakan pakaian lengan panjang saat keluar rumah.

Pada tahun 2022 terdapat 2 kasus impor, menurut Adityo dkk

(2011) meskipun pada daerah dengan kasus malaria yang rendah


40

sering terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) sebagai akibat adanya

kasus impor.oleh karena itu seseorang melakukan perjalanan ke wilayah

endemis malaria yaitu dimana penyakit tersebut tersebar luas, hal ini dapat

terjadi ketika seseorang tersebut tidak melakukan langkah-langkah

pencegahan seperti mengonsumsi obat-obatan malaria atau menggunakan

kelambu berinsektisida, mereka dapat dapat terpapar nyamuk vektor yang

membawa parasit malaria dan terinfeksi. Pada tahun 2023 wilayah

Puskesmas Tarus tidak memiliki kasus malaria tetapi masih memiliki

habitat positif jentik nyamuk Anopheles.

Saran yang dapat diberikan kepada pihak Puskesmas yaitu rutin

memberikan penyuluhan tentang terhadap pentingnya penggunaan

kelambu berinsektisida sebelum tidur dan pemeriksaan sedian darah pada

Desa/Kelurahan yang memiliki daerah positif jentik nyamuk Anopheles

agar diketahui lebih awal dan diberikan pengobatan lebih lanjut supaya

tidak terjadi penyebaran kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus.

Saran untuk masyarakat rajin menguras tempat penampungan air karena

nyabuk anophels tersebut juga berkembangbiak pada air bersih, ketika

berpergian pada malam hari disarankan menggunakan pakaian lengan

panjang.

2. Endemisitas Malaria

Endemis malaria adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan situasi di mana penyakit malaria secara teratur dan

berulang kali muncul serta menetap dalam suatu wilayah geografis


41

tertentu. Di daerah yang endemis, kasus malaria cenderung tinggi baik dari

segi jumlah maupun keparahan penyakitnya. Keberadaan nyamuk

Anopheles sebagai vektor utama penyakit malaria dan kondisi lingkungan

yang mendukung perkembangbiakannya merupakan faktor penting dalam

menjaga kelangsungan endemis tersebut. Wilayah tropis dan subtropis

sering menjadi tempat rentan bagi adanya endemis malaria, sehingga

masalah kesehatan masyarakat di wilayah ini menjadi signifikan dengan

penyebaran penyakit yang terjadi secara lokal dan berkelanjutan.

Endemisitas yang ditemukan Desa Tanah Merah pada tahun 2021

angka Annual Parasite Incidence (API) 0,41 per 1000 penduduk dengan

kategori endemis rendah. Pada tahun 2022 Kelurahan Tarus angka Annual

Parasite Incidence (API) 0,18 per 1000 penduduk dengan kategori

endemis rendah dan Desa Mata Air angka Annual Parasite Incidence

(API) 0,17 per 1000 penduduk dengan kategori endemis rendah. Penelitian

ini sama dengan penelitian dari Pratama, (2015) Selama 3 tahun terakhir

angka insiden malaria Kecamatan Rajabasa cenderung menurun. Tahun

2011 API sebesar 31,91 ‰ dengan kategori endemis sedang. Tahun 2012

API turun menjadi 8,46 ‰ dengan kategori endemis tinggi dan pada tahun

2013 API menurun menjadi 4,48 ‰ dengan kategori endemis sedang.

Dari hasil penelitian di Desa Tanah Merah, Desa Mata Air dan

Kelurahan Tarus pada tahun 2021-2022 mempunyai endemis kasus

malaria dengan kategori rendah yang dimaksud kategori rendah ialah

kasus malaria yang sedikit namun membutuhkan pengawasan yang kuat


42

agar kasus tidak meningkat menjadi endemisitas tinggi. menurut buku

Kemenkes RI (2017) mengatakan daerah yang sudah endemis rendah dan

bebas malaria berarti masuk tahap pembebasan dan tahap pemeliharaan

harus melakukan kegiatan kewaspadaan melalui surveilans secara

intensitas untuk mencegah munculnya kembali kasus indigenous.

Saran untuk daerah endemis rendah malaria adalah dengan

melakukan Peningkatan Surveilans, penting untuk tetap memperkuat

sistem surveilans yang efektif akan memungkinkan identifikasi kasus

secara tepat waktu dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk

mencegah penyebaran lebih lanjut.

3. Tempat perindukan jentik nyamuk Anopheles

Tempat perindukan jentik nyamuk Anopheles adalah genangan-

genangan air, baik air tawar maupun air payau, yang tidak tercemar atau

terpolusi dan selalu berhubungan dengan tanah. Habitat

perkembangbiakan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar

garam, kejernihan dan flora. Habitat perkembangbiakan air payau terdapat

di muara-muara sungai yang alirannya tertutup ke laut adalah cocok untuk

An.sundaicus dan An.subpictus.

Sedangkan tempat perindukan air tawar berupa sawah, mata air,

genangan di tepi sungai, bekas jejak kaki, roda kendaraan dan bekas

lobang galian adalah cocok untuk tempat berkembang biak An.aconitus,

An.maculatus dan An.balabacensis Kemenkes RI, (2014) pernyataan ini

sejalan dengan penelitian dari Sudirman et al., (2022) Tempat


43

perkembangbiakan nyamuk Anopheles adalah genangan-genangan air,

baik air tawar maupun air payau, tergantung dari jenis nyamuknya.

Dari hasil penelitian total semua habitat adalah 66 habitat Untuk

itu wilayah kerja puskesmas tarus memiliki habitat terbanyak yaitu sawah

karena pada wilayah tersebut rata-rata lahan persawahan sedangkan

habitat paling rendah adalah tapak roda pada kendaraan dikarenakan hasil

penelitian yang dilakukan pada saat keadaan curah hujan yang tidak terlalu

intensif pada lokasi tersebut sehingga jarang ditemukan tapak roda

kendaraan. Habitat perkembang biakan yang ditemukan pada wilayah

kerja Puskesmas Tarus berbeda-beda

Saran bagi tenaga kesehatan dan masyarakat setempat di wilayah

kerja puskesmas tarus yang wilayahnya memiliki positif habitat jentik

nyamuk Anopheles agar rutin meningkatan kegiatan survei jentik nyamuk

Anopheles pada tempat perkembangbiakan dan melakukan penyuluhan

kepada masyarakat tentang pengendalian jentik nyamuk Anopheles dengan

memanfaatkan ikan pemakan jentik dan membersihkan tumbuhan-

tumbuhan air di sekitar tempat perkembangbiakan.

4. Pemetaan fokus Malaria

Pemetaan fokus adalah pemetaan yang digunakan untuk

menerangkan suatu wilayah atau desa yang masih terdapat kasus lokal

(indigenous) atau tidak dengan rentang waktu tertentu, dengan kategori

fokus terbagi atas 4 bagian yaitu fokus aktif, fokus non aktif, fokus bebas,
44

non fokus Kemenkes RI., (2017, 27-33). Hasil penelitian epidemiologi

harus dideskripsikan dalam bentuk peta sehingga lokasi kasus dan faktor

risiko yang ada dapat diketahui dengan jelas.

Berdasarkan hasil penelitian pada Desa/Kelurahan yang memiliki

fokus bebas dan fokus non aktif. Fokus bebas adalah wilayah reseptif

malaria yang tidak ada penularan setempat (kasus indigenous) dalam 3

tahun terakhir, fokus non aktif adalah daerah reseptif malaria yang tidak

terdapat penularan setempat (kasus indigenous) dalam tahun berjalan

namun masih terdapat penularan pada tahun sebelumnya hingga 2 tahun

sebelumnya. Dimana yang memiliki fokus bebas yaitu Desa Noelbakhi,

Desa Oebelo, Desa Oelpuah, Desa Oelnasi, dan Penfui Timur sedang yang

memiliki fokus non aktif yaitu Kelurahan Tarus, Desa Mata Air dan Desa

Tanah Merah.

Menurut penelitian dari Sadukh. dkk (2021) yang dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Batakte pemetaan fokus di 12 Desa terdapat

terdapat 4 Desa sebagai daerah fokus aktif yaitu Bolok, Batakte, Sumlili,

dan Lifuleo , terdapat 3 Desa sebagai fokus non aktif yaitu Oenaek,

Oematnunu, Oenesu terdapat 2 Desa sebagai daerah fokus bebas yaitu

Tesabela dan Tablolong , dan 3 Desa sebagai daerah non fokus yaitu

Nitneo, Manulai 1, dan Kuanheum.

Pemetaan fokus dilakukan karena Puskesmas Tarus memiliki

habitat jentik nyamuk Anopheles berupa sawah, rawa-rawa, muara, lagun,

dan genangan air. Selain itu, Puskesmas Tarus belum ada peta fokus yang
45

sebagai syarat penilaian dalam eliminasi. Target eliminasi malaria pada

berdasarkan Dinas kesehatan Provinsi NTT Kabupaten Kupang tahun

2021 di targetkan masuk tahap eliminasi malaria tahun 2025.

Saran yang diberikan untuk Desa yang memiliki fokus bebas yaitu

dengan melakukan peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan bagi

masyarakat di wilayah yang memiliki habitat positif jentik Anopheles

seperti tes darah gratis,diagnosis cepat, perkuat sistem pemantauan kasus

impor dari wilayah atau desa yang memiliki endemis malaria agar dapat

mendeteksi kemungkinan adanya penularan lokal di desa yang sudah

dinyatakan bebas dari kasus malaria dan pemantauan wilayah reseptif.

Saran bagi Desa/Kelurahan yang memiliki fokus non aktif adalah

memberikan edukasi kepada masyarakat tentang resiko penularan yang

terjadi pada tahun 2021 dan 2022 yaitu dengan cara adanya respon dini

dari masyarakat terhadap setiap gejala kasus malaria agar dapat mencegah

penyebaran lebih lanjut dengan cara membersihkan lingkungan,

menggunakan kelambu berinsektisida saat tidur, guna menghindari

kembalinya penularan kasus malaria di Desa/kelurahan tersebut


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Distribusi kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus yaitu di Desa

Tanah Merah (2 kasus), Desa Mata Air (1 kasus) dan Kelurahan Tarus (1

kasus)

2. Mengklasifikasi endemisitas malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus

sebagian besarnya masuk kategori non endemis (tidak memiliki kasus

malaria) sedangkan, Desa Tanah Merah, Desa Mata Air dan Kelurahan

Tarus masuk kategori endemis rendah ( memiliki kasus malaria namun

sedikit)

3. Tempat habitat jentik nyamuk Anopheles di wilayah kerja Puskesmas

Tarus berupa sawah, sumur kebun, muara, genangan, Kobakan/Genangan

Sungai, Bekas Tapak Roda Kendaraan, Cek Dam dan Rawa-rawa

4. Pemetaan fokus Malaria

Daerah fokus non aktif di wilayah kerja Puskesmas Tarus yaitu Desa

Tanah Merah, Desa Mata Air dan Kelurahan Tarus dan dan daerah fokus

bebas yaitu Desa Noelbakhi, Desa Oebelo, Desa Oelpuah, Desa Oelnasi,

dan Penfui Timur.

46
47

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Tarus agar melakukan kegiatan penyuluhan kepada

masyarakat tentang pengendalian jentik nyamuk Anopheles dan

memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk memanfaatkan ikan

pemakan jentik nyamuk Anopheles di sekitar persawahan serta

pembersihan tumbuh-tumbuhan air di sekitar tempat perkembangbiakan

jentik Anopheles pada tempat perkrmbangbiakan secara rutin dan juga

memiliki peta fokus yang sebagai syarat penilaian dalam eliminasi

malaria.

2. Bagi Masyarakat membersihkan tumbuhan air dan memanfaatkan hewan

predator di sekitar tempat perkembangbiakan jentik nyamuk Anopheles

yaitu ikan mujair,ikan nila dan ikan kepala timah. Juga diharapkan agar

Memperhatikan lingkungan sekitar agar tidak adanya genangan air kotor

di sekitar lingkungan rumah, saat bepergian pada malam hari memakai

pakaian lengan panjang.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang agar lebih memperhatikan

daerah yang memiliki endemis malaria dengan melakukan pengendalian

vektor penyakit dan untuk mengejar target eliminasi malaria untuk upaya

menghentikan penularan malaria di Kabupaten Kupang khususnya di

wilayah kerja Puskesmas Tarus.

4. Bagi Peneliti-peneliti selanjutnya agar dapat digunakan sebagai acuan dan

di kembangkan lebih lanjut dengan versi yang lebih baik dari sebelumnya.
`DAFTAR PUSTAKA

Amarrohman, Fauzi Janu. [et.al]. (2019). Pemetaan Dan Pengukuran Untuk


Konstruksi Teknik Sipil. Vol. 1, 1–33. file:///C:/Users/DELL/Downloads/5084-
15542-1-PB.pdf

Kemenkes RI. (2017). Petunjuk Teknis Penyelidikan Epidemiologi Malaria Dan


Pemetaan Wilayah Fokus. Dirjen Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
Tular Vektor Dan Zoonotik (Hal. 1–53). Direktorat Jenderal Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit: Jakarta
https://drive.google.com/file/d/0BxNNPzsAPw_gWm1selFsR2trLTQ/view?
usp=drive_link&resourcekey=0-XM8qf5WeNmB485F3T_X2lQ

Ernawati, Kholis.,[et.al]. (2014). "Hubungan Tempat Perindukan Nyamuk dengan


Kejadian Malaria di Pesawaran." Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 5
no.03. Universita Indonesia : Jakarta
https://ejournal.fkm.unsri.ac.id/index.php/jikm/article/view/165/121

Kemenkes RI, 2020. (2020). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Surveilans Migrasi.


Malaria.Jakarta : Kemenkes RI
https://p2pm.kemkes.go.id/storage/publikasi/media/file_1618367991.pdf

HL Nurhayati., [et.al]. (2014). Karakteristik Tempat Perkembangbiakan Anopheles


Sp. Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba.
Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hassanudin. https://core.ac.uk/download/pdf/25496133.pdf

Notoatmodjo., Soekidjo. 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.EGC

Putra, Teuku Romi Imansyah, (2011). Malaria Dan Permasalahannya. JURNAL


KEDOKTERAN SYIAH KUALA, 103(S1), 103–114.
https://jurnal.usk.ac.id/JKS/article/viewFile/3469/3231

Pratama, Gilang Yoghi, (2015). Nyamuk Anopheles Sp Dan Faktor Yang


Mempengaruhi Di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Jurnal
Majority, 4(1), 20–27.
file:///C:/Users/DELL/Downloads/496-971-2-PB.pdf

Sadukh, Pitreyadi Johanis.J.,[et.al]. (2021). Pemetaan Reseptivitas Dan Pemetaan


Fokus Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas Batakte, Nusa Tenggara
Timur Provinsi.
file:///C:/Users/USER/OneDrive/Documents/FILE%20TA/Prociding_Full
Papper_Semarang_2021_Johanis%20JP%20Sadukh.pdf

48
49

Sadukh, Pitreyadi Johanis Jusuf, [et. al]. 2020. Studi Spasial Kejadian Malaria Serta
Pengaruh Kepadatan Plasmodium Sp. Terhadap Anemia Dan
Trombositopniapada Penderita Malaria Di Kabupaten Kepulauan Talaud.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(1), 33–44.
https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/jkl/article/view/1125/806

Sepriyani.,[et.al]. 2019. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja


Puskesmas Biha Kabupaten Pesisir Barat. Jurnal Kesmas (Kesehatan
Masyarakat) Khatulistiwa, 74(3), 77.
file:///C:/Users/DELL/Downloads/1572-4990-1-SM.pdf

Sudirman, Rusdiyah.,[et.al]. (2022). Distribusi Dan Karakteristik Habitat


Perkembangbiakan Larva Anopheles Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pijorkoling Kota. Journal Education …, 10(2), 155–159.
file:///C:/Users/DELL/Downloads/3564-File%20Utama%20Naskah-8566-
1-10-20220411%20(1).pdf

Sutjipto, [et.al]. 2015). Kebijakan penggunaan batas wilayah epidemiologi dalam


pengendalian penyakit malaria (studi kasus di Puskesmas Kokap II
Kabupaten Kulon Progo, DIY). Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia:
JKKI, 4(2), 66. https://core.ac.uk/download/pdf/295415898.pdf

Wardah, Wardah. [et.al]. (2016). ANALISIS SPASIAL FAKTOR LINGKUNGAN


DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SALAMAN I, KABUPATEN MAGELANG. JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/viewFile/19217/18246
50

LAMPIRAN

Lampiran I. Surat Izin Melakukan Penelitian


51

Lanjut Surat Izin Melakukan Penelitian


52

Lanjut Surat Izin Melakukan Penelitian


53

Lanjut Surat Ijin Penelitian


54

Lampiran II. Formulir Survei Kasus Malaria


55
56

Lampiran III. Formulir Survei Habitat Jentik Anopheles


57
Lampiran IV. Master Tabel kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang Tahun 2023

Nama Nama Tanggal Jenis Alamat Nama Desa/ Diagnosi Perawata


No Puskesmas Kabupaten Penyelidikan Kelamin Penderita Kelurahan s n Jenis Parasit Klasifikasi
Puskesmas Kabupaten Malaria Rawat Indigenous/
1 Tarus Kupang 12/3/2021 Perempuan Alamat Tetap Tanah merah Berat Jalan falciparum Lokal
Puskesmas Kabupaten Malaria Rawat Indigenous/
2 Tarus Kupang 8/3/2021 Perempuan Alamat Tetap Tanah merah Berat Jalan falciparum Lokal
Puskesmas Kabupaten Malaria Rawat
3 Tarus Kupang 13/10/2022 Laki – Laki Alamat Tetap Mata Air Berat Jalan falciparum Impor
Puskesmas Kabupaten Kelurahan Malaria Rawat
4 Tarus Kupang 30/05/2022 Laki - Laki Alamat Tetap Tarus Berat Jalan vivax Impor

58
Lampiran V. Master Tabel Habitat jentik nyamuk Anopheles di wilayah
kerja Puskesmas Tarus per Desa/Kelurahan

59
Lampiran VI. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 6. Rumah Penderita Malaria Gambar 10. Habitat Jentik Anopheles


2021 di Desa Tanah Merah Malaria 2023 di Desa Mata Air

Gambar 7. Rumah Penderita Malaria Gambar 11. Habitat Jentik Anopheles


2021 di Desa Tanah Merah Malaria 2023 di Tanah Merah

Gambar 8. Rumah Penderita Malaria Gambar 12. Habitat Jentik Anopheles


2022 di Kelurahan Tarus Tahun Malaria 2023 di Oelpuah

60
61

Gambar 9. Rumah Penderita kasus Gambar 12. Habitat Jentik Anopheles


Malaria 2021 di Desa Mata Air Malaria 2023 di Noelbakhi
62

Lampiran VII. Surat selesai Penelitian


63

Lampiran VIII. Lembar Konsultasi

Anda mungkin juga menyukai