Oleh :
PO. 5303333210718
i
PREVALENSI Soil Transmitted Helminths PADA ANAK
SEKOLAH DASAR INPRES ME’O DESA NETPALA
KECAMATAN MOLLO UTARA KABUPATEN
TIMOR TENGAH SELATAN
Usulan Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma-III Teknologi
Laboratorium Medis
Oleh :
PO. 5303333210718
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh :
PO. 5303333210718
Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah
dan penyertaan-Nya yang telah senantiasa memberikan kesehatan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Prevalensi Soil Transmitted Helminths pada Anak Sekolah Dasar
Inpres Me’o Desa Netpala, Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor
Tengah Selatan”.
Usulan Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Teknologi Laboratorium
Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang usulan karya tulis ini juga
merupakan wadah bagi penulis dalam mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan yang diperoleh selama Pendidikan.
Dalam penyusunan Usulan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak sehingga
dapat memperlancar penyelesaian Usulan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu
tidak lupah penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan Karya Tulis ini, diantaranya yaitu kepada:
1. Bapak Irfan SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang.
2. Ibu Agustina W. Djuma, S.Pd., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Kupang.
3. Bapak Michael Bhadi Bia, S.Si.,M.Sc., selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Novian Agni Yudhaswara, S.Pd., M. Biomed., selaku pembimbing
akademik selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi D-III
Teknologi Laboratorium Medis.
5. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada
penulis sehingga dapat sampai pada saat ini.
6. Bapak tercinta Simon Sanam, S.Pd dan Mama tercinta Yonsemia Kase,
Amd.Keb yang setia memberi dukungan dan doa kepada punulis.
iv
7. Kakak Novitha B. Sanam Amd. Keb, Skhana M. Sanam SKM, Adik Marlin
M. Sanam, Dekry Y. Banoet, dan Fransius Ballan yang telah memberi
dukungan dan doa bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa Usulan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi penyajian materi maupun di dalam sistem
penulisannya. Oleh karen itu penulis sangat berharap kritikan atau saran yang
bersifat membangun kepada dosen dan para pembaca sehingga Usulan Karya
Tulis Ilmiah ini dapat disajikan secara sempurna.
Sekian dan terima kasih.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................vii
BAB I.
PENADAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
A. Pengertian Soil Tranmited Helminths...................................................
B. Jenis-jenis Soil Tranmited Helminths...................................................
C. Higiene Perorangan...............................................................................
D. Cara Penanganan Kecacingan...............................................................
E. Intensitas Infeksi Kecacingan...............................................................
F. Cara Pemeriksaan.................................................................................
BAB III.
METODE PENELITIAN.................................................................................
A. Jenis Penelitian.....................................................................................
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................
C. Variabel Penelitian................................................................................
D. Populasi.................................................................................................
E. Sampel dan Teknik Sampling...............................................................
F. Definisi Operasional.............................................................................
G. Prosedur Penelitian...............................................................................
H. Analisis Hasil .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(STH) (Farida et al., 2019). Infeksi STH merupakan endemik dibanyak daerah
dan kebersihan diri yang masih kurang. Menurut WHO infeksi cacing yang
ditularkan terutama melalui tanah dan tersebar luas didaerah tropis dan
China, dan Asia Timur. (WHO, 2018). Soil Transmitted Helminths yang
24% dari populasi global (lebih dari 1,5 miliar kasus). Prevalensi STH di
lokasi penelitian di benua Asia berkisar antara 7,6% hingga 57,24% dan
viii
infeksi cacing pada anak masih tinggi (Zuhaifah, dkk.,2016). Menurut
Kabupaten Timor Tengah Selatan diperoleh 46 anak (29,0%) positif STH, dari
kalori, dan kehilangan darah dalam tubuh. Selain itu juga dapat memperlambat
tahan tubuh sehingga orang yang tertular sangat rentan terhadap berbagai
penyakit . Infeksi cacing dapat menimbulkan efek kronis pada anak yang
memiliki sanitasi yang buruk STH hidup diusus dan telurnya akan keluar
melalui tinja hospes. Jika hospes defekasi diluar (Taman atau Lapangan) atau
ix
jika tinja mengandung telur dibuahi maka telur akan tersimpan dalam tanah.
Telur menjadi infeksius jika telur matang (Munasir, 2018). Berdasarkan data
dari Balai Besar KSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam), NTT
dan pada kondisi ekstrim dapat turun sampai 9oC (BBKSDA NTT, 2018)
Desa Netpala merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Mollo
Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan yang berada disekitar Gunung Mutis,
yang selalu membantu orang tua berkebun selepas jam sekolah, masih
melakukan kontak langsung dengan tanah contohnya tidak memakai alas kaki,
ini karena pada daerah tersebut belum pernah dilakukan penelitian dan,
penulis tertarik untuk melihat prevalensi dan resiko penularan STH pada anak
Sekolah Dasar Inpres Me’o Desa Netpala, kecamatan Mollo Utara, Kabupaten
B. Rumusan Masalah
Bardasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
(STH) pada anak Sekolah Dasar Inpres Me’o Desa Netpala Kecamatan Mollo
x
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Prevalensi Soil Tranmitted Helminths (STH), gambaran
Pengetahuan, gambaran hygiene personal, dan Intensitas infeksi STH
pada Anak Sekolah Dasar Inpres Me’o Desa Netpala Kecamatan Mollo
Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Prevalensi STH pada anak SD Inpres Me’o Desa
Netpala Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang STH dari anak SD
Inpres Me’o di Desa Netpala Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten
Timor Tengah Selatan
c. Mengetahui gambaran hygiene personal anak SD Inpres Me’o di
desa Netpala Kabupaten Timor Tengah Selatan.
d. Mengetahui gambaran Intensitas infeksi STH pada anak SD Inpres
Me’o Desa Netpala Kecamatan Mollo Utara Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Institusi
Sebagai Sumber informasi bagi tenaga pendidik dan mahasiswa serta dapat
menambah pustaka kampus.
b. Bagi Peneliti
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
mengenai pentingnya menjaga personal hygiene untuk mencegah penularan
infeksi STH (Soil Transmitted Helminths) pada anak.
xi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat beberapa jenis cacing yang ditularkan melalui tanah antara lain,
dewasa tidak bertambah banyak pada pada tubuh manusia. Seekor cacing
betina bisa mengasilkan telur atau larva sebesar 20 – 200.000 buah pada
sehari. Telur atau larva tadi dikeluarkan oleh hopes melalui tinja. Bentuk
infektif bisa memasuki tubuh manusia melalui aneka macam cara antara lain
tertelan atau masuk secara aktif dan terdapat juga yang masuk memalui vector
(Alihar, 2018)
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Famili : Ascarididae
xii
Genus : Ascaris
b. Morfologi
cm, sedangkan panjang tubuh cacing betina antara 22-35 cm. Kutikula
yang lurik halus dan menutupi seluruh permukaan tubuh cacing. Ascaris
lumbricoides memiliki mulut dengan tiga bibir di sisi punggung dan dua
Cacing jantan tidak hanya lebih kecil dari cacing betina, cacing
juga satu papila berukuran kecil. Bentuk tubuh cacing betina membulat
(kerucut) ukuran tubuh lebih besar dan lebih panjang dari cacing jantan
xiii
Cacing Ascaris lumbricoides mempunyai dua jenis telur yaitu telur
lonjong, ukuran 45-70 x 35-50 mikron, terdiri dari kulit terluar yang
tidak berwarna. Pada kulit bagian yang terluar di tutupi oleh sebuah
warna empedu. Sedangkan pada bagian dalam kulit ada selubung vitelin
yang tipis, akan tetapi sangat kuat sehingga dapat mengakibatkan telur
(Soedarto, 2016).
xiv
Ascaris lumbricoides sangat umum pada anak-anak di daerah
Pneumonitis ascaris.
tercapai.
e. Epidemiologi
xv
Ascaris lumbricoides termasuk golongan STH yaitu cacing yang
cara penularannya lewat tanah, karena telur cacing ini pada waktu
(Yunus, 2021).
Phylum : Nemathelmithes
Class : Nematoda
Ordo : Enoplida
Family : Trichinelloidea
xvi
Genus : Trichuris
b. Morfologi
dengan semacam tonjolan yang berbeda di kedua kutub. Kulit luar telur
kemudian pecah dinding telur di usus kecil dan keluar larva ke sekum
telur infektif masuk ke mulut, cacing telah tumbuh dewasa dan cacing
xvii
betina sudah mulai bertelur, Trichuris trichiura dewasa dapat hidup di
c. Patologi klinis
sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun, dan
xviii
trichuira sering disertai infeksi cacing lainnya atau protozoa. Infeksi
ringan biasanya tidak memberikan gejala klinis yang jelas atau sama
sekali tanpa gejala. Parasit ini ditemukan pada pemeriksaan tinja rutin
(Yunus, 2021).
e. Epidemiologi
dengan kotoran. Telur tumbuh di tanah liat, lembab dan teduh dengan
90%.
xix
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Adeophorea
Ordo : Strongylida
Famili : Ancylostomatoidaea
b. Morfologi
lebih lebih besar dari jantan pada 5-10 x 0,3-0,45 mm, Necator
xx
Gambar 5. cacing Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
spesies. Telur cacing tambang berbentuk oval tidak berwarna dan kira-
kira 65x40 mikron. Telur cacing tambang berdinding tipis dan tembus
(Soedarto, 2016).
Telur keluar bersama tinja dan akan menetas setelah 1 – 1,5 hari
xxi
kulit manusia maka akan masuk ke kapiler darah lalu terjadi seperti
jarang terjadi, namun larva juga dapat masuk melalui minuman atau
ke usus halus kira – kira 10 hari. Cacing tambang dewasa dapat hidup
lokal disebut ground itch, yang merupakan reaksi alergi yang berbeda
dengan kulit merah (eritematous) atau ruam seperti lepuh dan disertai
dengan rasa sangat gatal. Lokasi ground itch sering terjadi di telapak
kaki atau betis lebih rendah. Pada infeksi berat, sejumlah besar larva
xxii
sindrom Loffler (Loffler-like syndrome) dengan gejala seperti batuk,
rasa tidak enak di perut, baik nyeri epigastrium, mual, muntah dan
karena itu, spesies cacing tambang harus ditentukan studi dengan kultur
2018).
e. Epidemiologi
xxiii
d. Cacing Benang (Strongyloides stercoralis)
a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Rhabditida
Famili : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
yang menyebabkan infeksi kulit ringan dan berumur pendek pada inang
b. Morfologi
xxiv
Hanya betina dewasa yang hidup sebagai parasite divilus
(Susanto, 2015).
c. Siklus hidup
parasit dengan ukuran 2,20 x 0,04 mm, itu filariform, bukan berwarna,
kecil dari yaitu betina dan memiliki ekor bundar. Cara berkembang biak
xxv
Siklus parasit: Larva berfilamen di tanah yang terkontaminasi
pindah dalam usus. Larva mabung dua kali di usus halus menjadi
2019).
xxvi
Gambar 8. Siklus hidup Strongyloides stercoralis
Sumber : (CDC, 2019)
d. Gejala klinis
(Prasetyo 2013).
e. Epidemiologi
xxvii
pertanian. Cara paling umum untuk terinfeksi strongyloides adalah
C. Pengetahuan Kecacingan
makan, menggunakan toilet dengan benar dan tepat, setelah toilet cuci
pada tempat yang disediakan. Semuanya ini dapat ditanamkan sejak dini
xxviii
antara lain: Mandikan anak setiap hari. Menggunakan air bersih dan
atau buah-buahan, cucilah dengan air bersih yang mengalir. Bila perlu
gunakan sabun yang bisa digunakan untuk mencuci sayuran dan buah-
buahan agar bersih dari hama. Memberi anak pengertian agar tidak
yang bisa terjadi. Lakukan toilet training pada waktunya dan ajarkan
cara menjaga kebersihan saat buang air besar dan buang air
kecil.
D. Hygiene Personal
xxix
tingkat parasitisme, terutama pada anak yang terus-menerus bersentuhan
dengan tanah. Tanah merupakan tempat berkembang biak telur dan larva
cacing. Tanah yang terkontaminasi tinja yang mengandung telur atau larva
akibat kontak kaki dengan tanah. Ini sering terjadi pada kelas cacing
tambang. Infeksi cacing ini terjadi ketika larva filaform masuk ke dalam
kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun. Selain
faktor tersebut masih ada faktor lain seperti masih kuranganya sosial
jamban dan perilaku BAB yang kurang baik, dan hal ini didukung masih
xxx
yang bisa dilakukan pada tingkatan cacing di lingkungan, tubuh manusia,
membutuhkan keterlibatan aktif lintas program dan lintas sektor terkait serta
antara lain: Mandikan anak setiap hari. Menggunakan air bersih dan
makan. Biasakan anak untuk selalu menggunakan sandal atau sepatu bila
yang mengalir. Bila perlu gunakan sabun yang bisa digunakan untuk
mencuci sayuran dan buah-buahan agar bersih dari hama. Memberi anak
xxxi
pengertian agar tidak memasukkan jarinya ke dalam mulut. Terangkan
kepadanya akibat yang bisa terjadi. Lakukan toilet training pada waktunya
dan ajarkan cara menjaga kebersihan saat buang air besar dan buang
air kecil.
F. Intensitas infeksi
tersebut di masyarakat dan morbiditas yang meliputi gejala klinis dari cacing
tersebut
satuan EPG ( Eggs Per Gram), sehingga dapat menggambarkan keadaan infeksi
G. Cara Pemeriksaan
eosin atau lugol kemudian teteskan pada kaca objek dicampur dengan 1-2
mg feses lalu ratakan pada tetesan larutan. Dengan pemeriksaan ini parasit
xxxii
b. Metoda cara tidak langsung
glass lalu tutup dengan deck glass dibaca dibawah mikroskop perbesaran
tebal yang sudah diberi lubang letakan diatas objek glass lalu ambil feses
tape yang sudah direndam dalam larutan Kato. Ratakan lalu diamkan
xxxiii
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
hygiene personal dan Intensitas infeksi pada anak Sekolah dasar Inpres Me’o
1. Tempat penelitian
2. Waktu penelitian
C. Variabel Penelitian
D. Populasi
xxxiv
Populasi dalam penelitian ini adalah 186 Orang anak di SD Inpres Me’o
1. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
Tinja pada anak SD Inpres Me’o desa Netpala Kecamatan Mollo Utara
N
n¿
1+ N (e)2
Dimana:
n = Sampel
N = Populasi
Dimana:
186
n¿
1+ 186(0 , 1)2
186
¿
1+ 186(0 , 01)
186
¿
2, 86
n=65,03
xxxv
Berdasarkan rumus slovin tersebut dengan tingkat kesalahan 10 %
n
N= x n
S
Keterangan.
29
Kelas 1 ¿ x 65=¿ 10
186
32
Kelas 2 ¿ x 65=¿ 11
186
25
Kelas 3 ¿ x 65=¿ 9
186
33
Kelas 4 ¿ x 65=¿ 12
186
29
Kelas 5 ¿ x 65=¿ 10
186
38
Kelas 6 ¿ x 65=¿ 13
186
2. Teknik Sampling
xxxvi
Teknik sampling yang akan digunakan dalam peneliti adalah
F. Definisi Operasional
xxxvii
secara lisan
(wawancara) atau
tertulis
(Kuisioner)
mengenai
pencegahan
cacingan pada
anak
Hygene Personal Kebiasaan selalu Kusioner 0= Tidak Nominal
a. Kebiasaan mencuci tangan 1= Ya
mencuci sebelum makan Kadang-
tangan kadan
sebelum 2= Ya
makan Sering
b. Mencuci Kebiasaan selalu Kusioner 0= Tidak Nominal
tangan mencuci tangan 1= Ya
sesudah sehabis buang air Kadang-
buang air besar kadan
besar (BAB) 2= Ya
Sering
c. Kebiasaan Kebiasaan Kusioner 0= Tidak Nominal
mencuci mencuci tangan 1= Ya
tangan dengn dengan sabun Kadang-
sabun kadan
2= Ya
Sering
d. Kebiasaan Kebiasaan selalu Kusioner 0= Tidak Nominal
menggunaka menggunakan alas 1= Ya
n alas kaki kaki ketika keluar Kadang-
rumah kadan
2= Ya
Sering
e. Kebiasaan Kebiasaan Kusioner 0= Tidak Nominal
memotng memotong kuku 1= Ya
kuku kaki dan tangan Kadang-
seminggu sekali kadan
2= Ya
Sering
f. Keadaan Kondisi kuku Kusioner 0= Tidak Nominal
kuku bersih dalam keadaan 1= Ya
dan pendek pendek/bersih Kadang-
kadan
2= Ya
Sering
g. Kebiasaan Kebiasaan BAB Kusioner 0= Tidak Nominal
defikasi/BA dijamban atau 1= Ya
xxxviii
B disembarang Kadang-
tempat kadan
2= Ya
Sering
Intensitas infeksi Berat ringannya Pemeriksaan 0= Ringan Nominal
cacingan dengan Laboratorium 1= Sedang
mengetahui 2= Berat
jumlah telur per
gram tinja setiap
jenis cacing
G. Prosedur Penelitian
1. Persiapan penelitian
c. Survei lokasi
2. Pelaksanaan penelitian
g. Pengumpulan sampel
h. Pemeriksaan sampel
i. Analisis data
a. Data Prevalensi
xxxix
Data prevalensi diperoleh setelah pemeriksaan feses anak dengan
lembar kuisioner.
mengisi kuisioner.
xl
Pot tinja ukuran 10 – 15 cc , Spidol tahan air, Aquadest, Glycerin,
Malachite green (hijau malasit), Gelas beker, Kaca objek, Lidi atau tusuk
gigi, Cellophane tape (selofan), tebal 40-50 μm, ukuran 2,5 cm, Karton
berat tinja 41,7 mg. Ukuran lubang 6,5 mm dan tebal 0,5 mm untuk berat
tinja 20 mg. Ukuran lubang 9 mm dan tebal karton 1mm untuk berat tinja
50 mg), Kawat saring atau kawat kasa: 60-105 mesh, Kertas minyak,
Kertas saring atau tissue, Tutup botol dari karet, Waskom plastik kecil,
Gunting logam, Sabun dan deterjen, Handuk kecil, Sarung tangan karet,
penghitung)
6. Cara Kerja
xli
ditambahkan. Lalu diaduk hingga homogen, sehingga diperoleh
kecil dibuat.
b. Nomor kode ditulis pada gelas obyek dengan spidol sesuai dengan
xlii
9. Sediaan dibaca di bawah mikroskop dengan pembesaran 4x, 10x,
dan 40x.
rumus :
Jumlah telur
epg= x 1000
berat tinja
H. Analisis Hasil
Kejadian Kecacingan
Prevalensi Kecaingan ¿ x 100%
Populasi sampel
b. Pengetahuan Kecacingan
c. Hygiene Personal
xliii
responden diberikan 8 pertanyaan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan
d. Intensitas Infeksi
atau berat) menurut jenis cacing yang menginfeksi dalam satuan EPG ( Eggs
Per Gram).
xliv
I. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Bulan
No Kegiatan
Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 Pengajuan
judul
2 Penyusunan
proposal
3 Seminar
proposal
4 Revisi
proposal
5 Penelitian
6 Analisis Data
7 Penyusunan
KTI
8 Ujian KTI
9 Revisi KTI
J. Rincian Biaya
xlv
Daftar Pustaka
Agni, F. 2018. Identifikasi Telur Cacing STH (Soil transmitted Helminth) Pada
Daun Kemangi (studi Jln. Kemuning, Candimulyo, Kabupaten Jombang)
(Doctoral dissertation, Stikes Insan Cendekia Medika Jombang).
Alihar, F. (2018) ‘Identifikasi Kontaminasi Telur Nematoda Sth (Soil Transmitted
Helminth) Pada Sayuran Kangkung (Ipomoea Aquatica) Dan Kemangi
(Ocimum Basilicum L. ) Di Pasar Krian Kabupaten Sidoarjo’, 66, Pp. 37–
39. Available At:
Https://Www.Fairportlibrary.Org/Images/Files/Renovationproject/Concept_
Cost_Estimate_Accepted_031914.Pdf.
BBKSDA Nusa Tengga Timur, 2018, Profil Cagar Alam Mutis Timau,
http://bbksdantt.menlhk.go.id/kawasan-konservasi/ca/ca-mutis/profil-ca-
mutis-timau, (09 Januaari 2023)
CDC. 2018. CDC – Soil Transmitted Helminths. Reviewed february 02 2022,
from http://www.cdc.gov/parasites/sth/. Diakses pada 18 april 2022
xlvi
Diakses Tanggal 8 November 2022).
Cdc. 2019: “Trichuriasis”, Onine, (Https://Www.Cdc.Gov/Dpdx/Trichuriasis/,
Diakses Tanggal 12 Februari 2023).
Departemen Kesehatan RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Cacingan.
Jakarta: Kemenkes RI.
EKAWATI, Christine JK, et al. Pemberdayaan Siswa Sekolah Dasar Dalam
Pencegahan Kecacingan Di Kota Kupang. Asthadarma: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2023, 4.1: 30-38.
Eryani, Desti; Fitriangga, A. K. I. M. (2015). Hubungan Personal Hygiene
dengan Kontaminasi Telur Soil Transmitted Helminths pada Kuku dan
Tangan Siswa SDN 07 Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak. Jurnal
Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura, 3(1)
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/view/8973
Farida, Elis Anita, et al. "hubungan kebersihan personal dengan infeksi cacing soil
transmitted helminth (STH) Pada Feses Anak SDN 1 Kedamean
Kabupaten Gresik." Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika (J-
PhAM) 2.1 (2019): 18-30.
HENDRAWAN, Antonius Wahyu; WISTIANI, Wistiani. Hubungan Parasite
Load Soil Transmitted Helminths (STH) Terhadap Status Gizi. 2013. PhD
Thesis. Diponegoro University.
Irianto, K. 2013. Parasitologi Medis. Alfa Beta Bandung.
Montresor A, Crampton DWT, Hall A, Bundy DAP, Savioli L. Guidelines for the
evaluation of soil-transmitted helminthiasis and schistosomiasis at
community level. WHO/CTD/SIP/98, Geneva. 1998.
Ni Nyoman. 2018. Identifikasi Telur Cacing Soil Transmitted Helminth (Sth)
Pada Anak Sekolah Dasar Sdn 9 Baruga Kota Kendari Sulawesi Tenggara,
Hlm :5-7.
Pemerintah Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 15 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
Cacingan.Jakarta
Prasetyo, R.H. 2013. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran: Parasit Usus, Jakarta
Sagung Seto.
PRASETYO, R.H. (2013) Buku Ajar Parasitologi Kedokteran : Parasit Usus
(Intestinal Parasites). Jakarta: Sagung Seto. Available At:
Https://Perpustakaan.Jakarta.Go.Id/Book/Detail?Cn=JAKPU-
12139000000262.
Pustaka, T. (2018) ‘Tinjauan Pustaka Soil Transmitted Helminths’, Pp. 1–25.
Regina, M. P., Halleyantoro, R., & Bakri, S. (2018). Perbandingan Pemeriksaan
Tinja Antara Metode Sedimentasi Biasa Dan Metode Sedimentasi Formol-
Ether Dalam Mendeteksi Soil-Transmitted Helminth. Diponegoro Medical
Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 7(2), 527–537
Rezki, T.A. And Azriful (2016) ‘Distribusi Spasial Kasus Kecacingan (Ascaris
Lumbricoides) Terhadap Personal Higiene Anak Balita Di Pulau
Kodingareng Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar Tahun 2016’.
xlvii
Sandy, S., Sumarni, S., Soeyoko. Analisis Model Faktor Risiko yang
Mempengaruhi Infeksi Kecacingan yang Ditularkan Melalui Tanah
pada Siswa Sekolah Dasar di Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua.
Media Litbangkes. 2015.25 (1): 1-14
Soedarto. (2016). Buku Ajar Parasitologi Kedoteran Edisi Ke Dua (2016th ed.).
CV sagung seto.
Widyaningsih, I. (2017) ‘Strongiloides’, Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma
Surabaya [Preprint]. Available At: Https://Docplayer.Info/30768866-
Strongiloides-Indah-Widyaningsih-Dosen-Fakultas-Kedokteran-
Universitas-Wijaya-Kusuma-Surabaya.Html.
Yunus, R. 2021. Buku Ajar Parasitologi 1 Teori dan Praktikum Untuk Mahasiswa
Teknologi Laboratorium Medik. Yogyakarta: Deepublish (CV Budi
Utama)
Yunidha, Anwar, R., Irawati, N., & Masri, M. (2016).Hubungan antara
Higiene Perorangan dengan Infeksi Cacing Usus (Soil Transmitted
Helminths) pada Siswa SDN 25 dan 28 Kelurahan Purus, Kota Padang,
Sumatera Barat Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3), 600–607.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.584
Zuhaifah, I., Dwita, AD., Ika, FB., (2016). Hubungan Cacing dengan Kadar
Hemoglobin pada SD INPRES NDONA 4 Kecamatan NDONA Kota
ENDE. Skripsi, Universitas Nusa Cendana, Kupang.
Sumber : https://medlab.id/strongyloides-stercoralis/
xlviii