Disusun Oleh :
FAJAR EVILIANI
P27903118018
Disusun Oleh :
FAJAR EVILIANI
P27903118018
Disusun Oleh:
FAJAR EVILIANI
P27903118018
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Disusun Oleh:
FAJAR EVILIANI
P27903118018
Penguji:
Tanda Tangan
Ketua Penguji : Hanny Siti Nuraeni, S.ST, M.Biomed ( )
NIP. 198702282010122001
Nim : P27903118018
ABSTRAK
Nim : P27903118018
ABSTRACT
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karna berkat dan
rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul
“Gambaran Infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) Pada Kotoran Kuku Petugas
Pengangkut Sampah Di Cipondoh Kota Tangerang”. Salawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapatkan banyak
sekali bimbingan pengetahuan serta keterampilan dalam berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Khayan, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kemenkes Banten.
2. dr. Citra Trisna, MARS selaku Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten.
3. Bapak Bagus M. Ihsan, S. Si, M.Kes selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran serta
dukungan untuk meyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
4. Bapak Cecep Dani S, SKM, M.Sc selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan saran serta
dukungan untuk meyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
5. Ibu Hanny Siti Nuraeni, S.ST, M.Biomed selaku ketua penguji yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan saran serta dukungan untuk
meyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
6. Tim Dosen Teori maupun Instruktur Praktikum Parasitologi yang telah
memberikan bimbingan di kelas serta dukunganya.
7. Mamah, papah dan kakak saya yang telah memberikan doa dan dukungan
baik moral maupun material dalam menyelesaikan Karya Tulis ilmiah
i
8. Keluarga Besar Almarhumah H. Rusiati dan Keluarga Besar Almarhum
Bapak Sanut yang telah memberikan doa serta dukungannya dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
9. Teman-teman angkatan 11 yang telah memberikan support dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
10. Teman dekat saya Fitra Jaya yang telah memberikan doa dan dukungan
serta membantu saya dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
11. Kepada teman-teman selaku partner penelitian saya yang telah
memberikan support untuk membantu saya dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah.
12. Akang teteh angkatan 10 yang telah membimbing saya dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
13. Dan teman-teman semua yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan selalu diberikan
perlindungan dan Hidayah-Nya , Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4
A. Landasan Teori......................................................................................................4
B. Kerangka Pemikiran............................................................................................20
C. Kerangka Konsep.................................................................................................21
D. Definisi Operasional............................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................22
A. Desain Penelitian.................................................................................................22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...............................................................................22
C. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................................22
D. Instrumen Penelitian............................................................................................24
E. Pengumpulan Data...............................................................................................24
F. Cara Kerja............................................................................................................25
G. Analisis Data........................................................................................................25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................................26
A. Hasil Penelitian....................................................................................................26
iii
B. Pembahasan.........................................................................................................33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................38
A. Kesimpulan...........................................................................................................38
B. Saran .....................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................39
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................................41
LAMPIRAN...................................................................................................................42
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Data Distribusi Hasil Pemeriksaan Telur Cacing STH pada Petugas
pengangkut sampah di Cipondoh Kota Tangerang...............................................27
Tabel 5. Persentase jenis telur cacing STH yang terdapat pada kotoran kuku
Petugas pengangkut sampah di Cipondoh Kota Tangerang...................................31
Table 10. Frekuensi STH Petugas pengangkut sampah pada lama jam
bekerja di Cipondoh Kota Tangerang.....................................................................33
Table 11. Frekuensi STH Petugas pengangkut sampah pada lama masa
bekerja di Cipondoh Kota Tangerang.....................................................................33
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Petugas pengangkut sampah merupakan salah satu populasi berisiko
kecacingan karena selain sering melakukan kontak dengan sampah dan
lingkungan kotor, petugas pengangkut sampah juga masih kurang dalam
memperhatikan pola hidup bersih dan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
dalam bekerja (Entianopaet al, 2017).
Hal ini terbukti dari hasil pengamatan dan wawancara di lapangan
terhadap 90 responden, 76,7% responden mempunyai perilaku sering kali
tidak memakai sarung tangan, alas kaki dan 70% diantaranya terdeteksi
mengalami infeksi cacing tambang. Penggunaan sarung tangan yang rutin
saat bekerja (kontak dengan tanah) dapat memutuskan rantai penularan
Strongyloides stercoralis dan Hookworm melalui penetrasi ke kulit tangan,
serta dapat mencegah telur Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura
masuk ke sela-sela kuku atau menempel di bagian tangan tertentu yang
nantinya dapat ikut termakan saat melakukan aktivitas makan (Saleh et al.,
2017).
Parasit cacing yang paling sering menyebabkan kecacingan adalah
kelompok Soil Transmitted Helminth (STH) (Ruberanziza et al., 2019).
Infeksi cacing merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
cacing berbahaya yang ditularkan melalui tanah atau STH. lumbricoides salah
satunya A. lumbricoides. Menurut (Kamila et al., 2018). Infeksi STH
merupakan penyakit endemik dan kronik yang diakibatkan oleh masuknya
parasit ke dalam tubuh manusia melalui mulut atau melalui kulit dengan
tingkat prevalensi yang tinggi.
Adapun cara penularannya selain dari feses, dapat ditularkan melalui
fecaloral yaitu dari kotoran kuku yang terkontaminasi oleh cacing tersebut
(Souisa, 2019). Saat tubuh terinfeksi, cacing A. lumbricoides hidup didalam
usus halus dengan mengambil sari-sari makanan sehingga mengakibatkan
1
2
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat telur STH pada kotoran kuku petugas pengangkut
sampah yang memakai alat pelindung diri dengan yang tidak memakai alat
pelindung diri di Cipondoh Kota Tangerang ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada tidaknya telur STH pada kotoran kuku
petugas pengangkut sampah yang memakai alat pelindung diri dengan
yang tidak memakai alat pelindung diri di Cipondoh Kota Tangerang ?
3
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengggunaan APD (sarung tangan) terhadap
kontaminasi telur STH pada potongan kotoran kuku tangan petugas
pengangkut sampah di Cipondoh Kota Tangerang.
b. Untuk mengidentifikasi telur cacing pada kotoran kuku petugas
pengangkut sampah dengan metode flotasi.
c. Untuk mengetahui telur A.lumbricoides pada kotoran kuku petugas
pengangkut sampah di Cipondoh Kota Tangerang.
d. Untuk mengetahui telur T.trichiura pada kotoran kuku petugas
pengangkut sampah di Cipondoh Kota Tangerang.
e. Untuk mengetahui telur Hookworm Pada Kotoran Kuku Petugas
Pengangkut Sampah Di Cipondoh Kota Tangerang.
D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis informasi serta dapat
dijadikan bahan untuk kegiatan pemeriksaan parasitologi yang terkait
dengan telur STH.
2. Manfaat Bagi Institusi
Menambah bacaan atau informasi serta dapat dijadikan bahan untuk
kegiatan pemeriksaan parasitologi yang terkait dengan telur STH.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai infeksi telur STH
yang disebabkan oleh personal hygiene yang buruk, sehingga
masyarakat dapat menerapkan perilaku hidup sehat atau tidak
terinfeksi oleh telur STH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A) Landasan Teori
1) Soil-Transmitted Helminth (STH)
1) Sejarah Soil-Transmitted Helminth (STH)
Soil Transmitted Helminth atau cacing yang ditularkan melalui
tanah adalah cacing yang dalam siklus hidupnya memerlukan stadium
hidup di tanah untuk berkembang menjadi bentuk infeksi bagi manusia.
Tanah yang terkontaminasi oleh telur cacing semakin meluas terutama
di sekitar rumah pada penduduk yang mempunyai kebiasaan membuang
tinja di sembarang tempat, hal ini akan memudahkan terjadinya
penularan pada masyarakat. Tanah merupakan hospes perantara atau
tuan rumah sementara tempat perkembangan telur-telur atau larva
cacing sebelum dapat menular dari seorang terhadap orang lain. Jenis-
jenis STH antara lain Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
Hookworm, dan Strongyloides stercoralis. (Safar, 2010).
2) Jenis – Jenis Soil-Transmitted Helminth (STH)
(a) Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
4
5
a b
3) Siklus Hidup
Telur yang belum infektif keluar bersama tinja (feses). Setelah 20-
24 hari, maka telur ini menjadi infektif, dan bila telur ini tertelan, di
dalam usus halus dari telur ini tertelan, di dalam usus halus dari
telur ini keluar larva dan menembus dingding usus halus mengikuti
peredaran darah melalui saluran vena hati, vena kava inferior
menuju jantung kanan, terus ke paru-paru. Di paru-paru, larva ini
menebus alveoli dan melalui faring, esophagus, dan ventrikulus
maka sampailah larva ke dalam usus tempat mereka menetap dan
menjadi dewasa serta mengadakan kopulasi. Dalam siklus hidup
seperti diatas kadang-kadang ada juga larva bermigrasi dan tiba
diotak, limfa atau ginjal, bahkan ada kalanya larva tersebut masuk
ke fetus (janin) melalui flasenta. Namun, larva tersebut tidak akan
menjadi dewasa. (Irianto, 2009).
4) Patogenitas
Penularan umumya dapat terjadi melalui makanan,
minuman, dan mainan dengan perantaraan tangan yang
terkontaminasi telur A. lumbricoides yang infektif. Infeksi sering
terjadi pada anak daripada dewasa. Hal ini disebabkan anak sering
10 berhubungan dengan tanah yang merupakan tempat
berkembangnya telur Ascaris. Didapat juga laporan bahwa dengan
adanya usaha untuk meningkatkan kesuburan tanaman sayuran
dengan mempergunakan feses manusia, menyebabkan sayuran
sumber infeksi Ascaris (Irianto, 2013).
5) Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dengan menemukan telur dalam
tinja penderita atau larva pada sputum dan dapat juga dengan
menemukan cacing dewasa keluar bersama tinja atau melalui
muntah pada infeksi berat (Safar, 2009).
6) Pencegahan
Untuk pencegahan terutama dengan menjaga hygiene dan
sanitasi, tidak buang air besar tidak sembarang tempat, melindungi
makanan dari pencemaran kotoran, mencuci bersih tangan sebelum
makan, dan tidak memakai tinja manusia sebagai pupuk tanaman
(Safar, 2009).
(b) Trichuris trichiura (cacing cambuk)
a b
3) Siklus Hidup
Cacing dewasa betina sehari dapat bertelur kira-kira 3000-10000
butir telur.telur yang terbawa feses tidak berembrio dan telur ini tidak
menular. Telur tersebut baru menular setelah terjadi proses
pemasakan di tanah. Bila telur yang menular itu tertelan oleh
manusia, maka setelah 20 jam di dalam tubuh tuan rumah, yaitu di
dalam duodenum menetaslah larva. (Irianto, 2009).
Telur cacing ini mengalami pematangan dan menjadi infektif
di tanah dalam waktu 3-4 minggu lamanya. Jika manusia tertelan telur
cacing yang infektif, maka di dalam usus halus dingding telur pecah
dan larva ke luar menuju sekum lalu berkembang menjadi cacing
dewasa. Dalam waktu satu bulan sejak masuknya telur infektif ke
dalam mulut, cacing telah menjadi dewasa dan cacing betina sudah
mulai mampu bertelur. T. trichiura dewasa dapat hidup beberapa
tahun lamanya di dalam usus manusia. (Soedarto, 2011)
11
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub-kelas : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Sub-ordo : Strongylata
Superfamilia : Strongyloidea
Familia : Ancylostomamatidae
Genus : Necator
Spesies : Necator americanus (Irianto, 2013)
2) Morfologi
Cacing tambang dewasa berbentuk silindris berwarna putih
keabuan. Ukuran panjang cacing betina antara 9 sampai 13 mm,
sedangkan cacing jantan berukuran panjang antara 5 sampai 11 mm. di
ujung posterior tubuh cacing jantan terdapat bursa kopulatriks (bursa
copulatrix) suatu alat bantu kopulasi. (Safar, 2010) Ancylostoma
duodenala dan Necator americanus dewasa dapat dibedakan morfologinya
berdasar bentuk tubuh, rongga mulut dan bentuk bursa kopulatriksnya.
Dengan pemeriksaan mikroskopis atas tinja, bentuk telur berbagai cacing
tambang sukar dibedakan. (Susanto, 2012)
Tubuh cacing Ancylostoam duodenale dewasa mirip huruf C.
rongga mulutnya memiliki dua pasang gigi dan satu pasang tonjolan.
Cacing betina mempunyai Spina kaudal. (Irianto, 2009) Ukuran tubuh N.
americanus dewasa lebih kecil dan lebih langsing disbanding badan A.
duodenale. Tubuh bagian anterior cacing melengkung berlawanan dengan
lengkungan bagian tubuh lainnya sehinnga bentuk tubuh yang mirip huruf
S. Di bagian rongga mulut terdapat dua pasang alat pemotong (cutting
plate). Berbeda dengan A. duodenale, dibagian kaudal badan cacing betina
tidak terdapat spina kaudal (caudal spine). (Irianto, 2013).
Pada pemeriksaan tinja di bawah mikroskop sinar, bentuk telur
berbagai spesies cacing tambang mirip satu sama lainnya, sehingga sukar
14
2. Sampah
1. Definisi Sampah
Semua benda atau produk sisa yang tidak bermanfaat dan tidak
dikehendaki oleh pemiliknya sebagai barang yang tidak berguna,
Akibat dari kurangnya perhatian terhadap sampah yaitu:
a. Kerendahan Mutu Lingkungan
Peningkatan angka kepadatan vector penyakit (lalat, tikus,
kecoa), Pencemaran terhadap tanah, udara dan air, Menurunya
nilai estetika. Timbulnya penyakit menular: Diare, penyakit kulit,
penyakit typhus, DHF, Thypoid dan cacingan.
A. Kerangka Pemikiran
Model pendahuluan dari sebuah masalah penelitian merupakan refleksi
dari hubungan variabel-variabel yang diteliti. Kerangka konsep dibuat
berdasarkan literatur dan teori yang sudah ada (Shi dalam Swarsana, 2012).
20
Potongan Kuku
Negatif Positif
Keterangan :
B. Kerangka Konsep
C. Defenisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif. Dengan uji laboratorium metode flotasi, pemeriksaan terhadap
sampel potongan kuku petugas pengangkut sampah dilakukan dengan
menggunakan Nacl 0,9%. Penelitian ingin mengetahui Gambarani Infeksi
Soil Transmitted Helminth (STH) pada kotoran kuku petugas pengangkut
sampah di Cipondoh Kota Tangerang.
22
23
2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling, dengan
jumlah 38 sampel, yang didapatkan pada perhitungan rumus Cross
Sectional. Besaran sampel dihitung berdasarkan rancangan besar
populasi yang sudah diketahui menggunakan rancangan proporsi sampel.
Besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakann rumus
berikut:
57,624
n=
1,5504
n = 37,16 = 38
Keterangan:
N = Jumlah Populasi
n = jumlah sampel
Z21-α/2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan
tingkat kemaknaan α (untuk α = 0,05 adalah 1,96)
p = proporsi kejadian di populasi (jika tidak diketahui 0,5)
q = 1-p (Proporsi yang tidak menggunakan APD)
d = tingkat kepercayaan yang diinginkan (d= 10%)
24
D. Instrumen Penelitian
1. Informed consent
2. Kuisoner wawancara
3. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan terdiri dari : Cover glass, Pot Sampel,
Pipet tetes, Tabung reaksi, Rak tabung, Pinset, Mikroskop, Beaker
glass, Batang pengaduk, Pemotong kuku, Label dan Oven.
4. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan terdiri dari: Potongan kuku jari tangan,
NaCl 0,9%.
E. Pengumpulan Data
Data penelitian dilakukan secara langsung pengambilan
sampel pada petugas pengangkut sampah mobil armada dan
pengangkut sampah yang menggunakan gerobak pada 10
Kelurahan UPT Pengelolaan Sampah Wilayah Timur Cipondoh
Kota Tangerang. Tahap pertama dilakukan survei data terlebih
dahulu, Sosialisasi dan wawancara secara langsung kepada petugas
pengangkut sampah mengenai nama, usia, jenis kelamin.
Selanjutnya memberikan surat persetujuan Informed consent
sebagai bukti responden bersedia berperan dalam penelitian.
Setelah responden menyetujui, pengambilan sampel dilakukan
dengan cara memotong kuku dengan menggunakan pemotong
kuku.
25
F. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dilakukan memotong kuku jari tangan dengan menggunakan alat
memotong kuku, kemudian dimasukkan ke dalam pot sampel.
3. Dikumpulkan potongan kuku yang sudah terkumpul selanjutnya
dimasukkan ke dalam beaker glass.
4. Ditunggu kuku sampai terendam sempurna lalu menghomogenkan
menggunakan batang pengaduk.
5. Didiamkan selama 30 menit supaya kotoran dalam kuku luntur.
6. Diambil supernatannya lalu menuangkan ke dalam tabung reaksi
hingga mulut tabung reaksi (sampai penuh).
7. Ditutup tabung reaksi dengan cover glass.
8. Didiamkan selama 30 menit supaya telur cacing naik ke permukaan
Larutan NaCl 0,9%.
9. Dipindahkan cover glass dari mulut tabung tersebut diatas objek
glass yang bersih dan kering.
10. Diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x
dan melanjutkan dengan perbesaran lensa objektif 40x.
11. Diliat hasil pemeriksaan berupa telur cacing Soil Transmitted
Helminths (STH) yang ditemukan dalam sediaan kotoran kuku,
positif jika terdapat telur cacing dalam sediaan, kemudian data
disajikan dalam bentuk tabel.
G. Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini dianalisa dan disajikan dalam
bentuk tabel.
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian pada pemeriksaan Soil Transmitted
Helminth (STH) pada kotoran kuku petugas pengangkut sampah yang
dilakukan di laboratorium Parasitologi Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Banten, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Telur Cacing STH pada Petugas pengangkut sampah
di Cipondoh Kota Tangerang.
28
lebar 40-45 µm
5. Telur berwarna
granula refraktil
6. Dinding 2 lapis :
lapisan luar yang
tebal berkelok-
kelok sangat
kasar atau tidak
teratur (lapisan
albumin), lapisan
kedua relative
halus (lapisan
hialin)
3. 19 Telur Hookworm
1. Berbentuk oval
atau lonjong
2. Tidak berwarna
3. Berukuran:
panjang ± 60 µm
dan lebar
± 40 µm.
4. Telur cacing
tambang yang
berdinding tipis
dan tembus sinar
ini mengandung
embrio yang
mempunyai 4
blastomer.
30
Tabel 5. Persentase jenis telur cacing STH yang terdapat pada kotoran
kuku Petugas pengangkut sampah di Cipondoh Kota Tangerang
Jenis Frekuensi Persentase %
Telur Ascaris lumbricoides 8 80
Telur Tricuris trichiura 0 0
Telur Hookworm 2 20
Jumlah 10 100
Table 10. Frekuensi STH Petugas pengangkut sampah pada lama jam
bekerja di Cipondoh Kota Tangerang
STH pada Kotoran Kuku Petugas Total
Ascaris Hookworm Tricuris Negatif
lumbricoides trichiura
Lama Jam ≥ 8 jam 3 2 16 21
Bekerja dalam 0
Sehari <8 jam 5 0 0 12 17
Total 8 2 0 28 38
Table 11. Frekuensi STH Petugas pengangkut sampah pada lama masa
33
telur STH dengan metode flotasi menggunakan NaCl jenuh (Sumanto &
Hamidy 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Gambaran Infeksi Soil
Transmitted Helminth (STH) Pada Kotoran Kuku Petugas Pengangkut
Sampah Di Cipondoh Kota Tangerang pada 38 sampel kuku yang
diperiksa 10 sampel terinfeksi telur cacing Soil Transmitted Helminth
sedangkan 28 sampel tidak terinfeksi STH. Hal ini menunjukkan bahwa
telur Soil Transmitted Helmint bisa masuk ke dalam tubuh melalui
makanan minuman ataupun kurang menjaga kebersihan diri misalnya tidak
mencuci tangan dengan sabun. dan sampel 28 responden didapatkan hasil
negatif karena responden menggunakan alat pelindung diri, menggunakan
sepatu boot dan menjaga kebersihan setelah melakukan pekerjaan. 10
petugas tidak pernah menggunakan sarung tangan ketika bekerja, ketika
ditanya kenapa alasan tidak menggunakannya mereka menjawab bahwa
sudah terbiasa dan rasa tidak nyaman mengambil sampah apabila
menggunakan sarung tangan. Infeksi kecacingan merupakan penyakit yang
sering terjadi di masyarakat tetapi kurang mendapat perhatian dari
berbagai sektor (neglected disease). Petugas pengangkut sampah memiliki
risiko tertular penyakit karena bekerja pada lingkungan yang berisiko.
Agen penyakit yang berasal dari sampah adalah virus, bakteri, jamur, dan
parasit sehingga agen tersebut akan menghasilkan penyakit apabila
sampah yang kita hasilkan menumpuk, antara lain dermatitis, infeksi
kecacingan, penyakit diare, kolera, dan sebagainya. Pada penelitian Islami
et al (2014) menujukkan hasil pemeriksaan sampel yang dilakukan di
laboratorium, mendapatkan hasil bahwa dari 59 sampel terdapat pada 31
(52,5%) sampel yang terinfeksi dan terdapat 28 (47,5%) sampel yang tidak
terinfeksi pada petugas pengangkut sampah di Dinas Kebersihan
Kabupaten Wakatobi.
Menurut islami, 2014 mengatakan infeksi kecacingan pada
35
ditemukan pada daerah yang beriklim tropis dan subtropis seperti Asia
Tenggara, karena telur dan larvanya lebih dapat berkembang di tanah yang
hangat dan basah. Siklus hidup Ascaris lumbricoides Siklus terjadi dalam
3 stadium yaitu stadium telur, larva, dan dewasa. Siklus ini biasanya
membutuhkan fase di luar tubuh manusia (hospes) dengan atau tanpa tuan
rumah perantara (Natadisastra, 2012). Telur cacing yang telah dibuahi dan
keluar bersama tinja penderita akan berkembang menjadi infektif jika
terdapat di tanah yang lembab dan suhu yang optimal dalam waktu kurang
lebih 3 bulan.
Masa kerja petugas pengangkut sampah didominasi oleh pekerja
yang lebih dari 5 tahun bekerja dengan presentase 53%. Semakin lama
seseorang bekerja menjadi petugas pengangkut sampah, semakin lama
paparan penyakit infeksi kecacingan yang diterima oleh petugas tersebut.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2013).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian gambaran infeksi Soil Transmitted
Helminth (STH) pada kotoran kuku petugas pengangkut sampah di
Cipondoh, Kota Tangerang:
1. Sebagian kecil 26% responden positif terinfeksi oleh telur cacing
Soil Transmitted Helminth pada kuku petugas pengangkut sampah.
2. Hampir seluruh jenis telur cacing STH yang ditemukan pada
kotoran kuku petugas pengangkut sampah di Cipondoh Kota
Tangerang adalah telur Ascaris lumbricoides (80%) dan Sebagian
kecilnya telur Telur Hookworm dengan frekuensi 2 (20%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan:
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti
bagaimana cara penularan telur cacing Soil Transmitted
Helminth secara langsung dan tidak langsung.
2. Bagi institusi menjadikan karya tulis ilmiah ini sebagai bahan
untuk menambah referensi bagi pembelajaran di Poltekkes
Kemenkes Banten khususnya bidang parasitologi.
38
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, A. Abdul Muhith & ldeputri, M.E. 2011. Buku Ajar Metodologi
Penelitian Kesehatan, Mulia Medika: Jogjakarta.
41
42
1 04 Telur Ascaris
lumbricoides
Fertile (telur yang
dibuahi)
2 05 Telur Ascaris
lumbricoides
Infertil (telur tidak
dibuahi)
3 19 Telur Hookworm
46
4 21 Telur Hookworm
Berdasarkan gambar diatas telur cacing yang ditunjukkan sesuai dengan ciri-ciri
cacing Ascaris lumbricoides dan Hookworm.
Shufiyani, S.S
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN JURUSAN
TEKNOLOGI LABOR ATO RI UM MEDIS PRODI D I I I
TEKNOLOGI LABOR ATO RI UM MEDIS
Jl. Dr.Sitanala Komp. SPK , Neglasari, Tangerang
Petunjuk Pengisian :
Isilah log book KTI dengan lengkap dan ditulis tangan sesuai dengan jadwal konsultasi.
NO TANGGAL MATERI CATATAN PEMBIMBING PARAF
1. Rabu Pengajuan Perbaikan judul setelah itu
13/01/21 judul KTI disetujui untuk pelaksaannya
Petunjuk Pengisian :
Isilah log book KTI dengan lengkap dan ditulis tangan sesuai dengan jadwal konsultasi.