Proposal Ini Disusun Untuk Dapat Melakukan Penelitian Sebagai Syarat Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma Iii Keperawatan Pada Program Studi DIII
Keperawatan Waingapu Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
OLEH:
STEFANUS DE YOS AMA
NIM :PO.5303203191196
LEMBAR PERSETUJUAN
i
PROPOSAL
STUDI DESKRIPTIF PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG STUNTING
DI KELURAHAN TEMU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANATANG
KABUPATEN SUMBA TIMUR
Proposal ini disusun untuk dapat melakukan penelitian sebagai syarat untuk
menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Program Studi D-III
Keperawatan Waingapu Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang
Oleh
Telah disetujui untuk diujikan di depan Dewan Penguji Proposal Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang Prodi Keperawatan Waingapu
Pembimbing
Adriana Nara,SSiT.,M.Kes
NIP. 19680508 200212 2 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan Waingapu
ii
LEMBARAN PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH:
Telah diuji dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Proposal Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang Program Studi Keperawatan Waingapu.
PENGUJI I PENGUJI II
MENGETAHUI
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Proposal Penelitian ini adalah hasil karya saya sendiri dan tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesajarnaan disuatu Perguruan Tinggi.semua
sumber dan referensi baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah dinyatakan benar.
(…………………………)
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian ini sesuai harapan
dengan judul “Studi Deskriptif Persepsi Masyarakat Tentang Pencegahan Stunting Di
Kelurahan Temu Wilayah Kerja Puskesmas Kanatang Kabupaten Sumba Timur”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Adriana Nara,SSiT, M.Kes.selaku pembimbing
sekaligus penguji II yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan
bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam pembuatan Proposal penelitian ini. Ucapan
terima kasih yang sama pula penulis sampaikan kepada Ibu Maria Ch. Endang
Sukartiningsih, SST., M.Kes.selaku penguji I yang telah memberikan masukan dan
bimbingan kepada penulis demi kesempurnaan Proposal penelitian ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Ragu Harming Kristina, SKM.,M.Kes. sebagai Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang Progam Studi
Keperawatan Waingapu.
2. Ibu Maria Kareri Hara, S.Kep.,Ns.,M.Kes. sebagai ketua Program Studi
Keperawatan Waingapu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti perkuliahan di Program Studi Keperawatan Waingapu.
3. Kepala puskesmas kanatang
4. Bapak/ibu dosen yang telah membekali penulis dengan pengetahuan selama proses
perkuliahan di program studi keperawatan waingapu
5. Kepada keluaraga khususnya Papa Mama dan adik tersayang yang selalu
memberikan dukungan doa dan memberikan semangat kepada penulis sehingga
bisa menyelesaikan Proposal ini.
6. Kepada teman-teman khususnya kelas C.teman-teman katong moke
7. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu memberikan ilmunya kepada penulis dalam penyusunan Proposal ini.
v
Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
Proposal penelitian ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN……………………………………………………………..i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….v
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….vi
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………….vii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….....ix
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………...…………..2
1.4 Keaslian Penelitian …………………………………………………...………...3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………4
2.1 Konsep Demam Berdarah………………………………………………………4
2.2 Konsep Keluarga………………………………………..………………………8
2.3 Konsep Pengetahuan ……………………………………………….....………10
2.4 Kerangka Konsep………………………………………………………...……14
2.5 Definisi Operasional………………………………………………………...…15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN…………………………………………...16
3.1 Jenis Penelitian………………………………………………………………...16
3.2 Rancangan Penelitian………………………………………………………….16
3.3 Populasi dan Sampel……………………...……………………………...……16
3.4 Variabel……………………..…………………………………………………17
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………….…17
3.6 Instrument Penelitian……………………………………………………….…17
vii
3.7 Teknik Pengumpulan data, Pengolahan data dan Analisa data…………….…17
3.8 Etika Penelitian…………………………………………………………..……18
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
kabupaten sumba timur memperoleh prevelensi angka stunting 25%. Data stunting di
Sumba Timur sebesar 47% turun pada tahun 2019 menjadi 27,4% namun naik lagi pada
tahun 2020 sebesar 26,2%.(BPS).
Hasil rekapan Dinas Kesehatan Sumba Timur terhadap jumlah penderita stunting pada
tahun 2018 adalah sebanyak 20%,pada tahun 2019 sebanyak 27% dan mengalami
penurunan pada tahun 2020 sebanyak 15%,pada tahun 2021 sebanyak 15%.(data
puskesmas)
Persepsi masyarakat tentang stunting pada umumnya memaknai stunting sebatas
“berbadan pendek”dengan menggunakan istilah yang berbeda,misalnya kerdil sebagai
akibat dari faktor keturunan.persepsi demikian dapat berdampak pada keterlibatan
masyarakat yang tiudak optimal dalam upaya pemerintah mengurangi kejadian stunting.
Berdasarkan masalah di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian “Persepsi
Masyarakat Tentang Stunting Di Kelurahan Temu wilayah kerja puskesmas kanatang
Kabupaten Sumba Timur.”
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.1. Etiologi
Kondisi stunting tidak bisa ditandai lagi bila anak memasuki 2 tahun. Oleh karena itu
untuk mencegah terjadinya stunting pada anak, ibu perlu mengkonsmsi asupan gizi yang
layak terutama selama masa kehamilan hingga anak lahir dan berusia 18 bulan. Secara
umum kekerdilan atau stunting disebabkan oleh gizi buruk pada ibu, praktikum
pemberian dan kualitas makanan yang buruk, sehingga mengalam infeksi serta tidak
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Tanda dan gejala bayi balita mengalami
stunting yaitu:
a Gizi ibu dan praktik
Pemberian makanan yang buruk Stunting dapat terjadi bila calon ibu mengalami
anemia dan kekurangan gizi. Wanita yang kekurangan berat badan atau anemia
selama masa kehamilan lebih mungkin memiliki anak stunting, bahkan beresiko
menjadi kondisi stunting yang akan terjadi secara turun temurun.
b Sanitasi yang buruk
Stunting juga bisa terjadi pada anak-anak yang hidup dilingkungan dengan sanitasi
dan kebersihan yang tidak memadai. Sanitasi yang buruk berkaitan dengan
terjadinya penyakit diare dan infeksi cacing usus (cacingan).
c Penyebab lain Anak yang terlahir dengan sindrom alkohol janin (fetus alcohol
syndrome/ FAS) juga mengalain stunting.FAS merupakan pola cacat yang dapat
terjadi pada janin karena sang ibu mengkonsumsi terlalu 10 banyak minuman
beralkohol saat sedang hamil.
2.1.2. Penyebab pada stunting
a Pendidikan ibu
Penelitian mengenai hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian stunting
yang dilakukan di Kenya memberikan hasil bahwa balita yang dilahirkan dari
ibu yang berpendidikan beresiko lebih kecil untuk mengalami malnutrisi yang
dimanifestasikan sebagai wasting atau stunting daripada balita yang dilahirkan
dari ibu yang tidak berpendidikan.
b Stunting erat kaitannya dengan pola pemberian makanan terutama pada 2 tahun
pertama kehidupan, yaitu air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping (MP–
ASI) yang dapat mempengaruhi status gizi balita.
4
c WHO (2007) merekomendasikan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif 6
bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan pengenalan MP–ASI dengan
terus memberikan ASI sampai usia 2 tahun.
d Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu proses yang menjadikan seseorang kebal atau dapat
melawan terhadap penyakit infeksi. Pemberian Imunisasi biasanya dalam bentuk
faksin.Faksin merangsang tubuh untuk membentuk system kekebalan yang
digunakan untuk melawan infeksi atau penyakit.
e Berat bayi lahir rendah (BBLR)
Berat bayi lahir rendah (BBLR) diartikan sebagai berat bayi ketika lahir kurang
dari 2500 gam dengan batas atas 2499 gram (WHO).Asupan makanan (konsumsi
energi dan protein).
2.1.3. Tanda Dan Gejala Stunting
Menurut Kemenkes RI (2010), balita pendek atau stunting bisa diketahui bila seorang
balita sudah diukur panjang atau tinggi badannya,lalu dibandingkan dengan standar
dan hasil pengukurannya ini berada pada kisaran normal,dengan ciri-ciri lain seperti:
1. Tanda dan pubertas terlambat
2. Pertumbuhan melambat
3. Wajah tampak lebih mudah dari balita seusianya
4. Pertumbuha gigi terlambat
5. Usia 8-10 tahun nanti anak menjadi lebih pendiam.
2.1.4. Patofisiologi
Kekurangan gizi waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal
kehidupan anak (1000 hari pertama kelahiran). Penyebabnya karena rendahnya akses
terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral serta buruknya
keragaman pangan dan sumber protein hewan.
5
2.1.5. Tipe Stunting
Indikator yang biasa dipakai yaitu berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan
terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) ketiga indikator
ini dapat menunjukan apakah seorang bayi balita memiliki status gizi yang kurang,
pendek (stunting), kurus (wasting) dan obesitas.
a Berat kurang (Underweight)
Underweight merupakan klasifikasi dari status gizi BB/U. BB/U menunjukkan
pertumbuhan berat badan balita terhadap umurnya,apakah sesuai atau tidak jika
berat badan balita di bawah rata-rata, maka dikatakan Underweight.
b Pendek (Stunting)
Stunting merupakan klasifikasi dari indikator status gizi TB/U. balita yang
dikatakan stunting adalah ia yang memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan
umurnya.
c Kurus (Wasting)
Wasting merupakan salah satu klasifikasi dari indikator status gizi BB/TB. Balita
yang dikatakan kurus adalah mereka yang memiliki berat badan rendah yang tidak
sesuai terhadap tinggi badan yang dimilikinya.
d Gemuk
Merupakan lawan dari kurus, dimana sama-sama didapatkan dari penggukuran
BB/TB. Balita yang dikatakan gemuk adalah mereka yang mempunyai berat badan
lebih terhadap tinggi badan yang dimilikinya.
2.1.6. Dampak Stunting
Stunting mengakibatkan otak seorang anak kurang berkembang. Ini berarti 1 dari 3
anak Indonesia akan kehilangan peluang lebih baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan
dalam sisa hidup mereka.Stunting bukan semata pada ukuran fisik pendek, tetapi lebih
pada konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan dengan proses terjadinya
hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ lainnya, termasuk otak (Achadi
2016).Dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa menyebabkan
terganggunya otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme
tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,menurunnya kekebalan tubuh
sehingga mudah sakit, resiko tinggi munculnya penyakit diabetes,kegemukan,penyakit
janutng dan pembuluh darah,kanker,stroke,disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja
6
yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi (Kemenkes
RI 2016).
2.1.7. Pencegahan
Menurut Kemenkes (2017),terdapat 3 hal yang harus di perhatikan dalampencegahan
stunting yaitu sebagai berikut:
a Perhatikan Pola Makanan
masalah stunting di pengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi
jumlah dan kualitas gizi, serta sering kali tidak beragam. Dalam satu porsi makan,
setengah piring di isi oleh sayur dan buah,setengahnya lagi di isi dengan sumber
protein (baik protein nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak dari
pada karbohidrat.
b Pola Asuh
Stunting juga di pengaruhi oleh aspek perilaku, terutama pada pola asuh Yng
kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita. Dimulai dari
edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal
keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenehi kebutuhan gizi
saat hamil dan stumulasi bagi janin,serta memeriksa kandungan empat kali selama
masa kehamilan. Perbaikan Sanitasi Dan Akses Air Bersih
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya adalah
akses sanitasi dan air bersih mendekatkan anak pada resiko ancaman penyakit
infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir, sertaa tidak buang air besar sembarangan.
2.1.8. Intervensi Stunting
Penanganan stunting dilakukan melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif pada
sasaran 1000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun.
a Intervensi Gizi Spesifik
Intervensi di tujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1000 hari pertama
kehidupan di mana bersifat jangka pendek dan hasilnya di catat dalam waktu
relatif singkat. Kegiatan ini umumnya di lakukan oleh sektor kesehatan.
b Intervensi Dengan Sasaran Ibu Hamil
Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis,Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat,Mengatasi
kekurangan iodiu,Menanggulangi cacingan pada ibu hamil,Mengatasi ibu
hamildari malaria.
7
8
c Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan,mendorong
inisiasi menyusu dini,mendorong pemberian asi eksklusif
d Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan,mendorong
penerusan pemberian asi hingga usi 23 bulan di dampingi oleh pemberian
MP-asi,menyediakan obat cacing,menyediakan suplementasi zink,melakukan
perlindungan terhadap malaria,memberikan imunisasi lengkap,melakukan
fortifikasi zat besi ke dalam makanan,melakukan pencegahan dan pengobatan
diare
e Intervensi Gizi Sensitif,Intervensi yang di tujukan melalui berbagai kegiatan
pembangunan di luar sektor kesehatan dengan sasaran masyarakat umum, tidak
khusus untuk ssaran 1000 hari pertama kehidupan.
9
c Soejono Soekanto (1982)
Masyarakat atau komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang
bertempat tinggal di suatu wilayah (secara Geografis) dengan batas-batas tertentu,
dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-
anggotanya dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya
d Koentjaraningrat (1990)
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul (berinteraksi)
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh
suatu rasa identitas bersama.
2.2.2 Ciri-ciri masyarakat
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambilkesimpulan bahwa
masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a Ada interaksi antara sesama anggota masyarakat.
Di dalam masyarakat terjdi interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perseorangan antara
kelompok-kelompok, maupun antara perseorangan dengan kelompok.
b Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu.
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu
keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang
lingkup yang kecil (RT/RW), desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan
bahkan negara.
c Saling tergantung satu dengan yang lainnya.
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling tergantung
satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
d Memiliki adat istiadat/budaya tertentu.
Adat istiadat dan budaya diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan
bermasyarakat yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara
berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakah itu
dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian ataupun sistem kekerabatan
dan sebagainya.
10
e Memiliki identitas bersama.
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh
anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk menopang kehidupan
dalam bermasyarakat yang lebih luas.
2.2.3 Tipe-tipe masyarakat
1 Berdasarkan perkembangannya
a. Cresive Institution Merupakan lembaga masyarakat yang paling Primer, yang
secara tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakatnya. Misalnya : yang
berkaitan dengan hak milik, perkawinan, agama dsb.
b. Enacted Institution Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk
memenuhi tujuan tertentu. Misalnya : lembaga utang-piutang, perdagangan,
pertanian, pendidikan.
2 Berdasarkan sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
Basic Institution Merupakan lembaga masyarakat yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,diantaranya adalah
keluarga dan sekolah-sekolah yang dianggap sebagai institusi dasar yang pokok.
3 Subsidiary Institution
Yaitu lembaga-lembaga masyarakat yang muncul tetapi dianggap kurang penting
karena hanya untuk memenuhi kegiatan-kegiatan tertentu saja.
4 Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat
a. Approved / Social Sanctioned Institution Sebuah lembaga masyarakat yang
memang diterima oleh masyarakat yang lain.
b. UnSanctioned Institution Merupakan lembaga-lembaga masyarakat yang
ditolak oleh masyarakat yang lain, walaupun kadang-kadang tidak mungkin
untuk diberantas.
5 Berdasarkan penyebarannya
a. General Institution Merupakan lembaga masyarakat yang didasarkan atas factor
penyebarannya, seperti agama, karena dapat dikenal semua masyarakat dunia.
b. Restricted Institution Lembaga masyarakat yang banyak menganut agama-
agama tertentu saja, seperti Budha banyak dianut oleh masyarakat Thailand,
Vietnam ; Kristen Katolik banyak dianut masyarakat Itali, perancis dan Islam
banyak dianut masyarakat Arab.
11
6 Berdasarkan fungsinya
a. Operative Institution Yaitu lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola
atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan.
b. Regulative Institution Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat
istiadat atau tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari lembaga itu
sendiri.
2.2.4 Ciri-ciri masyarakat indonesia
1. Masyarakat Desa.
a Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat sebagai organisasi social.
c Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib.
d Tingkat buta huruf relative masih tinggi.
e Berlaku hokum tidak tertulis yang diketahui dan dipahami oleh setiap orang.
f Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan keterampilan.
g System ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dan sebagian kecil dijual dipasaran untuk memenuhi kebutuhan
lainnya.
h Semangat gotong royong dalam bidang social dan ekonomi sangat kuat.
2. Masyarakat Madya
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan kemasyarakatan tidak
begitu kuat.
b. Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai semakin terbuka
terhadap pengaruh dari luar.
c. Timbul rasionalitas dalam berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan
terhadap kekuatan gaib mulai berkurang.
d. Terdapat lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan
dasar dan menengah.
12
2.3 Konsep dasar persepsi
2.3.1 Pengertian
Persepsi adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra
atau juga disebut proses sensoris. Stimulus tersebut akan diteruskan dan proses
selanjutnya merupakan proses persepsi. (Walgito, 2010).Persepsi adalah suatu proses
identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indra. Persepsi merupakan peran yang
sangat penting dalam keberhasilan komunikasi. Artinya, kecermatan dalam
mempersepsikan stimuli indrawi mengantarkan kepada keberhasilan komunikasi.
Sebaliknya, kegagalan dalam mempersepsi stimulus, menyebabkan mis-komunikasi
(Suranto, 2011).
2.3.2 Macam-macam Persepsi
Menurut Nugroho (2008) persepsi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Persepsi positif
Merupakan persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya, kenal
tidaknya) dalam tanggapan yang diteruskan pemanfaatannya.
2. Persepsi negatif
Merupakan persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan (tahu tidaknya, kenal
tidaknya) serta tanggapan yang tidak selaras dengan obyek yang dipersepsikan
2.3.3 Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi dimulai dari adanya objek yang menimbulkan stimulus, dan
stimulus mengenai alat indra. Stimulus yang diterima alat indra diteruskan oleh saraf
sensoris ke otak. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang dirasa.
Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam
bentuk (Walgito, 2010).
13
2.3.4 Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (2010) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi antara lain:
1. Obyek yang dipersepsi Obyek yang menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera stimulus dapat datang dari luar dari individu yang memperesepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan langsung mengenai saraf
penerima yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera saraf, dan pusat susunan saraf Alat indera atau reseptor merupakan alat
untuk menerima stimulis
3. Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi.
2.3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
1. Faktor internal
a Usia
Usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai ulang
tahun. Semakin cukup umur, kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. (Nursalam, 2009).
b Pendidikan
Menurut Notoadmojo (2007) menjelaskan bahwa orang yang mempunyai
pendidikan tinggi dan memberikan tanggapan yang lebih rasional
dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah.
c Pekerjaan
Dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bermanfaat,
memperoleh pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal sehingga lebih
mengerti dan akhirnya mempersepsikan sesuatu itu positif.
d jenis kelamin
Perempuan lebih banyak melihat penampilan secara detail, sementara laki-laki
kurang memperhatikan itu.
2. Faktor Eksternal
a Lingkungan Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau
mengecewakan kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu
(Rachmat, 2010).
14
BAB 3
KERANGKA KONSEP
PERSEPSI
STUNTING
MASYARAKAT
Keterangan :
= Diteliti
=Tidak diteliti
= Penghubung
15
3.2 Defenisi Operasional
1 Persepsi Masyarakat Segala sesuatu yang Masyarakat atau Kuesioner Nominal Di katakan Baik apabila
Tentang Stunting mrnjadi tanggapan responden mampu masyarakat menjawab
atau reaksi menjelaskan tentang: pertanyaan benar 80-100%
masyarakat tentang 1. Pengertian stunting
Di katakan cukup apabila
stunting. 2. Gejala stunting
masyarakat menjawab
3. Penyebab stunting
pertanyaan benar (50-80% )
4. Dampak stunting
5. Pencegahan Di katakan kurang apabila
(Arikunto 2015)
16
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode untuk
mengetahui “persepsi masyarakat Tentang Stunting di Kelurahan Temu wilayah kerja
puskesmas kanatang Kabupaten Sumba Timur.”
4.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu untuk meneliti
suatu masalah melalui suatu kelompok yang bertujuan untuk Mengetahui Persepsi
Masyarakat Tentang Stunting Di Kelurahan Temu wilayah kerja puskesmas kanatang
Kabupaten Sumba Timur.
4.3 Populasi dan sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2019) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.Polpulasi
dalam penelitian adalah 204 jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Kanatang Kecamatan
Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang terdapat pada
populasi sebagai perangkat elemen yang akan dipilih untuk dipelajari
(sugioyono,2015).Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sebagian dari
masyarakat penderita stunting Dari Populasi di keluraha temu wilayah kerja
puslkesmas kanatang.Jumlah Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
30 responden.
Kriteria Inklusi dalam Penelitian ini:
a. Masyarakat golongan laki-laki dan perempuan usia 19-35 tahun
b. Responden bertempat tinggal di wilayah Kerja Puskesmas kanatang(Kelurahan
Temu)
c. Bersedia menjadi responden peneliti
d. Responden sehat jasmani dan rohani
17
4.4 Variabel Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembaran
kuesioner yang dibuat peneliti untuk keluarga di Kelurahan Temu Wilayah kerja
Puskesmas kanatang dengan 10 butir pertanyaan mengenai persepsi masayarakat.
1. Pengumpulan data
1. Data primer
Data primer adalah data yang di peroleh langsung atau dikumpulkan dari responden
menggunakan kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui suatu instansi terkait dalam
penelitian ini, seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas, Internet,jurnal, dan buku sumber
lainnya yang berkaitan dengan stunting.
18
2. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
yaitu untuk melihat data yang di peroleh dari responden sudah terisi lengap atau
kurang
b. Coding
c. Scoring
d. Tabulating
3. Analisi data
Data dikumpulkan dan dikelompokan kemudian diolah secara deskriptif sesuai
dengan variabel penilitian apakah baik kurang dan cukup. Hasil penilitian disajikan
dalam bentuk tabel dan narasi sehingga menggambarkan bagaimana Persepsi
Masyarakat Tentang Stunting Di Kelurahan Temu Wilayah Kerja Puskesmas
Kanatang Kabupaten Sumba Timur.
19
4.8 Etika Penelitian
20
DAFTAR PUSTAKA
21
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU
Direktorat : Jl. Piet A. Tallo, Liliba – Kupang, Telp.: (0380) 8800256;
Fax : (0380) 8800256 ; Email : poltekkeskupang@yahoo.com
22
STUDI DESKRIPTIF PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG STUNTING
DI KELURAHAN TEMU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANATANG
KABUPATEN SUMBA TIMUR
(…………………………………….)
23
4 Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Jadwal penelitian (Bulan)
1 Persiapan proposal
2 Seminar proposal
3 Perbaikan proposal
4 Pengambilan data
5 Penyusunan
laporan
6 Ujian KTI
7 Pengumpulan KTI
24
KUESIONER PENELITIAN
”Persepsi Masyarakat Tentang Stunting Di Kelurahan Temu
Wilayah Kerja Puskesmas Kanatang Kabupaten Sumba Timur”
B. Identitas Responden
No Responden :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
25
C. Persepsi Masyarakat
No PERNYATAAN YA Tidak
1. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan
oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama
4. Pada usia 8-10 anak lebih pendiam,hal ini nuga menjadi tanda
dari stunting
6. Bayi dan bayi lahir rendah (BBLR) bila tidak dirawat dengan
baik akan menyebabkan stunting
26