Anda di halaman 1dari 34

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA

NEONATORUM DI RSUD MAYJEN H.A THALIB


TAHUN 2020

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Untuk Melakukan Penelitian Dalam


Rangka Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Oleh:

NURVIA
NIM:17.10.15401.017

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


STIKES KELUARGA BUNDA JAMBI
TAHUN 2019/2020
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

Proposal ini disetujui untuk di persembahkan dihadapan tim penguji proposal


Program Studi DIII Kebidanan Stikes Keluarga Bunda Jambi.

Oleh:

NURVIA

NIM:17.10.15401.017

Disetujui oleh pembimbing untuk diseminarkan dalam seminar Proposal

Pembimbing

Rini Mustikasari Kurnia Pratama, S,siT.M,keb


NIDN:1017039002

Jambi, februari 2020

Mengatahui

Kepala Jurusan Program Studi DIII Kebidanan

Stikes Keluarga Bunda Jambi

Rosa Riya,SKM,M.KES
NIDN:1022018701
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
DAFTAR BAGAN ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
C. Tujuan Masalah .......................................................................................
D. Manfaat Penelitiaan .................................................................................

BAB II TINJUAN PUSTAKAN


A. Asfiksia ...................................................................................................
B. Usia .........................................................................................................
C. Paritas ......................................................................................................
D. Kerangka Teori ........................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN


A. Kerangka Konsep ....................................................................................
B. Definisi Operasional ................................................................................
C. Hipotesis ..................................................................................................
D. Rancangan penelitian ..............................................................................
E. Populasi dan Sampel ...............................................................................
F. Pengumpulan Data ..................................................................................
G. Tempat dan waktu penelitian ...................................................................
H. Pengolahan Data ......................................................................................
I. Analisis Data ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas

karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

mengenai “Hubungan usia dan paritas dengan kejadian asfiksia neonatorum di

RSUD Mayjen H.A Thalib”

Dalam menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak

mendapatkan arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.

1. Ketua yayasan Sikes Keluarga Bunda Jambi Bpk.Hasan Basri

Nasution,SKM,M.KES

2. Ketua Sikes Keluarga Bunda Jambi ibu silvia mariana,SKM,M.KES

3. Ketua Studi DIII Kebidanan Keluarga Bunda Jambi Ibu Rosa Riya

SKM,M.KES

4. Pembimbing yang turut meluagkan waktu untuk memberikan masukan

dan arahan serta perbaikan-perbaikan yang sangat bermakna ini Ibu

Rini MustikaSari Kurnia Pratama S.SiT,M.Keb

5. Seluruh Dosen dan Staf Stikes Keluarga Bunda Jambi

6. Kedua orang tua tercinta, kakak dan keluarga besar yang tidak henti-

hentinya memberikan kasih saying, dukungan, do’a dan harapan yang

selalu menjadi semangat hidup di setiap langkah saya selama ini

7. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Stikes Keluarga Bunda Jambi.


Penulis menyadari bahwa penyusun Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran penulisan penulis

harapkan sebagai bahan perbaikan.

Jambi, Mei 2020

NURVIA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan bernafas secara spontan

dan teratur segera setelah lahir yang menyebabkan bayi terlihat lemah,

mengalami penurunan denyut jantung secara cepat, tubuh menjadi biru atau

pucat dan refleks-refleks melemah sampai menghilang. (WHO, 2015)

Menurut World Health Organization (WHO) angka kematian bayi

(AKB) menjadi indikator penting kesehatan pertama dalam menentukan

derajat kesehatan anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak

pada saat ini serta merupakan salah satu indikator penting dalam keberhasilan

pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan program kesehatan yang

dicangkan. Angka kematian bayi akibat asfiksia neonatorum didunia sebesar

11%. (WHO, 2015)

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator

penting untuk menilai kesehatan di masyarakat. Angka ini digunakan untuk

memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan

kesehatan. Program kesehatan Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan

tingkat kematian anak dan bayi yang cukup tinggi sebagai mana yang dituang

dalam rumusan Sustainable Development Goals (SDGs). (Kemenkes, 2015)

Pada tahun 2030 target SDGs untuk setiap negara adalah menurunkan

angka kematian bayi baru lahir setidaknya serendah rendahnya 12 per 1000
kelahiran hidup dan anak dibawah lima tahun setidaknya 25 per 1000

kelahiran hidup. Didunia diperkirakan 5,9 juta anak dibawah lima tahun

meninggal pada tahun 2015 dengan angka 42,5 per 1000 kelahiran hidup.

Dari data kematian tersebut, 45% adalah bayi baru lahir dengan angka

kematian bayi sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup. (Kemenkes, 2015)

Hasil SDKI tahun 2012 menyebutkan bahwa 29,76% dari kematian

neonatus disebabkan oleh asfiksia neonatorum. Laporan Dinas Kesehatan

Kota Padang menyebutkan bahwa penyebab kematian neonatus di Kota

Padang pada tahun 2014 sebesar 23,08% disebabkan asfiksia. Angka ini turun

dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 37% pada tahun 2013. Pada tahun 2012

sebesar34,8% dan 13,3% pada tahun 2011. (Dinas Kesehatan Kota Padang,

2014)

Angka Kematian Bayi di Provinsi Jambi menunjukkan kecenderungan

menurun dari tahun 1991 AKB di Provinsi Jambi sebesar 74 per 1.000

kelahiran hidup, pada tahun 2007 AKB Provinsi Jambi telah mencapai angka

39 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2010 masih berada diatas

angka nasional. Pada tahun 2012 AKB berdasarkan hasil SDKI 2012 Provinsi

Jambi berada diangka 34 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan nasional 32

per 1.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan Jambi, 2015)

Asfiksia adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur pada

saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan

oksigen O2 didalam darah rendah (hipoksemia), Hiperkarbia Pada CO2

meningkat dan asidosis. (Saputra, 2014)


Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat angka kematian bayi.

Menurut WHO (2012) asfiksia bayi baru lahir menepati penyebab kematian

ke 3 didunia dalam periode awal kehidupan. Penyebab asfiksia dapat berasal

dari faktor ibu yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum, antara lain

preeklampsia dan eklampsia, perdarahan antepartum ( Plasenta previa,

solusio Plasenta ), partus lama atau partus macet, demam selama persalinan,

infeksi berat, kehamilan serotinus, usia ibu lebih dari 35 tahun, dan paritas

lebih dari 4. ( Masruroh, 2016 )

Faktor penyebab asfiksia yang berasal dari janin adalah keadaan bayi

mungkin mengalami asfiksia walaupun tanda didahului gawat janin,

minsalnya persalinan sulit (letak sungsang, bayi Kembar, distosia Bahu),

kelainan kongenital, air ketuban bercampur mekonium, kelahiran prematur

dan berat badan lahir rendah, Adanya hipoksia dan iskemia jaringan

menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. (syafruddin,

2011)

Reprokduksi sehat dikenal dengan usia yang aman untuk kehamilan

adalah usia wanita usia 20-35 tahun. Usia 20-35 tahun adalah relative paling

aman dari segi reproduksi sehat dimana seorang ibu bisa mengandung dengan

aman selama kehamilan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Katriningsih Diboyolali menyatakan terdapat hubungan antara usia ibu

dengan kejadian asfiksia neonatorum menunjukkan usia ibu. (Junita Caroline,

Dkk, 2014)
Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup, paritas

yang tinggi memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan

yang dapat menyebabkan terganggunya transfort O2 dari ibu ke janin yang

akan menyebabkab asfiksia yang dinilai dari APGAR Score menit pertama

bayi lahir. (manuaba, 2010 )

Berdasarkan penelitian oleh Junita (2014) menyatakan bahwa faktor

yang berhubungan dengan kejadian asfiksia adalah usia dan paritas ibu dan

umur kehamilan. (Junita. 2014)

Berdasarkan Data Rekam Medik Di Rumah Sakit Umum Mayjen

H.Thalib Provinsi Jambi, di peroleh jumlah data kejadian asfiksia neonatorum

mengalami kenaikan di tahun 2016 sebanyak 79 kasus. D an pada tahun 2017

sebanyak 83 kasus dan pada tahun 2018 terjadi sebanyak 116 kasus.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik

untuk meneliti mengenai hubungan usia ibu dan paritas ibu dengan kejadian

asfiksia neonaterum di Rumah Sakit Umum Mayjen H.Thalib.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan usia dan

paritas ibu, dengan kejadian asfiksia neonaterum.

B. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan usia dan paritas ibu, dengan kejadian

asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Mayjen H.A Thalib.


2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Gambaran Kejadian Asfiksia Neonatorum di

RSUD Mayjen H.A Thalib.

b. Untuk Mengetahui Gambaran Usia Ibu Dengan Kejadian Asfiksia

Neonatorum Di RSUD Mayjen H.A Thalib.

c. Untuk Mengetahui Gambaran Paritas Ibu Dengan Kejadian Asfiksia

Neonatorum Di RSUD Mayjen H.A Thalib.

d. Untuk Mengetahui Hubungan Usia Dengan Kejadian Asfiksia

Neonatorum di RSUD Mayjen H.A Thalib.

e. Untuk Mnegetahui Hubungan Paritas Dengan Kejadian Asfiksia

Neonatorum di RSUD Mayjen H.A Thalib.

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Diharafkan hasil penlitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan

tentang hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian asfiksia

Neonatorum di RSUD Mayjen H.A Thalib.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Ahli Madya

pada Akademik Kebidanan keluarga Bunda Jambi, dan untuk

memberikan pengalaman yang berharga dan meningkatkan wawasan

serta pengetahuan terutama yang berkaitan dengan asfiksia

neonatorum.
b. Bagi Program Studi DIII kebidanan Stikes Keluarga Bunda Jambi

Dapat menambah informasi dan sebagai bahan bacaan bagi

penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan

memperbanyak variabel penelitian atau menggunakan metode

penelitian yang berbeda.

c. Bagi RSUD Mayjen H.A Thalib

Untuk tenaga kesehatan sebagai bahan masukkan dalam

penyusunan perencanaan pelayanan maternal dan neonataal terutama

penanganan kasus Asfiksia Neonatorum.

d. Bagi Peneliti lain

Sebagai bahan informasi mengenai hubungan yang

mempengaruhi kejadian Asfiksia Neonatorum.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ASFIKSIA

1. Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah kegagalan untuk memulai dan

melanjutkan pernafasan spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir.

Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia atau asfiksia primer dan

mungkin dapat bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa

saat setelah lahir atau asfiksia sekunder. (Fauziah, 2013).

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang

gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia

neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami

gangguan pertukaran gas dan dan transfor oksigen, sehingga penderita

kekurangan persediaan oksigen dan kesulitan dalam mengeluarkan

karbon dioksida (Karlina novvi, 2016)

2. Etiologi

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan

gangguan sirkulasi darah utero plasentaa sehingga pasokan oksigen ke

bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim dapat ditunjukkan

dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu dpat diketahui dapat menjadi penyabab

terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, di antaranya adalah faktor ibu,

tali pusat, bayi berikut ini.


a. Faktor ibu

1) Preeklampsia dan eklampsia

2) Perdarahan antepartum

3) Partuslama atau macet

4) Ketuban pecah dini

5) Demam selama persalinan

6) Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV )

7) Kehamlan postmaturn

8) Usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

9) Gravida empat atau lebih.( masruroh, 2016 )

b. Faktor bayi

1) Bayi premature ( sebelum 37 minggu kehamilan )

2) Persalinan sulit ( letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu,

ekstraksi vakum, forsef )

3) Kelainan kongenital

4) Ketuban bercampur mekonium ( warna hijau ).

c. Faktor tali pusat

1) Lilitan tali pusat

2) Tali pusat pendek

3) Simpul tali pusat.

4) Prolapsus tali pusat. (syafruddin, 2011)

3. Tanda dan gejala asfiksia


a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap atau pernafasan lambat

(kurang dari 30x per menit).

b. Pernafasan tidak teratur, dengkuran atau retraksi (pelekukan dada)

c. Tangisan lemah atau merintih

d. Warna kulit pucat atau biru

e. Tonus otot lemas dan ekstremitas terkulai

f. Denyut jantung tidak ada atau lambat (Bradikardia ) (kurang dari 100

x per menit ). (Kemenkes RI, 2016)

4. Dampak asfiksia

Terjadinya berbagai macam permasalah pada organ-organ vital,

diantaranya adalah:

a. Otak (hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi

selebralis)

b. Jantung dan paru ( hipertensi pulmunal persisten pada

neonaatorum, perdarahan paru, edema paru )

c. Gastrointestinal ( enterokolitis nekotrikans )

d. Ginjal ( tubular nekrosis akut ). ( Maryunani, 2013)

5. Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin

pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu

menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfriksia

tension ). Proses ini di anggap sangat perlu merangsang kemoreseptor

pusat pernafasan agar terjadi prymari gasping yang kemudian akan


berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai

pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Bila

terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama

kehamilan dan persalinan, akan terjadi asfiksia yang berat. Asfiksia yang

terjadi di mulai dengan suau periode apnu (primary apnu) disertai dengan

penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan

usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.

Pada bayi dengan asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi

selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (secondary apnu), pada

tingkat ini disamping brakikardi ditemukan pula penurunan tekanan

darah.(Syafrudin, 2011)

6. Gambaran klinik

Penilaian dilakukan pada bayi baru lahir :

a. Penilaian segera setelah bayi baru lahir

Penilaian segera setelah bayi baru lahir sangat penting

dilakukan dengan jalan menghadao bayi ke arah penolong agar

segera dapat mengamati. Lakukan penilaian cepat segera setelah bayi

lahir, apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas

megap-megap atau tidak bernafas. Indikasi ini menjadi dasar

keputusan apakah bayi perlu resusitasi.

b. Nilai Apgar

Nilai Apgar merupakan metode obyektif untuk menilai kondisi

bayi baru lahir dan berguna untuk memberikan informasi mengenai


keadaan bayi secara keseluruhan dan keberhasilan tindakan

resusitasi.

Nilai Apar donilai pada menit 1 kemudian pada menit ke 5,

jika nilainya pada menit ke 5 kurang dari 7, tambahan penilaian

harus dilakukan setiap 5 menit sampai 20 menit. Nilai ini tidak

digunakan untuk memulai tindakan resusitasi atau menunda

intervensi pada bayi dengan depresi sampai penilaian menit pertama.

Nilai -3 merupakan asfiksia berat, nilai 4-6 asfiksia sedang dan nilai

7-10 adalah normal. (Masruroh, 2011)

Berikut ini tabel nilai Apgar :

Tabel 2.1

Tabel penilaian apgar score

Klinis 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak Ada <100x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Menangis lemah, Baik, menangis
hipoventilasi
Reflek rangsangan Tidak ada Sedikit Menangis atau
respon aktif
Tonus Lemes Sedikit fleksi Gerakan aktif
Warna Kulit Biru pucat Badan merah, Seluruh tubuh
ektremitas merah
(Masruroh, 2011)

7. Penegakan Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa dapat dilakukan dengan berbagai cara

dan pemeriksaan, berikut ini :

a. Anamnesis, di arahkan untuk mencari faktor resiko terhadap

terjadinyaasfiksia neonatorum.
b. Pemeriksaan fisik, memperhatikan sama dan kelihatan tanda-tanda

berikut atau tidak, antara lain :

1) Bayi tidak bernafas dan menangis

2) Denyut jantung kurang dari 100x/menit

3) Tonus otot menurun

4) Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur meknium atau

bisa sisa mekonium pada tubuh bayi.

5) Berat badan lahir rendah

c. Pemeriksaan penunjang

1) Foto polos dada

2) USG kepala

3) Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit.

( Maryunani, 2013 )

8. Penatalaksanaan asfiksia

Menurut Kemenkes RI, 2014, penatalaksanaan asfiksia adalah sebagai

berikut :

a. Persiapan resusitasi bayi baru lahir

1. Persiapan keluarga

Memberikan penjelasan kepada ibu dan keluarga tentang

kemungkinan diperlukan tindakaan resusitasi.

2. Persiapan tempat resusitasi

Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, dan bersih, dan kering

minsalnya meja, dipan atau diatas lantai bertikar.


3. Persiapan alat resusitasi

a. Kain ke 1 : untuk mengeringkan bayi

b. Kain ke 2 : untuk membungkus bayi

c. Kain ke 3 : untuk ganjala kain bayi

d. Alat penghisap lendir de lee

e. Tabung dan sungkup

f. Kontak alat resusitasi

g. Sarung tangan

h. Jam

b. Tindakan resusitasi pada bayi baru lahir

Kira-kira 10% bayi baru lahir memerlukan bantuan untuk

memulai pernafasan saat lahir dan kurang dari 1% memerlukan

resusitasi ekstensif (lengkap) untuk kelangsungan hidupnya. Tindakan

resusitasi dilakukan bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap,

tindakan dilakukan dalam beberapa tahap.

1. Tahap 1: langkah awal

Pada umumnya manajemen asfiksia bayi baru lahir tersebut cukup

untuk merangsang bayi bernafas spontan dan teratur.

2. Tahap II : ventilasi

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukkan

sejumlah volume udara ke dalam paru agar bisa bernafas spontan

dan teratur.
3. Tahap III : Asuhan paska resusitasi

Asuhan paska resusitasi pelayanan kesehatan paska resusitasi

yang diberikan baik kepada bayi baru lahir ataupun ibu dan

keluarga (Purnama Ningrum, 2010)

Penatalaksanaan asfiksia pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

a. Langkah awal dalam stabilisas

1) Memberikan kehangatan

Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warnet)

dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh

bayidan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh.

2) Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepala

a. Bayi diletakkan terlentang dengan leher sedikit tengadah

dalam posisi menghidu agar posisi faring, laring, dan

trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah

masuknya udara.

b. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi

dengan balon atau sungkup dan untuk pemasanan

pipaendotrakeal.

3) Bersihkan jalan nafas sesuai keperluan aspirasi mekonium saat

proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi.

a. Salah satu pendekatan obstetrik yang digunakan untuk

mencegah asprasi adalah dngan melakukan penghisaapan

mekonium sebelum lairnya bahi/inpartum suctioning .


b. Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion dan bayi

tidak bugar (bayi mengalami defresi pernafasan, tonus otot

kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit ).

c. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan

laringoskop dan selang endotrakeal kedalam trakea,

kemudian dengan kateter penghisapan dilakukan

pembersihan daerah mulut, laring dan trakea sampai

glottis.

d. Bila terdapat mekonium dalam cairan amnion namun bayi

tampak bugar, pembersihan secret dari jalan nafas

dilakukan seperti pada bayi tanpa meconium.

4) Mengeringkan bayi, merangsang pernafasan dan meletakkan

pada posisi yang kuat.

a. Bila setelah posisi yang benar penghisapan sekret dan

pengeringan, bayi belum bernafas adekuat, maka

perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau

menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung

tubuh atau ekstremitas bayi

b. Ventilasi tekanan positif

c. Kompresi dada

d. Pemberian epinefrin

( purnamaningrum, 2010)
9. Manajemen resusitasi

Langkah – langkah resusitasi sebaga berikut :

a. Hangatkan kulit bayi dibawah pemancar panas atau lampu sorot

b. Posisikan kepala bayi sedikit mengadah keatas (ekstensi)

c. Isap lendir dari mulut dan hidung

d. Keringkan tubuh bayi

e. Berikan rangsangan taktil

f. Nilai usaha bayi bernafas, warna kulit, dan denyut jantung

g. Bila bayi tidak bernafas lakukan VTP selama 30 detik kecepatan 40-

60 kali permenit kemudian nilai usaha bernafas, warna kulit, dan

denyut jantung bayi (setiap selesai melakukan bantuan nafas setiap

30 detik).

h. Bila bayi sdah dapat bernafas normal lakukan asuhan BBL paska

resusitasi Bila ada tada – tanda perbaaikan tetapi bayi belum dapat

bernafas lakukan rujukan. (Wiknyosastro, 2008).

B. Usia Ibu Hamil

Usia adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan-

penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di

dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.

(Notoatmodjo, 2016, 20)

Menurut Elizabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Hurlock (1998), semakin cukup umur, tingkat


kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. (Wawan, 2010, 17)

Bagian komponen dari status reproduksi adalah umur ibu dan jumlah

paritas atau jumlah persalinan. pada kelompok ibu berumur 20-30 tahun

angka kematian ibu lebih rendah dibandingkan dengan kelompok ibu berunur

kurang dari 20 tahun, dan dibanding dengan kelompok ibu berumur 35 tahun

atau lebih. Umur, tinggi badan dan berat badan wanita merupakan faktor

resiko kehamilan. ( Menurut Chi, dkk (2009)

Pada umur kurang dari 20 tahun, organ-organ eproduksi belum

berfungsi dengan sempurna, sehingga bil terjadi kehamilan dan persalinan

akan mudah mengalami komplikasi. Selain itu, kekuatan otot-otot perineum

daan otot-otot perut belum bekerja secara optimal. (saifudin, 2009)

Umur yang baik bagi ibu hamil adalah 20-35 tahun. Kehamilan

dibawah umur 20 tahun atau lebih 30 tahun merupakan kehamilan yang

berisiko tinggi. Kehamilan pada usia muda merupakan faktor resiko karena

pada umur <20 tahun kondisi ibu masih dalam pertumbuhan sehingga asupan

makanan lebih banyak digunakan untuk mencukupi kebutuhan ibu.

Sedangkan kehamilan lebih dari 35 tahun organ reproduksi kurang subur serta

memperbesar resiko kelahiran dengan kelainan kongenital dan beresiko

mengalami kehamilan prematur. (Sistriani, 2008)

C. Paritas

Paritas adalah jumlah kelahiran bayi dengan umur kehamilan 22

minggu atau lebih yang mampu hidup diluar kandungan. (Amiruddin, 2014)
Paritas adalah seseorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang

dapat hidup (viabel ). Jenis paritas ibu yang sudah partus adalah sebagai

berikut:

1. Nullipara

Nulipara adalah wanita yang belum perah melahirkan bayi yang mampu

hidup

2. Primipara

Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yang telah

mencapai tahap mampu hidup.

3. Multipara

Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan dua janin atau lebih.

4. Grandmultipara

Grandmultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih .

Pada multipara biasanya lebih banyak penyulit dalam kehamilan dan

persalinan. (Prawiroharjo, 2012)

Paritas yang rendah atau ( paritas satu ) menunjukkan

ketidaksiapan ibu dalam menangani komplikasiyang terjadi dalam

kehamilan, persalinan dan nifas. Paritas satu berisiko karena ibu belum

siap secara medis maupun secara mental. Paritas yang tinggi

memungkinkan terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat

menyebabkan terganggunya transfort O2 dari ibu ke janin yang akan

menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari APGAR Score menit

pertama setelah lahir. ( Manuaba, 2010)


Bagan 2.2
Kerangka Teori
Faktor ibu

1. Preeklampsia / eklampsia
2. Perdarahan antepartum
3. Infeksi berat
4. Kehamilan lewat waktu
5. Anemia
6. Partus lama atau macet
7. Demam dalam kehamilan
8. Usia ibu
9. Paritas ibu

Faktor Bayi :
1. Bayi premature
2. Persalinan sulit
Asfiksia Neonatorum
3. Kelainan kongenital
4. Ketuban bercampur
mekonium( warna
hijau ).

Faktor tali pusat

1) Lilitan tali pusat


2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat.
4) Prolapsus tali pusat.

Sumber : ( Masruroh, 2016 ; Syafrudin, 2011 )


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangaka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, maka kerangka konsep penelitian ini

disesuaikan dengan pendapat Cunningham (2006, 951-962). Dari kerangka

teori yang sudah dibahas peneliti tidak mengambil keseluruhan variabel dari

setiap faktor, hal ini karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Maka dalam

kerangka konsep ini yang menjadi variabel bebas yaitu usia dan paritas,

sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah kejadian asfiksia

neonatorum. Secara Skematis kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variabel Terikat

Usia

Asfiksia neonatorum

Paritas ibu

B. Definisi Operasional

Berdasarkan variabel pada kerangka konsep penelitian, maka penulis

memberikan batasan-batasan dalam defisiensi operasional sebagai berikut.


Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara/Alat/Skala


Asfiksia Peristiwa dimana bayi baru Cara : Melihat data Rekam Medik
neonatorum lahir yan tidak dapat segera Alat : Lembar Checklist
bernafas spontan (Novvi, Skala : Ordinal
2016 ) Hasil :
1. Tidak Mengalami asfiksia
neonatorum jika nilai Apgar
Score > 10
2. Mengalami asfiksia neonatorum
< 10
( Masruroh, 2011)
Usia Lamanya kehidupan Cara : Melihat Data Rekam Medik
seseorang dihitung sejak Alat : Lembar Checklist
tahun lahir sampai tahun saat Skala : Ordinal
dilakuka penelitian dihitung Hasil :
dengan angka tahun. 1. Tidak Beresiko jika usia 20-35
(Nursaalam, 2003) tahun
2. Beresiko jika usia < 20 tahun atau
> 35 tahun. (Sistriani, 2008)
Paritas Jumlah kelahiran yang pernah Cara : Melihat Data Rekam Medik
dialami ibu sejak pertama Alat : Lembar Checklist
hamil hingga saat ibu Skala : Ordinal
melahirkan anak terakhir Hasil :
dengan aterm atau pre-aterm 1. Tidak beresiko jika paritas 2-3
tidak termasuk abortus. 2. Beresiko jika paritas 1 dan > 3
(Manuaba, 2010) (Manuaba, 2010)

C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan peneliti

(Notoadmodjo, 2016). Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan

baru didasari pada teori.

Hipotesis penelitian ini adalah

1. Adanya hubungan antara usia dengan kejadian asfiksia neonatarum. di

RSUD Mayjen H.A Thalib.

2. Adanya hubungan paritas dengan kejadian Asfiksia Neontorum di RSUD

Mayjen H.A Thalib.

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan case control dengan

pendekatan retrospektif yaitu efek (penyakit atau status kesehatan)

diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau

terjadi pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia

dan paritas dengan kejadian asfiksia neonatarum. di RSUD Mayjen H.A

Thalib Tahun 2020.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Notoatmodjo (2016, 115), populasi penelitian adalah

keseluruhan objek yang diteliti. Berdasarkan dengan pengertian tersebut

maka populasi dalam penelitian ini adalah kelompok kasus seluruh bayi

yang mengalami asfiksia neonatorum di RSUD Mayjen H.A Thalib tahun

2018 yang berjumlah 116 orang dan kelompok kontrol adalah seluruh
bayi baru lahir di RSUD Mayjen H.A Thalib tahun 2018 berjumlah 762

orang.

2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2016, 115), sampel adalah sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Sampel kasus yang digunakan adalah seluruh

bayi yang mengalami asfiksia neonatorum di RSUD Mayjen H.A Thalib

Tahun 2018. Sampel di ambil dengan Total sampling dengan jumlah

seluruh bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum di RSUD

Mayjen H.A Thalib tahun 2018 sebanyak 116 kasus.

Sedankan sampel kontrol dalam penelitian ini adalah seluruh bayi

baru lahir berdasarkan buku register di RSUD Mayjen H.A Thalib yang

diambil dengan rasio 1:1 sesuai dengan jumlah bayi baru lahir dengan

teknik Simple Random Sampling.

Dalam penelitian ini berjumlah 232 responden yang terdiri dari 116

Kasus dan 116 Kontrol.

F. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Umum

Data yang terdiri dari data geografi dan data demografi RSUD

Mayjen H.A Thalib.

b. Data Khusus

Yaitu data hasil penelitian hubungan usia dan paritas ibu terhadap

kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Mayjen H.A Thalib.

2. Sumber Data
Data yang di peroleh dari pihak lain yaitu data tentang asfiksia

neonatorum dari Rekam Medik Mayjen H.A Thalib.

3. Cara Pengumpulan data

Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder

yang diperoleh dari rekam medik RSUD Mayjen H.A Thalib.

4. Instrumen Penelitian/ Alat pengukuran data

Instrumen yang digunakan adalah lembar check list, yaitu salah

satu alat observasi, yang ditujukan untuk memperoleh data.

Alat ukur yang digunakan adalah data dari Rekam Medik tentang

hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di

RSUD Mayjen H.A Thalib.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Mayjen H.A Thalib di ruang

Rekam Medik pada tahun 2020. Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan

Juni Tahun 2020.

H. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan,

sebagai berikut :

1. Editing (penyunting)

Editing yaitu merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan

isi formulir, kuesioner atau medical record.

2. Coding (pengkodean)
Memberikan kode pada setiap data yang ada, maksudnya adalah

memberikan kode berupa angka atau huruf.

a. asfiksia neonatorum

1. Tidak mengalami asfiksia neonatorum jika nilai Apgar score >10

2. Mengalami asfiksia neonatorum jika nilai Apgar score < 10

b. Usia

1. Tidak Beresiko jika usia 20-35 tahun

2. Beresiko jika usia < 20 tahun atau > 35 tahun

c. Paritas

1. Tidak Beresiko jika paritas 2-3

2. Beresiko jika paritas 1 atau > 3

3. Pengelompokan/klasifikasi data

a. bayi yang mengalami asfiksia neonatorum dan bayi yang tidak

mengalami asfiksia neonatorum.

b. Ibu beresiko jika usia < 20 tahun atau > 35 tahun, usia ibu tidak

beresiko 20-35 tahun.

c. Ibu beresiko jika paritas 1/>3, ibu tidak beresiko jika jika paritas 2-3.

4. Saving

Data yang telah diperiksa dan diberi kode masukkan dan disimpan

ke dalam program komputer untuk di analisa.

5. Tabulating

Tabulasi data secara manual dan komputerisasi.

I. Analisis Data
1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2016, 182). Analisis yang dilakukan secara univariat ini

adalah karakteristik responden, variabel independen, dan variabel

dependen.

2. Analisa Bivariat

Anlisis bivariat bertujuan untuk mempelajari antara 2 variabel yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Selanjutnya dilakukan analisis

hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan tabel silang dilakukan

Uji Statistik yaitu chi-square, dengan menggunakan derajat kepercayaan

95%.

Uji chi-square tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

fo−fe
X2¿ ∑( )
fe

Keterangan :

X2 = nilai Chi-Quadrat

fo = frekuensiyang diobservasi

fe = jumlah frekuensi yang diharapkan

Dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Perhitungan person Chi-square dipakai bila tabel lebih dari 2x2

misalnya 3x2, 2x3 dan seterusnya.

b. Perhitungan continuity correction dipakai bila tabel 2x2 dan tidak

ada nilai expection (E) kurang dari 20% dari jumlah sel tabel.
c. Perhitungan fisher”s exact test dipakai bila tabel 2x2 dan dijumpai

nilai expection (E) kurang dari 5 kurang dari 20% dari jumlah sel

dalam tabel.

Penelitian ini menghubungkan ada tidaknya hubungan secara

statistic antara variabel bebas dan variabel terikat yang diuji. Dalam

penelitian ini, untuk mencari adanya hubungan atau tidak dilakukan

dengan Uji Chi Square. Tingkat kepercayaan 95%, dengan p-value > 0,05

artinya tidak ada hubungan yang bermakna atau Ho ditolak dan apabila p-

value ≤ 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna atau Ho diterima.


DAFTAR PUSTAKA
Badan pusat statisik (2012). Survey Demografi kesehatan indonesia ( SDKI )
2012.
Cuningham, et al., 2012. Obstetri Williams. Cetakan 23, EGC, Jakarta. 774-797
Department Kesehatan Republik Indonesia, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Indonesia. (Riskerdas).2007

Dinas Kesehatan Kota padang. (2014). Laporan Tahunan 2014 Edisi


2015.Gambaran Faktor Resiko kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
Di Instalasi Kebidanan Dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2016. Diakses Tanggal 26 Januari 2019
DinKes. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2015. Diakses Tanggal 26 Januari
2019
Fauziyah, Yulia. 2013. Obstetri Patologi Untuk Mahasiswa kebidanan dan
Keperawata. Penerbit Nuha Medika. Yogyakarta.

Gilang, Natoatmodjo H, Rakhmawatie Dian M. (2012) Faktor-faktor yang


berhubunan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUP Tugurejo
Semarang: Universitas Muhamadiyah.

Harianto, Sarumpaet, S. M., & Rasmaliah. (2012). Faktor-faktor yang


mempengaruhi terjadinya asphyxia neonatorum di Rumah Sakit Umum
ST Elisabeth Medan tahun 2007-2012.

Junita. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia


Neonatorum di RSUP Prof. Dr. R.. D. Kandou Menado. Volume 2, Nomor
1, Tahun 2014. Junrnal Ilmiah Bidan. Manado

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
RI.http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf Diakses tanggal 29
Januari 2019.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Kesehatan dalam kerangka Sustainable


development goals (SDGs)

Karlina, Novvi, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal &


Neonatal. Penerbit In Media. Bogor.
Katriningsih. Hubungan antara faktor ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di
RSU pandan Arang Kabupaten Boyolali. (2009).[update http://media.neliti
.com hubungan usia dan paritas ibu dengan kejadian asfeksia neonatorum,
di akses 27 Januari 2019]
Manuaba. 2010. Ilmu Kandungan nuha medika. Penerbit Nuha Medika Jakarta
Masruroh, 2016.Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Nuha
Medika. Yogyakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka


Cipta. Jakarta.
Prabamurti P N. Analisis Faktor resiko status kematian Neonatal Studi Kontrol di
Kecamatan Losari Kabupaten brebes, (2006)[di akses19 maret 2019].
Ejurnal.undip.ac.id/ index.phpsrticel.
Prawirohardjo, sarwono (2014) . Ilmu kebidanan . Jakarta : PT. Bina pustaka
sarwono Prawirahardjo
Rekam Medik. 2017. Hubungan Usia dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
asfiksia. RSUD Mayjen H.A Thalib
Rochwati, S. (2014). Hubungan antara usia pada ibu bersalin dengan kejadian
asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD. Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 5(2), 43-48
Saputra, Lyndon. (2014) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tanggerang Bina
Aksara.
Sarwono, dkk, 2015. Fisiologo Manusia. Jakarta: EGC
Selly F M. Kejadian asfiksia neonatorum Di RSUP DR. M. Djamil Padang.
(2010) [diakses 20 maret 2019] dari http//repository.unand.ac.id
Sukardi, E. P., Tangka, J. W., & Luneto, S (2015). Analisis faktor ibu dengan
kejadian asfiksia neonatorum. Buletin Sariputra, 2(1), 94-101
Syafruddin, dkk. 2011. Untaian Materi Penyuluhan KIA.CV. Trans Info Media.
Jakarta
https://www.gogle.co.id/search?q=jambi+dalamasfiksia&oq=jambi=chom.
Diakses pada tanggal 25 Februari 2019
Hromehttp://www.gogle.co.id/search?
q=data+dalam+angka+kematian+bayi+provinsi+jambi&aqs=chrom.Diaks
es pada tanggal 16 Januari 2018
http:/www.depkes.go.id/resoueces/dowload/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2016.pdf.Diakses pada tanggal 20
Februari 2019.

Anda mungkin juga menyukai