Terimah kasih kepada ibu Ayisah Ansi, S,.ST. M.Kes. selaku pembimbing
I dan Bapak Ahmad Amiruddin, SKM.M.KES. selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan sumbangan pikirannya dalam memberikan arahan
kepada penulis dari awal hingga selesainya penyusunan Proposal ini. Selama
penyusunan Proposal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, baik moril
maupun materi sehingga dapat menyelesaikan Proposal ini dengan baik.
3. Segenap dosen dan staf Diploma III Kebidanan Politeknik Baubau yang telah
membekali ilmu pengetahuan dan bimbingan selama peneliti mengikuti
pendidikan.
6. Terima kasih kepada OM tercinta “La Edi,.SE” dan tanteku yang tersayang
“Dewi Hartati.,S.Pd”. yang telah mengajarkan etika, berkomunikasi. Dan
bimbingan selama ini.
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kematian seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari setelah
kehamilan berakhir dengan sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan
Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika
Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Sedangkan, laporan
39/100.000 KH (WHO,2014)
Indonesia pada tahun 2009 dan angka ini menyebabkan Indonesia termasuk dalam
terjadi penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) sejak tahun 1991 yaitu sebesar 68
per 1.000 kelahiran hidup menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup menurut SDKI
2007. 3 Namun, angka tersebut masih jauh dari target 2 Millennium Development
Goals (MDGs) ke 4 yang berisi target untuk menurunkan angka kematian bayi
(AKB) pada tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Disamping itu,
bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi sebesar 25% pada
tahun 2011 hingga 2016, menjadikan perlunya mempelajari faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi luaran maternal dan perinatal, khususnya pada pada
persalinan prematur sehingga dapat menekan angka mortalitas dan morbiditas ibu
lain-lain (retensio urine, asma bronkial,febris, post sectio caesarea, sesak nafas,
sesak nafas post sectio caesarea, dekompensasi cordis, plasenta previa, komplikasi
kematian.
Di ketahui bahwa Angka Kematian Ibu dalam waktu lima tahun terakhir
menunjukkan trend menurun yakni dari tahun 2011 terdapat 342 AK/100.000 KH,
tahun 2012 sebesar 277, tahun 2013 sebesar 240, tahun 2014 sebesar 205 dan
yaitusebesar 105 AKI/100.000 KH, dapat dikatan bahwa target tersebut tidak
tercapai, meskipun angkanya terus menurun dan telah menghampiri angka terget
usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat di kenal bahwa usia aman untuk
pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai
5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal meningkat kembali sesudah usia
Data yang di peroleh dari bagian rekam medik RUSD Kota Baubau tahun
tahun 2017 banyaknya persalinan normal adalah 510 orang dengan kejadian
tahun 2017 (Juni sampai Desember) sebanyak 883 orang. Dengan banyak
kejadian partus prematur pada bulan Juni- Desember 2017 sebanyak 32 kasus.
Berkaitan dengan informasi tersebut, ada beberapa penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya oleh Julia Sitti khadija pada tahun 2016 dengan judul
hubungan umur, paritas dan manajemen aktif kala III dengan kejadian partus
dapatkan nilai yang signifikan lebih rendah dari taraf signifikan 0,05 sehingga di
nyatakan bahwa hubungan antara paritas, umur dan partus prematur. Selain itu,
partus prematur pada ibu bersalin di dapatkan tidak adanya hubungan jarak
untuk meneliti tentang “ Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Bersalin Dengan
Kejadian Partus Prematur Di BLUD RSUD Kota Baubau Periode Juni -Desember
2017”.
1. Identifikasi
mulai dari faktor usia dan paritas. Partus prematur sebagai sala satu penyebab
perdarahan postpartum pada ibu yang merupakan masalah yang cukup penting
sebagai berikut :
Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah (BLUD RSUD) Kota
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara paritas dan usia ibu bersalin dengan kejadian
Desember 2017.
2. Tujuan Khusus
BLUD RSUD
prematur.
2. Bagi Institusi
kebidanan selanjutnya.
3. Bagi Mahasiswi
2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
kehamilan, yaitu:
b. Klasifikasi Prematur
prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan
dalam kelompok:
c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat
prematur melainkan dengan peningkatan cedera otak pada bayi yang lahir
yang mengonsumsi alkohol lebih dari satu gelas per hari dapat
2012).
lebih banyak dan infeksi pada vagina, sementara wanita usia yang lebih
(Chalermchockcharoenkit, 2002).
3. Infeksi cairan amnion dan korion
Factor (PAF) yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik
pada aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF diduga dihasilkan dari paru dan
f. kehamilan ganda/gemeli
g. polihidramnion
2. Ibu
b. diabetes mellitus
c. preeklamsia/hipertensi
f. stress psikologik
perinatal, melainkan bayi prematur sering disertai kelainan, baik kelainan jangka
pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi
duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa serebral palsi,
Bayi yang lahir sebelum 32 minggu memiliki risiko yang sangat besar
akan kematian dan kesehatan yang buruk di masa kehidupannya, begitu juga
dengan bayi yang lahir di antara 32 sampai 36 minggu masih tetap memiliki
masih imatur yang masih belum siap untuk mendukung kehidupan di lingkungan
persalinan prematur didasarkan pada pemeriksaan klinis dari kontraksi uterus dan
perubahan seviks. Keadaan yang lebih sulit adalah ketika pasien mengalami
kontraksi yang regular tetapi dengan dilatasi serviks yang minimal. Bila pasien
dengan usia kehamilan di bawah 37 minggu, kontraksi uterus yang regular dengan
diagnosis ancaman persalinan prematur. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada
a. kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali
c. perdarahan bercak
2002)
benda atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misal; umur manusia
dikatakan 15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu imur itu dihitung,
sehingga perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai
dengan waktu perhitungan usia (Depkes, 2010 dalam profil kesehatan indonesia).
Menurut Bobak (2013 dalam buku ajar keperawatan maternitas edisi 4),
usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yanh
sehat dan aman adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia > 35 tahun terikat dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering
Usia yang kemungkinan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan dan
persalinan yaitu umur 20-35 tahun. Karena pada usia tersebut rahim sudah siap
menerima kahamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan
dirinya sendiri. Sedangkan umur < 20 tahun atau > 35 tahun merupaka resiko
tinggi kehamilan dan persalinan. Dengan demikian diketahui bahwa umur pada
saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun
mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Ibu yang berumur
dan kejiwaan yang belum bersedia menjadi ibu yang dapat mengakibatkan
macet, kematian neonatus dan perinatal. Demikian juga ibu yang berumur di atas
dan persalinan seperti perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus
lama. Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun ampai 35 tahun.
Kenyataannya sebagai perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun sampai 35
tidak sedikit pula yang mengandung di atas usia 35 tahun. Padahal kehamilan
yang terjadi di bawah usia 20 tahun maupun di atas usia 35 tahun termasuk
poertama diusia 35 tahun ke atas, yaitu sekita 20%. Keguguran terjadi dibawah
usia 16-20 minggu. Kalaupun lahir pada usia 20, 36 atau 40 minggu, bayi lahir
prematur dan berat badan sekitar 2,5 kg. Kalau bayi telah melewati usia tersebut,
bayi akan lahir matang karena telah cukup umur (Evariny, 2013 dalam skripsi
Menurut penelitian Erlina (2011 dalam skripsi Desi Darma Setia) Resiko
terjadinya koplikasi pada kehamilan seperti abortus dan persalinan yang dapat
menyebabkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun
dibandingkan dengan fungsi reproduksi normal yaitu pada usia 20-34 tahun
sehingga kemungkinan komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan lebih
besar.
Tinggi umur Ibu) umur ibu dengan kejadian persalinan permatur dapat
Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada,
indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin
lanjut usia wanita, maka resiko terjadi persalinan prematur, makin meningkat
karena menurunya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnnya resiko
terjadinya kelainan kromosom. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian kelainan
kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah kejadian tumor mioma uteri pada ibu dengan usia lebih tinggi dan lebih
b. Kategori Usia
Menurut Prawirohardjo (2009), usia yang ideal bagi seorang wanita untuk
hamil dan melahirkan adalah dalam rentang 20-30 tahun. Jarak yang aman untuk
hamil dan melahirkan adalah usia 20 – 30 tahun dengan jarak melahirkan yang
aman dari anak yang satu ke anak berikutnya adalah 3-5 tahun, sehingga
diharapkan selama masa suburnya wanita hanya melahirkan 2 orang anak saja dan
Faktor yang menyebabkan ibu hamil dengan resiko tinggi antara lain umur
ibu yang tergolong risiko tinggi ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun (Rochdjati, 2003).
kelahiran premature, bayi berat lahir rendah, kematian janin dalam rahim,
2012).
hasil terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu saat kehamilan dengan
kejadian plasenta previa. Wanita yang hamil di atas usia tiga puluh lima tahun
menghadapi resiko yang 14 lebih besar untuk mengalami masalah medis seperti
masalah plasenta dan komplikasi persalinan. Hal ini merupakan faktor resiko
a. Definisi Paritas
anak yang pertama sampai anak yang terakhir. Kondisi rahim dipengaruhi juga
oleh jumlah anak yang dilahirkan (Bobak, 2013 dalam buku ajar keperawatan).
partum primer. Pada paritas yang rendah (paritas satu) dapat menyebabkan
ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidaka mampu
dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalina dan nifas.
(paritas lebih dari tiga) maka uterus semakin lemah sehingga besar resiko
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan
pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan
paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca
persalinan lebih tinggi lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko
pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan
risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana
Menurut penelitian Pertiwi (2013) bahwa paritas lebih dari tiga bermakna
proporsi ibu yang mengalami perdarahan post partum primer dengan paritas 1
sebesar 12 %, paritas 2-3 sebesar 40 % dan paritas lebih dari 3 sebesar 48 %, serta
terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan post partum
proporsi ibu yang mengalami perdarahan post partum primer dengan paritas > 4
yaitu 69 % dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas
terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak antar kelahiran yang terlalu dekat dapat
(19972) yang dikutip Pardosi (2013) menyebutkan jarak antar kelahiran sebagai
dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi uterus menjadi
kurang baik. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi
Bila jarak antar kelahiran dengan anak sebelumnya kuirang dari 2 tahun,
rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini
Selain itu, pada jarak kelahiran yang terlalu rapat (< 2 tahun) akan
mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang baik dan kesehatan ibu mundur
secara progressive. Hal ini menyebabkan angka kejadian perdarahan post partum
lebih tinggi. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi
proporsi kasus dengan jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun sebesar 41 %
dengan OR jarak antar kelahiran 2,62. Hal ini berarti ibu yang memiliki jarak
antar kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko 2,82 kali mengalami perdarahan
pasca persalinan.
B. Kerangka Konsep
usia kehamilan sebelum 37 minggu atau dengan berat janin kurang 2.500 gram.
komplikasi parsalinan prematur antara lain umur ibu dan paritas ibu.
Kejadian Persalinan
Prematur
Paritas Ibu
= Hubungan
C. Hipotesis Penelitian
RSUD Kota Baubau periode Juni sampai dengan Desember tahun 2017.
METODE PENELITIAN
kuantitatif dengan menggunakan metode croos sectional yaitu dimana data yang
menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu
yang bersamaan, dengan tujuan untuk menganalisa hubungan antara umur dan
paritas ibu dengan kejadian partus prematur di BLUD RSUD Kota Baubau
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
berupa data yang didapat dari dokumen, laporan, rekam medik, dan internet.
Selain itu, penelitian ini menggunakan data time series yaitu data deret waktu
(mingguan, bulanan, tahunan) seperti data mengenai jumlah ibu bersalin pada
periode Januari sampai Desember 2017, untuk mengetahui hubungan antara umur
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Rekam Medik
lembar observasi dan dokumentasi yang diisi langsung oleh peneliti yang
2. Sampel Penelitian
Tabel 3.1
Operasional
persalinan. tahun.
jumlah anak
dalam
keluarga 1-3
orang.
premature, prematur.
berat janin
antara 1000-
2500 gram.
1. Pengolahan Data
Menurut Aziz, AH (2011), data yang telah dikumpulkan secara menual
a. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua data sekunder yang
b. Coding
Pada tahap ini peneliti memberi kode secara berurutan dalam kategori
data. Kode yang digunakan pada peneliti ini adalah kode responden yang diawali
c. Transfering
ke dalam master tabel atau database computer. Data yang telah diberi kode
disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk
d. Tabulating
telah dibuat pada variabel dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribuasi
frekuensi untuk menghitung nilai total pada setiap kolom dari tabel dan data hasil
penelitian.
a. Analisa Univariat
tiap variabel bebas yang berupa umur dan paritas ibu, dengan variabel terikat yang
berupa kejadian partus prematur. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.
b. Analisa Bivariat
Analisis dilakukan dengan metode non parametik yaitu uji statistik Chi
pengolahan data maka akan ditarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut.
1) Jika nilai p < a maka, ada hubungan antara variabel dependent dengan
independent.
2) Jika nilai p > a maka, tidak ada hubungan antara varibel dependent
dengan dependent.
Semua perhitungan menggunakan program komputer yaitu berupa SPSS
1) Bila tabelnya 2x2, dan tidak ada nilai Expected (harapan) / E < 5, maka
2) Bila tabelnya 2x2, dan ada nilai Expected (harapan) / E<5, maka uji yang
3) Bila tabelnya lebih dari dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dll, maka digunakan
1. Lokasi Penelitian
penelitian yang serupa yang telah dilakukan di BLUD RSUD Kota Baubau
2017. Selain itu, BLUD RSUD Kota Baubau merupakan sala satu rumah
2. Waktu Penelitian