Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, penulis panjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah


SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah serta kasih Ilmiah dengan
judul “Hubungan Umur dan Paritas dengan Kejadian Persalinan Prematur
di BLUD RSUD Kota Baubau Periode Juni –Desember 2017” yang
merupakan sala satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III
Kebidanan Politeknik Baubau.

Dalam penyusunan Proposal ini tentunya tidak lepas dari dukungan


berbagai pihak yang telah banyak memberikan dorongan dan bimbingan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan baik.

Terimah kasih kepada ibu Ayisah Ansi, S,.ST. M.Kes. selaku pembimbing
I dan Bapak Ahmad Amiruddin, SKM.M.KES. selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan sumbangan pikirannya dalam memberikan arahan
kepada penulis dari awal hingga selesainya penyusunan Proposal ini. Selama
penyusunan Proposal ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, baik moril
maupun materi sehingga dapat menyelesaikan Proposal ini dengan baik.

Oleh karena itu, dengan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada :

1.Bapak Muhammad Risal Tawil, M.Kes, Selaku Ketua Yayasan Politeknik


Baubau.

2. Bapak Sapril, SKM.,M.Sc, selaku Direktur Politeknik Baubau.

3. Segenap dosen dan staf Diploma III Kebidanan Politeknik Baubau yang telah
membekali ilmu pengetahuan dan bimbingan selama peneliti mengikuti
pendidikan.

4. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta “La Basri” dan ibunda


tersayang”Hasfa” yang telahmelahirkan, mendidik,dan membimbing penulis
menjadi sosok anak yang kuat dan sabar. Terimah kasih atas dukungan moril serta
materinya yang tak terhitung jumlahnya dan doa yang tiada henti serta limpahan
kasih sayang yang tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan D-III Kebidanan.
5. Terimah Kasih kepada Saudara-saudaraku yang selalu memberi semangat.

6. Terima kasih kepada OM tercinta “La Edi,.SE” dan tanteku yang tersayang
“Dewi Hartati.,S.Pd”. yang telah mengajarkan etika, berkomunikasi. Dan
bimbingan selama ini.

7. Seluruh teman-teman mahasiswa Diploma III Kebidanan Politeknik Baubau


Angkatan 2015 Khususnya teman-teman tersayang kelas A.15 terima kasih
untuk dukungan dan waktu kebersamaannya.
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis Persalinan Prematur..........................................................
B. Tinjauan Teoritis Tentang Umur Ibu...........................................................
C. Tinjauan Tentang Paritas Ibu......................................................................
BAB 3. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan....................................
B. Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data..................
C. Penelitian dan Sampel............................................................................
D. Definisi Operasional Varibel Penelitian.................................................
E. Pengolahan Data dan Metode Analisa....................................................
F. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) kematian ibu adalah

kematian seorang perempuan dalam masa hamil atau dalam 42 hari setelah

kehamilan berakhir dengan sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan

tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan.

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Angka Kematian

Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika

Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Sedangkan, laporan

Association Of South East Asia Nations (ASEAN) menunjukan Angka Kematian

Ibu di Indonesia mencapai 214/100.000, Brunei 60/100.000 KH, dan Malaysia

39/100.000 KH (WHO,2014)

Data WHO juga menjelaskan kelahiran prematur adalah kelahiran yang

berlangsung pada umur kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari

hari pertama haid terakhir.1 Kelahiran prematur merupakan masalah penting

dibidang reproduksi manusia baik di negara maju maupun negara berkembang

seperti Indonesia. Sebesar 70% penyebab tingginya kematian perinatal disebabkan

oleh persalinan prematur, sedangkan kematian perinatal sendiri merupakan tolak

ukur kemampuan suatu negara dalam upaya menyelenggarakan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan menyeluruh.

Kelahiran prematur meningkat dari 7,5% (2 juta kelahiran) menjadi 8,6%

(2,2 juta kelahiran) di dunia. Angka kejadian kelahiran prematur di negara


berkembang jauh lebih tinggi, seperti India (30%), Afrika Selatan (15%), Sudan

(31%) dan Malaysia (10%). Angka kelahiran prematur berkisar 10-20% di

Indonesia pada tahun 2009 dan angka ini menyebabkan Indonesia termasuk dalam

peringkat kelima dengan kelahiran prematur terbesar.

Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

terjadi penurunan AKB (Angka Kematian Bayi) sejak tahun 1991 yaitu sebesar 68

per 1.000 kelahiran hidup menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup menurut SDKI

2007. 3 Namun, angka tersebut masih jauh dari target 2 Millennium Development

Goals (MDGs) ke 4 yang berisi target untuk menurunkan angka kematian bayi

(AKB) pada tahun 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Disamping itu,

adanya program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) yang

bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi sebesar 25% pada

tahun 2011 hingga 2016, menjadikan perlunya mempelajari faktor-faktor apa saja

yang dapat mempengaruhi luaran maternal dan perinatal, khususnya pada pada

persalinan prematur sehingga dapat menekan angka mortalitas dan morbiditas ibu

dan bayi (Kementrian Kesehatan,2015).

Menurut data dari dinas kesehatan sulawesi tenggara Kematian Ibu di

Provinsi Sulawesi Tenggara umumnya disebabkan oleh perdarahan, penyebab

lain-lain (retensio urine, asma bronkial,febris, post sectio caesarea, sesak nafas,

sesak nafas post sectio caesarea, dekompensasi cordis, plasenta previa, komplikasi

tuberculosis, gondok, gondok beracun, TBC). Berbagai faktor menjadi penyebab

seperti ekonomi, pengaruh budaya, rendahnya kunjungan ke tenaga kesehatan

selama hamil, keterlambatan merujuk, terlambat sampai di fasilitas pelayanan


kesehatan atau terlambat mendapat pertolongan yang dapat mengakibatkan

kematian.

Di ketahui bahwa Angka Kematian Ibu dalam waktu lima tahun terakhir

menunjukkan trend menurun yakni dari tahun 2011 terdapat 342 AK/100.000 KH,

tahun 2012 sebesar 277, tahun 2013 sebesar 240, tahun 2014 sebesar 205 dan

tahun 2015 menjadi 131. Bila dibandingkan dengan targetMDG’s 2015

yaitusebesar 105 AKI/100.000 KH, dapat dikatan bahwa target tersebut tidak

tercapai, meskipun angkanya terus menurun dan telah menghampiri angka terget

(Depkes Sultra, 2015).

Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi di antaranya adalah

usia ibu. Dalam kurun reproduksi sehat di kenal bahwa usia aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20 tahun sampai 30 tahun. Kematian maternal

pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 sampai

5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal meningkat kembali sesudah usia

29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 tahun sampai 35

tahun (Prawirohardjo, S.,2012).

Data yang di peroleh dari bagian rekam medik RUSD Kota Baubau tahun

2016 di peroleh banyaknya persalinan normal yaitu 463 orang. Sedangkan di

tahun 2017 banyaknya persalinan normal adalah 510 orang dengan kejadian

perdarahan pasca persalinan sebanyak 19 orangdan banyaknya persalinan normal

tahun 2017 (Juni sampai Desember) sebanyak 883 orang. Dengan banyak

kejadian partus prematur pada bulan Juni- Desember 2017 sebanyak 32 kasus.
Berkaitan dengan informasi tersebut, ada beberapa penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya oleh Julia Sitti khadija pada tahun 2016 dengan judul

hubungan umur, paritas dan manajemen aktif kala III dengan kejadian partus

prematur. Dengan hasil penelitian menggunakan analisia chi square dan di

dapatkan nilai yang signifikan lebih rendah dari taraf signifikan 0,05 sehingga di

nyatakan bahwa hubungan antara paritas, umur dan partus prematur. Selain itu,

Zahrotul’Aimah pada tahun 2012 meneliti tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian partus prematur. Dengan hasil penelitian, kejadian

partus prematur pada ibu bersalin di dapatkan tidak adanya hubungan jarak

kelahiran dengan kejadian partus prematur (P=0,28) dan paritas merupakan

faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian partus prematur di RSUD

DR. MOEWARDI. Surakarta.

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis tertarik

untuk meneliti tentang “ Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Bersalin Dengan

Kejadian Partus Prematur Di BLUD RSUD Kota Baubau Periode Juni -Desember

2017”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya prematur yaitu,

mulai dari faktor usia dan paritas. Partus prematur sebagai sala satu penyebab

perdarahan postpartum pada ibu yang merupakan masalah yang cukup penting

untuk dikatahui dalam penangangan persalinan dan pascasalin pada ibu.


2. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka dirumuskan masalah penelitian ini

sebagai berikut :

a. Apakah paritas berhubungan dengan kejadian partus prematur di Badan

Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah (BLUD RSUD) Kota

Baubau Periode Juni sampai Desember 2017 ?

b. Apakah umur berhubungan dengan kejadian partus prematur di Badan

Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daeraeh (BLUD RSUD)

Kota Baubau Periode Juni sampai Desember 2017 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara paritas dan usia ibu bersalin dengan kejadian

partus prematur di BLUD RSUD Kota Baubau Periode Juni sampai

Desember 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian partus prematur di

BLUD RSUD

Kota Baubau Periode Juni sampai Desember 2017.

b. Mengetahui hubungan umur dengan kejadian partus prematur di BLUD

RSUD Kota Baubau Periode Juni sampai Desember 2017.


D. Manfaat Penelitian

1. Bagi BLUD RSUD Kota Baubau

Dapat menjadi bahan informasi bagi pihak RSUD KOTA BAUBAU

dalam pengambilan kebijakan mengenai penatalaksanaan kejadian partus

prematur.

2. Bagi Institusi

a. Sebagai bahan untuk menambah wawasan bagi mahasiswi

kebidanan selanjutnya.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literatur atau

refensi dalam penelitian selanjutnya.

3. Bagi Mahasiswi

Dapat menambah pengalaman dalam melakukan penelitian tentang

hubungan di BLUD RSUD Kota Baubau Periode Juni sampai Desember

2017.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis

1. Tinjauan Umum Tentang Persalinan Prematur

a. Pengertian Persalinan Prematur

persalinan prematur menurut WHO adalah lahirnya bayi

sebelum kehamilan berusia lengkap 37 minggu (Krisnadi, 2009).

Bayi lahir prematur umumnya lebih disebabkan oleh komplikasi

kehamilan yang membuat kandungan ibu dalam rahim lemah

sehingga janin harus segera dilahirkan (Fikawati & Syafiq, 2015).

persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi usia

kehamilan 37 minggu (Alston, 2012).

Organisasi kesehatan Dunia yaitu WHO (2013) membagi

persalinan prematur menjadi tiga kategori berdasarkan umur

kehamilan, yaitu:

a. extremely preterm bila kurang dari 28 minggu

b. very preterm bila kurang dari 32 minggu

c. moderate to late preterm antara 32 dan 37 minggu

b. Klasifikasi Prematur

Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan

menjadi beberapa, yaitu:

a. Usia kehamilan 32 – 36 minggu disebut persalinan

prematur (preterm)
b. Usia kehamilan 28 – 32 minggu disebut persalinan

sangat prematur (very preterm)

c. Usia kehamilan 20 – 27 minggu disebut persalinan

ekstrim prematur (extremely preterm)

Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi

dalam kelompok:

a. Berat badan bayi 1500 – 2500 gram disebut bayi dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

b. Berat badan bayi 1000 – 1500 gram disebut bayi dengan

Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat

Badan Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) (Krisnadi, 2009)

c. Penyebab Persalinan Prematur

Persalinan prematur dapat disebabkan oleh banyak faktor.

Cunningham, et.al., (2014) menyatakan bahwa penyebab persalinan

prematur dapat dibagi menjadi:

1. Komplikasi medis dan obstetrik

Kurang lebih 1/3 dari kejadian persalinan prematur disebabkan

oleh hal-hal yang berkaitan dengan komplikasi medis atau obstetrik

tertentu misalnya pada kasus-kasus perdarahan antepartum atau

hipertensi dalam kehamilan yang sebagian besar memerlukan tindakan

terminasi saat kehamilan preterm. Akan tetapi, 2/3 dari kejadian


persalinan prematur tidak diketahui secara jelas penyebabnya karena

persalinan prematur pada kelompok ini terjadi persalinan yang spontan

atau idiopatik (Feryanto, 2011).

2. Faktor gaya hidup

Perilaku seperti merokok, gizi buruk, penambahan berat badan

yang kurang baik selama kehamilan, serta penggunaan obat seperti

kokain atau Universitas Sumatera Utara 9 alkohol telah dilaporkan

memainkan peranan penting pada kejadian prematur dan hasil akhir

bayi dengan berat lahir rendah (Cunningham et al, 2004).

Penyalahgunaan alkohol tidak hanya dikaitkan dengan kelahiran

prematur melainkan dengan peningkatan cedera otak pada bayi yang lahir

prematur. Konsumsi alkohol yang berlebihan selama kehamilan dapat

memengaruhi perkembangan fetus dan harapan hidup neonatus. Wanita

yang mengonsumsi alkohol lebih dari satu gelas per hari dapat

meningkatkan risiko persalinan prematur sementara jika mengosumsi

akohol kurang dari 4 gelas tiap miggu tidak memberikan efek

meningkatkan risiko persalinan premature (Offiah, Donoghue, dan Kenny,

2012).

Faktor usia juga diduga berhubungan dengan kejadian persalinan

prematur. Wanita usia muda cenderung mempunyai pasangan seksual yang

lebih banyak dan infeksi pada vagina, sementara wanita usia yang lebih

tua cenderung mengalami kontaksi uterus yang irregular, seperti mioma

(Chalermchockcharoenkit, 2002).
3. Infeksi cairan amnion dan korion

Infeksi koriamnion yang disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme telah muncul sebagai penyebab kasus pecah ketuban dini

dan persalinan prematur. Proses persalinan aterm diawali dengan aktivasi

dari fosfolipase A2 (PLA-2) yang melepaskan bahan asam arakidonat dari

selaput amnion janin sehingga meningkatkan penyediaan asam arakidonat

benas untuk sintesis prostaglandin. Banyak mikroorganisme yang

menghasilkan fosfolipase A2 sehingga mencetuskan persalinan prematur.

Endotoksin bakteri (liposakarida) dalam cairan amnion merangsang sel

desidua untuk memproduksi sitokin dan prostaglandin yang memicu

persalinan (Cunningham, 2004). Drife dan Magowan dalam Prawirohardjo

(2011) menyatakan bahwa proses persalinan prematur yang dikaitkan

dengan infeksi diperkirakan diawali dengan pengeluaran produk sebagai

hasil dari aktivasi monosit. Berbagai sitokin termasuk interleukin-1, tumor

nekrosing faktor (TNF), dan interleukin 6 adalah produk sekretorik yang

dikaitkan dengan persalinan prematur. Sementara itu, Platelet Activating

Factor (PAF) yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik

pada aktivasi jalinan sitokin tadi. PAF diduga dihasilkan dari paru dan

ginjal janin. Dengan demikian janin memerankan peran sinergik dalam

mengawali proses persalinan prematur yang disebabkan oleh infeksi.

Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membran melalui

pengaruh langsung dari protease.


Sedangkan Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang

terjadi selama kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian persalinan

prematur yang dibagi dalam dua faktor, yaitu:

1. Janin dan plasenta

a. perdarahan trimester awal

b. perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa previa)

c. ketuban pecah dini (KPD)

d. pertumbuhan janin terhambat

e. cacat bawaan janin

f. kehamilan ganda/gemeli

g. polihidramnion

2. Ibu

a. penyakit berat pada ibu

b. diabetes mellitus

c. preeklamsia/hipertensi

d. infeksi saluran kemih/genital/intrauterin

e. penyakit infeksi dengan demam

f. stress psikologik

g. kelainan bentuk uterus/serviks

h. riwayat persalinan prematur/abortus berulang

i. inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)

j. pemakaian obat narkotik

k. trauma perokok berat


l. kelainan imunologik/kelainan resus

4. Dampak Persalinan Prematur

Permasalahan pada persalinan prematur bukan saja pada kematian

perinatal, melainkan bayi prematur sering disertai kelainan, baik kelainan jangka

pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi

adalah: RDS (Respiratory Distress Syndrome), perdarahan intra/periventrikular,

NEC(Necrotizing Entero Cilitis), displasi bronko-pulmoner, sepsis, dan paten

duktus arteriosus. Adapun kelainan jangka panjang sering berupa serebral palsi,

retinopati, retardasi mental, juga dapat berupa disfungsi neurobehavioral dan

prestasi sekolah yang kurang baik (Prawirohardjo, 2011).

Bayi yang lahir sebelum 32 minggu memiliki risiko yang sangat besar

akan kematian dan kesehatan yang buruk di masa kehidupannya, begitu juga

dengan bayi yang lahir di antara 32 sampai 36 minggu masih tetap memiliki

masalah kesehatan dan perkembangan dibandingkan bayi yang dilahirkan cukup

bulan (Institute of Medicine, 2006).

Komplikasi pada persalinan prematur terjadi karena sistem organ yang

masih imatur yang masih belum siap untuk mendukung kehidupan di lingkungan

ekstrauterin. Inflamasi dan pengeluaran sitokin yang mencetuskan parsalinan

prematur diduga sebagai patogenesis chronic lung disease, NEC(Necrotizing

Entero Cilitis), ROP(Rethinopathy of Prematurity), dan kerusakan pada brain

white matter ( Behrman dan Butler, 2007).

5. Diagnosis Persalinan Prematur


Diagnosis persalinan prematur adalah salah satu hal yang sulit. Diagnosis

persalinan prematur didasarkan pada pemeriksaan klinis dari kontraksi uterus dan

perubahan seviks. Keadaan yang lebih sulit adalah ketika pasien mengalami

kontraksi yang regular tetapi dengan dilatasi serviks yang minimal. Bila pasien

dengan usia kehamilan di bawah 37 minggu, kontraksi uterus yang regular dengan

Universitas Sumatera Utara 12 dilatasi serviks 3 cm dan penipisan 80%,

dipertimbangkan mengalami persalinan prematur tanpa menunggu perubahan

serviks (Chalermchockcharoenkit, 2002)

Menurut Prawirohardjo (2011), sering terjadi kesulitan dalam menentukan

diagnosis ancaman persalinan prematur. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada

kehamilan tidak benar-benar merupakan ancaman proses persalinan. Beberapa

kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan prematur, yaitu:

a. kontraksi yang berulang sedikitnya setiap 7-8 menit sekali atau 2-3 kali

dalam waktu 10 menit

b. adanya nyeri pada punggung bawah (low back pain)

c. perdarahan bercak

d. perasaan menekan pada daerah serviks

e. pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2

cm dan penipisan 50-80%

f. presentasi janin rendah sampai mencapai spina isiadika

g. selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya

persalinan prematur h. terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.


d. Pengelolaan Persalinan Prematur

Tujuan utama pengelolaan persalinan prematur adalah sebagai berikut:

a. Menghambat atau mengurangi kekuatan dan kontraksi uterus untuk

menunda proses persalinan.

b. Untuk meningkatkan kualitas janin sebelum dilahirkan

c. Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Goldenberg,

2002)

Prinsip pengelolaan persalinan prematur bergantung pada:

a. Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak

dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah.

b. Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila

pembukaan mencapai 4 cm.

c. Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah

persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan

berlangsung bila TBJ > 2.000 atau kehamilan > 34 minggu.

B. Tinjauan Umum Tentang Usia Ibu

a. Definisi Usia Ibu

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu

benda atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misal; umur manusia

dikatakan 15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu imur itu dihitung,

sehingga perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai

dengan waktu perhitungan usia (Depkes, 2010 dalam profil kesehatan indonesia).
Menurut Bobak (2013 dalam buku ajar keperawatan maternitas edisi 4),

usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yanh

sehat dan aman adalah pada usia 20-35 tahun. Pada usia > 35 tahun terikat dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering

menimpati usia ini.

Usia yang kemungkinan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan dan

persalinan yaitu umur 20-35 tahun. Karena pada usia tersebut rahim sudah siap

menerima kahamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan

dirinya sendiri. Sedangkan umur < 20 tahun atau > 35 tahun merupaka resiko

tinggi kehamilan dan persalinan. Dengan demikian diketahui bahwa umur pada

saat melahirkan turut berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu maupun

anak yang dilahirkan.

Menurut Winknjosasro (2011 dalam buku ilmu kebidanan), usia

mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu. Ibu yang berumur

dibawah 20 tahun organ reproduksinya yang belum sempurna secara keseluruhan

dan kejiwaan yang belum bersedia menjadi ibu yang dapat mengakibatkan

peningkatan risiko mengalami persalinan komplikasi atau komplikasi obstetrik

seperti abortus inkomplit, persalinan prematur, eklamsia, solusio plasenta,

toksemia, inersia uteri, perdarahan post partum, persalinan macet, persalinan

macet, kematian neonatus dan perinatal. Demikian juga ibu yang berumur di atas

35 tahun mempunyai risiko 2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi kehamilan

dan persalinan seperti perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan, dan partus

lama. Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 tahun ampai 35 tahun.
Kenyataannya sebagai perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun sampai 35

tahu. Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia dibawah 20 tahun dan

tidak sedikit pula yang mengandung di atas usia 35 tahun. Padahal kehamilan

yang terjadi di bawah usia 20 tahun maupun di atas usia 35 tahun termasuk

berisiko, karena dibayang-bayangi beragam faktor gangguan.

Kemungkinan keguguran pada perempuan yang mengandung anak

poertama diusia 35 tahun ke atas, yaitu sekita 20%. Keguguran terjadi dibawah

usia 16-20 minggu. Kalaupun lahir pada usia 20, 36 atau 40 minggu, bayi lahir

prematur dan berat badan sekitar 2,5 kg. Kalau bayi telah melewati usia tersebut,

bayi akan lahir matang karena telah cukup umur (Evariny, 2013 dalam skripsi

Depsi Darma Setia).

Menurut penelitian Erlina (2011 dalam skripsi Desi Darma Setia) Resiko

terjadinya koplikasi pada kehamilan seperti abortus dan persalinan yang dapat

menyebabkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia dibawah 20 tahun

fungsi reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada

usia 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan

dibandingkan dengan fungsi reproduksi normal yaitu pada usia 20-34 tahun

sehingga kemungkinan komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan lebih

besar.

Menurut penelitian Dewi Okta Kurniawwati (2012 dalam Jurnal Resiko

Tinggi umur Ibu) umur ibu dengan kejadian persalinan permatur dapat

menyebabkan kematian maternal dikarenakan pada usia dibawah 19 tahun fungsi


reproduksi wanita belum berkembang dengan sempurna karena perkembangan

organ reproduksi wanita sempurna pada usia 20-34 Tahun.

Semakin lanjut umur wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada,

indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin

lanjut usia wanita, maka resiko terjadi persalinan prematur, makin meningkat

karena menurunya kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnnya resiko

terjadinya kelainan kromosom. Hal ini seiring dengan naiknya kejadian kelainan

kromosom pada ibu yang berusia diatas 35 tahun. Hal lain yang perlu diperhatikan

adalah kejadian tumor mioma uteri pada ibu dengan usia lebih tinggi dan lebih

banyak sehingga dapat menambah resiko terjadinya persalinan prematur (Dewi

Okta Kurniawwati 2012 dalam Jurnal Resiko Tinggi umur Ibu).

b. Kategori Usia

Menurut Depaertemen Kesehatan Republik Indonesia

(2009) usia dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Masa balita : 0-5 tahun

b. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun

c. Masa remaja awal : 12-16 tahun

d. Masa remaja akhir : 17-25 tahun

e. Masa dewasa awal : 26-35 tahun

f. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun

g. Masa lansia awal : 46-55 tahun

h. Masa lansia akhir : 56-65 tahun

i. Masa manula : >65 tahun


c. Usia Ideal Ibu saat Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2009), usia yang ideal bagi seorang wanita untuk

hamil dan melahirkan adalah dalam rentang 20-30 tahun. Jarak yang aman untuk

hamil dan melahirkan adalah usia 20 – 30 tahun dengan jarak melahirkan yang

aman dari anak yang satu ke anak berikutnya adalah 3-5 tahun, sehingga

diharapkan selama masa suburnya wanita hanya melahirkan 2 orang anak saja dan

maksimalnya adalah 3 orang (BKKBN Provinsi Sumatera Selatan , 2008).

d. Usia Ibu dengan Resiko Tinggi

Faktor yang menyebabkan ibu hamil dengan resiko tinggi antara lain umur

ibu yang tergolong risiko tinggi ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun (Rochdjati, 2003).

Usia ibu saat kehamilan ≥35 tahun berhubungan dengan kejadian

kelahiran premature, bayi berat lahir rendah, kematian janin dalam rahim,

kelainan kromosom dan kelahiran melalui proses operasi (Bayrampour et al.,

2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurzia (2016) didapatkan

hasil terdapat hubungan yang bermakna antara usia ibu saat kehamilan dengan

kejadian plasenta previa. Wanita yang hamil di atas usia tiga puluh lima tahun

menghadapi resiko yang 14 lebih besar untuk mengalami masalah medis seperti

tekanan darah tinggi, diabetes gestasional, masalah pada pertumbuhan janin,

masalah plasenta dan komplikasi persalinan. Hal ini merupakan faktor resiko

terjadinya Intrauterine fetal death (Prawirohardjo, 2014; Kliman, 2004).


C. Tinjauan Umum tentang Paritas

a. Definisi Paritas

Paritas adalah banyakanya anak yang dimiliki ibu dimulai dari

anak yang pertama sampai anak yang terakhir. Kondisi rahim dipengaruhi juga

oleh jumlah anak yang dilahirkan (Bobak, 2013 dalam buku ajar keperawatan).

Paritas merupakan faktor resiko yang memengaruhi perdarahan post

partum primer. Pada paritas yang rendah (paritas satu) dapat menyebabkan

ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidaka mampu

dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalina dan nifas.

Sedangkan semakin semakin sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan

(paritas lebih dari tiga) maka uterus semakin lemah sehingga besar resiko

komplikasi kehamilan (Saifuddin, 2014 dalam buku panduan praktis pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal).

Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut perdarahan

pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian maternal. Paritas satu dan

paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai angka kejadian perdarahan pasca

persalinan lebih tinggi lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Risiko

pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik yang lebih baik, sedangkan

risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana

(Wiknjossostro, 2012 dalam buku ilmu kebidanan).

Menurut penelitian Pertiwi (2013) bahwa paritas lebih dari tiga bermakna

sebagai faktor risiko yang memengaruhi perdarahan post partum primer


(OR=2,67, 95% CI 1,23,6,73). PENELITIAN Pardosi (2013) menyatakan

proporsi ibu yang mengalami perdarahan post partum primer dengan paritas 1

sebesar 12 %, paritas 2-3 sebesar 40 % dan paritas lebih dari 3 sebesar 48 %, serta

terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan perdarahan post partum

primer. Demikian juga dengan penelitian Nadjah (2014) menyatakan bahwa

proporsi ibu yang mengalami perdarahan post partum primer dengan paritas > 4

yaitu 69 % dan didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas

dengan perdarahan post partum primer.

b. Jarak antara Kelahiran

Jarak antara kelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya sampai

terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak antar kelahiran yang terlalu dekat dapat

menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan. Menurut Moir dan Meyerscough

(19972) yang dikutip Pardosi (2013) menyebutkan jarak antar kelahiran sebagai

faktor predisposisi perdarahan post partum karena persalinan yang berturut-turut

dalam jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi uterus menjadi

kurang baik. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi

tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya.

Bila jarak antar kelahiran dengan anak sebelumnya kuirang dari 2 tahun,

rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan ini

perlu diwaspadai karena ada kemungkinan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

Selain itu, pada jarak kelahiran yang terlalu rapat (< 2 tahun) akan

mengakibatkan kontraksi uterus menjadi kurang baik dan kesehatan ibu mundur
secara progressive. Hal ini menyebabkan angka kejadian perdarahan post partum

lebih tinggi. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4 tahun agar kondisi

tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya.

Menurut penelitian Nadjah (2014 dalam Jurnal kebidanan Vol VI no 01)

proporsi kasus dengan jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun sebesar 41 %

dengan OR jarak antar kelahiran 2,62. Hal ini berarti ibu yang memiliki jarak

antar kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko 2,82 kali mengalami perdarahan

pasca persalinan.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan teori

Cunningham(2013) persalinan prematur adalah persalinan kurang bulan dengan

usia kehamilan sebelum 37 minggu atau dengan berat janin kurang 2.500 gram.

Sementara teori Sulistyawati (2014) ada faktor-faktor yang mempengaruhi

komplikasi parsalinan prematur antara lain umur ibu dan paritas ibu.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Variabel Independent Varibel Dependent


Umur Ibu

Kejadian Persalinan
Prematur
Paritas Ibu

= Varibel bebas Yang Di teliti (Independen)

= Variabel terikat (Dependen)

= Hubungan

C. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini, adalah :

Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan umur ibu dengan kejadian persalinan prematur di BLUD

RSUD Kota Baubau periode Juni sampai dengan Desember tahun 2017.

b. Ada hubungan paritas ibu dengan kejadian persalinan prematur di BLUD

RSUD Kota Baubau periode Juni sampai Desember tahun 2017.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Jenis penelitian ini berupa penelitian survei yang bersifat analitik

kuantitatif dengan menggunakan metode croos sectional yaitu dimana data yang
menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu

yang bersamaan, dengan tujuan untuk menganalisa hubungan antara umur dan

paritas ibu dengan kejadian partus prematur di BLUD RSUD Kota Baubau

periode Januari sampai dengan Desember 2017.

B. Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

berupa data yang didapat dari dokumen, laporan, rekam medik, dan internet.

Selain itu, penelitian ini menggunakan data time series yaitu data deret waktu

(mingguan, bulanan, tahunan) seperti data mengenai jumlah ibu bersalin pada

periode Januari sampai Desember 2017, untuk mengetahui hubungan antara umur

dan paritas ibu dengan kejadian persalinan prematur.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Rekam Medik

dan Ruang Perawatam Kebidanan BLUD RSUD Kota Baubau.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

lembar observasi dan dokumentasi yang diisi langsung oleh peneliti yang

disesuaikan dengan variabel penelitian.

C. Penelitian dan Sampel


1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mengalami

partus/persalinan prematur di BLUD RSUD Kota Baubau pada periode Januari

sampau Desember 20217 sebanyak 35 orang.

2. Sampel Penelitian

Secara kese;uruhan sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 orang,

dengan tehnik pengambilan sampel berupa total sampling yaitu keseluruhan

populasi dijadikan sampel penelitian.

D. Definisi Operasional Varibel Penelitian

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Varibel Definisi Sumber Data Skala Ukur Hasil Ukur

Operasional

Independen : Usia ibu pada Data Ordinal 1. Berisiko,

Umur ibu saat sekunder jika usia ibu

melakukan <20 dan >35

persalinan. tahun.

Paritas ibu Jumlah Data Ordinal 1. berisiko,

kehamilan sekunder jika jumlah

sebelumnya anak dalam

yang berakhir keluarga > 4


dengan orang.

kelahiran bayi 2. Tidak

hidup. berisiko, jika

jumlah anak

dalam

keluarga 1-3

orang.

Dependen : Persalianan Data Ordinal 1. Ya, jika

Kejadian dari hasil sekunder mengalami

persalinan konsepsi pada persalinan

prematur kehamilan 28- prematur.

36 minggu, 2. Tidak, jika

janin dapat tidak

hidup tetapi persalinan

premature, prematur.

berat janin

antara 1000-

2500 gram.

E. Pengolahan Data dan Metode Analisa

1. Pengolahan Data
Menurut Aziz, AH (2011), data yang telah dikumpulkan secara menual

melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan semua data sekunder yang

dikumpulkan. Dari semua data yang dikumpulkan tidak ditemukan ketidak

lengkapan pengisian, karenan pengumpulan data dilakukan dengan mengambil

data sekunder langsung oleh peneliti.

b. Coding

Pada tahap ini peneliti memberi kode secara berurutan dalam kategori

yang sama pada masing-masing lembaran sehingga memudahkan pengolahan

data. Kode yang digunakan pada peneliti ini adalah kode responden yang diawali

dengan 01 untuk responden pertama sampai 35 untuk responden terakhir.

c. Transfering

Pada tahap Trasfering peneliti memasukan data yang telah dikumpulkan

ke dalam master tabel atau database computer. Data yang telah diberi kode

disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk

dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang teliti.

d. Tabulating

Pada tahap ini peneliti mengelompokkan data berdasarkan kategori yang

telah dibuat pada variabel dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribuasi
frekuensi untuk menghitung nilai total pada setiap kolom dari tabel dan data hasil

penelitian.

2. Metode Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa data univariat menggunakan teknik statistik deskriptif dalam

bentuk presentase untuk masing-masing variabel yang disesuaikan dengan jenjang

kategori (Notoatmodjo 2010).

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan proporsi dari

tiap variabel bebas yang berupa umur dan paritas ibu, dengan variabel terikat yang

berupa kejadian partus prematur. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan

narasi.

b. Analisa Bivariat

Analisis dilakukan dengan metode non parametik yaitu uji statistik Chi

Square dengan tingkat kepercayaan 95 % (a= 0,05). Berdasarkan hasil dari

pengolahan data maka akan ditarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut.

1) Jika nilai p < a maka, ada hubungan antara variabel dependent dengan

independent.

2) Jika nilai p > a maka, tidak ada hubungan antara varibel dependent

dengan dependent.
Semua perhitungan menggunakan program komputer yaitu berupa SPSS

(Statistil Package For the Social Sciences ), dengan memperhatikan ketentuan

pada pengolahan uji Chi Square.

Menurut Ryiyanto, A (2011) ketentuan yang berlaku pada pengolahan uji

Chi Square yaitu sebagai berikut :

1) Bila tabelnya 2x2, dan tidak ada nilai Expected (harapan) / E < 5, maka

uji yang dipakai adalah “ Continuity Correction (a)”.

2) Bila tabelnya 2x2, dan ada nilai Expected (harapan) / E<5, maka uji yang

dipakai adalah “Fisher’s Exact Test”.

3) Bila tabelnya lebih dari dari 2x2, misalnya 2x3, 3x3, dll, maka digunakan

uji “Person Chi Square”.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di BLUD RSUD Kota

Baubau. Adapun alasan dilakukan di BLUD RSUD Kota Baubau karena

masih tingginya angka kejadian persalinan prematur dan belum adanya

penelitian yang serupa yang telah dilakukan di BLUD RSUD Kota Baubau

2017. Selain itu, BLUD RSUD Kota Baubau merupakan sala satu rumah

sakit rujukan di Pulau Buton sehingga sebagian besar kasus patologis

kebidanan dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan segera.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juni hingga

Desember tahun 2017. (Jadwal Terlampir).

Anda mungkin juga menyukai