Keterangan
n = Besar sempel
N = Besar populasi
d = Tingkat penyimpangan yang diinginkan (10% = 0,1)
n =
2
(0,1) 318 1
318
n = 76.
23
A. Kriteria Inklusi
1. Responden mampu berkomunikasi dengan baik
2. Bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sindang
Agung Kecamatan Sindang Agung Kabupaten Kuningan.
3. Bersedia menjadi responden
4. Pasien ibu hamil
B. Kriteria Eksklusi
1. Responden yang menolak di wawancara
2. Pasien yang bukan ibu hamil
42
3.5. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu.
25
Variabel dalam penelitian adalah terdiri dari dua variabel
yaitu:
3.5.1 Variabel independen
Variabel independen meliputi Pengetahuan, Sikap dan Prilaku.
3.5.2. Variabel dependen
Variabel dependen meliputi Cakupan K-1 ibu hamil
3.6. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati
atau diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran terhadap variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrumen.
25
Tabel 3.1
Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional
Alat
Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala
Usia ibu. Adalah ulang tahun
terakhir ibu saat
dilaksanakannya
penelitian.
Kuesioner Wawancara 0. < 21 Tahun
1. 21-35 Tahun
2. >35 Tahun
Interv
al
Pendidikan
ibu
Adalah jenjang
pendidikan formal
terakhir yang diikuti ibu.
Pendidikan rendah yaitu
mereka yang tidak
sekolah, tidak tamat SD,
dan tamat SD dan SLTP.
Pendidikan tinggi yaitu
mereka yang > SLTP.
Kuesioner Wawancara 0. Pendidikan
rendah.
1. Pendidikan
tinggi.
Ordinal
Pekerjaan
ibu.
Adalah pekerjaan yang
ibu lakukan sehari hari.
Kuesioner Wawancara 0. Nomina
l
Jumlah
anak.
Adalah jumlah anak hidup
dan anak yang sudah
meninggal yang dimiliki
ibu saat penelitian
berlangsung.
Kuesioner
Wawancara
0. 2 Orang
1. 3-5 Orang
2. > 5 Orang
Nomina
l
Penghasilan
perkapita
perbulan.
Adalah jumlah
penghasilan rata rata
seseorang selama sebulan.
Kuesioner Wawancara 0. < Rp 98.300
/Bulan
1. Rp 98.300
Nomina
l
43
/Bulan
I ndependent
Pengetahuan
ibu.
Adalah pengetahuan ibu
mengenai pemeriksaan
kehamilan yang dinilai
melalui jawaban ibu atas
pertanyaan pertanyaan
kategori pengetahuan
dalam kuesioner.
Kategori pengetahuan 8
pertanyaan:
- Mencakup pengetahuan
responden mengenai
K1.
- Ketentuan ketentuan
pemeriksaan
kehamilan.
- Manfaat pemeriksaan
K-1.
Kuesioner
Wawancara
0. Pengetahuan
cukup, jika nilai
yang diperoleh
50
1. Pengetahuan
kurang, jika
nilai yang
diperoleh < 50.
Ordinal
Sikap ibu.
Adalah sikap ibu
mengenai pemeriksaan
kehamilan yang dinilai
melalui jawaban ibu atas
pertanyaan pertanyaan
kategori sikap dalam
kuesioner.
Kategori sikap 5
pernyataan:
- Mencakup sikap
responden dalam
melakukan kunjungan
K-1.
- Kesediaan
mengunjungi
Puskesmas atau
Posyandu.
- Kesediaan dipungut
biaya pemeriksaan.
Kuesioner
Wawancara 0. Sikap cukup,
jika nilai yang
diperoleh 23.
1. Sikap kurang,
jika nilai yang
diperoleh <
23.
Ordinal
Perilaku ibu Adalah perilaku ibu
mengenai pemeriksaan
kehamilan yang dinilai
melalui jawaban ibu atas
pertanyaan pertanyaan
kategori perilaku dalam
kuesioner.
kategori perilaku 4
pertanyaan :
- Mencakup perilaku
responden dalam
melakukan
pemeriksaan K-1.
Kuesioner Wawancara 0. Perilaku cukup,
jika nilai yang
diperoleh 18.
1. Perilaku
kurang, jika
nilai yang
diperoleh < 18.
Ordinal
Penyuluhan
ibu.
Adalah sikap ibu terhadap
penyuluhan K-1 /
pemeriksaan kehamilan,
Kuesioner Wawancara Ordinal
44
dinilai melalui jawaban
ibu atas pertanyaan
pertanyaan kategori
penyuluhan dalam
kuesioner.
kategori penyuluhan 8
pertanyaan :
- Seluruhnya merupakan
pilihan ganda.
Dependent
Cakupan K1
Pemeriksaan kesehatan
pertama kali bagi ibu hamil
Buku
register
cakupan
K1
dan
Lembar
checklist
Dokumentasi
buku register
cakupan K1
kedalam
lembar
checklist
0. Rendah
1. Normal
2. Tinggi
Ordinal
3.7. PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan berupa:
1. Data Primer
Hasil wawancara langsung secara terpimpin dengan responden melalui
kunjungan ke Puskesmas dan kunjungan Posyandu. Pertanyaan
pertanyaan diajukan secara lisan dengan berpedoman pada kuesioner
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Data sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan metode dokumen yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten, Kantor Kecamatan, kantor Desa, dan
Puskesmas.
3.8. ANALISIS DATA
3.8.1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh kemudian dicatat, dan diolah secara
manual. Kemudian disusun dalam beberapa tabel sesuai dengan
tujuan penelitian.
45
3.8.2. Analisis Data
Analisis data terdiri atas analisis univariat dan bivariat
1. Analisis univariat
Tujuan analisis univariat adalah untuk mengetahui distribusi
usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perkapita perbulan,
jumlah anak, pengetahuan, sikap, perilaku dan penyuluhan
terhadap cakupan K-1 di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sindang Agung.
2. Analisis bivariat
Tujuan analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku
terhadap cakupan K-1 di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sindang Agung.
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
salah satu variasi dari rumus analisis statistik Chi-square test.
Dalam penggunaan analisis ini, pertama-tama ditetapkan
sebuah hipotesa yang disebut hipotesa (Ho) yang menyatakan
bahwa setiap faktor (kategori) yang telah ditetapkan tersebut
tidak berpengaruh terhadap cakupan K-1 di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sindang Agung.
Selanjutnya hasil penghitungan Chi-square hitung
dibandingkan dengan Chi-square tabel yang dilihat dengan
degree of freedom (df) adalah 1.
3.9.PENYAJIAN DATA
Hasil pengumpulan dan analisis data disajikan dalam bentuk tabel
disertai dengan pembahasan.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Geografi
Lokasi penelitian ini adalah Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang
Agung yang secara administratif adalah Kecamatan Sindang Agung,
Kabupaten Kuningan.
Luas Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung seluruhnya
adalah 12.251.126 Km
2
, yang terdiri dari pegunungan (55%) dan dataran
rendah(45%), serta meliputi 12 Desa, yaitu:
1). Desa Balong
2). Desa Mekarmukti
3). Desa Sindangagung
4). Desa Kaduagung
5). Desa Sindangsari
6). Desa Dukulor
7). Desa Tirtawangunan
8). Desa Taraju
9). Desa Babakanreuman
10). Desa Kertayasa
11). Desa Kertawangunan
12). Desa Kertaungaran
Batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Agung adalah sebagai
berikut:
Batas Utara : Puskesmas Cipicung
Batas Selatan : Puskesmas Mekarwangi
Batas Barat : Pukesmas Kuningan
Batas Timur : Puskesmas Garawangi
47
Demografi
Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Agung
seluruhnya adalah 36.142 jiwa, terdiri dari 19.252 jiwa laki-laki dan
16.890 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga 10.212 KK.
Sarana Kesehatan, petugas kesehatan dan peran serta masyarakat yang ada di wilayah
kerja Puskesmas:
Puskesmas Induk : 1 buah
Puskesmas pembantu : 0 buah
Pusling : 1 buah
Posyandu : 36 buah
Dokter umum : 1 orang
Dokter gigi : 1 orang
Perawat : 5 orang
Bidan : 13 orang
Sarjana kesehatan Masyarakat : 2 orang
Petugas administrasi : 1 orang
Pekarya Kesehatan : 1 orang
Tenaga Sukarela : 4 orang
Paraji : 4 orang
Kader Kesehatan : 180 orang
48
5.2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A. USIA
Tabel 5.1. Distribusi Usia Responden
USIA JUMLAH PERSENTASE
< 21 tahun
21 35 tahun
> 35 tahun
12
62
10
14,29 %
73,81 %
11,90 %
TOTAL 84 100 %
Usia responden berada pada interval 21 35 tahun yang berarti
kebanyakan responden berada dalam usia subur yang
memungkinkannya untuk memiliki anak lagi. Hal ini penting, sebab
bila responden hamil lagi ia diharapkan sudah mengetahui tentang
pentingnya pemeriksaan K-1 sehingga dengan melakukan
pemeriksaan K-1 diharapkan semua kelainan baik pada ibu maupun
pada janin dapat terdeteksi secara dini. Hasilnya, baik responden
maupun janinnya berada dalam kondisi sebaik mungkin dan akan
didapat keluaran (outcome) yang baik.
49
B. PENDIDIKAN
Tabel 5.2. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden
PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE
Tidak tamat SD/Tidak sekolah
SD / sederajat
SLTP / sederajat
SLTA / sederajat
Akademi / PT
29
41
10
4
0
34,52 %
48,81 %
11,90 %
4,77 %
0
TOTAL 84 100 %
Dari Tabel 5.2. didapatkan data bahwa kebanyakan responden
mengecap pendidikan yang rendah. Dari seluruh responden, jumlah
terbesar sebanyak 41 responden (48,81%) hanya berpendidikan
hingga tamat SD. Pada urutan kedua, dengan jumlah jumlah 29
responden (34,52%) tidak tamat SD atau tidak sekolah. Menurut
Hendrik L. Blum, pendidikan formal bermanfaat bukan hanya untuk
mencerdaskan masyarakat, namun juga dapat mengubah perilaku
masyarakat. Menurut Soekidjo Notoadmodjo (1993), makin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat, diharapkan ia akan lebih mudah
menerima pesan-pesan kesehatan dan mengerti akan arti pentingnya
pesan-pesan tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden,
semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan pengertiannya akan
suatu informasi atau pesan, khususnya pesan kesehatan. Oleh karena
itu dapat dipahami kurangnya partisipasi responden dalam
50
melakukan pemeriksaan K-1 disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan daya cerna masyarakat terhadap informasi yang
telah diberikan, baik melalui penyuluhan maupun melalui media
massa.
C. PEKERJAAN RESPONDEN
Tabel 5.3. Distribusi Pekerjaan Responden
PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE
Ibu rumah tangga
Petani
Buruh
Pedagang / swasta
Lain - lain
81
0
3
0
0
96,43 %
0
3,57 %
0
0
TOTAL 103 100 %
Dari tabel 5.3. didapatkan bahwa pekerjaan sebagian besar
responden merupakan ibu rumah tangga. Dari jenis pekerjaan
responden dapat disimpulkan tentang kegiatan dan kesibukan ibu
sehari-hari, yang juga berpengaruh terhadap perhatian pada
kehamilannya. Ibu yang tidak bekerja / hanya bekerja sebagai ibu
rumah tangga relatif tidak sesibuk ibu yang bekerja, sehingga
seharusnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tersebut relatif lebih baik
karena ia mempunyai waktu lebih untuk belajar lagi tentang hal-hal
yang tidak diketahuinya, dalam hal ini K-1 baik melalui penyuluhan
atau melalui artikelartikel dalam media massa dibandingkan dengan
ibu-ibu yang bekerja. Namun, hal ini juga bergantung pada
51
pemahaman ibu tersebut tentang pentingnya hal-hal yang
disampaikan melalui penyuluhan tersebut serta kemauan ibu untuk
belajar.
52
D. JUMLAH ANAK YANG DIMILIKI RESPONDEN
Tabel 5.4. Distribusi jumlah anak yang dimiliki responden
JUMLAH ANAK JUMLAH PERSENTASE
2
3-5
> 5
37
33
14
44,05 %
39,28 %
16,67 %
TOTAL 84 100 %
Pada tabel 5.4. dapat kita lihat bahwa responden terbanyak
memiliki anak 2, 37 orang (44,05%), disusul oleh 3-5 orang, 33
orang (39,28 %). Namun masih ada 14 orang responden (16,67%)
yang memiliki anak lebih dari 5 orang anak. Jumlah anak dalam
suatu keluarga menentukan pula jumlah pengeluaran sehari-hari
responden, yang berkaitan dengan kepedulian ibu untuk
memeriksakan kehamilan bila adanya biaya untuk pemeriksaan.
E. PENGHASILAN
Tabel 5.5. Distribusi Penghasilan Perkapita Perbulan Responden
PENGHASILAN JUMLAH PERSENTASE
< Rp. 98.300,00
Rp. 98.300,00
57
27
67,86 %
32,14 %
TOTAL 84 100 %
53
Dari tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden
yaitu 57 responden (67,86%) berpenghasilan perkapita perbulan
kurang dari Rp. 98.300,00 atau kurang dari rata-rata penghasilan
perkapita perbulan di Kabupaten Cianjur. Hal ini tentu berpengaruh
pada tingkat kepatuhan responden untuk melakukan kunjungan
pemeriksaan ke Puskesmas atau Posyandu. Orang yang mempunyai
penghasilan rendah relatif lebih sulit mengeluarkan biaya tambahan,
dalam hal ini bila setelah melakukan pemeriksaan ternyata terdapat
kelainan baik pada ibu atau pada janinnya yang memerlukan
pengobatan lebih intensif atau rujukan ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas yang lebih lengkap dan tentunya diperlukan biaya yang
besar. Daripada kelainannya ditemukan dan kemudian dirujuk untuk
diobati dengan biaya yang relatif besar, lebih baik tidak
memeriksakan diri daripada harus berhutang untuk menutupi biaya
pengobatan yang tinggi. Di lain pihak, orang yang berpenghasilan
rendah biasanya mencari penghasilan tambahan, sehingga waktunya
tersita dan tidak sempat memperhatikan hal-hal lain seperti
kehamilan ataupun masalah kesehatan lain. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa banyaknya responden yang berpenghasilan rendah
turut menyumbang peran dalam rendahnya K-1.
F. PENGETAHUAN
Tabel 5.6. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah Ibu pernah mendengar
tentang program K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Pernah
Belum pernah
9
75
10,72 %
89,28 %
TOTAL 84 100 %
54
55
Tabel 5.7. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah Ibu mengetahui bahwa
kunjungan pemeriksaan kehamilan dilakukan
dalam waktu waktu tertentu dan ada
kunjungan minimalnya selama kehamilan ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Tahu
Tidak tahu
23
61
27,38 %
72,62 %
TOTAL 84 100 %
Tabel 5.8. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, berapa kali
kunjungan minimal Ibu hamil untuk diperiksa
kehamilannya ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Empat kali
Tidak tahu
4
6
20
38
16
4,76 %
7,14 %
23,80 %
45,24 %
19,06 %
TOTAL 84 100 %
56
Tabel 5.9. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, kapan pemeriksaan
kehamilan yang pertama kali dilakukan ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Trimester pertama
Trimester kedua
Trimester ketiga
Tidak tahu
49
3
2
30
58,33 %
3,57 %
2,38 %
35,72 %
TOTAL 84 100 %
Dari tabel 5.6. didapatkan bahwa sebagian besar responden
yaitu 75 orang (89,28%) belum pernah mendengar tentang program
K-1. Dari tabel 5.7. didapatkan sebagian besar responden yaitu 61
orang (72,62%) tidak mengetahui bahwa ada keharusan sedikitnya
berapa kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya dan ada waktu
pemeriksaan yang tepat. Hal ini sangat disayangkan karena sebagian
besar ibu-ibu hamil dan yang telah mempunyai balita ternyata belum
mengetahui adanya standar pemeriksaan minimal bagi ibu hamil.
Jadi dapat disimpulkan bahwa selama ini ibu-ibu hamil belum
mendapatkan pelayanan kesehatan selama kehamilan secara
memadai. Hal ini tentu berakibat pada ibu dan janinnya sendiri,
dimana tingkat kesakitan dan kematian ibu serta janin menjadi lebih
tinggi.
Dari tabel 5.8. didapatkan bahwa sebagian besar responden
(54,36%) atau 46 orang tidak menjawab dengan tepat berapa kali
pemeriksaan minimal bagi ibu hamil. Hanya sebanyak 45,23 % yang
dapat menjawab dengan tepat. Hal ini tentu berpengaruh terhadap
57
kesehatan ibu dan janinnya sendiri karena bila ibu hamil tidak tahu
kapan dan berapa kali sebaiknya ia memeriksakan dirinya semasa
kehamilan, dapat diperkirakan bahwa ibu tersebut menjadi sangat
rentan dan beresiko baik dalam menjalani masa kehamilan maupun
masa persalinannya.
Dari tabel 5.9. sebanyak 58,33% responden tahu kapan
pemeriksaan yang pertama kali pada masa kehamilan sebaiknya
dilakukan. Angka ini masih tergolong kecil, karena diharapkan
bahwa ibu mengetahui kapan pemeriksaan yang pertama kali pada
masa kehamilan sebaiknya dilakukan adalah sebesar 90%. Sebanyak
35,72% responden menjawab tidak tahu. Hal ini mencerminkan
rendahnya pengetahuan responden tentang saat pemeriksaan
kehamilan yang optimal dan juga mencerminkan rendahnya tingkat
penyuluhan yang efektif pada masyarakat.
Tabel 5.10. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, pemeriksaan
kehamilan dilakukan oleh siapa?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Bidan / Dokter
Dukun Beranak / Paraji
Kader Posyandu /
Puskesmas / KIA
Tidak tahu
75
8
1
0
82,28 %
16,53 %
1,19 %
0 %
TOTAL 84 100 %
58
Dari tabel 5.10. didapatkan bahwa 75 orang responden
menjawab tepat, yaitu pemeriksaan kehamilan dilakukan di dokter
atau bidan, tetapi masih ada juga responden (9 orang) yang tidak
mengetahui sama sekali bahwa pemeriksaan kehamilan itu harus
dilakukan di dokter atau bidan.
Tabel 5.11. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, apakah program K-1
ada manfaatnya bagi kehamilan ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Ada
Tidak ada
74
10
88,10 %
11,90 %
TOTAL 84 100 %
Tabel 5.12. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, apakah manfaat
program K-1 bagi kehamilan ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Mengetahui kelainan ibu
Mengetahui kelainan janin
Tidak tahu
31
43
10
36,90 %
51,19 %
11,91 %
TOTAL 84 100 %
Dari tabel 5.11. sebanyak 88,10% responden berpendapat
bahwa pemeriksaan kehamilan sedini mungkin ada manfaatnya,
59
sedangkan sebanyak 11,90% responden berpendapat tidak ada
manfaatnya. Hal ini sangat disayangkan, karena masih ada sebagian
responden yang belum menyadari bahwa ada manfaat dari
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin. Hal ini perlu menjadi
perhatian semua pihak, karena ini menunjukkan bahwa masih ada
kekurangan dalam mata rantai penyuluhan-pengetahuan-sikap-
perilaku.
Dari tabel 5.12. sebanyak 51,19% responden mengetahui
manfaat pemeriksaan kehamilan untuk janinnya, sebanyak 36,90%
responden mengetahui manfaat pemeriksaan kehamilan untuk ibunya
dan sebanyak 11,91% responden tidak mengetahui manfaat
pemeriksaan kehamilan. Ketimpangan jawaban antara yang
mengetahui manfaat bagi janinnya dan bagi ibunya menunjukkan
bahwa tidak semua responden menyadari bahwa manfaat
pemeriksaan kehamilan adalah untuk ibu dan anak. Hal ini perlu
untuk ditekankan bahwa manfaat pemeriksaan kehamilan pada
kehamilan yang tidak menunjukkan kelainan adalah terutama bagi
janinnya. Kelainan pada ibu mungkin segera membawa ibu tersebut
ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memeriksakan kesehatannya,
namun kelainan pada anak tidak dapat disadari dan diketahui oleh
ibunya sampai terjadi keadaan gawat janin yang parah ataupun janin
meninggal dalam kandungan. Oleh karena itu perlu ditekankan
bahwa pemeriksaan kehamilan penting baik untuk kesejahteraan ibu
maupun anak.
Tabel 5.13. DISTRIBUSI PENGETAHUAN RESPONDEN
PENGETAHUAN JUMLAH PERSENTASE
Cukup
Kurang
37
47
44,05 %
55,95 %
60
TOTAL 84 100 %
Setelah dilakukan penjumlahan nilai jawaban masing-
masing responden menurut skor / nilai tiap pertanyaan yang telah
ditentukan sebelumnya, maka dari skor / nilai yang didapat, jawaban
responden dibagi menjadi 2 golongan, yaitu responden dengan
pengetahuan cukup dan responden dengan pengetahuan kurang. Dari
tabel 5.13. didapatkan bahwa sebanyak 37 responden (44,05%)
tergolong berpengetahuan cukup dan sebanyak 47 responden
(55,95%) tergolong berpengetahuan kurang.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor internal yang
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Tanpa didukung
pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan, pemeriksaan
kehamilan, baik manfaatnya maupun bahayanya karena tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan tersebut, maka sikap dan perilaku
ibu dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan kehamilan juga
kurang. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa ibu-ibu yang
berpengetahuan kurang mengenai kehamilan dan pemeriksaan
kehamilan akan lebih banyak tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang berpengetahuan
cukup. Namun pendapat ini masih harus dibuktikan melalui uji
analisis bivariat yang akan dilakukan kemudian.
G. SIKAP
Tabel 5.14. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Setujukah ibu diadakan program
K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
61
Setuju
Tidak setuju
76
8
90,48 %
9,52 %
TOTAL 84 100 %
Tabel 5.15. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah alasan Ibu tidak setuju
terhadap pemeriksaan K-1 pada kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Malas
Tidak juga tidak apa-apa
Tidak boleh
2
6
0
25 %
75 %
0
TOTAL 8 100 %
Tabel 5.16. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah alasan Ibu setuju
terhadap pemeriksaan K-1 pada kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Tahu manfaat K-1
Ikut ikutan
Terpaksa / disuruh
41
28
7
53,95 %
36,84 %
9,21 %
62
TOTAL 76 100 %
Dari tabel 5.14. didapatkan bahwa sebanyak 76 responden
(90,48%) setuju dengan pemeriksaan K-1 pada kehamilan,
sedangkan yang tidak setuju terhadap pemeriksaan K-1 pada
kehamilan sebanyak 8 responden (9,52%). Dari yang tidak setuju,
sebanyak 2 orang menjawab dengan alasan malas (25 %) dan 6
orang menjawab dengan alasan tidak diperiksa juga tidak apa-apa
(75 %). Dari responden yang setuju, 41 orang (53,95%) menyatakan
setuju karena tahu manfaat dan arti pentingnya K-1 , sedangkan 34
orang (36,84%) menyatakan setuju karena mengikuti temannya /
keluarganya / tetangganya / kader, dan 7 orang (9,21%) menyatakan
setuju karena terpaksa bila diajak atau disuruh oleh orang yang
mempunyai otoritas lebih tinggi darinya.
Masih adanya jawaban tidak setuju, malas, tidak
diperiksa juga tidak apa-apa, tentu merupakan tantangan yang besar
bagi pemerintah dan petugas kesehatan di lapangan untuk menatar
dan menyuluh ibu-ibu tersebut akan arti penting pemeriksaan
kehamilan dan akibat karena tidak melakukan pemeriksaan K-1.
Program penyuluhan seharusnya ditingkatkan lagi sehingga dapat
memberikan informasi yang sebesar-besarnya bagi ibu-ibu agar ibu-
ibu tidak lagi mempunyai pendapat yang salah tentang arti
pemeriksaan kehamilan. Di samping itu juga pelayanan kesehatan
juga harus ditingkatkan sehingga akan terlihat dengan jelas
perbedaan tingkat kesehatan ibu-ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan dan yang tidak.
Masih banyaknya jawaban ikut-ikutan dan terpaksa /
disuruh menandakan bahwa mereka belum sepenuhnya mengerti
akan manfaat dan arti penting pemeriksaan kehamilan, hanya
63
melakukan atas dasar keputusan mayoritas dan perintah dari otoritas
yang lebih tinggi. Mereka harus lebih dibina supaya terbentuk
pengertian yang benar sehingga dari pengertian yang benar tersebut
terbentuk sikap dan perilaku yang benar pula. Pada akhirnya mereka
dapat mempengaruhi ibu-ibu yang lain untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan secara benar. Bila hal ini dapat terlaksana,
maka secara keseluruhan tingkat kepatuhan masyarakat untuk
melaksanakan pemeriksaan kehamilan akan meningkat.
Tabel 5.17. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Bersediakah Ibu mengunjungi
BKIA / Posyandu / Puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Bersedia
Tidak bersedia
71
13
84,52 %
15,48 %
TOTAL 84 100 %
Dari tabel 5.17. terlihat bahwa jawaban sebagian besar
responden yaitu sejumlah 71 responden (84,52%) setuju untuk
mengunjungi BKIA / Posyandu / Puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan, sedangkan sebanyak 13 responden
(15,48%) tidak setuju.
Tabel 5.18. DISTRIBUSI SIKAP RESPONDEN
64
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Cukup
Kurang
50
34
59,52 %
40,48 %
TOTAL 84 100 %
Setelah dilakukan penjumlahan nilai jawaban masing-
masing responden menurut skor / nilai tiap pertanyaan yang telah
ditentukan sebelumnya, maka dari skor / nilai yang didapat, jawaban
responden dibagi menjadi 2 golongan, yaitu responden dengan sikap
cukup dan responden dengan sikap kurang. Dari tabel 5.18.
didapatkan bahwa sebanyak 50 responden (59,52%) tergolong
mempunyai sikap cukup dan sebanyak 34 responden (40,48%)
tergolong mempunyai sikap kurang.
Sikap merupakan suatu tekad yang terbentuk pada diri
seseorang, yang disebabkan oleh karena adanya orang tersebut
mempunyai pengetahuan mengenai suatu hal tertentu. Maka dari
pengetahuan terbentuk suatu sikap terhadap sesuatu. Dari jawaban
responden, sebagian besar memiliki sikap yang cukup baik, namun
perlu dipertanyakan apakah sikap ini benar-benar nyata dalam wujud
tindakan / perilaku atau hanya sekedar sikap semata, mengingat dari
hasil yang telah diperoleh, pengetahuan sebagian besar responden
adalah kurang. Pengetahuan yang kurang sebenarnya tidak
menunjang untuk membentuk sikap dan perilaku yang baik pula
sehingga perlu dipertanyakan apakah sikap yang terbentuk hanya
merupakan tindakan ikut-ikutan / sebatas pernyataan saja. Penulis
berasumsi bahwa adanya sikap yang baik ini terbentuk sebagai suatu
bentuk pernyataan saja. Namun untuk mengetahui benar tidaknya
asumsi ini, harus dilakukan uji analisis bivariat.
65
H. PERILAKU
Tabel 5.19. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah ibu pernah melakukan
pemeriksaan K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Ya
Tidak
31
53
36,89 %
63,10%
TOTAL 84 100 %
Tabel 5.20. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah alasan ibu tidak pernah
melakukan pemeriksaan K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Tidak tahu
Tidak mau
Lupa
44
7
2
83,02 %
13,21 %
3,77 %
TOTAL 53 100 %
Tabel 5.21. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Dimana ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan yang terakhir kali?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
66
Dokter / Bidan
Kader kesehatan
Paraji / Dukun Beranak
31
0
100 %
0 %
0 %
TOTAL 31 100 %
Tabel 5.22. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apa yang akan ibu lakukan jika
melihat tetangga ibu tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTAS
E
Memberi nasihat untuk memeriksakan
kehamilannya ke dokter / bidan
Ikut-ikutan tidak memeriksa
Diam saja
50
12
59,53 %
14,28 %
67
22 26,19 %
TOTAL 84 100 %
Dari tabel 5.19. didapatkan bahwa jawaban sebagian responden
adalah mereka tidak pernah melakukan K-1 yakni sebesar 53
responden (63,10%). Hanya 31 responden (36,90%) yang mengaku
pernah melakukan pemeriksaan K-1, walaupun memang keseluruhan
dari mereka memeriksakan kehamilannya ke dokter / bidan (tabel
5.21). Sedangkan dari yang tidak pernah diperiksa, diperoleh alasan
sebagai berikut: 44 responden (83,02%) menjawab tidak tahu ada
pemeriksaan K-1, 7 orang (13,21%) menjawab tidak mau
memeriksakan diri dan 2 responden (3,77%) menjawab lupa untuk
memeriksakan diri. Sangat disayangkan bahwa sebagian besar
responden tidak pernah melakukan K-1, dan sebagian besar dari
mereka mengaku tidak tahu ada pemeriksaan K-1. Hal ini
menandakan rendahnya tingkat pengetahuan dan sikap responden,
yang berarti juga makin diperlukan adanya usaha penyuluhan yang
lebih intensif dan berkesinambungan. Hal ini juga berarti bahwa
tingkat penyuluhan yang diterima sebagian responden sangat kurang
atau responden memang acuh tak acuh terhadap pemeriksaan K-1.
Setelah mereka dilakukan tanya jawab, dan sedikit mengetahui
tentang K1 ada kemajuan, dari 53 responden yang tidak
memeriksakan kehamilannya, 19 orang menjawab bahwa mereka
akan memberi nasihat jika melihat tetangga ibu tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan untuk memeriksakan kehamilannya ke
dokter / bidan sedangkan 12 orang menjawab ikut tidak memeriksa
dan sisanya diam saja.
Tabel 5.23. DISTRIBUSI PERILAKU RESPONDEN
68
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Cukup
Kurang
44
59
42,72 %
57,28 %
TOTAL 103 100 %
Setelah dilakukan penjumlahan nilai jawaban masing-masing
responden menurut skor / nilai tiap pertanyaan yang telah ditentukan
sebelumnya, maka dari skor / nilai yang didapat, jawaban responden
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu responden dengan perilaku cukup
dan responden dengan perilaku kurang. Dari tabel 5.23. didapatkan
bahwa sebanyak 36 responden (42,86%) tergolong mempunyai sikap
cukup dan sebanyak 48 responden (57,14%) tergolong mempunyai
sikap kurang. Hal ini sesuai dengan asumsi mula-mula penulis
bahwa dari pengetahuan yang kurang akan terbentuk perilaku yang
kurang baik pula. Namun hal ini masih harus dibuktikan lagi oleh uji
analisis bivariat.
I. PENYULUHAN
Tabel 5.24. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah di tempat ibu pernah
dilakukan penyuluhan tentang pemeriksaan
kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
69
Pernah
Tidak pernah
34
50
40,48 %
59,52 %
TOTAL 84 100 %
Tabel 5.25. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah masih diperlukan
penyuluhan tentang K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Perlu
Tidak perlu
82
2
97,62 %
2,38 %
TOTAL 84 100 %
Dari tabel 5.24. diketahui bahwa memang sebagian besar
responden memang belum mengetahui pentingnya K1 karena juga
belum pernah mengikuti penyuluhan tentang K1. Dari tabel 5.25
didapatkan jawaban bahwa sebagian besar responden merasa masih
memerlukan penyuluhan tentang K-1. Sejumlah 82 responden
(97,62%) merasa merasa masih memerlukan penyuluhan tentang K-
1, sementara 2 responden (2,38%) menjawab tidak perlu. Dari kedua
responden yang menjawab tidak perlu, semuanya merupakan kader
atau mantan kader, yang notabene mempunyai pengetahuan di atas
rata-rata masyarakat umumnya. Oleh karena itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyuluhan tentang K-1 masih sangat penting dan
diperlukan di Desa Girimukti.
70
Tabel 5.26. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Penyuluhan apa lagi yang masih
diperlukan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Kesehatan keluarga
Penyakit menular
Kesehatan lingkungan
Pelayanan kesehatan
75
72
74
82
89,28 %
85,71 %
88,09 %
73,81 %
Dari tabel 5.26. didapatkan bahwa persebaran kebutuhan akan
penyuluhan masih cukup berimbang antara kesehatan keluarga,
penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. Karena jawaban
responden boleh lebih dari 1, maka persebaran jawaban merupakan
tingkat kebutuhan dari responden. Pelayanan kesehatan tampaknya
tidak menjadi prioritas bagi beberapa responden, namun secara
keseluruhan responden masih menganggap perlu untuk dilakukan
penyuluhan secara berkesinambungan.
Tabel 5.27. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Berapa sering sebaiknya
penyuluhan dilakukan?
71
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
2 minggu sekali
1 bulan sekali
2 bulan sekali
3 bulan sekali
2
52
28
2
2,38 %
61,90 %
33,34%
2,38 %
TOTAL 84 100 %
Dari tabel 5.27. didapatkan jawaban bahwa sebagian besar
responden menghendaki diadakannya penyuluhan sebanyak 1 bulan
sekali, sejumlah 52 responden (61,90%). Selanjutnya 28 responden
(33,34%) menghendaki diadakannya penyuluhan sebanyak 2 bulan
sekali, 2 responden (2,38%) menghendaki penyuluhan 3 bulan sekali
dan 2 responden (2,38%) menghendaki penyuluhan 2 minggu sekali.
Dari jawaban diatas terlihat bahwa responden merasa penyuluhan
paling diperlukan sebanyak sebulan sekali, dan nampaknya paling
baik diadakan bersamaan dengan jadwal Posyandu di daerah yang
bersangkutan demi efektifitas dan efisiensi baik waktu, tenaga
maupun biaya.
Tabel 5.28. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Di mana sebaiknya penyuluhan
diadakan?
72
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Posyandu
Puskesmas
Balai Desa
Mesjid
68
3
11
2
80,95 %
3,57 %
13,10 %
2,38 %
TOTAL 84 100 %
Dari tabel 5.28. didapatkan sebagian besar responden
(80,95%) menghendaki diadakannya penyuluhan di Posyandu
setempat. Sisanya 13,10% yang menghendaki penyuluhan diadakan
di Balai Desa, 3,57% di Puskesmas, dan 2,38% di mesjid. Hal ini
semata hanya terkait dengan soal kepraktisan. Posyandu biasanya
berada dekat dengan pemukiman masyarakat, dimana untuk
mencapainya tidak diperlukan biaya yang besar dan waktu
perjalanan yang singkat, serta ibu-ibu dapat datang sembarang waktu
setelah membereskan segala keperluannya terlebih dahulu. Oleh
karena itu mayoritas memilih Posyandu sebagai tempat diadakannya
penyuluhan.
73
Tabel 5.29. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Siapakah yang sebaiknya
melakukan penyuluhan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Tenaga kesehatan
Kader
Tokoh Masyarakat
70
10
4
83,33 %
11,90 %
4,77 %
TOTAL 84 100 %
Tabel 5.30. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Kapan waktu paling tepat untuk
melakukan penyuluhan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Pagi
Siang
Sore
37
20
27
44,05 %
23,81 %
32,14 %
TOTAL 84 100 %
Sebagian besar responden menginginkan penyuluhan dilakukan
oleh tenaga kesehatan dalam hal ini adalah dokter, bidan, mantri,
perawat. Dari tabel 5.30 didapatkan 37 orang responden (44,05 %)
menginginkan diadakannya penyuluhan pada pagi hari, sedangkan
74
32,14 % menginginkan sore hari dan hanya 23,81 % yang
menginginkan penyuluhan diadakan pada siang hari.
Tabel 5.31 Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Metode penyuluhan seperti apa
yang Ibu inginkan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Ceramah
Ceramah dan tanya jawab
Ceramah dengan gambar / alat peraga
4
33
47
4,76 %
39,28 %
55,96 %
TOTAL 84 100 %
Dari tabel 5.31. didapatkan sebagian besar responden (55,96%)
menginginkan diadakannya penyuluhan memakai gambar / alat
peraga, sedangkan 39,28% menginginkan metode ceramah dengan
tanya jawab dan hanya 4,76% yang menginginkan metode ceramah.
75
II. ANALISIS BIVARIAT
Tabel 5.32. Tabel Bivariat faktor faktor yang mempengaruhi
rendahnya K-1 di Desa Girimukti
Variabel Kategori K-1 X
2
hitung
X
2
tabel
d
f
Melakukan (31) Tidak (53)
N % N %
Pengetahuan Cukup 24 28,57 13 15,47 25,81 3.84 1
Kurang 7 13,34 40 42,62
Sikap Cukup 28 33,33 22 26,19 19,94 3.84 1
Kurang 3 3,58 31 36,90
Perilaku Cukup 26 30,95 10 11,90 49,44 3.84 1
Kurang 5 5,96 43 51,19
1. Pengaruh faktor pengetahuan responden terhadap rendahnya
K-1 di Desa Girimukti, Puskesmas Campaka, Kabupaten
Cianjur.
Setelah dilakukan uji analisis Chi Square terhadap variabel
pengetahuan ibu, ternyata didapatkan hasil X
2
Hitung > dari X
2
Tabel. Dengan demikian, H
0
penulis Tidak ada pengaruh faktor
pengetahuan ibu terhadap rendahnya K-1 di desa Girimukti ditolak.
Dapat disimpulkan, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
faktor pengetahuan dengan rendahnya K-1 di desa Girimukti.
76
2. Pengaruh faktor sikap responden terhadap rendahnya K-1 di
Desa Girimukti, Puskesmas Campaka, Kabupaten Cianjur.
Setelah dilakukan uji analisis Chi Square terhadap variabel sikap ibu,
ternyata didapatkan hasil X
2
Hitung > dari X
2
Tabel. Dengan
demikian, H
0
penulis Tidak ada pengaruh faktor sikap ibu terhadap
rendahnya K-1 di desa Girimukti ditolak. Dapat disimpulkan,
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sikap dengan
rendahnya K-1 di desa Girimukti.
3. Pengaruh faktor perilaku responden terhadap rendahnya K-1
di Desa Girimukti, Puskesmas Campaka, Kabupaten Cianjur.
Setelah dilakukan uji analisis Chi Square terhadap variabel perilaku
ibu, ternyata didapatkan hasil X
2
Hitung > dari X
2
Tabel. Dengan
demikian, H
0
penulis Tidak ada pengaruh faktor perilaku ibu
terhadap rendahnya K-1 di desa Girimukti ditolak. Dengan
demikian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara faktor perilaku dengan rendahnya K-1 di desa Girimukti.
77
78
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan :
Faktor pengetahuan, faktor sikap, dan faktor perilaku berpengaruh
terhadap rendahnya K-1 di wilayah kerja Puskesmas Sindang Agung,
Kabupaten Kuningan.
Sikap masyarakat terhadap penyuluhan tergolong cukup baik, dimana
penyuluhan dirasakan masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini
sangat penting, karena hal ini mencerminkan masih adanya kemauan
masyarakat untuk belajar dan mengetahui hal-hal yang belum
diketahuinya. Sikap seperti ini sangat penting untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat, yang pada akhirnya akan membentuk sikap
dan perilaku yang benar.
6.2. SARAN
Pengetahuan ibu-ibu yang sedang hamil dan yang memiliki balita
diperdalam lagi dengan berbagai macam penyuluhan yang mencakup
topik-topik yang penting bagi kesehatan ibu, bukan saja untuk ibu hamil,
melainkan juga untuk ibu bersalin, ibu nifas serta bayi dan balita agar
dari penyuluhan tersebut terbentuk pengetahuan yang baik. Dari
pengetahuan yang baik dapat terbentuk sikap yang baik dan pada
akhirnya terlaksana suatu perilaku yang baik pula demi meningkatkan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, berikut bayi dan balitanya,
yang juga akan meningkatkan angka cakupan K-1 di wilayah kerja
puskesmas sindang agung secara khusus, dan cakupan Kabupaten
kuningan pada umumnya.
Penulis menyarankan kepada Puskesmas Sindang Agung agar dapat
memperlancar kerjasama lintas sektoral dengan Pemda Kabupaten
79
Kuningan sehingga masalah keterbatasan dana, transportasi dan sarana
jalan yang layak serta pendidikan yang bermutu, dapat diatasi
Penulis juga menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan agar lebih memperhatikan penempatan tenaga kesehatan,
dalam hal ini khususnya bidan desa, supaya jumlah tenaga kesehatan
yang ditempatkan dipertimbangkan berdasar luas daerah dan faktor
kesulitan mencapai daerah yang dituju, dengan demikian seluruh daerah
kerja tenaga kesehatan dapat terlayani dengan sebaik-baiknya. Selain itu
diperlukan juga untuk lebih mengaktifkan kader-kader untuk mendeteksi
ibu hamil untuk dilaporkan ke bidan desa, sehingga kerjasama yang
terjalin dalam meningkatkan angka cakupan K-1 tercapai.
80
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, halaman 3-9, 89-99.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Mengenal Masalah Kematian Ibu,
halaman 1-8.
Martaadisoebrata, D. H., 1983, Obstetri Sosial, Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, halaman 13-24, 51-
52.
Notoatmodjo, S., 2003, edisi kedua, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip
Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, halaman 96, 118-32, 146.
Profil Desa Girimukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, 2004.
Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) Puskesmas Campaka,
2005.
Sastrawinata, S., 1983, Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, halaman 99-129, 153-
200, 203-12.
81
Lampiran 1
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur responden:
a. < 21 tahun
b. 21-35 tahun
c. > 35 tahun
4. Pendidikan formal terakhir :
a. SD / sederajat.
b. SLTP / sederajat.
c. SLTA / sederajat.
d. Akademi / Perguruan Tinggi.
e. Tidak sekolah / Tidak tamat SD.
5. Pekerjaan :
a. Ibu rumah tangga.
b. Petani.
c. Buruh tani / pabrik / bangunan.
d. Pedagang / swasta.
6. Jumlah anak yang dimiliki :
a. 2 orang
b. 3 5 orang
c. > 5 orang geri sipil.
7. Penghasilan perkapita perbulan :
a. Kurang dari Rp. 98.300 / bulan.
b. Lebih dari atau sama dengan Rp. 98.300 / bulan.
82
B. PERTANYAAN
Pertanyaan Pengetahuan :
1. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kegiatan K-1 (Pemeriksaan
Kesehatan Pertama Kali Ibu Hamil)?
a. Pernah. b. Belum pernah.
2. Dari siapakah Ibu mengetahui tentang kegiatan K-1?
a. Tenaga kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat/Mantri).
b.Kader Posyandu/Puskesmas/KIA.
c. Tetangga/Teman/Keluarga/Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama.
d.Media Massa (TV, Radio, Koran, Majalah, Buklet, Pamflet, Selebaran,
dll ).
3. Apakah Ibu mengetahui bahwa kunjungan pemeriksaan kehamilan
dilakukan dalam waktuwaktu tertentu dan ada kunjungan minimalnya
selama kehamilan ?
a. Ya.
b. Tidak.
4. Menurut Ibu, berapa kali kunjungan minimal Ibu hamil untuk diperiksa
kehamilannya ?
a. 1 kali.
b. 2 kali.
c. 3 kali.
d. 4 kali.
e. Tidak tahu.
5. Menurut Ibu, kapan pemeriksaan kehamilan yang pertama kali
dilakukan?
a. Trimester pertama (kehamilan 0-3 bulan).
b. Trimester kedua (kehamilan 4-6 bulan).
c. Trimester ketiga (kehamilan 7-9 bulan).
d. Tidak tahu.
83
6.Menurut Ibu, pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh siapa ?
a. Bidan/Dokter.
b. Dukun beranak/Paraji.
c. Kader Posyandu/Puskesmas/KIA.
d. Tidak tahu.
7. Menurut Ibu, apakah kegiatan K-1 ada manfaatnya bagi kehamilan?
a. Ada. b. Tidak ada.
8. Menurut Ibu, apakah manfaat kegiatan K-1 bagi kehamilan ? (Jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Mengetahui keadaan dan kelainan pada ibu secara dini.
b. Mengetahui keadaan dan kelainan pada janin secara dini.
c. Tidak tahu.
Pertanyaan Sikap :
1. Setujukah Ibu diadakannya kegiatan K-1 (Pemeriksaan Kesehatan
Pertama Kali Ibu Hamil)?
a. Setuju. b. Tidak setuju.
2. Apakah alasan Ibu tidak setuju terhadap pemeriksaan K-1 pada
kehamilan?
a. Malas/Tidak mau.
b. Tidak diperiksa juga tidak apa-apa, anak dan ibu tetap sehat-sehat
saja.
c. Tidak boleh (oleh suami, orang tua, keluarga, dll).
d. Tidak tahu
3. Apakah alasan Ibu setuju terhadap pemeriksaan K-1 pada kehamilan?
a. Mengetahui pentingnya dan manfaat pemeriksaan kehamilan.
b.Ikut ikutan Teman/Saudara/Kader/Tetangga.
c. Terpaksa/Disuruh.
4. Bersediakah Ibu mengunjungi BKIA/Posyandu/Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan?
a. Bersedia. b. Tidak bersedia.
84
5. Apakah alasan Ibu tidak setuju mengunjungi BKIA/Posyandu/
Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ?
a. Letak BKIA/Posyandu/Puskesmas jauh dari tempat tinggal.
b. Kesulitan transportasi dan medan yang ditempuh.
Pertanyaan Perilaku :
1. Apakah Ibu pernah melakukan pemeriksaan K-1 (Pemeriksaan
Kesehatan Pertama Kali Ibu Hamil) murni ?
a. Ya.
b. Tidak.
2. Apakah alasan Ibu tidak melakukan pemeriksaan K-1 murni ?
a. Tidak tahu.
b. Tidak mau/malas.
c. Tidak sempat/lupa.
3. Di mana Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan terakhir kali ?
a. Dokter/Bidan.
b. Kader Kesehatan.
c. Dukun/Paraji.
4. Apa yang Ibu lakukan melihat tetangga Ibu tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan ?
a. Memberi nasehat untuk memeriksakan kehamilan.
b. Ikut-ikutan tidak memeriksakan kehamilan.
c. Diam saja.
Pertanyaan Penyuluhan:
1. Apakah di tempat Ibu pernah dilakukan penyuluhan tentang pemeriksaan
kehamilan ?
a. Pernah. b. Tidak pernah.
2. Menurut Ibu, masih perlukah penyuluhan tentang manfaat kegiatan K-1
murni?
a. Perlu b. Tidak perlu
85
3. Penyuluhan mengenai apa lagi yang menurut Ibu masih diperlukan ?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Kesehatan Keluarga, meliputi KB, KIA, Gizi dan Imunisasi.
b. Penyakit Menular (Demam Berdarah, Campak, TBC, dll).
c. Kesehatan Lingkungan (jamban keluarga, sarana air bersih, limbah,
dll).
d. Pelayanan Kesehatan.
4. Menurut Ibu, berapa kali sebaiknya penyuluhan diadakan ?
a. 2 minggu sekali
b. 1 bulan sekali
c. 2 bulan sekali
d. 3 bulan sekali
5. Menurut Ibu, di mana sebaiknya penyuluhan diadakan ?
a. Posyandu.
b. Puskesmas.
c. Balai Desa.
d. Mesjid
6. Menurut Ibu, siapa yang sebaiknya memberikan penyuluhan ?
a. Tenaga Kesehatan (Dokter/Bidan/Mantri/Perawat).
b. Kader Posyandu/BKIA/Puskesmas.
c. Tokoh Agama/Masyarakat/Aparat desa.
7. Menurut Ibu, kapan waktu paling tepat untuk melakukan penyuluhan ?
a. Pagi.
b. Siang.
c. Sore.
8. Metode penyuluhan seperti apa yang Ibu inginkan ?
a. Ceramah.
b. Ceramah dan tanya jawab.
c. Ceramah dengan gambar/alat peraga.
86
Lampiran 2