Anda di halaman 1dari 86

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN

PERILAKU IBU HAMIL TERHADAP CAKUPAN K-1


DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SINDANG
AGUNG KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2014


LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN





DISUSUN OLEH :




Wahyu Setiawan ( 08310319 )


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2014









LEMBAR PERSETUJUAN



JUDUL : Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Prilaku Ibu Hamil
Terhadap Cakupan K-1 Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Sindang Agung Kabupaten Kuningan Tahun
2014

PENYUSUN : WAHYU SETIAWAN

NPM : 08310319


KUNINGAN, SEPTEMBER 2014



MENYETUJUI

Kepala Puskesmas











H. KUSDI, SKM, MM.Kes.




(NIP 19620102 198302 1 002)








KATA PENGANTAR

Segala puji dan sukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan pimpinan-Nya pada akhirnya kami dapat menyelesaikan
penelitian.
Penelitian ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam menjalani
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
atau Ilmu Kedokteran Komunitas Kedokteran Universitas Malahayati Lampung.
Berbagai hambatan dan kesulitan penulis temui selama melakukan
penelitian dan kesemuanya itu tidak akan dapat penulis atasi tanpa bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dari segi moril
maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, ijinkan
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Sri Widiawati, dr. selaku kepala bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
seluruh staff terima kasih atas segala bimbingan dan bantuan yang anda
berikan selama ini.
Pa H. Kusdi, SKM, MM.Kes, selaku Kepala UPTD Puskesmas Kuningan,
terima kasih atas ijinnya melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas
yang anda pimpin dan kesediaannya dalam membantu memberikan bahan-
bahan yang sangat diperlukan dalam penulisan Penelitian ini.
Seluruh staff UPTD Puskesmas Sindang Agung, terutama Bu nonok, Bu
Bidan Rosmiati, dan bu lili terima kasih atas bantuan anda sekalian, dalam
memberikan bahan-bahan untuk penelitian ini.
Terima kasih kepada segenap responden yang telah bersedia membantu
penulis dalam melengkapi data penelitian ini.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian
dan penulisan laporan penelitian ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Dengan memanfaatkan waktu dan sarana yang tersedia, kami berusaha
melakukan penelitian dengan sebaik-baiknya. Walaupun demikian, kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan, sehingga masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati kami berharap semoga
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Kuningan, September 2014
Hormat kami,


Penulis
(WAHYU SETIAWAN)
5

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar isi .................................................................................................... iii
Daftar lampiran .......................................................................................... v
BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................... 3
1.3. Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud Penelitian .................................................. 4
1.3.2. Tujuan Penelitian ................................................... 4
1.4. Manfaat penelitian ............................................................. 5
1.5. Ruang Lingkup Penelitian .................................................. 5
BAB II. Tinjauan Pustaka
2.1. Kehamilan .......................................................................... 7
2.2. Pemeriksaan Kehamilan ................................................... 13
2.3. Antepartum Care .............................................................. 19
2.4. Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan di
Puskesmas ........................................................................ 20
2.5. Pengetahuan, Sukap, dan Perilaku
A. Pengetahuan ............................................................... 22
B. Sikap .......................................................................... 25
C. Perilaku ...................................................................... 27
2.6. Kerangka Konsep ............................................................. 32
2.7. Hipotesis ......................................................................... 32
BAB III. Metode Penelitian
4.1. Metode Penelitian ............................................................ 37
4.2. Rancangan Penelitian ....................................................... 37
6
4.3. Instrumen Penelitian ........................................................ 37
4.4. Populasi dan Sample
4.4.1. Populasi ................................................................ 37
4.4.1. Sample .................................................................. 37
4.5. Definisi Operasional ......................................................... 32
4.6. Pengumpulan Data ........................................................... 38
4.7. Analisis Data
4.6.1. Pengolahan Data .................................................. 38
4.6.2. Analisis Data ........................................................ 38
4.8. Penyajian Data ................................................................. 39
Daftar Pustaka .......................................................................................... 67

7

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner.
Lampiran 2. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Agung.























8

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Laporan KIA Jumlah Ibu Hamil dan Cakupan K-1 Di UPTD Puskesmas
Sindangagung Bulan Agustus 2014.
Tabel 1.2. Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil Di UPTD Puskesmas Sindangagung
Tahun 2009 2013.
Tabel 2.1 Umur kehamilan menurut rumus HAASE dan STRUBER.
Tabel 2.2. Perbedaan Primigravida dan Multigravida.
Tabel 3.1 Definisi operasional





















9

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan masyarakat yang
terdepan, dapat menjangkau hampir seluruh daerah di Indonesia, bahkan
hingga daerah yang cukup terpencil dengan adanya kepanjangan tangan dari
Puskesmas antara lain berupa Puskesmas Pembantu (PUSTU), Puskesmas
Keliling (PUSLING), serta upaya menjangkau masyarakat terpencil.
Salah satu bentuk pelayanan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan
bagi ibu-ibu hamil, bersalin dan menyusui. Pelayanan kesehatan ini
mencakup pelayanan pemeriksaan masa kehamilan (antenatal
care/antepartum care), pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan
(dokter/bidan), dan pelayanan pemeriksaan masa nifas (postnatal
care/postpartum care).
Pelayanan ini dilaksanakan di dalam program KIA (Kesejahteraan
Ibu dan Anak) Puskesmas dan dilaksanakan di Puskesmas dan Posyandu.
Melalui program KIA telah mengeluarkan standar minimal pelayanan
kesehatan bagi ibu-ibu hamil, bersalin dan menyusui. Standar minimal
pelayanan kesehatan tersebut mencakup empat kali pemeriksaan pada masa
kehamilan, satu kali pelayanan persalinan oleh bidan, dan dua kali
melakukan pemeriksaan nifas dan bayinya pada bulan pertama setelah
melahirkan. Adapun pemeriksaan pada masa kehamilan yang diprogramkan
mencakup satu kali pelayanan pemeriksaan kehamilan pada trimester
pertama (kehamilan 0-3 bulan), satu kali pelayanan pemeriksaan kehamilan
pada trimester kedua (kehamilan 4-6 bulan), dan dua kali pelayanan
pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga (kehamilan 7-9 bulan).
Pelayanan pemeriksaan kehamilan yang pertama kali pada trimester pertama
dikenal dengan sebutan K-1.
10
Hasil penelitian di 12 rumah sakit di Jawa Barat pada tahun 1981
menunjukkan bahwa :
Sekitar 94,4% kematian merupakan akibat langsung kehamilan,
komplikasi kehamilan dan persalinan; sedangkan 5,6% disebabkan
oleh penyakit lain yang semakin memburuk dengan terjadinya
kehamilan dan persalinan
Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (40%), infeksi
(30%), dan toksemia gravidarum (30%).

Semua keadaan ini menuntut peningkatan pelayanan KIA, baik dari
segi jangkauan maupun mutu. Upaya pemerintah dengan ditetapkannya 10
Sasaran Kesejahteraan Ibu Anak dengan beberapa sasaran diantaranya yaitu
: penurunan AKI menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup, penurunan
prevalensi anemia menjadi 40%, dan eliminasi tetanus neonatorum yang
diharapkan tercapai pada tahun 1995.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pengelolaan program KIA
perlu lebih terarah, agar dapat menjangkau semua ibu serta mampu
menangani mereka yang ditemukan beresiko tinggi secara memadai. Untuk
itu diperlukan pemantauan besarnya cakupan pelayanan KIA di suatu
wilayah ( Puskesmas/ Kecamatan ) yang berkesinambungan agar diperoleh
gambaran distribusi daerah rawan kesehatan ibu dan anak. Namun usaha
yang dilakukan pemerintah akan timpang dan kurang berhasil jika tidak
disertai oleh peran serta masyarakat itu sendiri.
Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung yang meliputi
12 desa dengan jumlah penduduk 36.142 jiwa, permasalahan yang timbul
hampir selalu berhubungan dengan kebiasaan penduduk yang selalu mencari
pengobatan ke dukun/paraji dari pada tenaga kesehatan, sehingga dapatlah
dipahami bahwa ibu-ibu lebih sering memeriksakan kehamilannya ke paraji.
Di kecamatan Sindang Agung, desa Mekarmukti mempunyai K-1 paling
rendah yaitu 32,7% (24) dari target 49,58% (100) sehingga kesenjangan
yang terjadi -16,88%. Oleh karena itu perlu usaha lebih keras lagi dari
berbagai pihak yang terkait agar sasaran ini dapat tercapai. Pemerintah
11
Kabupaten Kuningan sebagai fasilitator perlu berperan lebih aktif lagi untuk
memayungi pelaksanaan program K-1 ini, sementara tenaga kesehatan yang
bertugas di daerah, dalam hal ini terutama bidan-bidan desa, diharapkan
lebih aktif dan giat untuk menjangkau ibu-ibu hamil agar dapat
memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga diharapkan secara
keseluruhan menaikkan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH
Pencapaian K-1 pada Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang
Agung yang mencakup 12 desa masih di bawah target namun yang menarik
ialah bahwa pencapaian di desa Mekarmukti mencapai kesenjangan yang
tinggi yaitu sekitar -16,88%. dari target (49,58%).
Penulis berpendapat bahwa tingginya kesenjangan K-1 di desa
Mekarmukti disinyalir ada hubungannya dengan keterkaitan antara faktor
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang masih rendah, serta juga faktor
penyuluhan. Namun benar tidaknya hal di atas masih memerlukan penelitian
lebih lanjut.
Tabel 1.1. Laporan KIA Jumlah Ibu Hamil dan Cakupan K-1 Di UPTD
Puskesmas Sindangagung Bulan Agustus 2014
No Desa/Kelurahan Jumlah
Penduduk
Jumlah Ibu
Hamil
Cakupan K-1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Babakanreuma
Tirtawangunan
Balong
Sindang Agung
Kertayasa
Sindang Sari
Kertawangunan
Kertaungaran
KaduAgung
Taraju
Dukuhlor
Mekarmukti
3.599
2.085
2.881
3.955
2.881
3.024
3.596
3.261
2.165
3.854
1.987
2.523
41
22
31
19
30
28
35
22
19
20
12
18
69,8
65,9
62,7
57,1
53,7
51,4
49.4
48,0
46,0
43,8
43,1
41,4
12

Jumlah (PKM) 35.776 318 53,1

Tabel 1.2. Cakupan Pemeriksaan Ibu Hamil Di UPTD Puskesmas
Sindangagung Tahun 2009 2013.
NO TAHUN
JUMLAH
IBU HAMIL
KEGIATAN
K1 K4
1 2009
792 81,46 83,39
2 2010 832 84,73 80,6
3 2011 253 88,30 81,46
4 2012 914 77,6 74,1
5 2013 823 78,4 80,3
Sumber Data : Laporan Bulanan KIA Tahun 2009 s/d 2013

Dari hasil tabel diatas dapat kita analisa bahwa terlihat adanya
penurunan pencapaian K1 dan K4, sehingga belum mencapai target. Hal
ini dikarenakan sasaran estimasi yang terlalu tinggi sehingga jauh berbeda
dengan data riilnya. Semua upaya telah maksimal dilakukan baik itu
penyuluhan, peningkatan kualitas ANC, kunjungan rumah dll.

Atas dasar data-data dan fakta tersebut di atas, penulis memilih
penelitian yang berjudul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU
HAMIL TERHADAP CAKUPAN K-1 DI WILAYAH KERJA UPTD
PUSKESMAS SINDANG AGUNG KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2004






13

I.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil terhadap cakupan K1 di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung Kabupaten
Kuningan Tahun 2014
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil terhadap cakupan K1 di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung Kabupaten
Kuningan.
Tujuan khusus :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Diketahui distribusi frekuensi hubungan pengetahuan, sikap
dan perilaku ibu hamil terhadap cakupan K1 di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Sindang Agung Kabupaten Kuningan.
2. Diketahui hubungan pengetahuan ibu hamil terhadap cakupan
K-1 di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung
Kabupaten Kuningan.
3. Diketahui hubungan sikap ibu hamil terhadap cakupan K-1 di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung Kabupaten
Kuningan.
4. Diketahui hubungan prilaku ibu hamil terhadap cakupan K-1 di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung Kabupaten
Kuningan.




14

I.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi puskesmas :
Memberikan informasi kepada Puskesmas Sindang Agung
mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil
terhadap cakupan K1 di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sindang Agung Kabupaten Kuningan.
2. Bagi masyarakat :
Memberikan pengertian pada masyarakat tentang cakupan K-1
3. Bagi penelitian berikutnya :
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
perbandingan.
4. Bagi pribadi :
Mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari bagi masyarakat.

1.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Pada penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada
ibu-ibu hamil selama periode September sampai Oktober 2014 di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung.











15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KEHAMILAN
Kehamilan adalah suatu proses dikandungnya bakal anak (janin) di
dalam tubuh ibu setelah terjadi proses pertemuan sel mani dan sel telur.
Kehamilan terjadi setelah persetubuhan, dimana terjadi proses pertemuan
dan persenyawaan sel mani (spermatozoa) dan sel telur (ovum) membentuk
sel yang disebut zygot. Proses pertemuan dan persenyawaan spermatozoa
dan ovum ini disebut sebagai fertilisasi. Fertilisasi terjadi karena pergerakan
spermatozoa di dalam vagina melewati canalis cervicalis hingga sampai ke
tuba uterina. Di sini spermatozoa menunggu kedatangan sel telur.
Pergerakan spermatozoa sedemikian cepatnya sehingga dalam waktu satu
jam saja spermatozoa sudah berada di dalam tuba.
Spermatozoa berbentuk seperti kecebong dengan kepala lonjong
dan ekor yang panjang seperti cambuk. Secara sitologis spermatozoa
memiliki bagian-bagian sebagai berikut: kepala (head), leher (neck) dan
bagian tengah (mid section) dan ekor (tail). Bagian ekor inilah yang menjadi
pendorong pergerakan spermatozoa.
Bila kebetulan terjadi pengeluaran ovum (ovulasi), maka fertilisasi
berlangsung. Namun bila tidak terjadi ovulasi, maka kehamilan tidak
mungkin terjadi. Jadi hanya persetubuhan yang dilakukan sekitar saat
ovulasi saja yang dapat menghasilkan kehamilan. Spermatozoa masih dapat
membuahi ovum selama 1-3 hari berada di dalam tubuh perempuan,
sedangkan ovum hanya dapat bertahan selama beberapa jam saja setelah
ovulasi, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa kehamilan masih dapat
terjadi bila persetubuhan dilakukan sekitar 3 hari sebelum atau sesudah
ovulasi.
Setelah zygot terbentuk, maka terjadi perubahan bentuk dan juga
perubahan dari jumlah kromosom. Seperti telah diketahui, sel-sel laki-laki
dan perempuan terdiri dari 22 pasang kromosom somatis dan 1 pasang
16
kromosom sex. Pada laki-laki kromosom sex-nya adalah kromosom X dan
Y, sedangkan pada perempuan kedua-duanya X. Induk dari ovum disebut
oogonium, menghasilkan 1 ovum dan 3 benda polar (polar bodies) yang
mempunyai kromosom hanya setengah dari sel biasa (23 buah). Yang dapat
dibuahi oleh spermatozoa menjadi janin hanyalah ovum, sedangkan benda
polar tidak dapat dibuahi. Induk sel mani disebut spermatogonium,
menghasilkan 4 spermatozoa yang juga mempunyai kromosom setengah
dari sel biasa (23 buah). Setelah fertilisasi, maka zygot mempunyai 46 buah
kromosom lagi sebagai hasil penyatuan dari 23 kromosom spermatozoa dan
23 kromosom ovum. Karena kromosom adalah yang menentukan sifat-sifat
makhluk hidup, maka kelak zygot kelak akan menjadi anak yang
mempunyai sebagian sifat ayah dan sebagian sifat ibu.
Penentuan jenis kelamin anak sudah ditentukan pada waktu
fertilisasi, oleh spermatozoa. Penyebabnya adalah karena kromosom sex
laki-laki terdiri dari X dan Y. Bila terjadi pertemuan kromosom sex laki-laki
X dengan kromosom sex X dari perempuan, maka anaknya mempunyai
kromosom sex XX sehingga berjenis kelamin perempuan, sedangkan jika
kromosom sex laki-laki Y bertemu dengan kromosom sex perempuan X,
maka anaknya mempunyai kromosom sex XY sehingga berjenis kelamin
laki-laki.
Selama kehamilan, zygot bertumbuh dan membelah diri
membentuk sel-sel baru sehingga sel-sel pada zygot bertambah banyak.
Mula-mula 2 sel, kemudian menjadi 4, 8, 16, 32 sel dan seterusnya. Zygot
berubah menjadi blastomer, morula, terbentuk exocoelom, blastocyst. Pada
bentuk blastocyst inilah zygot menanamkan diri ke dalam dinding rahim
(endometrium). Proses menanamkan diri ini disebut sebagai nidasi. Nidasi
terjadi kurang lebih 6 hari setelah fertilisasi, biasanya di dinding depan atau
belakang daerah fundus uteri. Kemudian dari blastocyst akan bertumbuh dan
berkembang lagi membentuk ari-ari (placenta), tali pusat (foeniculi) dan
janin (fetus) dimana fetus akan bertumbuh dan berkembang dalam suatu
kantung yang berisi cairan. Kantung tersebut terbentuk dari lapisan chorion
17
dan amnion sehingga disebut sebagai selaput chorioamnionik / selaput
ketuban, sedangkan cairannya disebut sebagai cairan amnion / air ketuban.
Pertumbuhan janin melewati fase-fase tertentu. Dari 0 2
minggu disebut zygot, dari 3 5 minggu disebut embryo (mudigah),
lebih dari 5 minggu disebut fetus (janin). Adapun pertumbuhan janin
dapat diringkaskan sebagai berikut:
a. Akhir 1 bulan :
Badan janin sangat melengkung, panjangnya 7,5-10 mm. Kepala
besarnya 1/3 dari seluruh mudigah. Saluran yang akan menjadi jantung
sudah terbentuk dan sudah berdenyut. Dasar-dasar tractus digestivus
sudah nampak, permulaan tangan dan kaki berbentuk tonjolan
b. Akhir 2 bulan :
Wajah sudah jelas berbentuk wajah manusia dan sudah mempunyai
lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki. Alat kelamin sudah
nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjang badannya
kurang lebih 2,5 cm.
c. Akhir 3 bulan :
Pusat-pusat penulangan sudah ada, kuku sudah ada, dan jenis
kelaminnya sudah dapat ditentukan. Janin sudah mulai bergerak tapi
karena sedemikian halusnya pergerakan janin ini, maka belum dapat
dirasakan ibu. Ginjal sudah membentuk sedikit air kencing. Panjang
badannya 7-9 cm.
d. Akhir 4 bulan :
Alat kelamin luar sudah dapat ditentukan jenisnya. Kulit ditumbuhi
rambut halus (lanugo). Pergerakan anak mungkin sudah dapat dirasakan
oleh ibu. Panjang badan 10-17 cm, berat 100 g.
e. Akhir 5 bulan :
Bunyi jantung sudah dapat didengar. Kalau lahir, sudah ada usaha untuk
bernapas. Panjang badan 18-27 cm, berat 300 g.

18
f. Akhir 6 bulan :
Kulit tampak keriput dan lemak mulai tumbuh di bawah kulit. Kulit
tertutup oleh vernix caseosa sebagai pelindung. Panjangnya 28-34 cm,
berat 600 g.
g. Akhir 7 bulan
Kalau lahir, dapat hidup di dunia luar, walaupun kemungkinan untuk
hidup terus masih kecil. Bila menangis dapat mengeluarkan suara yang
lemah. Panjang badan 35-38 cm, berat 1000 g.
h. Akhir 8 bulan
Permukaan kulit masih merah dan keriput seperti kulit orang tua.
Panjang badan 42,5 cm, berat 1700 g.
i. Akhir 9 bulan
Sudah ada lapisan lemak di bawah kulit yang cukup tebal, maka tubuh
tampak berisi. Panjang badan 46 cm, berat 2500 g
j. Akhir 10 bulan
Janin sudah cukup bulan (mature / a terme). Bayi laki-laki biasanya lebih
berat dari bayi perempuan. Kulit halus, hampir tak ada lanugo lagi. Pada
kulit masih terdapat vernix caseosa (campuran sekret sel-sel epitel kulit,
lanugo dan sekret kelenjar lemak). Kepala sudah ditumbuhi rambut,
kuku sudah melebihi ujung jari. Pada laki-laki testes sudah ada dalam
scrotum dan pada wanita labia mayora sudah menutupi labia minora.
Panjang badan 50 cm, berat 3000 g.
Pada prakteknya umur kehamilan dihitung dari haid terakhir, jadi
ada perbedaan kurang lebih 2 minggu dengan umur yang ditentukan dari
ovulasi. Kehamilan dapat dihitung dalam bulan ataupun dalam minggu. Satu
bulan sama dengan 4 minggu. Lamanya kehamilan kurang lebih 40 minggu
atau 280 hari dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) atau 38
minggu dari saat ovulasi. Untuk perempuan dengan siklus 5 mingguan,
maka ovulasi terjadi kira-kira 3 minggu setelah haid terakhir, jadi persalinan
akan terjadi 38 minggu kemudian, atau dengan perkataan lain kehamilan
19
berlangsung 41 minggu. Saat persalinan dapat diperkirakan dengan hukum
Naegele yaitu haid terakhir ditambah dengan (+7)(-3)(+1).
Misalnya, haid terakhir 28 Mei 2004, maka perkiraan persalinan adalah :
Haid terakhir : 28 5 2004
(+7) (-3) (+1) (= 280 hari)
Perkiraan persalinan : 35 2 2005 = 7 3 2005
Rumus ini berlaku hanya untuk perempuan dengan siklus
menstruasi 28 hari. Jika siklusnya lebih panjang, maka ovulasi juga
lebih panjang waktunya bila diukur dari HPHT. Ovulasi pada siklus 28
hari adalah 2 minggu dari HPHT, sedangkan ovulasi pada siklus 35
hari adalah 3 minggu dari HPHT, demikian seterusnya, sehingga
hukum Naegele untuk siklus 35 hari menjadi :
(+14) (-3) (+1)
Klinisi juga dapat memperhatikan panjang badan anak saja untuk
menentukan tuanya kehamilan. Dikenal rumus dari Haase, dimana panjang
badan anak dalam 5 bulan pertama kehamilan adalah kuadrat dari umur
kehamilan dalam bulan dan setelah bulan kelima umurnya dalam bulan
dikalikan dengan lima. Ada pula cara lain menurut Struber dengan
memperhatikan berat badan anak.


20

Tabel 2. Umur kehamilan menurut rumus HAASE dan STRUBER.
UMUR DALAM BULAN CARA HAASE
(PANJANG BADAN
ANAK DALAM CM)
CARA STRUBER
(BERAT BADAN ANAK
DALAM GRAM)
1 bulan 1
2
= 1 -
2 bulan 2
2
= 4 1,1
3 bulan 3
2
= 9 14,2
4 bulan 4
2
= 16 108,0
5 bulan 5
2
= 25 316
6 bulan 6 x 5 = 30 630
7 bulan 7 x 5 = 35 1045
8 bulan 8 x 5 = 40 1680
9 bulan 9 x 5 = 45 2478
10 bulan 10 x 5 = 50 3405

Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan umur kehamilan :
1. A terme / mature / cukup bulan : kehamilan antara 37 42 minggu dari
HPHT.
2. Abortus : keluarnya buah kehamilan dari rahim pada kehamilan kurang
dari 22 minggu, berat badan anak kurang dari 500 g.
3. Partus Immaturus : keluarnya buah kehamilan dari rahim pada
kehamilan antara 22 28 minggu, berat badan anak antara dari 500
1000 g.
4. Partus Prematurus : keluarnya buah kehamilan dari rahim pada
kehamilan antara 28 37 minggu, berat badan anak antara dari 1000
2500 g.
5. Partus Maturus : keluarnya buah kehamilan dari rahim pada kehamilan
antara 37 42 minggu, berat badan anak lebih dari 2500 g.
6. Partus Serotinus : keluarnya buah kehamilan dari rahim pada kehamilan
lebih dari 42 minggu.
21
7. Small For Date Baby : bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang
dari usia kehamilannya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin
adalah :
1.Faktor Ibu :
a. Tinggi badan ibu.
b. Keadaan gizi ibu.
c. Ketinggian daerah / tempat tinggal ibu.
d. Peminum minuman keras atau perokok.
e. Kelainan pembuluh darah.
f. Kelainan uterus.
g. Kehamilan ganda
2.Faktor Anak :
a. Jenis kelamin.
b. Kelainan genetik.
c. Infeksi intrauterin terutama oleh virus.
d. Kelainan kongenital lain.
3.Faktor Placenta :
Insufisiensi placenta yang dapat menyebabkan malnutrisi intrauterin.

2.2. PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Jika seorang perempuan memeriksakan diri karena merasa dirinya
hamil, maka yang harus pertama-tama dilakukan seorang dokter / bidan
adalah memastikan apakah perempuan tersebut betul-betul hamil.
Memastikan seorang perempuan hamil, dapat dengan berbagai cara yang
akan dibahas berikut ini, namun selain pemeriksaan untuk menentukan
adanya kehamilan, kita juga harus mendapat kesan bagaimana keadaan
kehamilannya, keadaan janin, keadaan jalan lahir, serta kesehatan ibu.
22
Adapun pemeriksaan kebidanan terbagi dalam :
1. Anamnesis (tanya jawab).
2. Pemeriksaan Fisik.
3. Diagnosis atau Ikhtisar Pemeriksaan.
4. Prognosis.
5. Terapi atau Pengobatan.

I. ANAMNESIS
Yang harus ditanya adalah :
- Identitas ibu : nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama, alamat, dan
lain-lain.
- Keluhan utama / apa yang diderita.
- Haid : kapan mendapat haid pertama kali, haid teratur / tidak, lama
haid, banyaknya darah haid, sifat darah haid (cair / beku, warna, bau),
nyeri haid, Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).
- Perkawinan : kawin / tidak, berapa kali kawin, berapa lama kawin.
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, juga keadaan anak.
- Riwayat kehamilan sekarang: keluhan-keluhan ibu pada kehamilan ini.
- Anamnesis keluarga.
- Riwayat penyakit dahulu.

II. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN UMUM (STATUS PRAESENS GENERALIS) :
a. Keadaan umum, kesadaran, keadaan gizi, bentuk badan.
b. Tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
suhu), refleks terutama refleks patella, berat badan.
c. Riwayat Penyakit Dalam (Status Internus): anemia, sianosis,
ikterus, dyspnoe, penyakit jantung dan paru-paru, edema, dan
lain-lain.
d. Pemeriksaan Laboratorium : urine (PP-test, glukosa, albumin,
sedimen}, darah (Hemoglobin, glukosa, golongan darah), feses.
e. Pemeriksaan penunjang lain : USG, foto Rontgen.
23

B. PEMERIKSAAN KEBIDANAN (STATUS OBSTETRICUS) :
a. Inspeksi : chloasma gravidarum, hiperpigmentasi putting susu,
keadaan putting susu, adanya kolostrum, pembesaran perut,
keadaan pusat, pigmentasi linea alba, pergerakan anak atau
kontraksi rahim, striae gravidarum, keadaan perineum, varices,
Tanda Chadwick.
b. Palpasi : maksudnya untuk memeriksa besarnya uterus untuk
menentukan tuanya kehamilan serta menentukan letak anak
dalam rahim. Memeriksa kehamilan dengan palpasi dikenal cara
menurut Leopold, terdiri atas Leopold I, II, III, IV.
c. Auskultasi :
- Dari anak : bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak.
- Dari ibu : bising rahim, bunyi aorta, bising usus.
d. Pemeriksaan Dalam : dilakukan atas indikasi, biasanya pada
pemeriksaan kehamilan yang pertama kali dan sekali lagi pada
kehamilan 8 bulan untuk menentukan keadaan panggul.
e. Pemeriksaan panggul : terutama penting pada primi gravida.
f. Pemeriksaan tambahan : Roentgen, USG, biologis, amnioskopi,
amniosentesis, pemeriksaan sitologis.

III. DIAGNOSIS / IKHTISAR PEMERIKSAAN
A. Hamil atau tidak
Tanda tanda kehamilan menjadi dua golongan : tanda pasti dan
tanda tidak pasti.
Tanda tanda pasti :
1. Terdengarnya BJA.
2. Terlihat / teraba / terdengarnya pergerakan anak oleh pemeriksa.
3. Terlihat rangka janin dengan Ro atau USG.



24
Tanda- tanda tidak pasti / mungkin :
a. Tanda tanda objektif yang didapat oleh pemeriksa :
1. Pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi uterus (tanda
Piskacek, tanda Hegar).
2. Perubahan pada cervix menjadi lunak.
3. Kontraksi Braxton Hicks.
4. Ballotement in toto.
5. Meraba bagian anak.
6. Pemeriksaan biologis.
7. Pembesaran perut.
8. Kolostrum.
9. Chloasma gravidarum, hiperpigmentasi areola mammae,
hiperpigmentasi linea alba.
10. Selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu (tanda
Chadwick).
b. Tanda tanda subjektif yang dirasakan oleh ibu :
1. Adanya amenorrhea.
2. Mual muntah.
3. Ibu merasakan pergerakan anak.
4. Sering kencing.
5. Perasaan dada berisi dan agak nyeri.
25
B. Primi atau multigravida.
Tabel 2.2. Perbedaan Primigravida dan Multigravida.
Primigravida Multigravida
Buah dada tegang. Buah dada lembek/ menggantung.
Putting susu runcing. Putting susu tumpul.
Perut tegang dan menonjol ke
depan.
Perut lembek dan tergantung.
Striae lividae. Striae lividae dan striae albicans.
Perineum utuh. Perineum berparut.
Vulva tertutup. Vulva menganga.
Hymen perforatus. Carunculae myrtiformis.
Vagina sempit dan teraba rugae. Vagina longgar, selaput lendir
licin.
Portio runcing, ostium externus
tertutup.
Portio tumpul, terbagi dalam bibir
anterior dan bibir posterior.

C. Tuanya kehamilan.
D. Anak hidup atau mati.
E. Anak tunggal / kembar.
F. Letak janin di dalam rahim.
G. Letak janin intra atau extra uterine.
H. Keadaan jalan lahir.
I. Keadaan umum ibu.

IV. PROGNOSIS
Setelah pemeriksaan selesai maka atas dasar pemeriksaan dibuat
prognosis atau ramalan persalinan, gunanya untuk meramalkan apakah
persalinan dapat berlangsung normal atau sulit dan berbahaya.



26
V. TERAPI
Tujuan terapi pada perempuan hamil adalah untuk mencapai taraf
kesehatan optimal dalam kehamilan dan menjelang persalinan. Yang
paling sering memerlukan pengobatan adalah adanya anemia,
hipovitaminosis, hiperemesis gravidarum, perdarahan dalam kehamilan,
kelainan letak, toxemia gravidarum, dan kegelisahan menjelang
persalinan.

2.3. ANTEPARTUM CARE
Adalah perawatan fisik dan mental sebelum persalinan (pada masa
kehamilan). Bersifat preventif dan bertujuan mencegah hal hal yang
bersifat membahayakan bagi ibu dan anak.
Tujuan antepartum care terhadap ibu adalah :
1. Mengurangi penyulit penyulit masa antepartum.
2. Mempertahankan kesehatan jasmani dan rohani ibu.
3. Menjaga agar persalinan dapat berlangsung aman.
4. Mempersiapkan ibu agar berada dalam kondisi terbaik pasca melahirkan.
5. Agar ibu dapat memenuhi kebutuhan janin.
Tujuan antepartum care terhadap anak adalah :
1. Mengurangi prematuritas, kelahiran mati, dan kematian neonatal.
2. Kesehatan optimal dari bayi.
Antepartum care dapat berhasil dengan baik jika terjadi usaha
bersama antara dokter / bidan dengan pasien. Hal hal lain yang perlu
diperhatikan dalam antepartum care adalah masalah gizi dalam kehamilan,
higiene umum ibu, pekerjaan dan gerak badan ibu, masalah pembuangan
(buang air besar/kecil), hubungan seksual pada masa kehamilan serta aspek
jiwa ibu dalam kehamilan dan menjelang persalinan.


27

2.4. PELAYANAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI PUSKESMAS
Pemeriksaan kehamilan di Puskesmas mencakup aspek aspek
yang telah disebutkan di atas. Pada umumnya pemeriksaan kehamilan
dilakukan :
- Satu kali sebulan dari kehamilan bulan ke 0 hingga ke 6.
- Dua kali sebulan dari kehamilan bulan ke 6 hingga ke 9
- Satu kali seminggu pada bulan terakhir
Aturan pemeriksaan tersebut hanya berlaku dalam keadaan
kehamilan yang normal. Bila terjadi kelainan maka pemeriksaan dapat
disesuaikan menurut kebutuhan pasien.
Pada kenyataannya standar pemeriksaan seperti di atas biasanya
tidak tercapai. Oleh karena itu ada suatu standar pelayanan ibu hamil yang
dikeluarkan oleh Depkes, yang mencakup paling sedikit empat kali
pemeriksaan kehamilan, satu kali dilayani oleh bidan saat melahirkan, dan
dua kali melakukan pemeriksaan nifas dan bayinya pada bulan pertama
setelah melahirkan. Empat kali pemeriksaan kehamilan mencakup satu kali
pemeriksaan pada triwulan pertama (0 3 bulan), satu kali pemeriksaan
pada triwulan kedua (4 6 bulan), dan dua kali pemeriksaan pada triwulan
ketiga (7 9 bulan). Jika ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilannya
pertama kali pada umur kehamilan antara 0 3 bulan, maka dikatakan ibu
tersebut telah melakukan pemeriksaan K-1 murni. Bila ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilannya pertama kali tanpa memandang umur kehamilan
disebut sebagai K-1 akses.
Pemeriksaan kehamilan pertama kali pada umur kehamilan 0-3
bulan sangat penting untuk mengetahui bila ada kelainan pada janin maupun
ibu sedini mungkin.
Penyulit kehamilan seperti toxemia gravidarum, perdarahan
antepartum, kelainan letak, baru timbul atau mempunyai arti pada triwulan
terakhir kehamilan dan bertambah besar kemungkinan terjadinya menjelang
akhir kehamilan, maka disadari bahwa pengawasan setelah bulan ke 6 harus
lebih diperketat. Oleh karena itu sangat penting untuk memperhatikan secara
28
ketat keadaan kehamilan ibu pada triwulan terakhir. Pencapaian tingkat
pemeriksaan kehamilan yang baik pada triwulan terakhir tentu akan
mempertinggi kesuksesan persalinan, yaitu keselamatan ibu dan anak dalam
persalinan dan mengurangi akibat yang timbul pada masa nifas.

Adapun standar minimal pelayanan bumil di Puskesmas / Posyandu
mencakup pelayanan 7 T yaitu :
1. Timbang berat badan.
2. Periksa Tekanan darah.
3. Mengukur Tinggi Fundus Uteri (TFU).
4. Mendapatkan imunisasi TT 2 kali selama kehamilan dengan selang
waktu di antaranya 4 6 minggu.
5. Makan Tablet tambah darah satu tablet per hari selama kehamilan
minimal 90 tablet selama kehamilan.
6. Tes terhadap Penyakit Menular Seksual.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

Manfaat pemeriksaan kehamilan :
1. Mengetahui adanya kelainan lebih dini.
2. Memperoleh nasihat dari petugas kesehatan tentang makanan bergizi,
kebersihan diri selama kehamilan, kegiatan yang boleh dilakukan ibu
hamil setiap hari.

Kelompok bumil dengan faktor risiko dan faktor risiko tinggi :
1. Faktor risiko :
- Umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun.
- Tinggi badan ibu < 145 cm.
- Berat badan 45 kg pada trimester kedua.
- Ibu hamil lebih dari empat kali.
- Pengukuran LILA < 23,5 cm pada trimester ketiga.


29

2. Faktor risiko tinggi :
- Bumil sering pusing berat, penglihatan berkunang kunang, kaki
bengkak, dan hipertensi.
- Bumil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang).
- Bumil yang diperkirakan dengan bayi kembar.
- Bumil dengan riwayat kehamilan sebelumnya yang buruk (pernah
SC, persalinan tindakan atau anjuran).
- Bumil dengan riwayat penyakit : jantung, TBC, ginjal, liver, dan
hipertensi.

2.5. PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU
A. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di
sini sikap subjek sudah mulai timbul.
30
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya
stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah
lebih baik lagi.
d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikendaki oleh stimulus.
e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahp tersebut di
atas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long
lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkat, yakni :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dlaam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
31
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dlaam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadapsuatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
32
ingin kita ketahui atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-
tingkat tersebut di atas.

B. Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-
hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
social. Newcomb salah seorang ahli psikologi menyatakan bahwa sikap
itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan pre-disposisi
tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat
dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Diagram ini lebih dapat menjelaskan uraian tersebut di atas :

Stimulus rangsang Proses stimulus Reaksi
Tingkah laku
(terbuka)
Sikap (tertutup)


Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen
pokok, yakni :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

33
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai
tingkatan, yakni :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat
tiga.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian
ditanyakan pendapat responden.

C. Perilaku (behavior)
Perilaku dari pandangan biolgis adalah merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada
hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.
34
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar
subjek tersebut. Respons ini berbentuk dua macam, yakni :
1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain,
misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah
suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa
anaknya ke Puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain seorang yang
menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana
meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh
tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi, dan contoh
kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk
mendukung keluarga berencana, meskipun mereka sendiri belum
melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab
itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behavior).
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah
membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk
imunisasi, dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga
berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena
perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata,
maka disebut overt behavior.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan
sikap adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan disebut covert
behavior. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons
seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt
behavior.
35
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar
individu itu sendiri, antara lain : susunan syaraf pusat, persepsi,
motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
dibedakan menjadi dua, yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern
mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan
sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun
non fisik seperti iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan dan
sebagainya.
Perilaku merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang
kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh
seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi
menurut cara tertentu terhadap suatu objek.
Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan
individu maupun kesehatan masyarakat, untuk hal ini Hendrik L. Blum
menggambarkan secara ringkas sebagai berikut :

Keturunan


Pelayanan Status Lingkungan :
kesehatan kesehatan - fisik
- sosial ekonomi,
budaya dsb


Perilaku

36
Keempat faktor tersebut (keturunan, lingkungan, perilaku dan
pelayanan kesehatan) di samping berpengaruh langsung kepada
kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan
akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara
bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor
saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status
kesehatan akan tergeser ke arah di bawah optimal.
Menurut Lewrence Green, perilaku itu dilatarbelakangi atau
dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yakni : faktor-faktor predisposisi
(predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing
factors). Oleh sebab itu, pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha
intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok tersebut.
Dari diagram tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan
pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku
sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat sesuai dengan
nilai-nilai kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan
adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran
agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.

37

2.5. KERANGKA TEORI

Kerangka teori merupakan gambaran dari teori dimana suatu problem riset
berasal atau dikaitkan:
Skema dari Blum dan Green tersebut dapat dimodifikasi sebagai berikut:
Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan :
Keturunan

Pelayanan Status Lingkungan
Kesehatan Kesehatan

Perilaku

Faktor predisposisi Enabling Factors Reinforcing Factors
(pengetahuan, sikap, (ketersediaan sumber- (sikap dan perilaku
kepercayaan, tradisi, sumber/fasilitas) petugas)
nilai dan sebagainya)

Komunikasi PPM Training
DK Pem.Sosial P.O.
P.O.

PENDIDIKAN
KESEHATAN







38
PERILAKU



PENGETAHUAN
SIKAP

2.6. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dalam suatu penelitian adalah kerangka yang
berhubungan antara konsep-konsep yang akan diteliti atau diukur melalui
penelitian yang akan dilakukan.
25
Kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Variabel I ndependent Variabel dependent




Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa peneliti akan
mencari hubungan pengetahuan, sikap dan prilaku ibu hamil terhadap cakupan
K-1 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung Kecamatan Sindang
Agung Kabupaten Kuningan tahun 2014.












KUNJUNGAN IBU
HAMIL
KE-1 ( K-1 )
39

2.7. HIPOTESIS

Dari teori diatas dapat diambil hipotesis sebagai berikut yaitu :
Ha
(1) Ada pengaruh faktor pengetahuan ibu hamil terhadap cakupan K-1 di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung.
(2) Ada pengaruh faktor sikap ibu hamil terhadap cakupan di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sindang Agung
(3) Ada pengaruh faktor prilaku ibu hamil terhadap cakupan di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung
Ho
(4) Tidak ada pengaruh faktor pengetahuan ibu hamil terhadap cakupan K-1
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung.
(5) Tidak ada pengaruh faktor pengetahuan ibu hamil terhadap cakupan K-1
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung.
(6) Tidak ada pengaruh faktor pengetahuan ibu hamil terhadap cakupan K-1
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung.












40

BAB III
METODE PENELITIAN


3.1. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif yaitu jenis penelitian untuk mendapatkan gambaran yang akurat
dari sebuah karakteristik masalah yang berbentuk mengklasifikasikan
suatu data.
25


3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
3.2.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Sindang Agung Kecamatan Sindang Agung Kabupaten Kuningan
tahun 2014.
3.2.2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2014.

3.2.RANCANGAN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu desain penelitian yang
bertujuan untuk mencari gambatan antara faktor resiko dengan efek
pengamatan atau observasi antar variabel dilakukan secara bersamaan.
25

Desain analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui
hubungan pengetahuan, sikap, dan prilaku ibu hamil terhadap cakupan K-1
di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung.

3.3.INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen pokok penelitian ini atau alat pengumpulan data yang
pokok adalah kuesioner.


41
3.4.POPULASI DAN SAMPLE
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti.
25
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja
UPTD Puskesmas Sindang Agung Kecamatan Sindang Agung Kabupaten
Kuningan sejak bulan Agustus 2014 sebesar 318 orang.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Jika
populasi kurang dari 10.000 maka pengambilan sampel mengunakan
rumus.
2
(d) N 1
N
n


Keterangan
n = Besar sempel
N = Besar populasi
d = Tingkat penyimpangan yang diinginkan (10% = 0,1)
n =
2
(0,1) 318 1
318


n = 76.
23
A. Kriteria Inklusi
1. Responden mampu berkomunikasi dengan baik
2. Bertempat tinggal di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sindang
Agung Kecamatan Sindang Agung Kabupaten Kuningan.
3. Bersedia menjadi responden
4. Pasien ibu hamil
B. Kriteria Eksklusi
1. Responden yang menolak di wawancara
2. Pasien yang bukan ibu hamil


42

3.5. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu.
25
Variabel dalam penelitian adalah terdiri dari dua variabel
yaitu:
3.5.1 Variabel independen
Variabel independen meliputi Pengetahuan, Sikap dan Prilaku.
3.5.2. Variabel dependen
Variabel dependen meliputi Cakupan K-1 ibu hamil

3.6. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati
atau diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran terhadap variabel yang
bersangkutan serta pengembangan instrumen.
25
Tabel 3.1
Definisi operasional
Variabel Definisi Operasional
Alat
Ukur

Cara Ukur
Hasil Ukur

Skala

Usia ibu. Adalah ulang tahun
terakhir ibu saat
dilaksanakannya
penelitian.
Kuesioner Wawancara 0. < 21 Tahun
1. 21-35 Tahun
2. >35 Tahun
Interv
al
Pendidikan
ibu
Adalah jenjang
pendidikan formal
terakhir yang diikuti ibu.
Pendidikan rendah yaitu
mereka yang tidak
sekolah, tidak tamat SD,
dan tamat SD dan SLTP.
Pendidikan tinggi yaitu
mereka yang > SLTP.
Kuesioner Wawancara 0. Pendidikan
rendah.
1. Pendidikan
tinggi.
Ordinal
Pekerjaan
ibu.
Adalah pekerjaan yang
ibu lakukan sehari hari.

Kuesioner Wawancara 0. Nomina
l

Jumlah
anak.

Adalah jumlah anak hidup
dan anak yang sudah
meninggal yang dimiliki
ibu saat penelitian
berlangsung.

Kuesioner

Wawancara

0. 2 Orang
1. 3-5 Orang
2. > 5 Orang

Nomina
l
Penghasilan
perkapita
perbulan.
Adalah jumlah
penghasilan rata rata
seseorang selama sebulan.
Kuesioner Wawancara 0. < Rp 98.300
/Bulan
1. Rp 98.300
Nomina
l
43
/Bulan
I ndependent
Pengetahuan
ibu.

Adalah pengetahuan ibu
mengenai pemeriksaan
kehamilan yang dinilai
melalui jawaban ibu atas
pertanyaan pertanyaan
kategori pengetahuan
dalam kuesioner.
Kategori pengetahuan 8
pertanyaan:
- Mencakup pengetahuan
responden mengenai
K1.
- Ketentuan ketentuan
pemeriksaan
kehamilan.
- Manfaat pemeriksaan
K-1.

Kuesioner

Wawancara

0. Pengetahuan
cukup, jika nilai
yang diperoleh
50
1. Pengetahuan
kurang, jika
nilai yang
diperoleh < 50.



Ordinal
Sikap ibu.

Adalah sikap ibu
mengenai pemeriksaan
kehamilan yang dinilai
melalui jawaban ibu atas
pertanyaan pertanyaan
kategori sikap dalam
kuesioner.
Kategori sikap 5
pernyataan:
- Mencakup sikap
responden dalam
melakukan kunjungan
K-1.
- Kesediaan
mengunjungi
Puskesmas atau
Posyandu.
- Kesediaan dipungut
biaya pemeriksaan.
Kuesioner

Wawancara 0. Sikap cukup,
jika nilai yang
diperoleh 23.
1. Sikap kurang,
jika nilai yang
diperoleh <
23.

Ordinal
Perilaku ibu Adalah perilaku ibu
mengenai pemeriksaan
kehamilan yang dinilai
melalui jawaban ibu atas
pertanyaan pertanyaan
kategori perilaku dalam
kuesioner.
kategori perilaku 4
pertanyaan :
- Mencakup perilaku
responden dalam
melakukan
pemeriksaan K-1.

Kuesioner Wawancara 0. Perilaku cukup,
jika nilai yang
diperoleh 18.
1. Perilaku
kurang, jika
nilai yang
diperoleh < 18.

Ordinal
Penyuluhan
ibu.
Adalah sikap ibu terhadap
penyuluhan K-1 /
pemeriksaan kehamilan,
Kuesioner Wawancara Ordinal
44
dinilai melalui jawaban
ibu atas pertanyaan
pertanyaan kategori
penyuluhan dalam
kuesioner.
kategori penyuluhan 8
pertanyaan :
- Seluruhnya merupakan
pilihan ganda.

Dependent
Cakupan K1

Pemeriksaan kesehatan
pertama kali bagi ibu hamil

Buku
register
cakupan
K1
dan
Lembar
checklist





Dokumentasi
buku register
cakupan K1
kedalam
lembar
checklist



0. Rendah
1. Normal
2. Tinggi

Ordinal

3.7. PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan berupa:
1. Data Primer
Hasil wawancara langsung secara terpimpin dengan responden melalui
kunjungan ke Puskesmas dan kunjungan Posyandu. Pertanyaan
pertanyaan diajukan secara lisan dengan berpedoman pada kuesioner
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
2. Data sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan metode dokumen yang diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten, Kantor Kecamatan, kantor Desa, dan
Puskesmas.

3.8. ANALISIS DATA
3.8.1. Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh kemudian dicatat, dan diolah secara
manual. Kemudian disusun dalam beberapa tabel sesuai dengan
tujuan penelitian.

45
3.8.2. Analisis Data
Analisis data terdiri atas analisis univariat dan bivariat
1. Analisis univariat
Tujuan analisis univariat adalah untuk mengetahui distribusi
usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan perkapita perbulan,
jumlah anak, pengetahuan, sikap, perilaku dan penyuluhan
terhadap cakupan K-1 di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sindang Agung.

2. Analisis bivariat
Tujuan analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku
terhadap cakupan K-1 di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sindang Agung.
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
salah satu variasi dari rumus analisis statistik Chi-square test.
Dalam penggunaan analisis ini, pertama-tama ditetapkan
sebuah hipotesa yang disebut hipotesa (Ho) yang menyatakan
bahwa setiap faktor (kategori) yang telah ditetapkan tersebut
tidak berpengaruh terhadap cakupan K-1 di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Sindang Agung.
Selanjutnya hasil penghitungan Chi-square hitung
dibandingkan dengan Chi-square tabel yang dilihat dengan
degree of freedom (df) adalah 1.

3.9.PENYAJIAN DATA
Hasil pengumpulan dan analisis data disajikan dalam bentuk tabel
disertai dengan pembahasan.



46

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Geografi
Lokasi penelitian ini adalah Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang
Agung yang secara administratif adalah Kecamatan Sindang Agung,
Kabupaten Kuningan.
Luas Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sindang Agung seluruhnya
adalah 12.251.126 Km
2
, yang terdiri dari pegunungan (55%) dan dataran
rendah(45%), serta meliputi 12 Desa, yaitu:
1). Desa Balong
2). Desa Mekarmukti
3). Desa Sindangagung
4). Desa Kaduagung
5). Desa Sindangsari
6). Desa Dukulor
7). Desa Tirtawangunan
8). Desa Taraju
9). Desa Babakanreuman
10). Desa Kertayasa
11). Desa Kertawangunan
12). Desa Kertaungaran


Batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Agung adalah sebagai
berikut:
Batas Utara : Puskesmas Cipicung
Batas Selatan : Puskesmas Mekarwangi
Batas Barat : Pukesmas Kuningan
Batas Timur : Puskesmas Garawangi





47

Demografi
Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Agung
seluruhnya adalah 36.142 jiwa, terdiri dari 19.252 jiwa laki-laki dan
16.890 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga 10.212 KK.

Sarana Kesehatan, petugas kesehatan dan peran serta masyarakat yang ada di wilayah
kerja Puskesmas:
Puskesmas Induk : 1 buah
Puskesmas pembantu : 0 buah
Pusling : 1 buah
Posyandu : 36 buah
Dokter umum : 1 orang
Dokter gigi : 1 orang
Perawat : 5 orang
Bidan : 13 orang
Sarjana kesehatan Masyarakat : 2 orang
Petugas administrasi : 1 orang
Pekarya Kesehatan : 1 orang
Tenaga Sukarela : 4 orang
Paraji : 4 orang
Kader Kesehatan : 180 orang






48


5.2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
A. USIA
Tabel 5.1. Distribusi Usia Responden
USIA JUMLAH PERSENTASE
< 21 tahun
21 35 tahun
> 35 tahun
12
62
10
14,29 %
73,81 %
11,90 %
TOTAL 84 100 %

Usia responden berada pada interval 21 35 tahun yang berarti
kebanyakan responden berada dalam usia subur yang
memungkinkannya untuk memiliki anak lagi. Hal ini penting, sebab
bila responden hamil lagi ia diharapkan sudah mengetahui tentang
pentingnya pemeriksaan K-1 sehingga dengan melakukan
pemeriksaan K-1 diharapkan semua kelainan baik pada ibu maupun
pada janin dapat terdeteksi secara dini. Hasilnya, baik responden
maupun janinnya berada dalam kondisi sebaik mungkin dan akan
didapat keluaran (outcome) yang baik.



49


B. PENDIDIKAN
Tabel 5.2. Distribusi Pendidikan Terakhir Responden
PENDIDIKAN JUMLAH PERSENTASE
Tidak tamat SD/Tidak sekolah
SD / sederajat
SLTP / sederajat
SLTA / sederajat
Akademi / PT
29
41
10
4
0
34,52 %
48,81 %
11,90 %
4,77 %
0
TOTAL 84 100 %

Dari Tabel 5.2. didapatkan data bahwa kebanyakan responden
mengecap pendidikan yang rendah. Dari seluruh responden, jumlah
terbesar sebanyak 41 responden (48,81%) hanya berpendidikan
hingga tamat SD. Pada urutan kedua, dengan jumlah jumlah 29
responden (34,52%) tidak tamat SD atau tidak sekolah. Menurut
Hendrik L. Blum, pendidikan formal bermanfaat bukan hanya untuk
mencerdaskan masyarakat, namun juga dapat mengubah perilaku
masyarakat. Menurut Soekidjo Notoadmodjo (1993), makin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat, diharapkan ia akan lebih mudah
menerima pesan-pesan kesehatan dan mengerti akan arti pentingnya
pesan-pesan tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden,
semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan pengertiannya akan
suatu informasi atau pesan, khususnya pesan kesehatan. Oleh karena
itu dapat dipahami kurangnya partisipasi responden dalam
50
melakukan pemeriksaan K-1 disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan daya cerna masyarakat terhadap informasi yang
telah diberikan, baik melalui penyuluhan maupun melalui media
massa.

C. PEKERJAAN RESPONDEN
Tabel 5.3. Distribusi Pekerjaan Responden
PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE
Ibu rumah tangga
Petani
Buruh
Pedagang / swasta
Lain - lain
81
0
3
0
0
96,43 %
0
3,57 %
0
0
TOTAL 103 100 %

Dari tabel 5.3. didapatkan bahwa pekerjaan sebagian besar
responden merupakan ibu rumah tangga. Dari jenis pekerjaan
responden dapat disimpulkan tentang kegiatan dan kesibukan ibu
sehari-hari, yang juga berpengaruh terhadap perhatian pada
kehamilannya. Ibu yang tidak bekerja / hanya bekerja sebagai ibu
rumah tangga relatif tidak sesibuk ibu yang bekerja, sehingga
seharusnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tersebut relatif lebih baik
karena ia mempunyai waktu lebih untuk belajar lagi tentang hal-hal
yang tidak diketahuinya, dalam hal ini K-1 baik melalui penyuluhan
atau melalui artikelartikel dalam media massa dibandingkan dengan
ibu-ibu yang bekerja. Namun, hal ini juga bergantung pada
51
pemahaman ibu tersebut tentang pentingnya hal-hal yang
disampaikan melalui penyuluhan tersebut serta kemauan ibu untuk
belajar.

52
D. JUMLAH ANAK YANG DIMILIKI RESPONDEN
Tabel 5.4. Distribusi jumlah anak yang dimiliki responden
JUMLAH ANAK JUMLAH PERSENTASE
2
3-5
> 5
37
33
14
44,05 %
39,28 %
16,67 %
TOTAL 84 100 %

Pada tabel 5.4. dapat kita lihat bahwa responden terbanyak
memiliki anak 2, 37 orang (44,05%), disusul oleh 3-5 orang, 33
orang (39,28 %). Namun masih ada 14 orang responden (16,67%)
yang memiliki anak lebih dari 5 orang anak. Jumlah anak dalam
suatu keluarga menentukan pula jumlah pengeluaran sehari-hari
responden, yang berkaitan dengan kepedulian ibu untuk
memeriksakan kehamilan bila adanya biaya untuk pemeriksaan.

E. PENGHASILAN
Tabel 5.5. Distribusi Penghasilan Perkapita Perbulan Responden
PENGHASILAN JUMLAH PERSENTASE
< Rp. 98.300,00
Rp. 98.300,00
57
27
67,86 %
32,14 %
TOTAL 84 100 %

53
Dari tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden
yaitu 57 responden (67,86%) berpenghasilan perkapita perbulan
kurang dari Rp. 98.300,00 atau kurang dari rata-rata penghasilan
perkapita perbulan di Kabupaten Cianjur. Hal ini tentu berpengaruh
pada tingkat kepatuhan responden untuk melakukan kunjungan
pemeriksaan ke Puskesmas atau Posyandu. Orang yang mempunyai
penghasilan rendah relatif lebih sulit mengeluarkan biaya tambahan,
dalam hal ini bila setelah melakukan pemeriksaan ternyata terdapat
kelainan baik pada ibu atau pada janinnya yang memerlukan
pengobatan lebih intensif atau rujukan ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas yang lebih lengkap dan tentunya diperlukan biaya yang
besar. Daripada kelainannya ditemukan dan kemudian dirujuk untuk
diobati dengan biaya yang relatif besar, lebih baik tidak
memeriksakan diri daripada harus berhutang untuk menutupi biaya
pengobatan yang tinggi. Di lain pihak, orang yang berpenghasilan
rendah biasanya mencari penghasilan tambahan, sehingga waktunya
tersita dan tidak sempat memperhatikan hal-hal lain seperti
kehamilan ataupun masalah kesehatan lain. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa banyaknya responden yang berpenghasilan rendah
turut menyumbang peran dalam rendahnya K-1.
F. PENGETAHUAN
Tabel 5.6. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah Ibu pernah mendengar
tentang program K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Pernah
Belum pernah
9
75
10,72 %
89,28 %
TOTAL 84 100 %
54


55
Tabel 5.7. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah Ibu mengetahui bahwa
kunjungan pemeriksaan kehamilan dilakukan
dalam waktu waktu tertentu dan ada
kunjungan minimalnya selama kehamilan ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Tahu
Tidak tahu
23
61
27,38 %
72,62 %
TOTAL 84 100 %

Tabel 5.8. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, berapa kali
kunjungan minimal Ibu hamil untuk diperiksa
kehamilannya ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Satu kali
Dua kali
Tiga kali
Empat kali
Tidak tahu
4
6
20
38
16
4,76 %
7,14 %
23,80 %
45,24 %
19,06 %
TOTAL 84 100 %


56
Tabel 5.9. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, kapan pemeriksaan
kehamilan yang pertama kali dilakukan ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Trimester pertama
Trimester kedua
Trimester ketiga
Tidak tahu
49
3
2
30
58,33 %
3,57 %
2,38 %
35,72 %
TOTAL 84 100 %

Dari tabel 5.6. didapatkan bahwa sebagian besar responden
yaitu 75 orang (89,28%) belum pernah mendengar tentang program
K-1. Dari tabel 5.7. didapatkan sebagian besar responden yaitu 61
orang (72,62%) tidak mengetahui bahwa ada keharusan sedikitnya
berapa kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya dan ada waktu
pemeriksaan yang tepat. Hal ini sangat disayangkan karena sebagian
besar ibu-ibu hamil dan yang telah mempunyai balita ternyata belum
mengetahui adanya standar pemeriksaan minimal bagi ibu hamil.
Jadi dapat disimpulkan bahwa selama ini ibu-ibu hamil belum
mendapatkan pelayanan kesehatan selama kehamilan secara
memadai. Hal ini tentu berakibat pada ibu dan janinnya sendiri,
dimana tingkat kesakitan dan kematian ibu serta janin menjadi lebih
tinggi.
Dari tabel 5.8. didapatkan bahwa sebagian besar responden
(54,36%) atau 46 orang tidak menjawab dengan tepat berapa kali
pemeriksaan minimal bagi ibu hamil. Hanya sebanyak 45,23 % yang
dapat menjawab dengan tepat. Hal ini tentu berpengaruh terhadap
57
kesehatan ibu dan janinnya sendiri karena bila ibu hamil tidak tahu
kapan dan berapa kali sebaiknya ia memeriksakan dirinya semasa
kehamilan, dapat diperkirakan bahwa ibu tersebut menjadi sangat
rentan dan beresiko baik dalam menjalani masa kehamilan maupun
masa persalinannya.
Dari tabel 5.9. sebanyak 58,33% responden tahu kapan
pemeriksaan yang pertama kali pada masa kehamilan sebaiknya
dilakukan. Angka ini masih tergolong kecil, karena diharapkan
bahwa ibu mengetahui kapan pemeriksaan yang pertama kali pada
masa kehamilan sebaiknya dilakukan adalah sebesar 90%. Sebanyak
35,72% responden menjawab tidak tahu. Hal ini mencerminkan
rendahnya pengetahuan responden tentang saat pemeriksaan
kehamilan yang optimal dan juga mencerminkan rendahnya tingkat
penyuluhan yang efektif pada masyarakat.

Tabel 5.10. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, pemeriksaan
kehamilan dilakukan oleh siapa?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Bidan / Dokter
Dukun Beranak / Paraji
Kader Posyandu /
Puskesmas / KIA
Tidak tahu
75
8
1

0
82,28 %
16,53 %
1,19 %

0 %
TOTAL 84 100 %

58
Dari tabel 5.10. didapatkan bahwa 75 orang responden
menjawab tepat, yaitu pemeriksaan kehamilan dilakukan di dokter
atau bidan, tetapi masih ada juga responden (9 orang) yang tidak
mengetahui sama sekali bahwa pemeriksaan kehamilan itu harus
dilakukan di dokter atau bidan.
Tabel 5.11. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, apakah program K-1
ada manfaatnya bagi kehamilan ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Ada
Tidak ada
74
10
88,10 %
11,90 %
TOTAL 84 100 %

Tabel 5.12. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Menurut Ibu, apakah manfaat
program K-1 bagi kehamilan ?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Mengetahui kelainan ibu
Mengetahui kelainan janin
Tidak tahu
31
43
10
36,90 %
51,19 %
11,91 %
TOTAL 84 100 %

Dari tabel 5.11. sebanyak 88,10% responden berpendapat
bahwa pemeriksaan kehamilan sedini mungkin ada manfaatnya,
59
sedangkan sebanyak 11,90% responden berpendapat tidak ada
manfaatnya. Hal ini sangat disayangkan, karena masih ada sebagian
responden yang belum menyadari bahwa ada manfaat dari
pemeriksaan kehamilan sedini mungkin. Hal ini perlu menjadi
perhatian semua pihak, karena ini menunjukkan bahwa masih ada
kekurangan dalam mata rantai penyuluhan-pengetahuan-sikap-
perilaku.
Dari tabel 5.12. sebanyak 51,19% responden mengetahui
manfaat pemeriksaan kehamilan untuk janinnya, sebanyak 36,90%
responden mengetahui manfaat pemeriksaan kehamilan untuk ibunya
dan sebanyak 11,91% responden tidak mengetahui manfaat
pemeriksaan kehamilan. Ketimpangan jawaban antara yang
mengetahui manfaat bagi janinnya dan bagi ibunya menunjukkan
bahwa tidak semua responden menyadari bahwa manfaat
pemeriksaan kehamilan adalah untuk ibu dan anak. Hal ini perlu
untuk ditekankan bahwa manfaat pemeriksaan kehamilan pada
kehamilan yang tidak menunjukkan kelainan adalah terutama bagi
janinnya. Kelainan pada ibu mungkin segera membawa ibu tersebut
ke fasilitas kesehatan terdekat untuk memeriksakan kesehatannya,
namun kelainan pada anak tidak dapat disadari dan diketahui oleh
ibunya sampai terjadi keadaan gawat janin yang parah ataupun janin
meninggal dalam kandungan. Oleh karena itu perlu ditekankan
bahwa pemeriksaan kehamilan penting baik untuk kesejahteraan ibu
maupun anak.
Tabel 5.13. DISTRIBUSI PENGETAHUAN RESPONDEN
PENGETAHUAN JUMLAH PERSENTASE
Cukup
Kurang
37
47
44,05 %
55,95 %
60
TOTAL 84 100 %

Setelah dilakukan penjumlahan nilai jawaban masing-
masing responden menurut skor / nilai tiap pertanyaan yang telah
ditentukan sebelumnya, maka dari skor / nilai yang didapat, jawaban
responden dibagi menjadi 2 golongan, yaitu responden dengan
pengetahuan cukup dan responden dengan pengetahuan kurang. Dari
tabel 5.13. didapatkan bahwa sebanyak 37 responden (44,05%)
tergolong berpengetahuan cukup dan sebanyak 47 responden
(55,95%) tergolong berpengetahuan kurang.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor internal yang
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Tanpa didukung
pengetahuan yang cukup mengenai kehamilan, pemeriksaan
kehamilan, baik manfaatnya maupun bahayanya karena tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan tersebut, maka sikap dan perilaku
ibu dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan kehamilan juga
kurang. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa ibu-ibu yang
berpengetahuan kurang mengenai kehamilan dan pemeriksaan
kehamilan akan lebih banyak tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan bila dibandingkan dengan ibu-ibu yang berpengetahuan
cukup. Namun pendapat ini masih harus dibuktikan melalui uji
analisis bivariat yang akan dilakukan kemudian.
G. SIKAP
Tabel 5.14. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Setujukah ibu diadakan program
K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
61
Setuju
Tidak setuju
76
8
90,48 %
9,52 %
TOTAL 84 100 %


Tabel 5.15. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah alasan Ibu tidak setuju
terhadap pemeriksaan K-1 pada kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Malas
Tidak juga tidak apa-apa
Tidak boleh
2
6
0
25 %
75 %
0
TOTAL 8 100 %

Tabel 5.16. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah alasan Ibu setuju
terhadap pemeriksaan K-1 pada kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Tahu manfaat K-1
Ikut ikutan
Terpaksa / disuruh
41
28
7
53,95 %
36,84 %
9,21 %
62
TOTAL 76 100 %

Dari tabel 5.14. didapatkan bahwa sebanyak 76 responden
(90,48%) setuju dengan pemeriksaan K-1 pada kehamilan,
sedangkan yang tidak setuju terhadap pemeriksaan K-1 pada
kehamilan sebanyak 8 responden (9,52%). Dari yang tidak setuju,
sebanyak 2 orang menjawab dengan alasan malas (25 %) dan 6
orang menjawab dengan alasan tidak diperiksa juga tidak apa-apa
(75 %). Dari responden yang setuju, 41 orang (53,95%) menyatakan
setuju karena tahu manfaat dan arti pentingnya K-1 , sedangkan 34
orang (36,84%) menyatakan setuju karena mengikuti temannya /
keluarganya / tetangganya / kader, dan 7 orang (9,21%) menyatakan
setuju karena terpaksa bila diajak atau disuruh oleh orang yang
mempunyai otoritas lebih tinggi darinya.
Masih adanya jawaban tidak setuju, malas, tidak
diperiksa juga tidak apa-apa, tentu merupakan tantangan yang besar
bagi pemerintah dan petugas kesehatan di lapangan untuk menatar
dan menyuluh ibu-ibu tersebut akan arti penting pemeriksaan
kehamilan dan akibat karena tidak melakukan pemeriksaan K-1.
Program penyuluhan seharusnya ditingkatkan lagi sehingga dapat
memberikan informasi yang sebesar-besarnya bagi ibu-ibu agar ibu-
ibu tidak lagi mempunyai pendapat yang salah tentang arti
pemeriksaan kehamilan. Di samping itu juga pelayanan kesehatan
juga harus ditingkatkan sehingga akan terlihat dengan jelas
perbedaan tingkat kesehatan ibu-ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan dan yang tidak.
Masih banyaknya jawaban ikut-ikutan dan terpaksa /
disuruh menandakan bahwa mereka belum sepenuhnya mengerti
akan manfaat dan arti penting pemeriksaan kehamilan, hanya
63
melakukan atas dasar keputusan mayoritas dan perintah dari otoritas
yang lebih tinggi. Mereka harus lebih dibina supaya terbentuk
pengertian yang benar sehingga dari pengertian yang benar tersebut
terbentuk sikap dan perilaku yang benar pula. Pada akhirnya mereka
dapat mempengaruhi ibu-ibu yang lain untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan secara benar. Bila hal ini dapat terlaksana,
maka secara keseluruhan tingkat kepatuhan masyarakat untuk
melaksanakan pemeriksaan kehamilan akan meningkat.


Tabel 5.17. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Bersediakah Ibu mengunjungi
BKIA / Posyandu / Puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Bersedia
Tidak bersedia
71
13
84,52 %
15,48 %
TOTAL 84 100 %

Dari tabel 5.17. terlihat bahwa jawaban sebagian besar
responden yaitu sejumlah 71 responden (84,52%) setuju untuk
mengunjungi BKIA / Posyandu / Puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan, sedangkan sebanyak 13 responden
(15,48%) tidak setuju.
Tabel 5.18. DISTRIBUSI SIKAP RESPONDEN
64
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Cukup
Kurang
50
34
59,52 %
40,48 %
TOTAL 84 100 %

Setelah dilakukan penjumlahan nilai jawaban masing-
masing responden menurut skor / nilai tiap pertanyaan yang telah
ditentukan sebelumnya, maka dari skor / nilai yang didapat, jawaban
responden dibagi menjadi 2 golongan, yaitu responden dengan sikap
cukup dan responden dengan sikap kurang. Dari tabel 5.18.
didapatkan bahwa sebanyak 50 responden (59,52%) tergolong
mempunyai sikap cukup dan sebanyak 34 responden (40,48%)
tergolong mempunyai sikap kurang.
Sikap merupakan suatu tekad yang terbentuk pada diri
seseorang, yang disebabkan oleh karena adanya orang tersebut
mempunyai pengetahuan mengenai suatu hal tertentu. Maka dari
pengetahuan terbentuk suatu sikap terhadap sesuatu. Dari jawaban
responden, sebagian besar memiliki sikap yang cukup baik, namun
perlu dipertanyakan apakah sikap ini benar-benar nyata dalam wujud
tindakan / perilaku atau hanya sekedar sikap semata, mengingat dari
hasil yang telah diperoleh, pengetahuan sebagian besar responden
adalah kurang. Pengetahuan yang kurang sebenarnya tidak
menunjang untuk membentuk sikap dan perilaku yang baik pula
sehingga perlu dipertanyakan apakah sikap yang terbentuk hanya
merupakan tindakan ikut-ikutan / sebatas pernyataan saja. Penulis
berasumsi bahwa adanya sikap yang baik ini terbentuk sebagai suatu
bentuk pernyataan saja. Namun untuk mengetahui benar tidaknya
asumsi ini, harus dilakukan uji analisis bivariat.
65

H. PERILAKU
Tabel 5.19. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah ibu pernah melakukan
pemeriksaan K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Ya
Tidak
31
53
36,89 %
63,10%
TOTAL 84 100 %

Tabel 5.20. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah alasan ibu tidak pernah
melakukan pemeriksaan K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Tidak tahu
Tidak mau
Lupa
44
7
2
83,02 %
13,21 %
3,77 %
TOTAL 53 100 %

Tabel 5.21. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Dimana ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan yang terakhir kali?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
66
Dokter / Bidan
Kader kesehatan
Paraji / Dukun Beranak
31
0
100 %
0 %
0 %
TOTAL 31 100 %








Tabel 5.22. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apa yang akan ibu lakukan jika
melihat tetangga ibu tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTAS
E
Memberi nasihat untuk memeriksakan
kehamilannya ke dokter / bidan
Ikut-ikutan tidak memeriksa
Diam saja
50


12
59,53 %


14,28 %
67
22 26,19 %
TOTAL 84 100 %

Dari tabel 5.19. didapatkan bahwa jawaban sebagian responden
adalah mereka tidak pernah melakukan K-1 yakni sebesar 53
responden (63,10%). Hanya 31 responden (36,90%) yang mengaku
pernah melakukan pemeriksaan K-1, walaupun memang keseluruhan
dari mereka memeriksakan kehamilannya ke dokter / bidan (tabel
5.21). Sedangkan dari yang tidak pernah diperiksa, diperoleh alasan
sebagai berikut: 44 responden (83,02%) menjawab tidak tahu ada
pemeriksaan K-1, 7 orang (13,21%) menjawab tidak mau
memeriksakan diri dan 2 responden (3,77%) menjawab lupa untuk
memeriksakan diri. Sangat disayangkan bahwa sebagian besar
responden tidak pernah melakukan K-1, dan sebagian besar dari
mereka mengaku tidak tahu ada pemeriksaan K-1. Hal ini
menandakan rendahnya tingkat pengetahuan dan sikap responden,
yang berarti juga makin diperlukan adanya usaha penyuluhan yang
lebih intensif dan berkesinambungan. Hal ini juga berarti bahwa
tingkat penyuluhan yang diterima sebagian responden sangat kurang
atau responden memang acuh tak acuh terhadap pemeriksaan K-1.
Setelah mereka dilakukan tanya jawab, dan sedikit mengetahui
tentang K1 ada kemajuan, dari 53 responden yang tidak
memeriksakan kehamilannya, 19 orang menjawab bahwa mereka
akan memberi nasihat jika melihat tetangga ibu tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan untuk memeriksakan kehamilannya ke
dokter / bidan sedangkan 12 orang menjawab ikut tidak memeriksa
dan sisanya diam saja.
Tabel 5.23. DISTRIBUSI PERILAKU RESPONDEN
68
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Cukup
Kurang
44
59
42,72 %
57,28 %
TOTAL 103 100 %

Setelah dilakukan penjumlahan nilai jawaban masing-masing
responden menurut skor / nilai tiap pertanyaan yang telah ditentukan
sebelumnya, maka dari skor / nilai yang didapat, jawaban responden
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu responden dengan perilaku cukup
dan responden dengan perilaku kurang. Dari tabel 5.23. didapatkan
bahwa sebanyak 36 responden (42,86%) tergolong mempunyai sikap
cukup dan sebanyak 48 responden (57,14%) tergolong mempunyai
sikap kurang. Hal ini sesuai dengan asumsi mula-mula penulis
bahwa dari pengetahuan yang kurang akan terbentuk perilaku yang
kurang baik pula. Namun hal ini masih harus dibuktikan lagi oleh uji
analisis bivariat.


I. PENYULUHAN
Tabel 5.24. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah di tempat ibu pernah
dilakukan penyuluhan tentang pemeriksaan
kehamilan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
69
Pernah
Tidak pernah
34
50
40,48 %
59,52 %
TOTAL 84 100 %

Tabel 5.25. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Apakah masih diperlukan
penyuluhan tentang K-1?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Perlu
Tidak perlu
82
2
97,62 %
2,38 %
TOTAL 84 100 %

Dari tabel 5.24. diketahui bahwa memang sebagian besar
responden memang belum mengetahui pentingnya K1 karena juga
belum pernah mengikuti penyuluhan tentang K1. Dari tabel 5.25
didapatkan jawaban bahwa sebagian besar responden merasa masih
memerlukan penyuluhan tentang K-1. Sejumlah 82 responden
(97,62%) merasa merasa masih memerlukan penyuluhan tentang K-
1, sementara 2 responden (2,38%) menjawab tidak perlu. Dari kedua
responden yang menjawab tidak perlu, semuanya merupakan kader
atau mantan kader, yang notabene mempunyai pengetahuan di atas
rata-rata masyarakat umumnya. Oleh karena itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa penyuluhan tentang K-1 masih sangat penting dan
diperlukan di Desa Girimukti.
70
Tabel 5.26. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Penyuluhan apa lagi yang masih
diperlukan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Kesehatan keluarga
Penyakit menular
Kesehatan lingkungan
Pelayanan kesehatan
75
72
74
82
89,28 %
85,71 %
88,09 %
73,81 %

Dari tabel 5.26. didapatkan bahwa persebaran kebutuhan akan
penyuluhan masih cukup berimbang antara kesehatan keluarga,
penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. Karena jawaban
responden boleh lebih dari 1, maka persebaran jawaban merupakan
tingkat kebutuhan dari responden. Pelayanan kesehatan tampaknya
tidak menjadi prioritas bagi beberapa responden, namun secara
keseluruhan responden masih menganggap perlu untuk dilakukan
penyuluhan secara berkesinambungan.




Tabel 5.27. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Berapa sering sebaiknya
penyuluhan dilakukan?
71
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
2 minggu sekali
1 bulan sekali
2 bulan sekali
3 bulan sekali
2
52
28
2
2,38 %
61,90 %
33,34%
2,38 %
TOTAL 84 100 %

Dari tabel 5.27. didapatkan jawaban bahwa sebagian besar
responden menghendaki diadakannya penyuluhan sebanyak 1 bulan
sekali, sejumlah 52 responden (61,90%). Selanjutnya 28 responden
(33,34%) menghendaki diadakannya penyuluhan sebanyak 2 bulan
sekali, 2 responden (2,38%) menghendaki penyuluhan 3 bulan sekali
dan 2 responden (2,38%) menghendaki penyuluhan 2 minggu sekali.
Dari jawaban diatas terlihat bahwa responden merasa penyuluhan
paling diperlukan sebanyak sebulan sekali, dan nampaknya paling
baik diadakan bersamaan dengan jadwal Posyandu di daerah yang
bersangkutan demi efektifitas dan efisiensi baik waktu, tenaga
maupun biaya.




Tabel 5.28. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Di mana sebaiknya penyuluhan
diadakan?
72
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Posyandu
Puskesmas
Balai Desa
Mesjid
68
3
11
2
80,95 %
3,57 %
13,10 %
2,38 %
TOTAL 84 100 %

Dari tabel 5.28. didapatkan sebagian besar responden
(80,95%) menghendaki diadakannya penyuluhan di Posyandu
setempat. Sisanya 13,10% yang menghendaki penyuluhan diadakan
di Balai Desa, 3,57% di Puskesmas, dan 2,38% di mesjid. Hal ini
semata hanya terkait dengan soal kepraktisan. Posyandu biasanya
berada dekat dengan pemukiman masyarakat, dimana untuk
mencapainya tidak diperlukan biaya yang besar dan waktu
perjalanan yang singkat, serta ibu-ibu dapat datang sembarang waktu
setelah membereskan segala keperluannya terlebih dahulu. Oleh
karena itu mayoritas memilih Posyandu sebagai tempat diadakannya
penyuluhan.
73
Tabel 5.29. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Siapakah yang sebaiknya
melakukan penyuluhan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Tenaga kesehatan
Kader
Tokoh Masyarakat
70
10
4
83,33 %
11,90 %
4,77 %
TOTAL 84 100 %

Tabel 5.30. Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Kapan waktu paling tepat untuk
melakukan penyuluhan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Pagi
Siang
Sore
37
20
27
44,05 %
23,81 %
32,14 %
TOTAL 84 100 %

Sebagian besar responden menginginkan penyuluhan dilakukan
oleh tenaga kesehatan dalam hal ini adalah dokter, bidan, mantri,
perawat. Dari tabel 5.30 didapatkan 37 orang responden (44,05 %)
menginginkan diadakannya penyuluhan pada pagi hari, sedangkan
74
32,14 % menginginkan sore hari dan hanya 23,81 % yang
menginginkan penyuluhan diadakan pada siang hari.


Tabel 5.31 Distribusi jawaban responden terhadap
pertanyaan Metode penyuluhan seperti apa
yang Ibu inginkan?
JAWABAN JUMLAH PERSENTASE
Ceramah
Ceramah dan tanya jawab
Ceramah dengan gambar / alat peraga
4
33
47
4,76 %
39,28 %
55,96 %
TOTAL 84 100 %

Dari tabel 5.31. didapatkan sebagian besar responden (55,96%)
menginginkan diadakannya penyuluhan memakai gambar / alat
peraga, sedangkan 39,28% menginginkan metode ceramah dengan
tanya jawab dan hanya 4,76% yang menginginkan metode ceramah.





75
II. ANALISIS BIVARIAT
Tabel 5.32. Tabel Bivariat faktor faktor yang mempengaruhi
rendahnya K-1 di Desa Girimukti
Variabel Kategori K-1 X
2

hitung
X
2

tabel
d
f
Melakukan (31) Tidak (53)
N % N %
Pengetahuan Cukup 24 28,57 13 15,47 25,81 3.84 1
Kurang 7 13,34 40 42,62
Sikap Cukup 28 33,33 22 26,19 19,94 3.84 1
Kurang 3 3,58 31 36,90
Perilaku Cukup 26 30,95 10 11,90 49,44 3.84 1
Kurang 5 5,96 43 51,19

1. Pengaruh faktor pengetahuan responden terhadap rendahnya
K-1 di Desa Girimukti, Puskesmas Campaka, Kabupaten
Cianjur.
Setelah dilakukan uji analisis Chi Square terhadap variabel
pengetahuan ibu, ternyata didapatkan hasil X
2
Hitung > dari X
2

Tabel. Dengan demikian, H
0
penulis Tidak ada pengaruh faktor
pengetahuan ibu terhadap rendahnya K-1 di desa Girimukti ditolak.
Dapat disimpulkan, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
faktor pengetahuan dengan rendahnya K-1 di desa Girimukti.


76


2. Pengaruh faktor sikap responden terhadap rendahnya K-1 di
Desa Girimukti, Puskesmas Campaka, Kabupaten Cianjur.
Setelah dilakukan uji analisis Chi Square terhadap variabel sikap ibu,
ternyata didapatkan hasil X
2
Hitung > dari X
2
Tabel. Dengan
demikian, H
0
penulis Tidak ada pengaruh faktor sikap ibu terhadap
rendahnya K-1 di desa Girimukti ditolak. Dapat disimpulkan,
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor sikap dengan
rendahnya K-1 di desa Girimukti.

3. Pengaruh faktor perilaku responden terhadap rendahnya K-1
di Desa Girimukti, Puskesmas Campaka, Kabupaten Cianjur.
Setelah dilakukan uji analisis Chi Square terhadap variabel perilaku
ibu, ternyata didapatkan hasil X
2
Hitung > dari X
2
Tabel. Dengan
demikian, H
0
penulis Tidak ada pengaruh faktor perilaku ibu
terhadap rendahnya K-1 di desa Girimukti ditolak. Dengan
demikian disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
antara faktor perilaku dengan rendahnya K-1 di desa Girimukti.












77


78
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan :
Faktor pengetahuan, faktor sikap, dan faktor perilaku berpengaruh
terhadap rendahnya K-1 di wilayah kerja Puskesmas Sindang Agung,
Kabupaten Kuningan.
Sikap masyarakat terhadap penyuluhan tergolong cukup baik, dimana
penyuluhan dirasakan masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini
sangat penting, karena hal ini mencerminkan masih adanya kemauan
masyarakat untuk belajar dan mengetahui hal-hal yang belum
diketahuinya. Sikap seperti ini sangat penting untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat, yang pada akhirnya akan membentuk sikap
dan perilaku yang benar.

6.2. SARAN
Pengetahuan ibu-ibu yang sedang hamil dan yang memiliki balita
diperdalam lagi dengan berbagai macam penyuluhan yang mencakup
topik-topik yang penting bagi kesehatan ibu, bukan saja untuk ibu hamil,
melainkan juga untuk ibu bersalin, ibu nifas serta bayi dan balita agar
dari penyuluhan tersebut terbentuk pengetahuan yang baik. Dari
pengetahuan yang baik dapat terbentuk sikap yang baik dan pada
akhirnya terlaksana suatu perilaku yang baik pula demi meningkatkan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, berikut bayi dan balitanya,
yang juga akan meningkatkan angka cakupan K-1 di wilayah kerja
puskesmas sindang agung secara khusus, dan cakupan Kabupaten
kuningan pada umumnya.
Penulis menyarankan kepada Puskesmas Sindang Agung agar dapat
memperlancar kerjasama lintas sektoral dengan Pemda Kabupaten
79
Kuningan sehingga masalah keterbatasan dana, transportasi dan sarana
jalan yang layak serta pendidikan yang bermutu, dapat diatasi
Penulis juga menyarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan agar lebih memperhatikan penempatan tenaga kesehatan,
dalam hal ini khususnya bidan desa, supaya jumlah tenaga kesehatan
yang ditempatkan dipertimbangkan berdasar luas daerah dan faktor
kesulitan mencapai daerah yang dituju, dengan demikian seluruh daerah
kerja tenaga kesehatan dapat terlayani dengan sebaik-baiknya. Selain itu
diperlukan juga untuk lebih mengaktifkan kader-kader untuk mendeteksi
ibu hamil untuk dilaporkan ke bidan desa, sehingga kerjasama yang
terjalin dalam meningkatkan angka cakupan K-1 tercapai.


















80
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001, Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, halaman 3-9, 89-99.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Mengenal Masalah Kematian Ibu,
halaman 1-8.
Martaadisoebrata, D. H., 1983, Obstetri Sosial, Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, halaman 13-24, 51-
52.
Notoatmodjo, S., 2003, edisi kedua, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip
Dasar, Rineka Cipta, Jakarta, halaman 96, 118-32, 146.
Profil Desa Girimukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, 2004.
Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) Puskesmas Campaka,
2005.
Sastrawinata, S., 1983, Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, halaman 99-129, 153-
200, 203-12.












81
Lampiran 1

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur responden:
a. < 21 tahun
b. 21-35 tahun
c. > 35 tahun
4. Pendidikan formal terakhir :
a. SD / sederajat.
b. SLTP / sederajat.
c. SLTA / sederajat.
d. Akademi / Perguruan Tinggi.
e. Tidak sekolah / Tidak tamat SD.
5. Pekerjaan :
a. Ibu rumah tangga.
b. Petani.
c. Buruh tani / pabrik / bangunan.
d. Pedagang / swasta.
6. Jumlah anak yang dimiliki :
a. 2 orang
b. 3 5 orang
c. > 5 orang geri sipil.
7. Penghasilan perkapita perbulan :
a. Kurang dari Rp. 98.300 / bulan.
b. Lebih dari atau sama dengan Rp. 98.300 / bulan.

82
B. PERTANYAAN
Pertanyaan Pengetahuan :
1. Apakah Ibu pernah mendengar tentang kegiatan K-1 (Pemeriksaan
Kesehatan Pertama Kali Ibu Hamil)?
a. Pernah. b. Belum pernah.
2. Dari siapakah Ibu mengetahui tentang kegiatan K-1?
a. Tenaga kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat/Mantri).
b.Kader Posyandu/Puskesmas/KIA.
c. Tetangga/Teman/Keluarga/Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama.
d.Media Massa (TV, Radio, Koran, Majalah, Buklet, Pamflet, Selebaran,
dll ).
3. Apakah Ibu mengetahui bahwa kunjungan pemeriksaan kehamilan
dilakukan dalam waktuwaktu tertentu dan ada kunjungan minimalnya
selama kehamilan ?
a. Ya.
b. Tidak.
4. Menurut Ibu, berapa kali kunjungan minimal Ibu hamil untuk diperiksa
kehamilannya ?
a. 1 kali.
b. 2 kali.
c. 3 kali.
d. 4 kali.
e. Tidak tahu.
5. Menurut Ibu, kapan pemeriksaan kehamilan yang pertama kali
dilakukan?
a. Trimester pertama (kehamilan 0-3 bulan).
b. Trimester kedua (kehamilan 4-6 bulan).
c. Trimester ketiga (kehamilan 7-9 bulan).
d. Tidak tahu.
83
6.Menurut Ibu, pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh siapa ?
a. Bidan/Dokter.
b. Dukun beranak/Paraji.
c. Kader Posyandu/Puskesmas/KIA.
d. Tidak tahu.
7. Menurut Ibu, apakah kegiatan K-1 ada manfaatnya bagi kehamilan?
a. Ada. b. Tidak ada.
8. Menurut Ibu, apakah manfaat kegiatan K-1 bagi kehamilan ? (Jawaban
boleh lebih dari satu)
a. Mengetahui keadaan dan kelainan pada ibu secara dini.
b. Mengetahui keadaan dan kelainan pada janin secara dini.
c. Tidak tahu.

Pertanyaan Sikap :
1. Setujukah Ibu diadakannya kegiatan K-1 (Pemeriksaan Kesehatan
Pertama Kali Ibu Hamil)?
a. Setuju. b. Tidak setuju.
2. Apakah alasan Ibu tidak setuju terhadap pemeriksaan K-1 pada
kehamilan?
a. Malas/Tidak mau.
b. Tidak diperiksa juga tidak apa-apa, anak dan ibu tetap sehat-sehat
saja.
c. Tidak boleh (oleh suami, orang tua, keluarga, dll).
d. Tidak tahu
3. Apakah alasan Ibu setuju terhadap pemeriksaan K-1 pada kehamilan?
a. Mengetahui pentingnya dan manfaat pemeriksaan kehamilan.
b.Ikut ikutan Teman/Saudara/Kader/Tetangga.
c. Terpaksa/Disuruh.
4. Bersediakah Ibu mengunjungi BKIA/Posyandu/Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan kehamilan?
a. Bersedia. b. Tidak bersedia.
84
5. Apakah alasan Ibu tidak setuju mengunjungi BKIA/Posyandu/
Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ?
a. Letak BKIA/Posyandu/Puskesmas jauh dari tempat tinggal.
b. Kesulitan transportasi dan medan yang ditempuh.

Pertanyaan Perilaku :
1. Apakah Ibu pernah melakukan pemeriksaan K-1 (Pemeriksaan
Kesehatan Pertama Kali Ibu Hamil) murni ?
a. Ya.
b. Tidak.
2. Apakah alasan Ibu tidak melakukan pemeriksaan K-1 murni ?
a. Tidak tahu.
b. Tidak mau/malas.
c. Tidak sempat/lupa.
3. Di mana Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan terakhir kali ?
a. Dokter/Bidan.
b. Kader Kesehatan.
c. Dukun/Paraji.
4. Apa yang Ibu lakukan melihat tetangga Ibu tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan ?
a. Memberi nasehat untuk memeriksakan kehamilan.
b. Ikut-ikutan tidak memeriksakan kehamilan.
c. Diam saja.

Pertanyaan Penyuluhan:
1. Apakah di tempat Ibu pernah dilakukan penyuluhan tentang pemeriksaan
kehamilan ?
a. Pernah. b. Tidak pernah.
2. Menurut Ibu, masih perlukah penyuluhan tentang manfaat kegiatan K-1
murni?
a. Perlu b. Tidak perlu
85
3. Penyuluhan mengenai apa lagi yang menurut Ibu masih diperlukan ?
(Jawaban boleh lebih dari satu)
a. Kesehatan Keluarga, meliputi KB, KIA, Gizi dan Imunisasi.
b. Penyakit Menular (Demam Berdarah, Campak, TBC, dll).
c. Kesehatan Lingkungan (jamban keluarga, sarana air bersih, limbah,
dll).
d. Pelayanan Kesehatan.
4. Menurut Ibu, berapa kali sebaiknya penyuluhan diadakan ?
a. 2 minggu sekali
b. 1 bulan sekali
c. 2 bulan sekali
d. 3 bulan sekali
5. Menurut Ibu, di mana sebaiknya penyuluhan diadakan ?
a. Posyandu.
b. Puskesmas.
c. Balai Desa.
d. Mesjid
6. Menurut Ibu, siapa yang sebaiknya memberikan penyuluhan ?
a. Tenaga Kesehatan (Dokter/Bidan/Mantri/Perawat).
b. Kader Posyandu/BKIA/Puskesmas.
c. Tokoh Agama/Masyarakat/Aparat desa.
7. Menurut Ibu, kapan waktu paling tepat untuk melakukan penyuluhan ?
a. Pagi.
b. Siang.
c. Sore.
8. Metode penyuluhan seperti apa yang Ibu inginkan ?
a. Ceramah.
b. Ceramah dan tanya jawab.
c. Ceramah dengan gambar/alat peraga.


86

Lampiran 2

Anda mungkin juga menyukai