Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

KUNJUNGAN IBU HAMIL K4

Disusun Oleh:
M Edo Antariksa P G4A016137

Pembimbing
dr. Kuntoro

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS


KUNJUNGAN IBU HAMIL K4

Disusun untuk memenuhi syarat dari


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas /
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:
M Edo Antariksa P G4A016137

Telah dipresentasikan dan disetujui


Tanggal ……………….

Pembimbing Lapangan

dr. Kuntoro
NIP 30.001.50028.50063

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
A.Latar Belakang.............................................................................................. 4
B.Tujuan Penulisan .......................................................................................... 5
C.Manfaat Penulisan ........................................................................................ 5
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS.................... 6
A.Gambaran Umum Puskesmas II Tambak ..................................................... 6
B.Input .............................................................................................................. 16
C.Analisis SWOT ............................................................................................. 19
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH ........................................................................................................... 22
A.Pembahasan Isu Strategis ............................................................................. 22
B.Alternatif Pemecahan Masalah ..................................................................... 23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 24
A.Kesimpulan ................................................................................................... 24
B.Saran ............................................................................................................. 24

3
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 AKI di Indonesia adalah 359/100.000 kelahiran hidup (KLH). Angka ini
terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan AKI pada tahun 2007 yaitu
228/100.000 KLH. Diperlukan upaya yang keras untuk mencapai target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 yaitu
118/100.000 KLH pada tahun 2014 dan target MDGs yaitu 102/100.000 KLH
pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2013a).
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015
sebanyak 619 kasus, mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan
jumlah kasus kematian ibu tahun 2014 yang mencapai 711 kasus. Dengan
demikian Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami
penurunandari 126,55 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 menjadi
111,16 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Dinkes Jawa Tengah,
2015).
Berdasar data Dinas Kesehatan Banyumas, jumlah AKI sejak 2010 selalu
di angka 30 kasus lebih. Pada 2010 ada 33 kasus, 2011 (35), 2012 (32), pada
2013 (35), di 2014 (33) (Dinkes Banyumas, 2014).
Berdasarkan Permenkes No. 75 tahun 2014, Puskesmas adalah penanggung
jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas
sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat dalam pelaksanaan
kegiatannya dijalankan dalam bentuk 5 program essensial Puskesmas, salah
satunya adalah program kesehatan ibu dan anak (KIA), yang di dalamnya ada
kegiatan Antenatal Care (ANC) yang terdiri dari K1, K2, K3 dan K4. Pencapaian
upaya kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan berbagai indikator, salah satunya
menggunakan indikator K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang
telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali sesuai dengan standar disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu, sedangkan,cakupan K4 adalah cakupan

4
ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar,
paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Indikator ini dapat
menggambarkan cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar
pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan) yang menggambarkan akses
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, dan kepatuhan ibu hamil dalam
memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan. Cakupan K4 yang diberikan oleh
petugas kesehatan atau bidan sesuai standar pelayanan minimal akan berdampak
pada penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pencapaian cakupan K4
berdasarkan standar pelayanan minimal dapat didukung dengan beberapa
kegiatan seperti kelas ibu hamil, buku kesehatan ibu dan anak (KIA) (Kemenkes
RI, 2012).
Di Indonesia, cakupan KIHK4 tahun 2016 adalah sebesar 85,06%,
sedangkan di Jawa Tengah tahun 2016 adalah sebesar 94,13% (Kemenkes,
2017). Di Puskesmas II Tambak, capaian target yang belum terpenuhi secara
maksimal pada tahun 2016. Berdasarkan rekapitulasi hasil pengkajian data,
hanya 87,71% angka kunjungan ibu hamil K4, angka tersebut belum memenuhi
target cakupan yaitu 100% pada tahun 2016.Oleh karena itu, perlu dianalisa
ulang mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program-program puskesmas
terutama program Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas II Tambak.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa masalah kesehatan dan metode pemecahan masalah
kesehatan di Puskesmas II Tambak
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum keadaan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Kunjungan
Ibu Hamil K4 di Puskesmas II Tambak.

5
c. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Kunjungan Ibu
Hamil K4 di Puskesmas II Tambak Kabupaten Banyumas.
d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas II Tambak

C. Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki kekurangan yang
mungkin masih ada dalam program Kunjungan Ibu Hamil K4 Puskesmas II
Tambak.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya pemegang program
kerja Kunjungan Ibu Hamil K4 dalam melakukan evaluasi dalam kinerja
program Kunjungan Ibu Hamil K4 di Puskesmas II Tambak.
3. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja Kunjungan Ibu Hamil K4
kearah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada
masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak
4. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja
Kunjungan Ibu Hamil K4 yang masih dimiliki oleh Puskesmas II Tambak

6
II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografi
Puskesmas II Tambak merupakan wilayah timur jauh (tenggara) dari
Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.47 km2 atau sekitar 1,1% dari
luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas II Tambak terdiri dari 5 desa
yaitu: Pesantren, Karangpucung, Prembun, Purwodadi dan Buniayu. Desa
yang paling luas adalah Purwodadi yaitu 374 hektar, sedangkan desa yang
wilayahnya paling sempit adalah Karangpucung yaitu sekitar 251 hektar.
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak diperbatasan Kabupaten
Banyumas dengan Kabupaten Kebumen, dan berbatasan dengan :
a. Sebelah utara : Desa Watuagung
b. Sebelah timur : Kabupaten Kebumen
c. Sebelah selatan : Desa Gebangsari
d. Sebelah barat : Desa Kamulyan, Desa Karangpetir
Wilayah Puskesmas II Tambak terletak pada ketinggian sekitar 15 meter
di atas permukaan laut (mdpl) – 35 mdpl, dengan suhu udara rata–rata sekitar
27 derajat celcius dan kelembaban udara sekitar 80%. Sekitar 50% dari luas
tanah adalah daerah persawahan, 43% pekarangan dan tegalan,serta 7% lain-
lain.
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas II Tambak tahun 2016
berdasarkan data dari BPS adalah 20.872 jiwa, yang terdiri dari 10.330 jiwa
(49,5%) laki-laki dan 10.542 jiwa (50,5%) perempuan. Jumlah keluarga 6.509
kepala keluarga dan kepadatan penduduk 1.422 jiwa/km2. Bila dibandingkan
dengan jumlah penduduk tahun 2015jumlah jiwa dalam wilayah Puskesmas
Tambak II mengalami peningkatan.
Jumlah penduduk tahun 2016 paling banyak berada di Desa Purwodadi
yaitu 6.311 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.687 jiwa/km2, sedangkan

7
yang paling sedikit penduduknya adalah Desa Pesantren sebesar 2.684 jiwa
dengan kepadatan penduduk 1.220 jiwa/km2. Rata-rata kepadatan penduduk
wilayah Puskesmas II Tambak adalah 1.422jiwa/km2. Penyebaran penduduk
cukup merata, dari daerah yang dekat dengan jalan raya sampai ke daerah
terpencil.
3. Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan dalam
wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut :
a. Tenaga Medis
Tenaga medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Tambak ada 3 (tiga) orang, yaitu dua orang dokter umum
dan satu orang dokter gigi yang bekerja di Puskesmas II Tambak,
sedangkan dokter spesialis belum ada. Menurut standar Peraturan Menteri
Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan pedesaan rawat inap
minimal memiliki 2 dokter dan 1 dokter gigi sehingga Puskesmas II
Tambak sudah memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
b. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi di Puskesmas II Tambak berjumlah 1 (satu) orang.
Menurut standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014
puskesmas kawasan pedesaan rawat inap minimal memiliki 1 tenaga
kefarmasian sehingga Puskesmas II Tambak sudah memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
c. Tenaga Bidan
Tenaga kebidanan di Puskesmas II Tambak berjumlah 10 orang. Menurut
standar Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan
pedesaan rawat inap minimal memiliki 7 bidan sehingga Puskesmas II
Tambak sudah memenuhi standar ketenagaan puskesmas.

8
d. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan di Puskesmas II Tambak lulusan SPK
berjumlah 4 orang dan D-III Keperawatan 6 orang, sehingga jumlah
seluruhnya adalah 10 orang. Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75
tahun 2014, puskesmas kawasan pedesaan rawat inap minimal memiliki 8
perawat sehingga Puskesmas II Tambak sudah memenuhi standar
ketenagaan puskesmas.
e. Tenaga Gizi
Tenaga gizi di Puskesmas II Tambak berjumlah 1 orang, lulusan dari D-III
Gizi. Standar Peraturan Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas
kawasan pedesaan rawat inap minimal memiliki 2 tenaga gizi sehingga
Puskesmas II Tambak belum memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
f. Tenaga Kesehatan Lingkungan
Tenaga kesehatan lingkungan berjumlah 1 (satu) orang. Standar Peraturan
Menteri Kesehatan no. 75 tahun 2014, puskesmas kawasan pedesaan
rawat inap minimal memiliki 1 tenaga kesehatan lingkungan sehingga
Puskesmas II Tambak sudah memenuhi standar ketenagaan puskesmas.
g. Tenaga Rontgen, Laboran, dan Akuntansi
Tenaga rontgen, laboran, dan akuntansi masing-masing berjumlah satu
orang.

9
Tabel 2.1 Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di
Puskesmas II Tambak, Tahun 2016.
No. Jenis Tenaga Jumlah Ratio per Target IIS per
Tenaga 100.000 pddk 100.000 pddk
Kesehatan
1. Dokter Umum 2 14.373 40
2. Dokter Spesialis 0 0 6
3. Dokter Gigi 1 0 11
4. Farmasi 1 4,79 10
5. Bidan 10 47,91 100
6. Perawat 10 47,91 117,5
7. Ahli Gizi 1 4,791 22
8. Kesehatan 1 4,791 40
Lingkungan
9. Laboran 1 4,791 40
Sumber: data sekunder Puskesmas II Tambak

4. Sarana Kesehatan
a. Sarana kesehatan dengan kemampuan labkes
Puskesmas II Tambak merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang
mempunyai kemampuan laboratorium kesehatan di wilayah Puskesmas II
Tambak.
b. Rumah sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar
Tidak terdaapat rumah sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar di
wilayah Puskesmas II Tambak.
c. Pelayanan gawat darurat
Pelayanan gawat darurat di wilayah Puskesmas II Tambak hanya terdapat
di Puskesmas.
5. Pembiayaan Kesehatan

10
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas II Tambak terdiri dari
operasional umum, BPJS, Jamkesmas, Jamkesda dan dana BOK. Semua
anggaran ini bertujuan agar semua program kesehatan di Puskesmas II
Tambak dapat berjalan sesuai harapan dan dapat mencapai target-target yang
telah ditentukan.Oleh karena itu semua anggaran ini saling melengkapi satu
sama lain.
Anggaran dana operasional umum di Rencana Kerja Anggaran tahun
2016 berasal dari APBD Kabupaten/Kota adalah :
a. Belanja langsung sebesar 1.015.192.532 (satu milyar lima belas juta
seratus sembilan puluh dua ribu lima ratus tiga puluh dua rupiah)
b. Belanja tidak langsung sebesar 1.566.060.975 (satu milyar lima ratus
enam puluh enam juta enampuluh ribu sembilan ratus tujuh puluh lima
ribu rupiah)
Sedangkan dari APBN (Dana Alokasi Khusus) sebesar 216.540.000
(dua ratus enam belas juta lima ratus empat puluh ribu rupiah).

B. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat


Gambaran derajat kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas II Tambak,
dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan
status gizi.
1. Mortalitas
Angka kematian dapat digunakan untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat diwilayah tertentu dalam waktu tertentu.Disamping untuk
mengetahui derajat kesehatan, juga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk
menilai tingkat keberhasilan dari program pembangunan kesehatan dan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah tertentu.Angka kematian berdasarkan
data yang dihimpun dari berbagai sumber dipaparkan sebagai berikut:
1) Angka Kematian Bayi
Angka kelahiran hidup di wilayah Puskesmas II Tambak tahun
2016 adalah 325 (162 laki-laki dan 163 perempuan), sedangkan kasus bayi

11
mati tidak ditemukan.Hal ini menunjukkan angka kematian bayi (AKB) di
wilayah Puskesmas II Tambak adalah 0 per 1.000 kelahiran hidup.
Jika dibandingkan dengan AKB Puskesmas II Tambak tahun 2015
yaitu 150/1.000 kelahiran, maka terdapat penurunan menjadi 6,1/1.000
kelahiran hidup. Dan jika dibandingkan dengan target
MilleniumDevelopmentGoals (MDGS) tahun 2015 sebesar 17/1000
kelahiran hidup maka AKB di Puskesmas II Tambak termasuk baik karena
telah melampaui target.

20

15 14.7 15
13.5
10 9.5

5 6.1

0
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 2.1Grafik Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup


Di Puskesmas II Tambak Tahun 2012 – 2016

2) Angka Kematian Ibu


Angka kematian ibu (AKI) adalah kematian yang terjadi pada ibu
karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Angka kematian
ibu (AKI) tahun 2016 adalah 1 kasus, pada tahun 2015 terdapat 1 kasus,
pada tahun 2014 dan tahun 2013 tidak ada kasus, sementara pada tahun
2012 terdapat 3 kasus atau 1.003,3 per 100.000 kelahiran hidup.
3) Angka Kematian Balita
Angka kematian balita tahun 2016 berjumlah 5 orang, sedangkan
pada tahun 2015 adalah 3 orang, tahun 2014 adalah 3 orang, tahun 2013

12
adalah 2 orang, dan tahun 2012 nihil.Ini menunjukan adanya peningkatan
angka kematian balita di wilayah Puskesmas II Tambak.

2. Morbiditas
a. Malaria
Pada tahun 2016 ditemukan kasus malaria positif atau malaria klinis
sebanyak 1 kasus di desa Buniayu, sedangkan pada tahun 2012, 2013 dan
tahun 2014 tidak ditemukan kasus malaria. Kasus malaria terakhir
ditemukan pada tahun 2010 sebanyak 32 kasus atau 1.61 per 1.000
penduduk.Pasien dengan hasil positif malaria adalah 3 kasus yaitu 9 %
dari jumlah malaria klinis dan semua pasien mendapatkan
pengobatan.Walaupun angka kejadian malaria ii termasuk kecil dan tidak
menunjukan endemis malaria, namun perlu diwaspadai karena semua
kasus malaria di wilayah Puskesmas II Tambak adalah eksodan dari luar
Jawa.
b. TB Paru
Jumlah penemuan TB Paru BTA positif tahun 2016 sebanyak 4
baru dengan total temuan 7 kasus atau CDR 29.33/100.000 penduduk.
Kasus TB Paru BTA positif yang diobati berjumlah 7 orang, dengan
pasien sembuh 3 orang dan yang menjalani pengobatan lengkap 1 orang,
dengan angka kesuksesan (success rate/SR) 57,1%. Pada tahun 2015
ditemukan sebanyak 6 kasus atau CDR 28/100.000 penduduk. Pada tahun
2014 ditemukan 6 kasus atau CDR 35/100.000 penduduk, tahun 2013
kasus TB Paru BTA positif berjumlah 9 kasus atau 45/100.000 penduduk,
dan pada 2012 ditemukan 5 kasus atau CDR 25/100.000 penduduk.
c. HIV/AIDS
Tidak pernah ada kasus HIV yang terdeteksi dalam wilayah kerja
Puskesmas II Tambak atau tidak pernah ditemukan kasus positif HIV. Hal
ini tidak dapat menunjukan secara pasti tidak adanya kasus HIV, sebab
kemungkinan terdapat kasus positif namun tidak terdeteksi karena

13
pemeriksaan laborat untuk penderita HIV sementara hanya dilakukan di
klinik VCT atau di PMI saat donor darah.Puskesmas selaku pemilik
wilayah kerja belum pernah mendapatkan tembusan hasil pemeriksaan
laboratorium dari klinik VCT maupun PMI karena laporan langsung
dilakukan ke tingkat kabupaten.
d. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Tidak ditemukan kasus AFP dalam wilayah kerja Puskesmas II
Tambak pada tahun 2016 maupun tahun sebelumnya.Hal ini dapat
dijadikan indikator keberhasilan program, baik program immunisasi polio
maupun program penemuan penderita AFP.
e. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Berdasarkan gambar 2.2 yang menjelaskan kasus DBD sejak tahun
2012-2016, pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus DBD, pada tahun
2013 ditemukan 2 kasus (9,8/100.000 penduduk), tahun 2014 ditemukan 4
kasus (21,2/100.000 penduduk), pada tahun 2015 ditemukan 3 kasus
(14,4/100.000 penduduk), dan pada tahun 2016 ditemukan 7 kasus atau
33/100.000 penduduk. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan kasus
DBD pada tahun 2016.Hal ini perlu diwaspadai terutama masalah
penularan penyakit DBD berkaitan erat dengan masalah lingkungan.
Program pemberantasan sarang nyamuk tentunya perlu ditingkatkan,
selain dilakukan fogging apabila terjadi kasus DBD di wilayah tertentu.

14
35
30
25
20
15
10
5
0
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 2.2Grafik Kasus DBD Per 100.000 Penduduk Di Puskesmas II


Tambak Tahun 2012-2016
3. Status Gizi
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi di Posyandu melalui
penimbangan rutin tahun 2016, diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Jumlah balita total : 1.300 anak
2. Jumlah balita ditimbang : 1.126 anak (86,6%)
3. Jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan : 1.106 anak (98.2%)
4. Jumlah balita di bawah garis merah (BGM) : 20 anak (1.8%)
5. Jumlah gizi buruk : 1 anak (0.07%).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa balita yang ditimbang pada
tahun 2016 mencapai angka 86,6% dari seluruh populasi balita. Hal ini
menunjukan peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya
mencapai 82%. Angka balita mengalami kenaikan berat badan mencapai
98,2%, hal ini menunjukkan terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan
tahun 2015 yang mencapai 98,7%. Angka BGM mencapai 1.8% dan
tergolong baik karena masih jauh dari angka 15% sebagai angka batasan
maksimal BGM. Hal ini menunjukan bahwa program gizi sudah cukup
berhasil, namun demikian perlu ditingkatkan kinerja posyandu terutama untuk

15
mengaktifkan peran serta untuk meningkatkan angka kehadiran balita di
masing-masing posyandu.

16
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Situasi Sistem Program Kesehatan


1. Input
1. Man(Tenaga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga
kesehatan di wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut:

1) Dokter Umum
Dokter yang ada di sarana kesehatan wilayah Puskesmas II
Tambak adalah 2 orang dokter umum.Berdasarkan target
pemerataan tenaga kesehatan oleh Kemenkes tahun 2015, ratio
dokter per 100.000 penduduk adalah 41 dokter, sehingga untuk
jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Tambak
dibutuhkan 9 dokter umum.

2) Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada di wilayah kerja Puskesmas II Tambak.
Target pemerataan tenaga kesehatan oleh Kemenkes tahun 2015
ratio dokter spesialis per 100.000 penduduk adalah 12 dokter,
sehingga Puskesmas II Tambak memerlukan 3 dokter spesialis.

3) Dokter Gigi
Dokter gigi berjumlah 1 orang.Berdasarkan target pemerataan
tenaga kesehatan oleh Kemenkes tahun 2015, ratio dokter per
100.000 penduduk adalah 13 dokter, sehingga Puskesmas II
Tambak memerlukan 3 orang dokter gigi.

4) Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi di Puskesmas II Tambak adalah1 orang.
Menurut standar Indikator Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio
apoteker per 100.000 penduduk adalah 10, sehingga untuk
jumlah penduduk di wilayah kerja PuskesmasII Tambak
dibutuhkan 2tenaga farmasi.
5) Tenaga Bidan
Tenaga kebidanan jumlahnya 10 orang.Target pemerataan
tenaga kesehatan oleh Kemenkes tahun 2015 ratio bidan per
100.000 penduduk adalah 104bidan, sehingga untuk jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Tambak dibutuhkan 22
bidan.

6) Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II
Tambak adalah 10 orang.Target pemerataan tenaga kesehatan
oleh Kemenkes tahun 2015 ratio perawat per 100.000 penduduk
adalah 162 perawat, sehingga untuk jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas II Tambak dibutuhkan 34 perawat.

7) Tenaga Gizi
Tenaga gizi di Puskesmas II Tambakberjumlah 1
orang.Standar IIS 2010, 22/100.000 penduduk, dengan demikian
untuk jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Tambak
dibutuhkan 5 ahli gizi.

8) Tenaga Sanitasi
Tenaga kesehatan lingkungan adalah1 orang.Standar IIS
tahun 2010, 40/100.000 penduduk, dengan demikian untuk
jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Tambak
dibutuhkan 9 tenaga kesehatan lingkungan.

9) Tenaga Kesehatan Masyarakat


Tenaga kesehatan masyarakat adalah 1 orang.Standar IIS
tahun 2010, 40/100.000 penduduk, sehingga untuk jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Tambak dibutuhkan 9
tenaga kesehatan masyarakat.

Program P2M TB dipegang oleh seorang perawat. Perawat


tersebut bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan P2M TB.
Pada saat ini pengelola program P2M TB juga berperan sebagai
bendahara serta bertanggungjawab sebagai pemegang program

18
pengendalian penyakit tidak menulat (PTM) dan posbindu.
Programer TB tidak dibantu oleh kader khusus TB dalam
menjalankan program P2M TB.
2. Money (Pembiayaan Kesehatan)
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas terdiri dari
operasional umum, Jamkesmas, Jampersal dan dana BOK. Semua
anggaran ini tujuannya adalah agar semua program kesehatan di
puskesmas bisa berjalan sesuai yang diharapkan dan bisa mencapai
target target yang telah ditentukan. Oleh karena itu semua anggaran
ini saling melengkapi satu sama lain.
3. Material (Sarana Kesehatan)
Puskesmas II Tambak sendiri memiliki balai pengobatan
umum di dalam puskesmas. Wilayah kerja Puskesmas II Tambak
memiliki2 BKD yaitu BKD Buniayu dan BKD Prembun. Puskesmas
II Tambak juga mempunyai 24 posyandu balita dan 17 posyandu
lansia yang tersebar di seluruh desa, serta 3 Posbindu yaitu Posbindu
Desa Karang Pucung, Posbindu Desa Buniayu, dan Posbindu Desa
Prembun. Puskesmas II Tambak merupakan satu-satunya sarana
kesehatan yang mempunyai kemampuan Labkes dan pelayanan gawat
darurat di wilayah Puskesmas II Tambak.

4. Methode
Ketrampilan diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yang diadakan secara
insidensil.
6. Minute
Waktu pelaksanaan K4 di Puskesmas II Tambak pada hari selasa dan
jumat pada pukul 08.00-12.00 WIB.
7. Market
Sasaran masyarakat pada pelaksanaan program K4 ditujukan kepada
seluruh masyarakat wilayah kerja Puskesmas II Tambak.

19
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Visi Puskesmas II Tambak adalah pelayanan kesehatan dasar
paripurna menuju masyarakat sehat mandiri. Untuk mempermudah
mencapai hal tersebut, perencanaan mengacu pada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) untuk program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang
sudah ditetapkan di tingkat Provinsi. Adanya rapat perencanaan
program yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM)
sebagai dasaruntuk menjalankan program pendataan dan pelayanan
ibu hamil yang sudah ditetapkan di tingkat Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas.
b. Pengorganisasian (P2)
Pengorganisasian termasuk di dalamnya adalah adanya
kerjasama lintas program yaitu antara program KIA-KB dengan 6
program pokok puskesmas yang lain, misalnya balai pengobatan (BP)
dan gizi. Tim Puskesmas II Tambak juga bekerjasama dengan
masyarakat khususnya bagian KIA dengan kader kesehatan masing-
masing desa untuk menindaklanjuti masalah Kunjungan Ibu Hamil
K4.
c. Penggerakan dan Pelaksanaan Program
Tim Puskesmas II Tambak khususnya bagian KIA serta peran
serta tenaga kesehatan (bidan) dan kader kesehatan berkerjasama
dengan masyarakat untuk meningkatkan keberhasilan kunjungan
KIHK4 pada masyarakat.Ibu hamil di setiap desa didata oleh bidan
desa kemudian dilaporkan dalam rapat rutin bidan puskesmas dengan
bidan desa. Pelaporan data ibu hamil juga dilakukan oleh kader
kesehatan masing-masing desa yang kemudian dilaporkan ke bidan
desa dalam rapat rutin bidan desa dengan kader kesehatan. Kelas ibu
hamil yang merupakan salah satu program untuk promosi program
KIHK4, sudah rutin berjalan di setiap desa.
d. Pengawasan dan pengendalian (P3) untuk kelancaran kegiatan

20
Pengawasan dan pengendalian kegiatan dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Banyumas, kepala Puskesmas II Tambak, dan tenaga
kesehatan Puskesmas II Tambak.
3. Output
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengkajian data, hanya 87.71%
angka kunjungan ibu hamil K4, angka tersebut belum memenuhi target
cakupan yaitu 100% pada tahun 2016.
4. Outcome
Dampak program yang diharapkan adalah menurunnya angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

B. Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)


Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)
mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab
masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.
1. Strength
Kelebihan yang menjadi titik tumpu keberhasilan program Kunjungan
Ibu Hamil K4 dijabarkan sebagai berikut.
Input
a. Man
Terdapat sumber daya manusia berupa bidan desa yang mencukupi,
dimana setiap bidan memiliki wilayah kerjanya masing-masing dan
memiliki fokus di setiap desa.
b. Money
Masalah anggaran tidak ada masalah bagi keberlangsungan program
ini.
c. Material
Masalah pengadaan barang dan bahan habis pakai dalam rangka
pemeriksaan rutin ibu hamil juga tidak mengalami permasalahan.
d. Method

21
Dalam mempromosikan program Kunjungan Ibu Hamil K4, bidan
telah melaksanakan dengan cukup baik di masing-masing
wilayahnya.
e. Minute
Waktu yang diperlukan untuk melakukan program ini tidak terlalu
menyita kesibukan, dimana bidan desa masih dapat melakukan
program-program promotif lainnya.
f. Market
Keberadaan ibu hamil yang tersebar di setiap desa dapat menjadi
sasaran program kerja ini.

Proses
a. Proses perencanaan sudah memiliki arah yang baik yang tertuang
pada visi puskesmas.Perencanaan program Kunjungan Ibu Hamil K4
(KIHK4)dibuat untuk memenuhi standar pelayanan dan frekuensi
kunjungan yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan sesuai dengan
indikator standar pelayanan minimal kesehatan ibu dan anak untuk
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil dari risiko
kehamilan yang mungkin terjadi.
b. Proses pengorganisasian sudah berjalan dengan baik, terstruktur
mulai dari bidan puskesmas dan bidan desa setempat saling
berkoordinasi, serta koordinasi para bidan desa dengan kader
kesehatan masing-masing desa. Kerjasama lintas program antara
KIA dengan BP dan gizi juga sudah berjalan dengan baik.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program ini sudah baik dilaksanakan
oleh bidan puskesmas yang berkoordinasi dengan bidan desa dan
kader posyandu hingga sampai ke target. Kelas ibu hamil sebagai
salah satu kegiatan untuk mempromosikan KIHK4 juga sudah
dilakukan rutin di tiap desa.

22
2. Weakness.
Input
a. K4 masih belum terdapat Standar Operasional Prosedur/Prosedur
Tetap (SOP/Protap) pada ibu hamil yang disertai kehamilan
patologis. Diperlukan perancangan SOP dan protap segera agar
memudahkan keberlangsungan K4 ke depannya. Dalam masing-
masing K4, bidan mengakui masih belum dilaksanakannya
konsultasi lintas program secara rutin (misalnya konsultasi ke BP
Umum, BP Gigi, Gizi, dsb.), dimana saat ini konsultasi tersebut
hanya dilakukan pada saat terdapat keluhan spesifik dari ibu hamil
yang bersangkutan.
Proses
a. Pengorganisasian konsultasi yang belum optimal terutama pada
kasus ibu hamil yang mengalami kehamilan patologis.
b. Proses pendataan dan pencatatan ibu hamil wilayah Puskesmas II
Tambak yang belum baik terutama apabila ada ibu hamil yang
berpindah wilayah. Pendataan dan pencatatan yang terkadang luput
terutama pada kasus ibu hamil yang berpindah wilayah, sebelumnya
memeriksakan diri di tempat lain, namun untuk pemeriksaan
selanjutnya dilakukan di Puskesmas II Tambak, atau pada saat
pemeriksaan awal K1 dilakukan di Puskesmas II Tambak dan untuk
pemeriksaan selanjutnya dilakukan di wilayah lain dikarenakan
pindah. Pengawasan dan pengendalian program melalui rapat
koordinasi Puskesmas II Tambak belum dilakukan secara rutin setiap
bulan.

3. Opportunity
a. Adanya bantuan dana operasional kesehatan dari Kabupaten
Banyumas
b. Adanya sistem perujukan yang relatif lebih konsisten dan terstruktur
semenjak adanya program BPJS

23
c. Adanya antusiasme warga desa terhadap kegiatan KIA dan KB di
tiap-tiap desa.
4. Threat
a. Masih rendahnya ibu hamil yang berkunjung memeriksakan diri
selama kehamilannya (87,71% dari target 100%) merupakan salah
satu masalah yang bisa disebabkan oleh kurang tertariknya animo
masyarakat khususnya ibu hamil terhadap pemeriksaan kesehatan
oleh bidan desa setempat. Dimungkinkan terdapat beberapa ibu
hamil yang memeriksakan diri ke bidan/tenaga kesehatan lain di luar
wilayah cakupan Puskesmas II Tambak sehingga tidak masuk dalam
pendataan.
b. Koordinasi antara puskesmas dengan bidan-bidan swasta atau rumah
sakit yang kurang baik

24
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Rendahnya angka capaian program K4 yaitu 87,71% dari target
100% pada tahun 2016 merupakan salah satu masalah yang terdapat di
Puskesmas II Tambak. Berdasarkan hasil kajian kami, terdapat beberapa
permasalahan yang berhasil diidentifikasi dalam program K4, antara lain
adanya ibu hamil yang memeriksakan diri di luar puskesmas sehingga luput
dari pendataan.
Beberapa ibu hamil secara umum masih dimungkinkan memilih
untuk melakukan konsultasi ibu hamil K4 diluar puskemas sehingga luput
dari pendataan. Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) dibutuhkan untuk
mengetahui kondisi ibu hamil dan melakukan screening faktor risiko yang
dapat berkontribusi pada proses kehamilan dan/atau persalinan. Pada
trimester pertama, selain dilakukan pemeriksaan fisik obstetri dan ginekologi,
juga diperlukan pemeriksaan golongan darah (sistem ABO, rhesus) dan kadar
hemoglobin darah. Apabila diperlukan, pemeriksaan penapisan tetanus,
tuberculosis, TORCH, sifilis, malaria, dan HIV juga dilakukan pada ibu hamil
yang memiliki faktor risiko. Selanjutnya, pada pemeriksaan ibu hamil di
trimester kedua dilakukan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan
janin serta kemungkinan munculnya hipertensi dan/atau diabetes gestasional.
Pemeriksaan trimester ketiga juga dilakukan sebanyak minimal dua kali untuk
memantau kehamilan dan melihat kadar hemoglobin kembali. Namun
terdapat kekurangan dalam sistem konsultasi dari bidan ke dokter yaitu belum
adanya standar operasional prosedur apabila terjadi kehamilan patologis.
Adapun konsultasi lintas program yang masih belum rutin dilakukan menjadi
masalah tersendiri, karena adanya kondisi patologis bisa saja asimtomatis.
Padahal selama ini konsultasi baru akan dilakukan jika terdapat masalah.
Hal tersebut menurunkan minat beberapa ibu hamil dan lebih
memilih untuk melakukan konsultasi K4 atau ANC di luar puskesmas yang

25
lebih canggih, unggul, dan memiliki SOP yang detail dan jelas. Pelaporan
konsultasi ibu hamil K4 di luar puskesmas yang kurang menyebabkan angka
capaian program K4 di Puskesmas II tambak belum mencapai target.
Pendataan dan pencatatan yang terkadang luput terutama pada kasus ibu
hamil yang berpindah wilayah, sebelumnya memeriksakan diri di tempat lain,
namun untuk pemeriksaan selanjutnya dilakukan di Puskesmas II Tambak,
atau pada saat pemeriksaan awal K1 dilakukan di Puskesmas II Tambak dan
untuk pemeriksaan selanjutnya dilakukan di wilayah lain dikarenakan pindah.
Hal ini dapat mempengaruhi kualitas ataupun kuantitas dari pelayanan itu
sendiri. Ibu hamil yang luput dari pendataan juga dapat menambah masalah di
kemudian hari, terutama apabila kondisi patologis tidak terdeteksi dan ibu
hamil sudah masuk ke masa persalinan. Hal ini tentu dapat berbahaya bagi
ibu dan dapat berdampak kepada peningkatan angka kematian ibu dan bayi.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


Beberapa alternatif pemecahan masalah yang kami ajukan dengan metode
matrik SWOT adalah sebagai berikut.
Strategi OS
a. Semakin ditingkatkan kegiatan K4 ditiap-tiap desa dengan dibarengi
kegiatan-kegiatan puskesmas yang rutin dilaksanakan secara berkala
seperti kelas ibu hamil.
b. Peningkatan koordinasi kepala puskesmas dengan bidan-bidan desa
dengan pemantauan berkala.
c. Pelaksanakan program K4 secara konsisten dan kontinu.
Strategi OW
a. Pembuatan standar operasional prosedur untuk kondisi patologis
sesuai literatur terkini dan disosialisasikan kepada setiap bidan desa,
mencakup kemungkinan adanya penyakit infeksi pada ibu hamil,
intrauterine growth retardation, hipertensi dalam kehamilan,
diabetes gestasional, anemia defisiensi besi, hiperemesis gravidarum,

26
perdarahan prepartum, trauma ibu hamil, gemeli, dan lain-lain dalam
bentuk program ANC terpadu.
b. Pembuatan lembar konsultasi lintas sektoral yang tetap dan jelas
c. Melakukan pendataan secara seksama mengenai jumlah ibu hamil,
alamat ibu hamil, dan mencatat hasil pemeriksaan ibu hamil apabila
ia memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan selain bidan
desa/puskesmas khususnya ibu hamil yang pindah wilayah.

Strategi TS
a. Meningkatkan kerja sama antara puskesmas dengan bidan-bidan
swasta, klinik, dan rumah sakit swasta.
b. Perbaikan sistem laporan konsultasi ibu hamil K4 di luar puskesmas
dengan melakukan pendataan K4 ke center-center kesehatan diluar
puskesmas
c. Mengadakan rapat koordinasi secara rutin untuk evaluasi dari
program yang telah berjalan, dalam meninjau kelengkapan
pencatatan atau pendataan.

27
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan
pencapaiannya adalah kunjungan ibu hamil K4 di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak pada tahun 2016.
2. Beberapa hal yang menjadi dasar ketidaktercapaian program tersebut
antara lain:
a. adanya ibu hamil yang memeriksakan diri di luar puskesmas
sehingga luput dari pendataan.
b. belum jelasnya prosedur pelaksanaan dan ketiadaan standar
operasional prosedur.
c. belum terlaksananya konsultasi lintas sektoral.

B. Saran
1. Perbaikan sistem laporan konsultasi ibu hamil K4 di luar puskesmas
2. Pembuatan standar operasional prosedur untuk kondisi patologis sesuai
literatur terkini dan disosialisasikan kepada setiap bidan desa dalam
bentuk program ANC Terpadu
3. Menggalakan konsultasi lintas program secara rutin tanpa menunggu
adanya keluhan dari ibu hamil.
4. Melakukan pendataan secara saksama tentang ibu hamil di wilayah
Puskesmas II Tambak, juga mencakup ibu hamil yang memeriksakan diri
ke fasilitas pelayanan kesehatan selain bidan desa/puskesmas.

28
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2013. Kepmenkes tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2015. Profil kesehatan Jawa Tengan 2015.

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. 2014. Profil Kesehatan kabupaten


Banyumas 2014.Banyumas: Erlangga.

Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

29

Anda mungkin juga menyukai