TUMOR PAROTIS TUMOR MAMMA TUMOR TIROID TUMOR BIBIR / TUMOR LIDAH
KARSINOMA SEL
SKUAMOSA
Anamnesis Anamnesis Anamnesis Anamnesis Anamnesis
Tentang tumor Tentang tumor Tentang tumor Tentang tumor Tentang tumor
Lama keluhan dan Lama keluhan dan Lama keluhan dan Lama keluhan dan Lama keluhan dan
progresivitas progresivitas progresivitas progresivitas progresivitas
Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri
Demam Demam Demam Demam Demam
Benjolan tempat lain
Khas Khas RPK RPK
Nipple discharge Tak tahan panas Riw. Keluarga terkena Riw. Keluarga terkena
PF Peau d`orange Keluar keringat banyak penyakit yang sama penyakit yang sama
Lokasi Skin dimpling Gemetar
Jumlah tumor Retraksi papilla Cepat lelah RPD RPD
Batas tumor Venektasi (tumor phyllodes) Banyak makan, BB Riw. Trauma Riw. Trauma
Ukuran tumor Sulit menelan Riw. Paparan radiasi Riw. Paparan radiasi
Konsistensi tumor RPD Suara serak
Perlekatan dengan sekitar Riw. Trauma Sesak Faktor resiko Faktor resiko
Permukaan tumor Riw. Paparan radiasi Riw. terpajan matahari Riw. merokok
KGB RPK Riw. merokok Riw. sariawan berulang
Cuping telinga terangkat RPK Riw. Keluarga terkena Riw. sariawan berulang Riw. nginang
Mengernyitkan dahi +/- Riw. Keluarga terkena Ca penyakit yang sama Riw. nginang Riw. pecandu alcohol
Menutup mata +/- Riw. pecandu alcohol Karies gigi
Trismus Karies gigi
Dx
Tumor Mamma Dx/Sin
suspek Ganas/Jinak T?N?M?
DD
Mamaria displasia
Mastitis akut
Mastitis kronik
MELANOMA MALIGNA
Anamnesis :
Lama keluhan dan progresivitas
Nyeri
Demam
Benjolan di inguinal ipsilateral
RPD
Riw. Trauma
Riw. Paparan radiasi
Riw. Tahi lalat yang membesar
PP
X-Foto tulang region bersangkutan AP/L
X-Foto Thorax
USG Abdomen
DX
Tumor kulit regio …….
Dextra/sinistra curiga ganas/jinak
Suspek melanoma maligna/…….
TX
Eksisi luas + FS
Diseksi inguinal superficial
TUMOR PAROTIS TUMOR MAMMA TUMOR TIROID TUMOR RONGGA TUMOR LIDAH
MULUT
T1 = < 2cm, ekstensi T1 = a = < 0,5 cm T1 = < 2 cm T1 = < 2 cm Sama dengan tumor
ekstraparenkim (-) b = 0,5-1 cm T2 = 2-4 cm T2 = >2-4 cm rongga mulut
T2 = >2-4 cm, ekstensi c = 1-2 cm T3 = 4 cm T3 = > 4 cm
ekstraparenkim (-) T2 = 2-5 cm T4a = ke laring, trakea, T4a =
T3 = >4-6 cm. atau T3 = > 5 cm n.recurrent laringeus bibir: infiltrasi tulang, n.
ekstensi ekstraparenkim T4a = ke dinding dada (serak) alveolaris inf, dasar mulut,
(+) tanpa terlibat N VII T4b = ke permukaan kulit T4b = ke fascia kulit
T4 = >6 cm, atau invasi N T4c = kedua2nya prevertebra, arteri carotis rongga mulut: infiltrasi
VII (+)/dasar tengkorak T4d = mastitis tulang, otot lidah, sinus
(+) karsinomatosa maksilaris, kulit
T4b = infiltrasi masticator
space, pterygoid plates,
dasar tengkorak, a.carotis
interna
Setelah Radiologis :
Fraktur – (tulang) – (lokasi proximal, 1/3 proximal, 1/3 tengah, 1/3
distal, distal) – (dextra/sinistra) – (garis fraktur, transverse, oblique,
comminutif, segmental) – (hub.antar fragmen, displace, non displace) –
(tertutup diikuti komplikata/non komplikata) atau (terbuka diikuti
grade I/II/IIIA,B,C)
TERAPI Reposisi : Tertutup (manual, traksi)
Terbuka / ORIF (plate and screw, nail, wearing)
Fixasi : Spalk, elastic bandage, gips
Immobilisasi
Rehabilitasi : fisioterapi
PEMASANGAN BIDAI / SPALK Informed consent : salam, perkenalkan diri, ijin tindakan
Posisikan sesuai posisi anatomis
Pilihlah bidai yang melewati 2 sendi dan pasang dengan memberikan
kasa pada tonjolan tulang yang terkena bidai agar tidak terjadi trauma
Jika ada luka dilakukan WT kemudian ditutup
Setelah dipasang bidai diikat dengan elastic bandage, jangan terlalu
kencang dan tidak terlalu kendur (dapat ditanyakan pada penderita)
Dapat dibuat jendela pada daerah luka.
X-FOTO TULANG
Syarat foto
Melewati 2 sendi
Minimal 2 proyeksi
Dilakukan 2 kali (sebelum dan sesudah tindakan)
2 ekstremitas (kontralateral) terutama pada anak
Pembacaan
Identitas (nama,umur,jenis kelamin,tanggal pembuatan)
Foto tulang apa ?
Proyeksi
Marker R/L
Sentrasi (batas atas,bawah,kanan,kiri),(melewati 2 sendi/tidak)
Densitas (pencahayaan)
Soft tissue (swelling, massa)
Epifisial plate menutup/belum
Deskripsi fraktur :
Lokasi (prox,1/3 prox,1/3 tengah,1/3 distal,distal)
Dextra/sinistra
Garis fraktur (trans,obliq,commi,segmen)
Hubungan antar fragmen (displace,nondisplace)
Terbuka diikuti Grade I (< 1 cm), II (1-5 cm), IIIA (>5 cm luka dapat ditautkan), IIIB ( >5 cm luka tidak dapat ditautkan), IIIC (bone
ekspose,komplikasi neurovaskuler)
COLOK DUBUR
(RECTAL TOUCHER)
Informed consent
Beri salam
Memperkenalkan diri
Minta ijin tindakan
Persiapan alat
Sarung tangan
Pelumkat
Persiapan penderita
Posisi litotomi
Persiapan operator
-
Tindakan
Pasang handscone
Beri pelumkat
Tempelkan sisi volar jari telunjuk di tepi lubang anus
Tunggu beberapa saat (sampai sfingter ani eksternus relaksasi)
Masukkan perlahan dan nilai :
TSA
Mukosa
Prostat :
Diameter mediolateral dx/sin
Simetris/tidak
Permukaan
Konsistensi
Sulcus medianus datar/tidak
Polus cranialis teraba/tidak
Massa
Nodul
Nyeri tekan
Refleks BCR
Sarung tangan feces, darah, lendir
PEMASANGAN KATETER
Informed consent
Beri salam
Memperkenalkan diri
Minta ijin tindakan
Persiapan alat
Desinfektan (providon iodine 10%)
Kasa steril
Duk lubang steril
Pelumkat
Lidokain 2% 4 cc
Spuit 10 cc
Kateter sesuai ukuran pasien
Aquadest
Persiapan penderita
Posisi litotomi
Persiapan operator
Sarung tangan
Tindakan
Desinfeksi alat kelamin sampai daerah pubis
Pasang duk lubang steril
Pembacaan BNO
Identitas (nama,umur,jenis kelamin,tanggal pembuatan)
Proyeksi
Marker R/L
Sentrasi (BA : cupula difragmatica, BB : simfisis pubis)
Densitas
Pre peritoneal fat line
Gambaran udara usus
Psoas line
Kontur ginjal
Bayangan radioopak
Khas :
Wajah mongoloid :
Mikrosefal
Hipertelorisme
Saddle nose
Low set ear
Palatum letak tinggi
Makroglosi
Web neck
Polidaktili, sindaktili
WASH OUT
Informed consent
Beri salam
Memperkenalkan diri
Minta ijin tindakan
Persiapan alat
Rectal tube
Pelumkat
Spuit 20 cc
Lar. NaCl 0,9% hangat
Persiapan penderita
Posisi litotomi
Persiapan operator
Sarung tangan
Topi
Masker
Celemek
Tindakan
Rectal tube diberi pelumkat dan dimasukkan ke anus/colostomy
Masukkan NaCl hangat 10-20 cc/kgBB
Dikatakan berhasil bila keluar >50% feces dan cairan
Ulangi 5-6 kali
CIRCULATION Nadi (isi dan tegangan), tekanan darah, perdarahan aktif, sianosis, akral dingin, capillary refill,
pasang infus line dan kateter urine
EXPOSURE Jejas, vulnus, tanda-tanda fraktur basis cranii, tanda-tanda EDH, SDH, ICH
Vulnus Morsum ec. Combusio (grade) – (luas Ulkus dekubitus – (regio) Hemangioma kapilare tipe
Gigitan Ular (regio) luka bakar) – (regio) – (et – (grade) strawberry/nevus flameus
(dx/sin) causa) – (penyulit) – atau
(comorbiditas) Hemangioma kavernosa
(regio) – (dextra/sinistra)
MX : MX :
Pasang torniquet di P3K ( jauhkan dari sumber Alih baring max. 2 jam Strawberry Fraktur mandibula:
proximal lesi dan posisi trauma, lepaskan dari pada posisi tertentu regresi, injeksi Dipasang Barton fixation
lebih rendah dari jantung benda-benda penyimpan Nutrisi baik scleroting agent, tidak
Persiapan alat
Desinfektan (providon iodine 10%)
Kasa steril
Duk lubang steril
Spuit
Lidokain 2%
Lar. NaCl 0,9%
Lar. Perhidrol 3%
Plester
Persiapan operator
Sarung tangan
Informed consent
Tindakan
Desinfeksi daerah sekitar luka
Tutup dengan duk lubang steril
Infiltrasi lidokain
Cuci dengan NaCl 0,9%
Cuci dengan Perhidrol 3%
(Nekrotomi bila perlu)
Bilas dengan NaCl 0,9%
(Jahit bila perlu)
Tutup kasa steril
Plester
1. Refleks pupil
Terdiri atas refleks pupil direk dan indirek (konsensual)
Cara:
- Mata pasien disenteri, kemudian dilihat reaksi pupil pada mata sisi yang disenteri
dan sisi kontralateralnya
Interpretasi:
- Refleks pupil direk (+) bila pupil pada mata yang disenteri mengecil
Refleks pupil indirek (+) bila pupil mata kontralateralnya ikut mengecil
- Bila refleks pupil direk dan indirek (-), dengan catatan visus tidak 0: curiga MBO
2. Refleks kornea
Cara:
- Kornea disentuh dengan sepotong kapas lembab yang ujungnya dibuat runcing
Interpretasi:
- (+): bila mata berkedip (m.orbicularis oculi)
- (-): bila mata tidak berkedip atau berkurang. Menunjukkan gangguan N V(1) atau
N VII yang mensarafi m.orbicularis oculi
3. Refleks okulosefalik ( Doll’s Eye)
Cara:
- Kelopak mata dibuka
- Kepala diputar dari samping kiri ke kanan dan sebaliknya, kemudian ditekuk dan
ditengadahkan.
Interpretasi:
- (+) : bila pada pemutaran kepala ke kanan, mata deviasi ke kiri, dan sebaliknya.
Pada fleksi kepala, mata deviasi ke atas, dan sebaliknya. Mata kemudian
dengan cepat kembali ke posisi semula meskipun kepala masih dalam
keadaan terputar atau terfleksi.
- (-) : gerak bola mata (-) atau gerakannya asimetris → kerusakan pons-
mesensefalon (curiga MBO)
29
CH Production 2008
NOTE: Tidak boleh dilakukan pada cedera cervical
4. Refleks okulovestibuler ( Tes Kalori)
Cara:
- Kepala ditengadahkan 60o
- Masukkan air dengan suhu + 30 oC ke dalam spuit 20 cc, semprotkan ke lubang
telinga (kecepatan + 1 cc/detik)
- Amati arah, frekuensi dan lamanya nistagmus
- Setelah istirahat 5 menit, telinga kontralateralnya dites.
- Bandingkan lamanya nistagmus pada kedua sisi
Interpretasi:
- Normal : lamanya nistagmus hampir sama (biasanya ½ - 2 menit)
- Bila nistagmus (-): curiga MBO
NOTE:
- Bila tidak berhasil menimbulkan nistagmus, 5 ml air es disemprotkan ke telinga
selama 20 detik. Bila nistagmus masih (-), semprotkan 20 cc air es selama 30
detik. Bila masih (-) berarti labirin telinga tidak berfungsi.
5. Refleks muntah
Cara:
- Rangsang dinding faring atau pangkal lidah dengan spatel tongue
Interpretasi:
- (+): muntah
- (-) : Muntah (-), menandakan kerusaan N IX dan X (curiga MBO)
(Diambil dari Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental, Prof. Dr. dr. SM Lumbantobing, FKUI, 2000)
Note: hasil pemeriksaan di atas masih diinterpretasikan sebagai CURIGA karena pemeriksaan tidak bisa dilakukan
dalam satu waktu saja, tetapi perlu dievaluasi lagi dan perlu melihat klinis pasien. Keterangan lebih detil, baca bukunya
yaa…
30
CH Production 2008
Ucapan terima kasih:
1. ALLOH SWT atas kemurahan dan kasih sayang-Nya sampai
saat ini.
2. Orang tua dan keluarga di rumah atas doanya.
3. Para guru kami di Bagian Bedah yang telah mendidik,
membimbing, membagi ilmu dan ketrampilan dengan penuh
kesabaran (terima kasih ya dok, atas waktu yang diluangkan
untuk berdiskusi dengan kami. Kami bisa merasakan kebaikan
dokter…)
4. Penggagas ide OSCA Bedah, sebab OSCA Bedah mengajak
kami untuk mempelajari penanganan pasien, baik dari segi
praktis maupun komprehensif.
Usul kami:
Mmm…kalau bisa siy, coass Bedah ada stase luarnya (di RS Kodya
mungkin, semingguuu aja..). Soalnya kami merasa kalau skill kami
kurang terasah kalau hanya jaga di UGD RSDK, soalnya dapetnya
hectiiiiiiing mulu’, kadang-kadang pasang spalk, figure of eight, atau
gips siy (itu juga cuman mbasahin gipsnya doang he2). Jarang dapet
pasang CVP, VS, sistostomi, belum pernah insisi pas operasi,
padahal kami rasa ketrampilan itu sebaiknya kami kuasai. Kami
mohon ya dok, kabulkan permohonan kami...
31
CH Production 2008