Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Preeklampsia sampai saat ini masih menjadi masalah yang

mengancam dalam kehamilan, terutama di negara berkembang. Penyakit

preeklampsia ini merupakan penyebab utama kematian maternal di dunia

(Osungbade et, al 2011). Kesehatan pada ibu hamil menimbulkan dampak

yang dapat meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu

parameter kemajuan bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat yang menyangkut dengan angka kematian ibu (AKI) dan

angka kematian bayi (AKB). Menurut WHO 81% AKI akibat komplikasi

selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa pasca salin (Prawirohardjo,

2016).

World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap hari di

tahun 2017, sekitar 810 wanita meninggal karena kehamilan dan persalinan.

Pada Tahun 2000 dan 2017, rasio kematian ibu (per 100.000 kelahiran hidup)

turun sekitar 38% di seluruh dunia dan 94% dari semua kematian ibu terjadi

di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2019).

Di Indonesia angka  kematian ibu berkisar 305 per 100.000 menurut

Survei Angka Sensus (Supas) tahun 2015. Dari 14.640 total kematian ibu

yang dilaporkan hanya 4.999, berarti ada 9.641 yang tidak dilaporkan ke

pusat. Dari data tersebut, ada 83.447 kematian ibu di desa maupun kelurahan,

sementara di Puskesmas ada 9.825 kematian ibu, dan 2.868 kematian ibu di

rumah sakit. Penyabab kematian ibu yaitu berupa hipertensi sebanyak


2

33,07%, perdarahan obstetrik 27.03%, komplikasi non obstetric 15.7%,

komplikasi obstetric lainnya 12.04% infeksi pada kehamilan 6.06% dan

penyebab lainnya 4.81% (Kemenkes RI, 2019).

Angka kematian ibu di provinsi jambi cenderung menurun, pada

tahun 2016 kematian ibu mencapai angka 59 kasus kemudian menurun pada

tahun 2017 menjadi 29 kasus (Metro Jambi, 2020).

Preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu.

Preeklamsia merupakan gangguan hipertensi dalam kehamilan. Preeklamsia

adalah penyakit kehamilan yang berkisar dari hipertensi ringan sampai berat

dan disertai dengan mendasari sistemik patologi yang dapat memiliki dampak

ibu dan janin yang parah (Karjatin, 2016). Preeklampsia dapat menimbulkan

gangguan baik bagi janin maupun ibu. Kondisi preeklampsia dan eklampsia

akan memberi pengaruh buruk bagi kesehatan janin akibat penurunan perfusi

utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel

pembuluh darah plasenta (Prawirohardjo, 2016).

Faktor yang sering ditemukan sebagai faktor risiko yang dapat

meningkatkan insiden preeklampsia antara lain paritas, usia yang ekstrim,

riwayat keluarga pernah preeklampsia, riwayat hipertensi, hiperplasentosis

(kehamilan ganda, diabetes mellitus, bayi besar, molahidatidosa), dan

obesitas (Prawirohardjo, 2016).

Ibu yang memiliki paritas >3 beresiko mengalami preeklampsia

dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1-3. Menurut Manuaba (2010),

kejadian hipertensi dalam kehamilan yang dialami oleh primigravida sekitar


3

7-12% dan makin meningkat pada hamil ganda, hidramnion atau hamil

dengan diabetes melitus, serta kehamilan molahidatidosa, sedangkan pada

kehamilan multigravida 5½-8%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Umar (2017) didapatkan hasil bahwa adda hubungan antara pasitas

dengan kejadian preeklampsia pada perempuan bersalin dengan nilai ρ

value=0,000

Ibu bersalin yang berumur <20 dan >35 tahun beresiko mengalami

preeklampsia. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur

ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur

lebih dari 35 tahun. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Asmana

(2016) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia

dengan preeklampsia berat (p= 0,014).

Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena

mendukung insiden hipertensi kronis yang mendasari. Jika ada riwayat

preeklampsia/ eklampsia pada ibu/ nenek penderita, faktor risiko meningkat

25% (Lisnawati, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putriana

(2019) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara faktor keturunan

hipertensi dalam keluarga dengan kejadian preeklampsia pada sebuah rumah

sakit di provinsi lampung (p value< 0,05).

Diabetes mellitus juga menyebabkan kejadian pre eklamsia pada ibu

hamil. Kejadian diabetes melitus dipengaruhi oleh produksi hormon plasenta

yaitu HPL (Human Plasenta Lactogen) yang akan meningkatkan resistensi sel

terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes. Penyakit diabetes melitus


4

hampir 50% yang terjadi pada wanita hamil berkembangmenjadi preeklamsi

(Varney, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2019) didapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan diabetes melitus dengan kejadian preeklampsia

pada ibu bersalin di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

periode 1 Januari – 30 Juni 2018.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu

Hamil Trimester III di Puskesmas Talang Bakung Jambi Pada Tahun 2020.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: Bagaimana Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Talang Bakung Jambi

Pada Tahun 2020?”

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

preeklamsia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Talang Bakung

Jambi Pada Tahun 2020

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran paritas, usia, riwayat keluarga,

diabetes mellitus dan kejadian preeklamsia pada ibu hamil trimester

III di Puskesmas Talang Bakung Jambi Pada Tahun 2020.


5

b. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan Kejadian

Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Talang

Bakung Jambi Pada Tahun 2020

c. Untuk mengetahui hubungan antara usia dengan Kejadian

Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Talang

Bakung Jambi Pada Tahun 2020

d. Untuk mengetahui hubungan antara riwayat keluarga dengan

Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas

Talang Bakung Jambi Pada Tahun 2020

e. Untuk mengetahui hubungan antara diabetes mellitus dengan

Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas

Talang Bakung Jambi Pada Tahun 2020

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil

trimester III

1.3.2 Bagi Ilmu Kebidanan

Sebagai bahan dalam mengembangkan ilmu kebidanan terutama

mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

preeklamsia pada ibu hamil trimester.


6

1.3.3 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan data dasar untuk melaksanakan

penelitian lebih lanjut yang berkaitan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil trimester III.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi

dokumentasi dengan menggunakan rancangan case control dengan

pendekatan retrospektif yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil trimester III di

Puskesmas Talang Bakung Jambi Pada Tahun 2020. Penelitian ini akan

dilakukan di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi pada bulan Mei Tahun

2020. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah pasien preeklampsia yang

ditentukan berdasarkan diagnosa medis yang pernah dirawat dan tercatat

dalam buku catatan puskesmas dan populasi kontrol yaitu tidak preeklampsia

atau normal yang berjumlah dan pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik total sampling sebanyak orang. Pengumpulan data

dilakukan dengan kuesioner dan hasil penelitian ini dianalisis secara univariat

dan bivariat dengan uji statistik chi-square.


7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jika dihitung

dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester,

dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13

minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2016).

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal)

dan bukan patologis. Tetapi kondisi normal dapat menjadi

patologis/abnormal. Masa hamil berlangsung 280 hari atau 40 minggu.

Setiap perempuan berkepribadian unik dan kehamilan unik pula,

dimana terdiri atas Bio, Psikologis, Social, yang berbeda pula, sehingga

dalam memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya juga berbeda

dan tidak boleh disamakan (Moudy, 2017).

2.1.2 Tanda –Tanda Dan Gejala Hamil

Tanda-tanda kehamilan menurut Moudy (2017) yaitu :


8

a. Amenorea (tidak datang haid)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel

de Graaf dan ovulasi. Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir

dengan perhitungan rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan

persalinan (Yulizawati, 2016)

b. Payudara tegang

Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin

menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara.

Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan

rasa sakit terutama pada hamil pertama

c. Mengidam (ingin makanan khusus)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian disebut ngidam.

d. Mual muntah pagi hari (morning sickness)

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam

lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari

disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini

dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang

e. Hipersalivasi

f. Konstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus,

menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.


9

g. Pigmentasi kulit

Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior

menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum),

pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin

hitam) dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting,

susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh

darah manifes sekitar payudara).

2.1.3 Pertumbuhan Fetus Dalam Kandungan

Menurut Prawirohardjo (2016), pertumbuhan janin secara fisiologi

adalah:

a. Perkembangan Konseptus

Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat

cepat yaitu zigot mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri

atas 16 sel blastomer), kemudian menjadi blastokis (terdapat cairan

di tengah) yang mencapai uterus, dan kemudian sel-sel

mengelompok, berkembang menjadi embrio, setelah minggu ke-10

hasil konsepsi disebut janin. Konseptus ialah semua jaringanminggu

ke-10 hasil konsepsi disebut janin. Konseptus ialah semua jaringan

konsepsi yang membagi diri menjadi berbagai jaringan embrio,

korion, amnion, dan plasenta

b. Embrio dan Janin

Dalam beberapa jam setelah ovulasi akan terjadi fertilisasi

di ampula tuba. Oleh karena itu, sperma harus sudah ada disana
10

sebelumnya. Berkat kekuasaan Allah SWT, terjadilah fertilisasi

ovum oleh sperma. Namun, konseptus tersebut mungkin sempurna,

mungkin tidak sempurna. Embrio akan berkembang sejak usia 3

minggu hasil konsepsi. Secara klinik pada usia gestasi 4 minggu

dengan Ultrasonografi (USG) akan tampak sebagai kantong gestasi

berdiameter 1 cm, tetapi embrio belum tampak. Pada minggu ke-6

dari haid terakhir sampai usia konsepsi 4 minggu, embrio berukuran

2-3 cm.

Pada saat itu akan tampak denyut jantung secara

Ultrasonografi (USG). Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi sampai

6 minggu usia embrio, embrio berukuran 22–24 mm, dimana akan

tampak kepala yang relatif besar dan tonjolan jari. Gangguan atau

teratogen akan mempunyai dampak berat apabila terjadi pada

gestasi kurang dari 12 minggu, terlebih pada minggu ke-3

2.1.4 Perubahan psikologi dalam kehamilan

Perubahan psikologi dalam kehamilan menurut Yulizawati (2016)

terdiri dari :

a. Perubahan psikologis pada trimester I

1. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

2. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan

kesedihan. Bahkan ibu berharap dirinya tidak hamil.


11

3. Ibu selalu mencari tanda-tanda apakah ia benarbenar hamil. Hal

ini dilakukan hanya sekedar untuk meyakinkan dirinya.

4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu

mendapat perhatian dengan seksama.

5. Ketidakstabilan emosi dan suasana hati.

b. Perubahan yang terjadi pada trimester II

1. Ibu sudah merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormon yang tinggi.

2. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

3. Ibu sudah dapat merasakan gerakan bayi.

4. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.

5. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian

dari dirinya.

6. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya/pada

orang lain.

7. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran

dan persiapan untuk peran baru.

8. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban oleh

ibu.

c. Perubahan yang terjadi pada trimester III

1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh

dan tidak menarik.

2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.


12

3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada

saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya

4. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

5. Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

6. Semakin ingin menyudahi kehamilannya.

7. Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya 8. Bermimpi dan

berkhayal tentang bayinya.

2.1.5 Perubahan Fisik Pada Kehamilan

Menurut Yulizawati (2017) perubahan fisik pada kehamilan yaitu :

a. Perut dan uterus membesar

Pembesaran dinding abdomen terkait dengan tejadinya pembesaran

uterus di rongga abdomen. Pembesaran ini biasanya dimulai pada

usia kehamilan 16 minggu dimana uterus beralih dari organ pelvik

jadi organ abdomen. Pembesaran perut ibu lebih terlihat pada posisi

berdiri jika dibandingkan dengan posisi berbaring. Juga lebih

terlihat pada multipara dibandingkan dengan primigravida akibat

kendurnya otot – otot dinding perut.

b. Penambahan berat badan

Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan

disebabkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan

volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskular. Sebagian kecil

dari peningkatan ini dihasilkan oleh perubahan metabolik yang


13

menyebabkan peningkatan air sel dan pengendapan lemak dan

protein baru yang disebut dengan cadangan ibu (maternal reserves).

Penambahan berat rerata ibu selama kehamilan adalah 12,55 kg.

c. Hiperpigmentasi

Garis tengah kulit abdomen (linea-alba) mengalami pigmentasi

sehingga warnanya berubah menjadi hitam kecoklatan (linea nigra).

Kadang muncul bercak kecoklatan irregular dengan berbagai ukuran

di wajah dan leher, menimbulkan kloasma atau melasma

gravidarum. Pigmentasi areola dan kulit genital juga sering terjadi.

Perubahan pigmentasi ini biasanya hilang, atau berkurang secara

nyata setelah persalinan. Hanya sedikit yang yang diketahui tentang

sifat perubahan pigmentasi ini, meskipun melanocytestimulating

hormone dibuktikan secara meningkatkan secara bermakana sejak

akhir bulan kedua kehamilan hingga aterm. Estrogen dan

progesteron juga dilaporkan memiliki efek merangsang melanosit.

2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Menurut Prawirohardjo (2016), kebutuhan dasar ibu hamil

adalah:

a. Nutrisi yang adekuat

1. Kalori, jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk

setiap harinya adalah 2.500 kalori

2. Protein, jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah

85 gram per hari.


14

3. Kalsium, kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.

4. Asam Folat, selain zat besi, sel-sel darah merah juga

memerlukan asam folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat

yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogram per hari.

5. Zat besi, untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal,

diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30

mg/hari terutama setelah trimester kedua. Bila tidak ditemukan

anemia pemberian zat besi per minggu cukup adekuat

b. Perawatan payudara

Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga

dapat segera berfungsi dengan baik. Pengurutan payudara untuk

mengeluarkan sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus,

sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan benar karena pengurutan

yang salah dapat menimbulkan kontraksi pada rahim sehingga

terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin menggunakan

uterotonika. Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu

akan dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk

sekresi yang mengering pada puting susu, lakukan pembersihan

dengan menggunakan campuran gliserin dan alkohol. Karena

payudara menegang, sensitif, dan menjadi lebih berat, maka

sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai brassiere.


15

c. Perawatan gigi

Dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu pada

trimester pertama dan ketiga. Pada trimester pertama terkait dengan

hiperemesis dan ptialisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga

kebersihan rongga mulut harus selalu terjaga. Sementara itu, pada

trimester ketiga, terkait dengan adanya kebutuhan kalsium untuk

pertumbuhan janin sehingga perlu diketahui apakah terdapat

pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil. Dianjurkan untuk

selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat rentan

terhadap terjadinya carries dan gingivitis.

d. Kebersihan tubuh dan pakaian

Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan

anatomik pada perut, area genetalia / lipat paha, dan payudara

menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah

terinvestasi oleh mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran

atau gayung pada saat mandi. Gunakan pakaian yang longgar,

bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu hak tinggi dan alas kaki

yang keras serta korset penahan perut

e. Olahraga

Terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik

atau mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Jenis olah

tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil, disesuaikan dengan

banyaknya perubahan fisik seperti pada organ genital, perut kian


16

membesar dan lain-lain. Dengan mengikuti senam hamil secara

teratur dan intesif, ibu hamil dapat menjaga kesehatan tubuh dan

janin yang dikandungnya secara optimal.

f. Istirahat

Dengan adanya perubahan fisik ibu hamil, salah satunya beban berat

pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu

akan mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat

penting untuk ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering

diiringi dengan bertambahnya ukuran janin, sehingga terkadang ibu

kesulitan untuk menentukan posisi yang paling baik dan nyaman

untuk tidur. Posisi tidur yang nyaman dan dianjurkan pada ibu

hamil adalah miring ke kiri, kaki lurus, kaki kanan sedikit menekuk

dan ganjal dengan menggunakan bantal dan untuk mengurangi rasa

nyeri pada perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah

kiri.

g. Aktifitas

Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot

sehingga dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam

persalinan normal. Senam hamil dimulai pada usia kehamilan

sekitar 24-28 minggu.

2.1.7 Komplikasi Kehamilan

Menurut Karjatin (2016) Ibu hamil memiliki risiko untuk terjadi

komplikasi dalam kehamilannya. Komplikasi tersebut dapat berupa


17

perdarahan pada kehamilan, peningkatan tekanan darah dan lain– lain.

Salah satu komplikasi kehamilan yang terjadi antara lain hiperemesis

gravidarum, pre eklampsia dan ekslampsia, plasenta previa, serta

abortus.

a. Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum muntah selama kehamilan yang begitu

parah menyebabkan dehidrasi, elektrolit dan ketidakseimbangan

asam–basa, dan ketosis akibat kelaparan.

b. Preeklamsia

Preeklamsi merupakan salah satu gangguan hipertensi dalam

kehamilan

c. Plasenta previa

Placenta previa terjadi bila plasenta menempel di segmen bawah

rahim, dekat atau di atas leher rahim internal, bukan fundus rahim.

Pendarahan terjadi karena pemisahan plasenta dari segmen bawah

rahim dan ketidakmampuan rahim berkontraksi

d. Abortus/aborsi

Aborsi merupakan kejadian yang sering terjadi pada remaja–remaja

di kota besar bahkan sudah banyak terjadi di daerah– daerah

2.2 Konsep Preeklampsia

2.2.1 Pengertian Preeklamsia

Preeklamsia merupakan salah satu gangguan hipertensi dalam

kehamilan. Preeklamsia adalah penyakit kehamilan yang berkisar dari


18

hipertensi ringan sampai berat dan disertai dengan mendasari sistemik

patologi yang dapat memiliki dampak ibu dan janin yang parah

(Karjatin, 2016).

Sedangkan menurut Laloneh (2018) preeklamsia adalah

kelainan multi sistemik yang terjadi pada kehamilan yang ditandai

dengan adanya hipertensi dan edema, serta dapat disertai proteinuria,

biasanya terjadi pada usia 20 minggu ke atas atau dalam triwulan ke

tida dari kehamilan, tersering pada kehamilan 37 minggu ataupun dapat

terjadi segera sesudah persalinan.

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi kehamilan

dengan proteinuria setelah 20 minggu masa kehamilan. Proteinuria

didefinisikan sebagai ekskresi 300 mg atau lebih protein dalam

pengumpulan urin 24 jam atau rasio protein / kreatinin acak minimal

0,3 mg / dL. Urine dipstick tidak bisa mendiagnosis preeklampsia

secara pasti kecuali metode lain tidak tersedia, dalam hal ini

pengukuran minimal 1+ harus diperoleh (Borhart, 2017)

2.2.2 Faktor Risiko Preeklamsia

Menurut Prawirohardjo (2016) terdapat banyak faktor risiko

terjadinya preeklamsia pada kehamilan, yaitu :

a. Paritas

b. Hiperplasentosis

Seperti molahidatidosa, kehamilan multiple, diabetes mellitus,

hidrops fitalis, bayi besar


19

c. Umur

d. Riwayat keluarga pernah preeklamsia

e. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum

hamil

f. Obesitas

Faktor resiko preeklampsia menurut Quan et al., terdapat lima

faktor risiko yang terkait dengan preeklampsia. Urutan faktor resiko

berikut sesuai dengan nilai Odds Ratio (OR): riwayat hipertensi (OR =

7,487), usia lanjut (OR = 6,321), lipid darah tinggi (OR = 5,578),

indeks massa tubuh (OR = 5,412), dan riwayat diabetes melitus (OR =

4,568) (Quan, Xu, Zhang et al., 2017)

2.2.3 Patofisiologi Preeklamsia

Menurut Prawirohardjo (2016) terdapat beberapa teori

terjadinya preeklamsia, yaitu:

a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta

Pada kehamilan normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam

lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan

otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblast

juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan

matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis

mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen

arteri spiralis ini memberi dampak penurunan tekanan darah,


20

penurunan resistensi vaskuler, dan peningkatan aliran darah pada

daerah uteroplasenta.

Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi

jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan

janin dengan baik. Proses ini dinamakan dengan “remodeling arteri

spiralis”. Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-

sel trofoblast pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks

sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras

sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami

distensi dan vasodilatasi. Arteri spiralis relatif mengalami

vasokontriksi, dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”,

sehingga aliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia

dan iskemia plasenta yang mempunyai dampak menimbulkan

perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis HDK

selanjutnya.

b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

Pada teori invasi trofoblast telah dijelaskan bahwa tidak

akan terjadi “remodeling arteri spiralis” dengan akibat plasenta

mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia

akan menghasilkan oksidan (disebut juga radikal bebas). Produksi

oksidan pada tubuh manusia adalah suatu proses yang normal,

karena oksidan dibutuhkan untuk perlindungan tubuh. Salah satu

oksidan yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal hidroksil


21

yang sangat toksis, khususnya pada membran endotel pembuluh

darah.

Adanya hidroksil akan merusak membran sel yang

mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida

lemak. Peroksida lemak selain akan merusak membran sel, juga

akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Adanya radikal

hidroksil dalam darah mungkin dahulu dianggap sebagai bahan

toksin yang beredar dalam darah, maka dahulu hipertensi dalam

kehamilan disebut “toxaemia”.

c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

Perempuan yang hamil normal, terdapat human leukosit

antigen protein G (HLA-G) yang berperan penting dalam modulasi

sistem imun, sehingga ibu tidak menolah hasil konsepsi (plasenta).

HLA- 10 G pada plasenta dapat melindungi trofoblast janin dari

lisis oleh sel Natural Killer (NK). Perempuan yang hamil dengan

preeklampsia, terjadi penurunan ekspresi HLA-G yang akan

menghambat invasi trofoblast ke dalam desisua. Invasi trofoblas

sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak dan gembur

sehingga memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis.

d. Teori defisiensi gizi

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan

defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam

kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa konsumsi


22

minyak ikan, termasuk minyak hati dapat mengurangi risiko

preeklampsia. Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tidak

jenuh yang dapat menghambat produksi tromboksan, menghambat

aktivasi trombosit, dan mencegah vasokontriksi pembuluh darah.

Defisiensi kalsium pada diet perempuan hamil mengakibatkan

risiko terjadinya preeklampsia atau eklamsia

e. Teori inflamasi

Debris trofoblas yang lepas di dalam sirkulasi darah

merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi.

Perempuan yang hamil normal, jumlah debris trofoblas masih dalam

batas normal. Pada wanita yang hamil dengan preeklampsia, terjadi

peningkatan stres oksidatif sehingga produksi apoptosis dan

nekrotik trofoblas yang meningkat. Pada ibu yang dengan

kehamilan ganda maka akan meningkatkan reaksi stres oksidatif.

Respon inflamasi ini akan mengaktivasi endotel dan sel-sel

makrofag/granulosit sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang

menimbulkan gejala-gejala preeklampsia pada ibu

2.2.4 Pencegahan Preeklamsia

Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya

preeklamsia pada perempuan hamil yang mempunyai resiko terjadinya

preeklamsia (Prawirohardjo, 2016). Pencegahan tersebut berupa :


23

a. Pencegahan dengan nonmedikal

Pencegahan nonmedikal ialah pencegahan yang tidak memberikan

obat. Cara yang paling sederhana adalah melakukan tirah baring.

Restriksi garam tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia.

Hendaknya diet ditambah suplemen yang mengandung (a) minyak

ikan yang mengandung asam lemak tak jenuh misalnya omega-3

PUFA, (b) antioksidan: vitamin C, vitamin E, β karoten, CoQ10, N-

Asetilsistein, asam lipoik, dan (c) elemen logam berat yaitu zinc,

magnesium, dan kalsium

b. Pencegahan dengan medikal

Pencegahan dapat pula dilakukan dengan pemberian obat meskipun

belum ada bukti yang kuat dan sahih. Pemberian kalsium 1500 –

2000 mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada resiko tinggi

terjadinya preeklampsia. Selain itu dapat pula diberikan zink 200

mg/hari magnesium 365 mg /hari. Obat antitrombotik yang

dianggap dapat mencegah preeklampsia adalah aspirin dosis rendah

rata-rata di bawah 100 mg/hari. Dapat pula diberikan obat-obat

antioksidan, misalnya vitamin C, vitamin E, β karoten, CoQ10,

NAsetilsistein, asam lipoik


24

2.3 Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor Resiko
 Paritas
 Hiperplasentosis,
Seperti
molahidatidosa,
kehamilan multiple,
diabetes mellitus, Kejadia Preeklamsia
hidrops fitalis, bayi
besar
 Umur
 Riwayat keluarga
pernah preeklamsia
 Penyakit-penyakit
ginjal dan hipertensi
yang sudah ada
sebelum hamil
 Obesitas

Sumber : Prawirohardjo (2016)


25

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generasi dari hal-hal khusus oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka

konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur, konsep hanya dapat

diamati dan diukur melalui konstruktur yang lebih dikenal dengan

variabel,variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau

bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2018).

Berdasarkan hal diatas maka kerangka konsep ini secara skematik

digambarkan sebagai berikut :

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

Paritas

Usia Kejadian Preeklamsia


Pada Ibu Hamil
Trimester III
Riwayat Keluarga

Diabetes Mellitus
26

3.2 Definisi Operasional

Dari variabel independen dan variabel dependen, definisi operasional adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur

1 Preeklamsia Preeklampsia Studi Check list 1. ibu yang Ordinal


didefinisikan Dokumenta terdiagnosis
sebagai hipertensi si di Rekam preeklampsia
kehamilan dengan Medik pada periode 1
proteinuria Januari – 31
setelah 20 minggu maret 2020
masa kehamilan. 2. ibu bersalin yang
tidak terdiagnosis
preeklampsia
pada periode 1
Januari – 31
maret 2020
2 Paritas Ibu Banyaknya Studi Check list 1. Berisiko, jika Ordinal
persalinan atau Dokumenta paritas 1 atau >3
kelahiran bayi si anak
yang tercatat 2. Tidak beresiko,
dalam list pasien jika paritas 2 s/d
3 anak

3 Usia Ibu Usia ibu yang Studi Check list 1. Berisiko, jika Ordinal
tercatat dalam list Dokumenta usia < 20 tahun
pasien si di Rekam atau >35 tahun
Medik 2. Tidak berisiko,
jika usia 20-35
tahun

4 Riwayat Preeklampsia Studi Check list 1. Ada riwayat Ordinal


Preeklamsia yang pernah Dokumenta 2. Tidak ada riwayat
dialami oleh ibu si di Rekam
dan keluarga
Medik
sebelumnya

5 Diabetes Diabetes yang Studi Check list 1. Ibu hamil yang Ordinal
27

Mellitus dialami oleh ibu Dokumenta memiliki riwayat


hamil si di Rekam diabetes melitus
Medik 2. Ibu hamil yang
tidak memiliki
riwayat diabetes
melitus

3.3 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

3.3.1 Ada hubungan hubungan antara paritas dengan Kejadian Preeklamsia

Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Talang Bakung Jambi

Pada Tahun 2020

3.3.2 Ada hubungan antara usia dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu

Hamil Trimester III di Puskesmas Talang Bakung Jambi Pada Tahun

2020

3.3.3 Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan Kejadian Preeklamsia

Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Talang Bakung Jambi

Pada Tahun 2020

3.3.4 Ada hubungan antara diabetes mellitus dengan Kejadian Preeklamsia

Pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Talang Bakung Jambi

Pada Tahun 2020

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan case control dengan

pendekatan retrospektif yaitu efek (penyakit atau status kesehatan)


28

diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau

terjadi pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fatkor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian preeklamsia pada ibu hamil trimester III di

Puskesmas Talang Bakung Jambi Pada Tahun 2020.

3.5 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di Puskesmas Talang Bakung Kota Jambi

Kota Jambi pada bulan Mei Tahun 2020.

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto,

2014). Populasi kasus dalam penelitian ini adalah pasien

preeklampsia yang ditentukan berdasarkan diagnosa medis yang

pernah dirawat dan tercatat dalam buku catatan puskesmas dan

populasi kontrol yaitu tidak preeklampsia atau normal yang

berjumlah .

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2014). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik total sampling.

Dengan kriteria inklusi kelompok kasus:

a. Tercatat di rekam medik pada bulan Januari 2020 sampai Maret

2020.
29

b. Ibu dengan diagnosa preeklampsia

Kriteria inklusi kelompok kontrol

a. Ibu hamil normal tercatat dalam rekam medik dari bulan Januari

2020 sampai Maret 2020

b. Ibu hamil yang memiliki rekam medik lengkap

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui

wawancara langsung terhadap responden yang akan dijadikan

sampel.

b. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diambil secara tidak langsung

sumbernya, yaitu Talang Bakung Kota Jambi.

3.7.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan lembar ceklis, yang bertujuan untuk

mengetahui fatkor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

preeklamsia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Talang

Bakung Jambi Pada Tahun 2020.


30

3.8 Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.8.1 Tahap Persiapan

a. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan survey di

Puskesmas Talang bakung Kota jambi untuk mengetahui jumlah

penderita preeklamsia di Puskesmas Talang bakung Kota Jambi.

b. Peneliti melakukan perizinan dengan pihak Puskesmas Talang

bakung Kota Jambi untuk melakukan penelitian.

c. Peneliti akan menentukan data yang memenuhi kriteria inklusi,

kemudian mengumpulkan data yang terkait dengan identitas

responden.

3.8.2 Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan data dari rekam medik Puskesmas Talang Bakung

Kota Jambi.

b. Pengolahan dan analisa data.

a. Penyusunan laporan.

3.8.3 Penutup

a. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak puskesmas yang

telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian untuk memenuhi

persyaratan tugas akhir.


31

3.9 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.9.1 Pengolahan Data

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian

formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner

adalah lengkap (semua pertanyaan sudah diisi jawabannya),

jelas (jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas

terjawab), relevan (jawaban yang tertulis apakah relevan

dengan pertanyaan) dan konsisten (apakah antara beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan isi jawabannya konsisten).

b. Coding

Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan data coding

adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

mempercepat pada saat entry data.

c. Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah

memproses data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis.

Pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari

kuesioner kepaket program computer. Ada bermacam macam


32

paket program yang dapat digunakan untuk pemprosesan data

dengan masing masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

d. Scoring

Scoring dilakukan dengan menetapkan skor (nilai) pada setiap

pertanyaan-pertanyaan pada lembar observasi dan pada saat

pengkatagorian setiap variabel.

e. Entri Data

Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

selama penelitian kedalam master tabel atau database

computer, kemudian diolah dan dibuat dalam bentuk tabel

ataupun grafik.

f. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau

tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita

mengentry data kekomputer.

3.9.2 Analisa Data

Dalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan teknik-

teknik tertentu. Untuk data kuantitatif dapat diolah secara manual dan

dapat juga melalui proses komputerisasi. Dalam pengelolahan ini

mencakup tabulasi data dan perhitungan-perhitungan statistik, bila

diperlukan uji (Notoatmodjo, 2012).


33

Setelah data didapat pada hasil observasi diolah dengan

menggunakan komputer, selanjutnya dianalisis kedalam bentuk

analisis univariat dan bivariat sebagai berikut :

3.10.2.1 Analisis Univariat

Dilakukan untuk menyederhanakan, untuk memudahkan

interpretasi data kedalam bentuk penyajian baik bentuk

textuler (narasi) maupun bentuk tabular (tabel) dari tampilan

distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diteliti.

Selain itu analisis univariat juga bertujuan untuk memperoleh

gambaran frekuensi dan variabel yang diteliti.

3.10.2.2 Analisis Bivariat

Untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna atau

tidak antara variabel independen dan dependen maka

dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik

Chi Square dan untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan

statistik digunakan batas kemaknaan 5% (0,05). Sehingga

apabila hasil perhitungan menunjukkan P-Value < alpha

(0,05), artinya secara statistik terdapat hubungan yang

bermakna antara variabel dependen dengan variabel

independen dan apabila nilai P-Value > alpha (0,05) maka

dinyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara

variabel dependen dengan variabel independen.


34

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta : Jakarta


Asmana. (2016). Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian Preeklampsia Berat
di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2012 – 2013.
Jurnal Kesehatan. Vol.5, No.3
Aulia (2019). Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Preeklampsia di
RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Periode 1 Januari - 30
Juni 2018. Jurnal Kesehatan. Vol.8, No.2
Borhart J. (2017). Emergency Department Management of Obstetric
Complications. Washington, DC: Springer International Publishing
Karjatin (2016). Kepearawatan Matrenitas. Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI, (2019). Dirjen Kesmas Paparkan Strategi Penurunan AKI dan
Neonatal. Jakarta : Kemenkes RI
Lisnawati, Lilis. (2013). Asuhan Kebidanan Terkini Kegawadaruratan Maternal
& Neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Moudy. (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Indomedia
Pustaka
Notoatmodjo, Soekidjo. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta
Osungbade KO, Ige OK.(2011). Public health perspectives of preeclampsia in
developing countries: implication for health system strengthening. J
Pregnancy. 1-2.
Prawirohardjo, Sarwono. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Putriana (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre
Eklamsia Pada Sebuah Rumah Sakit Di Provinsi Lampung. Jurnal
Kesehatan. Vol.15, No.1
35

Quan LM, Xu QL, Zhang GQ, Wu LL, Xu H. (2018). An Analysis of The Risk
Factors of Preeclampsia and Prediction Based On Combined
Biochemical Indexes. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences
Umar (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-Eklampsia
Pada Permpuan Bersalin. Jurnal Kesehatan. Vol.2, No.1
Varney. (2010) .Buku Saku Asuhan kebidanan Varney edisi 2. Jakarta: EGC.
World Health Organization (WHO). (2019).Maternal mortality. Who
Yulizawati. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Padang :
penerbit erka

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Dokumen1 halaman
    Lembar Observasi
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • PROPOSAL
    PROPOSAL
    Dokumen34 halaman
    PROPOSAL
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen44 halaman
    Proposal
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen2 halaman
    Kuesioner Penelitian
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Newwww
    BAB 2 Newwww
    Dokumen25 halaman
    BAB 2 Newwww
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen36 halaman
    Bab 2
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 New
    BAB 3 New
    Dokumen10 halaman
    BAB 3 New
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Konsulan
    Konsulan
    Dokumen52 halaman
    Konsulan
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen6 halaman
    Kuesioner Penelitian
    umi sarah
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    umi sarah
    Belum ada peringkat