Dosen Pembimbing:
Oleh
Kelompok 4:
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, serta
bantuan yang diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini kelompk ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Haryanto, S.
Kep., MNS., PhD selaku dosen pembimbing dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Perumusan Masalah.............................................................................3
C. Manfaat Penelitian...............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian............................................................................................4
B. Dasar Pemikiran Universal Percaution...............................................6
C. Tujuan Universal Percaution..............................................................8
D. Jenis - jenis Universal Percaution.......................................................8
E. Penggunaan Universal Percaution......................................................8
F. Tambahan Tindakan Pencegahan........................................................9
G. Standar Kewaspadaan........................................................................10
H. Prosedur Pencegahan Infeksi.............................................................10
BAB III KESIMPULAN
A. KESIMPULAN.................................................................................16
B. SARAN..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Universal Precaution merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka
perlindungan, pencegahan dan meminimalkan infeksi silang (cross infections)
antara petugas dan pasien akibat adanya kontak langsung dengan cairan tubuh
pasien yang terinfeksi penyakit menular (seperti HIV, AIDS dan Hepatitis)
(Mayhall, 2012). Kewaspadaan standar dirancang untuk mengurangi risiko
terinfeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi
yang diketahui maupun yang tidak diketahui (Depkes, 2009).
1
Kepatuhan perawat dalam menerapkan universal precautions dalam
memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit dapat mengurangi dampak
infeksi nosokomial. Salah satu model determinan perilaku yang digunakan
untuk melihat kepatuhan yaitu PRECEDE model. Menurut Notoatmojo
(2010), faktor yang berhubungan dengan perilaku adalah faktor predisposisi
seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, masa kerja, dll. Faktor
pemungkin/ enabling factors seperti organisasi meliputi ketersediaan fasilitas
atau sarana – sarana, adanya informasi, pelatihan, ketersediaan SOP, dan
lain–lain dan reinforcing factors seperti adanya role model, dukungan,
pengawasan dari atasan atau temen sejawat dll.
2
memanjang sehingga pemanfaatan tempat tidur berkurang, kebutuhan
tindakan/ pengobatan, perawatan, maupun diagnostik menjadi meningkat,
menguras sumber daya dana yang ada, meningkatkan angka kematian,
dampak hukum berupa tuntutan pengadilan sehingga menimbulkan kerugian
material dan menimbulkan citra buruk untuk rumah sakit sehingga berisiko
menurunkan pelanggan (Septiari, 2012).
B. Perumusan Masalah
Adanya perilaku tidak aman pada perawat saat melakukan prosedur
tindakkan sangat berisiko terpapar infeksi yang secara potensial
membahayakan jiwanya, dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien kontak langsung dengan cairan tubuh, darah pasien, dan terpapar
bahaya biologi. Universal precaution merupakan safety barrier bagi perawat.
Apabila tidak menerapan universal precaution akan memiliki dampak kepada
perawat, pasien maupun pada rumah sakit
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Universal precautions merupakan suatu pedoman yang ditetapkan
oleh the Centers for Disease Control and Prevention CDC Atlanta dan the
Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk mencegah
transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan (WHO, 2007).
Universal Precaution (Kewaspadaan universal) adalah langkah
sederhana pencegahan infeksi yang mengurangi resiko penularan dari patogen
yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh diantara pasien dan pekerja
kesehatan. Universal precautions (Kewaspadaan Universal) merujuk pada
praktek, dalam kedokteran, menghindari kontak dengan cairan tubuh pasien,
dengan cara pemakaian barang seperti sarung tangan medis, kacamata, dan
perisai wajah. Praktek ini diperkenalkan pada 1985-88. [1] [2] Pada tahun
1987, praktek Universal precautions telah disesuaikan dengan seperangkat
aturan yang dikenal sebagai isolasi zat tubuh. Pada tahun 1996, kedua praktik
tersebut diganti dengan pendekatan terbaru yang dikenal sebagai
kewaspadaan standar (perawatan kesehatan). Saat ini dan di isolasi, praktek
Universal precautions memiliki makna sejarah.
Dasar tindakan universal precaution ini meliputi mencuci tangan guna
mencegah infeksi silang, pemakaian alat pelindung diri diantaranya sarung
tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius lain,
pengelolaan alat kesehatan, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk
mencegah perlukaan, serta pengelolaan limbah (Depkes RI dalam Syahrizal,
dkk, 2014). Dalam menggunakan prinsip universal precaution, petugas
kesehatan memberi perlakukan yang sama pada semua pasien tanpa
memandang penyakit atau diagnosanya, yaitu dengan asumsi bahwa setiap
pasien memiliki resiko untuk menularkan penyakit yang berbahaya. Petugas
harus memiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan transmisi infeksi,
4
bersikap dan bertindak yang benar dalam melakukan setiap indakan. Hal ini
sangat perlu di perhatikan karena setiap individu yang bekrja di lingkungan
rumah sakit maupun pusat pelayanan kesehatan lainnya merupakan kelompok
orang yang sangat rawan untuk tertular atau menularkan infeksi (Spiritia
dalam Syahrizal, dkk, 2014)
Untuk melindungi perawat dan pasien dari resiko tertular penyakit
infeksi tersebut maka dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat
harus selalu memperhatikan metode Universal Precaution (Kewaspadaan
Universal) yang telah di tetapkan oleh Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) pada tahun 1988 di Amerika Serikat (Kirkland dalam
Syahrizal, dkk, 2014).
Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal pelayanan kesehatan
adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi.
Komponen utama standar universal precaution diantaranya adalah
1. Mencuci tangan atau menggunakan antiseptic handscrub.
a. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, ekskresi dan alat - alat yang
terkontaminasi.
b. Segera setelah melepaskan sarung tangan.
c. Diantara kontak pasien kepasien.
2. Sarung tangan.
a. Untuk kontak dengan darah, cairan tubuh sekresi dan alat alat yang
terkontaminasi.
b. Untuk kontak dengan membrane mukosa dan kulit yang terluka
3. Masker, pelindung mata dan masker wajah.
Melindungi membrane mukosa dari mata, hidung, dan mulut ketika
kemungkinan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh.
4. Gowns atau apron.
a. Melindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh.
b. Mencegah pengotoran pakaian selama prosedur yang mungkin juga
kontak dengan darah atau cairan tubuh.
5
5. Linen.
a. Tangani dengan hati hati linen yang kotor jangan sampai mengenai
kulit atau membrane mukosa.
b. Jangan rendam linen yang kotor didaerah perawatan pasien.
9. Resusitasi pasien.
Gunakan pelindung mulut, resuscitation bag atau peralatan
ventilasi yang lain untuk menghindari mulut ke mulut resusitasi
10. Penempatan pasien.
Tempatkan pasien yang mengkontaminasi lingkungan atau tidak
bisa menjaga kebersihan lingkungan di kamar khusus
6
penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber infeksi yang
diketahui maupun yang tidak diketahui (Depkes, 2008).
Kewaspadaan Universal atau Kewaspadaan Umum (KU) atau
Universal Precaution (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan
penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan
sebaliknya dari pasien ke pasien lainnya.
Menurut Noviana (2016) pemahaman dan penerapan kewaspadaan
universal (universal precaution) disarana pelayanan kesehatan untuk
mengurangi resiko infeksi yang ditularkan melalui darah. Kewaspadaan
universal, meliputi :
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
melakukan tindakan/ perawatan.
2. Penggunaan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan.
3. Pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-hati.
4. Pengelolaan limbah yang tercemar darah/ cairan tubuh dengan aman.
5. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan
dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi yang benar.
6. Melakukan skrining adanya antibodi HIV untuk mencegah penyebaran
melalui darah, produk darah dan donor darah.
7. Mencegah penyebaran HIV secara vertikal dari ibu yang terinfeksi HIV
ke anak yang dapat terjadi selama kehamilan, saat persalinan dan saat
menyusui.
WHO mencanangkan empat strategi pencegahan penularan HIV terhadap
bayi, yaitu:
a. Mencegah seluruh wanita jangan sampai terinfeksi HIV.
b. Bila sudah terinfeksi HIV, cegah jangan sampai ada kehamilan yang
tidak diinginkan.
c. Bila sudah hamil, cegah penularan dari ibu ke bayi dan anaknya.
d. Bila ibu dan anak sudah terinfeksi perlu diberikan dukungan dan
perawatan bagi ODHA dan keluarganya.
7
C. Tujuan Universal Precaution
1. Mengendalikan infeksi secara konsisten
2. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak
terlihat seperti berisiko
3. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien
4. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya
8
d. Muntahan
e. Keringat
f. Dahak
g. Air liur
9
4. Transmisi melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan kulit
kering (misalnya, kolonisasi dengan MRSA) atau permukaan yang
terkontaminasi atau kombinasi di atas.
G. Standard Kewaspadaan
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan saat menyentuh cairan tubuh, kulit tak utuh dan
membran mukosa
3. Pakai masker, pelindung mata, gaun jika darah atau cairan tubuh mungkin
memercik
4. Tutup luka dan lecet dengan plester tahan air
5. Tangani jarum dan benda tajam dengan aman
6. Buang jarum dan benda tajam dalam kotak tahan tusukan dan tahan air
7. Proses instrumen dengan benar
8. Bersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh lain segera dan dengan
seksama
9. Buang sampah terkontaminasi dengan aman
10
c. Tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang
menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total
pada saat itu.
Sarana untuk cuci tangan:
1) Air mengalir
2) Sabun dan detergan
3) Larutan anti septic
Menurut potter dan perry 2005, Jika tampak kotor Sebelum dan
setelah kontak dengan klien. Setelah kontak dengan sumber
mikroorganisme (darah atau cairan tubuh, membran mukosa, kulit yang
tidak utuh, atau objek mati yang mungkin terkontamiasi), Sebelum
melakukan prosedur invasif seperti pemasangan kateter intravaskuler
atau kateter menetap (dianjurkan menggunakan sabun antimikroba),
Setelah melepaskan sarung tangan.
Indikator mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk
antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan yaitu:
a. Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa (kontak
langsung dengan klien), saat akan memakai sarung tangan bersih
maupun steril, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan infus
b. Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa pasien,
setelah memegang alat bekas pakai dan bahan yang terkontaminasi,
setelah menyentuh selaput mukosa.
11
c. cuci tangan bedah (surgical handscrub) untuk membunuh
mikroorganisme sebelum melakukan tindakan pembedahan
digunakan anti septik.
2. Alat pelindung diri (APD)
Adalah peralatan yang dirancang untuk melindungi pekerja dari
kecalakaan atau penyakit yang serius ditempat kerja akibat kontak
dengan potensi bahaya. Jenis pelindung APD antara lain: sarung
tangan,masker (pelindung wajah), kacamata (pelindung mata), penutup
kepala (kap), gaun pelindung, alas kaki (pelindung kaki).
a) Sarung tangan
Jenis sarung tangan yaitu: sarung tangan bedah, sarung tangan
pemeriksaan, sarung tangan rumah tangga, (Depkes, 2003).
CDC menyebutkan alasan berikut ini untuk mengenakan sarung
tangan:
1) Mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan organisme
infeksius yang menginfeksi klien
2) Mengurangi kemungkinan pekerja akan memindahkan flora
endogen mereka sendiri ke klien.
3) Mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat kolonisasi
4) sementara mikroorganisme yang dapat dipindahkan pada klien lain
b) Masker
1) Masker harus dikenakan bila perkirakan ada percikan atau
semprotan dari darah atau cairan tubuh ke wajah.
2) Selain itu, masker menghidarkan perawat menghirup
mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan mencegah
penularan patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien.
c) Kaca mata pelindung
1) Bila ikut serta dalam proses invasif yang dapat menimbulkan
adanya droplet atau percikan atau semprotan dari darah atau cairan
tubuh lainnya.
12
2) Perawat harus menggunakan kacamata pelindung, masker atau
pelindung wajah.
3) Kacamata dapat tersedia dalam bentuk sementara atau goggles
plastik.
4) Kacamata atau terpasang pas sekeliling wajah sehingga cairan
tidak dapat masuk antara wajah dan kacamata.
d) Gaun atau Baju pelindung (Gown)
Alasan utama mengenakan gown adalah untuk mencegah pakaian
menjadi kotor selama kontak dengan klien.
Gown melindungi pekerja pelayanan kesehatan dan pengunjung
dari kontak dengan bahan dan darah atau cairan tubuh yang terinfeksi.
Gown diwajibkan bila kontak dalam ruangan isolasi. Terdapat gown
yang dapat digunakan kembali dan ada yang sekali pakai.Gown harus
cukup panjang untuk menutupi pakaian bagian luar
e) Penutup kepala
Penutup kepala membantu mencegah terjadinya percikan darah
maupun cairan pasien pada rambut perawat.
Penutup kepala dapat mencegah jatuhnya mikroorganisme yang
ada di rambut maupun dikulit kepala ke area steril (Depkes RI, 2003).
f) Sepatu pelindung
Mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang terkontaminasi, juga
terhadap darah dan cairan tubuh lainnya. Indikasi pemakaian alat
pelindung diri: tidak semua alat pelindung diri harus dipakai,
tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dilakukan
3. Pengelolaan alat bekas pakai
Bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat kesehatan, atau
untuk menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai.
Penatalaksanaan pengelolaan alat bekas pakai melalui 4 tahap kegiatan
yaitu: dekontaminasi, pencucian, sterilisasi atau DTT, dan penyimpanan.
a. Pembersihan adalah membuang semua material asing seperti kotoran
dan materi organik dari suatu objek.
13
b. Bila peralatan pembersih dikotori oleh materi organik seperti darah,
materi fekal, mukus atau pus, perawat menggunakan masker,
kacamata pelindung dan sarung tangan kedap air.
Langkah Pembersihan:
a. Cuci objek atau benda yang terkontaminasi dengan air dingin yang
mengalir untuk membuang materi organik
b. Setelah pembilasan, cuci objek dengan sabun dan air hangat
c. Gunakan sikat untuk membuang kotoran atau materi pada lekukan atau
lipatan
14
a. Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu
dibersihkan dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi
tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi.
b. Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus
didekontaminasi terlebih dulu sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
c. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip
pembuangan sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk
alat yang dipakai berulang, jika akan dibuang.
6. Pengelolaan Limbah
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
Precaution dan kepatuhan dalam penerapan Universal Precaution masih
tergolong rendah. Pemerintah mengupayakan penerapan Universal Precaution
wajib diikuti untuk seluruh petugas kesehatan dalam ruang lingkup pelayanan
kesehatan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/2604/2/BAB%20II.pdf.diunggah 9 April
2022
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-10638-BAB
%20I.Image.Marked.pdf. Diunggah 9 april 2022
http://114.7.97.203:8123/inlislite3/uploaded_files/dokumen_isi/Monograf/
CHAPTER%20II_090.pdf. Diunggah 9 april 2022
17
Klinik Cito Yogyakarta. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit,
5(1), pp. 16-24. Basuni, Haris., dkk. (2019). Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Praktik Perawat Dalam Pelaksanaan Universal Precaution di RSUD
Brebes. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, Volume 7, Nomor 2. Hapsari,
A., P., dkk. (2018). Pengetahuan Petugas Surveilans Tentang Identifikasi
Healthcare-Associated Infectiouns di Surabaya. JURNAL BERKALA
EPIDEMIOLOGI, Volume 6 Nomor 2, 130-138. Mau, Y. A., dkk. (2018).
Hubungan Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan
Universal Precaution di RSU Rajawali Citra Yogyakarta. CARING, Vol 7, No2,
34- 41. Nana, Noviana. (2017). Universal Precaution: Pemahaman Tenaga
Kesehatan Terhadap Pencegahan HIV/AIDS. Jurnal Kesehatan Reproduksi, Vol
8, No 2.
18