Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG PERAWATAN LUKA BESERTA JURNAL ANALISISNYA


MATA KULIAH :
PEMENUHAN KEBUTUHAN FISIOLOGIS MANUSIA LANJUTAN
(PKFML)

Disusun oleh :
Rizky Novitra Yusufi
2010070170009
Dosen Pengampu :
Ns. Yance komela Sari S. Kep, M. Kep

STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA


TERAPAN FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perawatan Luka Beserta
Jurnal Analisinya” dengan baik. Dalam penyusunannya makalah ini mungkin ada
sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan
dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran


dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doa nya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan dapat mengetahui tentang bagaimana Perawatan luka dengan cara yang baik
dan benar. untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................   i


KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................   iii

BAB I  
A. Latar Belakang .................................................................................. 4
B. Tujuan Penelitian ..............................................................................   4
C. Manfaat ............................................................................................. 5

BAB II  
A. Pendahuluan ...................................................................................... 6
B. Bahan dan Metode ............................................................................. 7

BAB III  
A. Hasil .................................................................................................. 9
B. Pembahasan ...................................................................................... 11

KESIMPULAN ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 13
BAB I
A. Latar Belakang
Secara umum, perawatan luka bedah sangat penting seperti halnya perawatan
luka penanganan luka bedah diperhatikan. Manajemen luka pasca operasi penting
untuk mencegah potensi komplikasi seperti infeksi tempat operasi dan luka
dehiscence dari berkembang. Jadi, dokter umum dan perawat untuk perawatan luka,
yang merupakan bagian penting di sub-akut manajemen luka pasca operasi, harus
menghargai fisiologi penyembuhan luka dan prinsip pasca operasi Perawatan Luka.
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang sering dilakukan di rumah
sakit sehingga kemungkinan terjadinya infeksi klinis karena perawatan luka cukup
tinggi dan ini akan menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien.
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan prosedur
tetap yang berlaku serta selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional yang
sesuai dengan etika profesi keperawatan yang merupakan kesadaran dan pedoman
yang mengatur nilai-nilai moral dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan,
sehingga mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang
terhormat.
Perawatan luka operasi penting dilakukan untuk mencegah infeksi dan
komplikasi pascaoperasi lainnya. Perawatan yang dimaksud termasuk mengganti
perban, menjaga luka operasi tetap kering, serta mencegah jahitan operasi robek
karena aktivitas tertentu.
Selain mencegah infeksi dan komplikasi lain akibat operasi, memahami
cara perawatan luka operasi yang benar juga diperlukan untuk memaksimalkan hasil
operasi. Hal ini karena hasil operasi tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan
tindakan operasi saja, namun juga oleh perawatan luka setelah operasi.

B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan beberapa tujuan pembuatan makalah
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara perawatan luka bedah, melalui
jurnal - jurnal yang dilampirkan didalam makalah ini dan beberapa literatur atau
sumber sumber lain yang berhubungan dengan judul jurnal - jurnal tersebut atau
tentang perawatan luka bedah.

C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian dan penulisan makalah ini,
antara lain :
1) Bagi Pembaca, yaitu untuk membantu dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
terhadap perawatan luka khusunya pada luka bedah, serta memberikan masukan
atau rekomendasi kepada pihak terkait terhadap perawatan luka dengan baik dan
benar yang sudah diterapkan.
2) Bagi Pendidikan, yaitu untuk sebagai referensi dalam melakukan penelitian
lanjutan mengenai perawatan luka khususnya terhadap luka bedah. Selain itu,
juga dapat memberikan motivasi dan gambaran umum kepada pembaca dalam
menentukan topik penelitian.
BAB III
A. Pendahuluan
1) Mengapa peneliti melakukan penelitian tsb?
Perawatan luka bedah yang tepat sangat penting dalam mencegah potensi
komplikasi, seperti infeksi tempat operasi (SSI), dehiscence luka, dan hematoma. Di
seluruh dunia, diperkirakan 4511 operasi per 100.000 populasi terjadi setiap tahun,
setara dengan 1 prosedur pembedahan setiap tahun untuk setiap 22 orang (The Lancet
Commission for Global Surgery, 2018). Infeksi situs bedah (SSI) adalah komplikasi
yang terkait dengan prosedur bedah apa pun (Berrios-Torres et al., 2017), namun
infeksi tersebut adalah infeksi yang didapat di rumah sakit yang paling dapat dicegah
(Allegranzi et al., 2011). Beberapa ahli memperkirakan bahwa hingga 9,5% dari
prosedur bedah rawat inap akan mengalami IDO (surgical site infection).
Luka bedah adalah luka paling umum yang ditangani dalam pengaturan
perawatan akut dan berhubungan dengan berbagai komplikasi seperti perdarahan dan
dehiscence. Dokter umum memiliki peran utama dalam mengelola luka pasca operasi
pasien di masyarakat dan penting untuk menghargai prinsip-prinsip manajemen luka
pasca operasi untuk meminimalkan kejadian komplikasi luka.
Merawat luka besar akan mempercepat proses penyembuhan. Lama pemulihan
luka pasca operasi bergantung pada tindakan perawatan yang di lakukan.
Perawatan yang benar dan tepat dapat membuat luka pasca operasi pulih
dalam waktu cepat. Apabila tak dirawat dengan baik, luka tersebut berpotensi
mengalami infeksi. Infeksi pada luka dapat menyebabkan masalah serius pada
kesehatan. Dalam pengaturan perawatan akut, terdapat variabilitas yang cukup
besar dalam perawatan luka bedah, yang mencerminkan penggunaan
perawatan yang tidak membantu dan tidak efektif secara berlebihan,
perawatan yang kurang efektif, atau ketidakpastian dokter tentang perawatan
yang tepat.
2) Penelitian apa yang telah dilakukan sebelumnya?
Pada penelitian sebelumnya didapatkan Secara internasional, tingkat
infeksi situs pembedahan diperkirakan berkisar dari 1,9% hingga 40% operasi
(Maehara dkk., 2017). Satu dari empat pasien mengalami komplikasi pasca
operasi dalam 14 hari setelah keluar dari rumah sakit. Akibatnya, perkiraan
saat ini menunjukkan komplikasi luka bedah mencapai hampir 4% dari total
biaya sistem perawatan kesehatan, dan proporsi tersebut terus meningkat. Satu
kasus infeksi situs bedah dapat menghabiskan biaya hingga $ 30.000
tergantung pada tingkat keparahannya.
Sebuah tinjauan sistematis baru-baru ini (Gillespie et al., 2018)
mengevaluasi secara kritis kualitas CPG untuk pencegahan IDO menggunakan
alat Appraisal of Guidelines for Research and Evaluation II (AGREE II)
(Brouwers et al., 2010). Khususnya, sebagian besar CPG pencegahan IDO
mendapat skor terendah di domain "penerapan," menunjukkan bahwa
penerapan pedoman ini menantang di seluruh pengaturan klinis yang berbeda
(Gillespie et al., 2018). Khususnya, konteks lokal berpengaruh pada
bagaimana pedoman diintegrasikan ke dalam praktik klinis, meskipun
perbedaan kontekstual tidak dijelaskan dengan baik (Gillespie et al., 2018).
Idealnya, praktik klinis harus didasarkan pada bukti terbaik yang tersedia,
dikombinasikan dengan preferensi pasien, dan memperhitungkan konteks,
sumber daya, dan keterampilan lokal (Brölmann et al., 2012).
3) Apa pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam artikel tsb?
Pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membandingkan praktek
perawatan luka bedah saat ini di dua rumah sakit di Queensland, Australia.
Mengumpulkan bukti tentang variasi dalam praktik memberikan dasar untuk
mengeksplorasi di mana variasi ini terjadi dan mengapa. Memahami variasi dalam
praktik telah menjadi fondasi di mana perawatan bernilai rendah diidentifikasi dan
dihentikan.
Dalam pengaturan perawatan akut, terdapat variabilitas yang cukup besar dalam
perawatan luka bedah, yang mencerminkan penggunaan perawatan yang tidak
membantu dan tidak efektif secara berlebihan, perawatan yang kurang efektif, atau
ketidakpastian dokter tentang perawatan yang tepat. Praktik yang tidak konsisten
sering muncul karena bukti penelitian yang bertentangan dan variasi dalam preferensi
dokter, yang mengganggu upaya untuk membatasi atau mengurangi kerusakan
iatrogenik dan risiko pasien untuk infeksi tempat operasi dan komplikasi luka lainnya
(Verkerk dkk., 2018). Meskipun ada banyak Pedoman Praktik Klinik pencegahan
infeksi tempat operasi, kualitasnya bervariasi dan berbeda dalam rekomendasinya
(Gillespie dkk., 2018a, 2018b). Lebih lanjut, banyaknya produk perawatan luka dan
strategi pemasaran yang agresif tanpa adanya bukti pendukung yang kuat
menonjolkan kompleksitas di samping tempat tidur.
B. Bahan dan Metode
1) Lokasi penelitian
Pada jurnal “Wound care practices across two acute care settings: A comparative
study” lokasi penelitian di dua rumah sakit di Queensland, Australia.
Pada jurnal “Preoperative and postoperative recommendations to surgical wound
care interventions: A systematic meta-review of Cochrane reviews” tidak terdapat
lokasi penelitian yang lebih spesifik tetapi dalam gambaran besar terdapat di St.
Vincent’s Hospital Melbourne and Australian Catholic University, Australia.
2) Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diamati. Populasi
meruapakan kesatuan sekelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian
(notoatmodjo,2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perawatan
luka bedah yang tepat sangat penting dalam mencegah potensi komplikasi, seperti
infeksi tempat operasi (SSI), dehiscence luka, dan hematoma. Di seluruh dunia,
diperkirakan 4511 operasi per 100.000 populasi terjadi setiap tahun, setara dengan 1
prosedur pembedahan setiap tahun untuk setiap 22 orang (The Lancet Commission for
Global Surgery, 2018).
Sampel peneltian adalah sebagian dari jumlah populasi yang akan diambil
sebagai subyek atau obyek penelitian dan dianggap mewakili populasi. Sampel
penelitian ini adalah pasien yang terkena luka bakar.
3) Desain penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian bertujuan untuk
memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam melakukan
penelitiannya. Pada penelitian peneliti melakukan penelitian dengan teknik
analisis kualitatif.
4) Variabel yang diukur
Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel independen. variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan/timbulnya variabel
dependen (terikat) variabel dependen. Baik yang pengaruhnya positif namun yang
pengaruhnya negatif.

5) Cara pengambilan data


Pada penelitian ini saya mengumpulkan data-data dari berbagai sumber yang ada
dan terpercaya. Seperti, Jurnal (google schoolar, PubMed, Google.com), Buku,
dan beberapa literatur lainnya yg terdapat di internet.
6) Analisis data
1) Analisis Univariat
Dalam penelitian ini analisis univariat, dilakukan untuk menganalisis variabel umur,
gejala, dan riwayat pada pasien perawatan luka bedah
2) Analisis Bivariat
Setelah dilakukan anlisis univariat tersebut sebelumnya, hasilnya akan diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan uji bivariat.
Penelitian ini menganalisa hubungan antar mur, gejala, dan riwayat pada pasien yang
terkena luka bakar dengan menggunakan analisis bivariat rancangan penelitian ini
menggunakan case control dengan matching dimana melakukan analisis dengan
menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasangan-pasangan untuk menentukan Rasio
Odds (RO) untuk menentukan besarnya hubungan faktor resiko terhadap pasien luka
bedah
7)
BAB III
A. Hasil
Jurnal 1
“Wound care practices across two acute care settings: A comparative study”
Di kedua lokasi tersebut, 154 perawat diamati saat melakukan perawatan luka akut.
Sebagian besar peserta perawat dalam sampel gabungan adalah perempuan (130/154,
84,4%). Usia rata-rata di seluruh sampel adalah 28,0 tahun (IQR 12,0, kisaran 21-58
tahun). Tahun rata-rata pengalaman klinis dalam peran klinis perawat saat ini adalah
3,9 tahun (IQR 5.0, berkisar antara 1–25 tahun). Hampir tiga perempat perawat dalam
sampel gabungan melaporkan memiliki gelar Sarjana sebagai kualifikasi tertinggi
mereka (112/154, 73%). Di seluruh sampel, 8/154 (5,2%) perawat bekerja dalam
peran praktik lanjutan sebagai Konsultan Perawat Klinis. Tabel 1 merinci
karakteristik demografis peserta perawat untuk setiap situs relatif terhadap jenis
kelamin, usia, kualifikasi, peran klinis dan status pekerjaan. Di seluruh rumah sakit,
tidak ada perbedaan yang signifikan kecuali untuk jenis kelamin (p =.044). Secara
total, 257 pasien bedah yang menerima perawatan luka oleh perawat bangsal
dimasukkan dalam sampel. Hampir, dua pertiga (n = 162/257, 63,0%) peserta pasien
di kedua situs adalah laki-laki, sedangkan usia rata-rata pasien adalah 59,4 tahun (SD
= 16,3 tahun, kisaran 16–91 tahun). Lebih dari setengah (n = 146/257, 58,9%) pasien
dalam sampel gabungan telah menjalani operasi elektif sementara 71/257 (27,6%) dan
31/257 (12,5%) pasien mengalami gawat darurat (kondisi pasien membutuhkan
pembedahan dalam 10 hari) dan darurat (kondisi pasien) membutuhkan pembedahan
dalam waktu 24 jam) pembedahan, masing-masing. Di seluruh sampel, 90/257
(35,0%) pasien diperiksa oleh ahli diet dan 71/257 (27,6%) menerima pendidikan
perawatan luka pasca operasi. Tabel 2 menunjukkan rincian karakteristik klinis pasien
untuk masing-masing rumah sakit. Perbedaan kelompok (p <.05) di seluruh situs
rumah sakit terbukti dalam jumlah hari pasca operasi, spesialisasi bedah dan jenis
luka
Gambar 1 menunjukkan hasil perbandingan yang berkaitan dengan praktik
pembalutan luka yang diamati di dua rumah sakit. Kepatuhan terhadap pedoman
kebersihan tangan adalah yang tertinggi sebelum penggantian balutan (Rumah Sakit
A: 107/113, 95%; Rumah Sakit B: 131/144, 91%), tetapi terendah setelah penggantian
balutan (Rumah Sakit A: 8/113, 7%; Rumah Sakit B: 16/144, 11%). Ada perbedaan
yang signifikan secara statistik antara rumah sakit dalam kaitannya dengan kepatuhan
kebersihan tangan (p =.021), dan penggunaan sarung tangan bersih dengan teknik
nontouch (RS A 88/113, 78%; RS B 90/144, 63%; p =.016). Tidak ada perbedaan
yang signifikan secara statistik antara rumah sakit di tujuh dari sembilan praktik
pembalutan luka yang diamati (p>.05).

Jurnal 2
“Preoperative and postoperative recommendations to surgical wound
care interventions: A systematic meta-review of Cochrane reviews”
Berdasarkan hasil jurnal tersebut didapatkan beberapa informasi yaitu
ulasan difokuskan pada intervensi pra-operasi dan 11 berfokus pada pasca operasi
intervensi, dengan satu (Gurusamy et al., 2014) berfokus pada pra dan intervensi
pasca operasi. Ada 183 studi utama tentang luka operasi dari 33 negara di seluruh
ulasan yang disertakan. Tiga negara teratas tempat studi utama yang dilakukan adalah;
Amerika Serikat (n = 54), Inggris (n = 32) dan Denmark (n = 10). Tiga ulasan
termasuk studi yang multinasional (Lethaby et al., 2013; Vermeulen et al., 2007;
Webster dkk., 2014). (54,5%) ulasan diterbitkan setelah 2014 dan melaporkan
tambahan Penilaian Kriteria Penilaian, Pengembangan dan Evaluasi,
dan enam (27,3%) (Basevi dan Lavender, 2014;Gurusamy dkk., 2014; Haas dkk.,
2018; Hadiati dkk., 2018; O'Kelly dan Moore, 2017; Stewart et al., 2006) diterbitkan
oleh penulis yang bukan anggota kelompok Cochrane Wounds. Enam belas (72,7%)
ulasan adalah hanya terdiri dari uji coba terkontrol secara acak; sementara lima
(22,7%) termasuk keduanya uji coba kontrol acak dan kuasi-acak. Sebuah ulasan
tunggal tidak memiliki studi (O'Kelly dan Moore, 2017) meskipun memenuhi kriteria
inklusi, dan mewakili kesenjangan pengetahuan relatif terhadap pendidikan sebagai
intervensi pra operasi.

Di semua ulasan, penulis ulasan membuat 11 rekomendasi 'yang harus dilakukan'


khusus
dan 2 rekomendasi khusus 'tidak boleh dilakukan'.
Tabel 2 merinci rekomendasi untuk praktek klinis sebelum operasi
dan Ulasan Cochrane pasca operasi. Dari 11 ulasan pra operasi, lima ulasan
membuat setidaknya satu rekomendasi 'yang harus dilakukan' sementara 1/11 ulasan
dibuat setidaknya satu rekomendasi 'jangan lakukan'. Dari 12 ulasan pasca operasi,
enam dibuat di setidaknya satu rekomendasi khusus untuk melakukan sesuatu
sementara 1/12 ulasan dibuat pada setidaknya satu rekomendasi khusus untuk tidak
melakukan sesuatu. Secara keseluruhan, delapan spesifik rekomendasi dibuat untuk
melakukan sesuatu, dan lima spesifik rekomendasi dibuat untuk tidak melakukan
sesuatu. Di seluruh ulasan, ada 10 ulasan rekomendasi umum, seperti
mempertimbangkan biaya, preferensi pasien, manfaat relatif dan potensi bahaya.
B. Pembahasan
Jurnal 1
“Wound care practices across two acute care settings: A comparative study”
1) Patient, population, problem
Peneliti melakukan penelitian dengan, dua rumah sakit metropolitan besar di dua
distrik layanan kesehatan di Queensland, Australia. Rumah Sakit A adalah rumah
sakit universitas tersier dengan 750 tempat tidur, memiliki enam unit bedah dan
melakukan sekitar 18.000 operasi per tahun. Fasilitas ini menyediakan perawatan
khusus di semua spesialisasi bedah kecuali transplantasi organ. Rumah Sakit B adalah
fasilitas kuaterner dengan 800 tempat tidur, melakukan 21.000 operasi setiap tahun,
memiliki 11 unit bedah dan menyediakan perawatan yang sangat khusus kecuali
untuk kebidanan dan ginekologi. Secara keseluruhan, kami mengundang 17 unit
bedah di mana perawatan luka sederhana dan kompleks telah dilakukan untuk
berpartisipasi di kedua lokasi rumah sakit. Kerangka pengambilan sampel untuk
observasi termasuk perawat bangsal dan pasien pasca operasi. Kami menggunakan
pengambilan sampel berturut-turut dari episode perawatan luka yang dilakukan oleh
perawat. Kami telah merencanakan apriori untuk melakukan hingga 150 pengamatan
perawatan luka di setiap rumah sakit tetapi jenis informasi yang dikumpulkan serupa,
dengan redundansi di Rumah Sakit A setelah 110 pengamatan pertama, dan Rumah
Sakit B, setelah 140 pengamatan.
Perawatan luka diberikan dalam tim multidisiplin; namun, ini sebagian besar
merupakan aktivitas yang dipimpin perawat. Luka bedah didefinisikan sebagai “luka
yang dibuat saat sayatan dibuat dengan pisau bedah atau alat pemotong tajam lainnya
dan kemudian ditutup di ruang operasi dengan jahitan, stapel, pita perekat, atau lem
dan menghasilkan pendekatan yang mendekati tepi kulit. ” (p.10), (Organisasi
Kesehatan Dunia [WHO], 2016). Luka bedah adalah luka paling umum yang terlihat
di rumah sakit, dengan satu prosedur pembedahan setiap tahun untuk 22 orang di
seluruh dunia (Lancet Commission on Global Surgery, 2018). Infeksi situs bedah
(SSI) adalah komplikasi yang terkait dengan prosedur bedah apa pun (Berrios-Torres
et al., 2017), namun infeksi tersebut adalah infeksi yang didapat di rumah sakit yang
paling dapat dicegah (Allegranzi et al., 2011). Beberapa ahli memperkirakan bahwa
hingga 9,5% dari prosedur bedah rawat inap akan mengalami IDO (Pusat Pencegahan
Penyakit Eropa, 2013; Mangram, Horan, Pearson, Silver, & Jarvis, 1999). SSI
merupakan beban yang signifikan relatif terhadap morbiditas dan mortalitas pasien
serta biaya tambahan untuk sistem perawatan kesehatan di seluruh dunia. Perkiraan
saat ini menunjukkan bahwa luka menyumbang hampir 4% dari total biaya sistem
perawatan kesehatan dan proporsi itu meningkat (Lee, Agarwal, Lee, Fishman, &
Umscheid, 2010). Oleh karena itu, manajemen pra dan pasca operasi harus berkualitas
tinggi, berdasarkan bukti terbaik yang tersedia.
2) Intervention
Dalam membandingkan variasi praktik lintas konteks, penting untuk memisahkan
faktor-faktor kontekstual yang berada di luar kendali langsung pada tingkat itu dan
faktor-faktor yang dapat diubah (Sutherland & Levesque, 2019). Jelas, inkonsistensi
dalam praktik mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan di luar kendali penyedia
layanan kesehatan, yaitu kendala waktu, campuran keterampilan, beban kerja, dan
ketajaman pasien. Sebuah studi kualitatif baru-baru ini melaporkan gangguan dari staf
lain dan pasien dapat mengurangi kepatuhan kebersihan tangan setelah perawatan
luka (Lin et al., 2018). Kebersihan tangan sangat penting dalam penerapan
kewaspadaan standar (Berrios-Torres et al., 2017) dan mengurangi risiko pasien
mengembangkan IDO (Lin et al., 2018).
3) Comparison
Studi ini menjelaskan dan membandingkan praktik perawatan luka bedah di dua
rumah sakit tersier di Queensland, Australia. Rumah Sakit A memiliki lokasi yang
sama dengan universitas Queensland, sedangkan Rumah Sakit B memiliki fasilitas
khusus Magnet, yang mengakui keunggulan keperawatan dan perawatan pasien
berkualitas tinggi. Oleh karena itu, rumah sakit ini memiliki filosofi yang sebanding
dalam memberikan kualitas perawatan yang berpusat pada pasien dan mengakui
keunggulan keperawatan dalam praktik klinis dan pendidikan. Perawat yang diamati
di seluruh situs serupa dalam kaitannya dengan variabel demografis penting keahlian
klinis, pendidikan dan pengalaman. Di seluruh sampel, 15% perawat memiliki
kualifikasi pascasarjana dan peran keperawatan serupa, dengan hanya 5% perawat di
seluruh lokasi yang bekerja secara mandiri dalam peran praktik lanjutan. Kohort
pasien serupa di seluruh rumah sakit relatif terhadap jenis kelamin, usia, lama
prosedur pembedahan dan di 4/9 spesialisasi bedah
4) Outcome
Hasil penelitian ini telah mengangkat pertanyaan terkait yang berhubungan dengan
faktor kontekstual dan potensi bias kognitif yang memungkinkan atau menghambat
kemampuan dan kemauan perawat untuk menggunakan pendekatan berbasis bukti dan
standar untuk manajemen luka dan dokumentasi. Mengingat rekomendasi dari CPG
didasarkan pada kualitas bukti yang bervariasi, tampaknya penting untuk pekerjaan di
masa mendatang untuk lebih memahami praktik mana yang berpotensi bernilai
rendah. Sampai kita memiliki bukti kualitas yang lebih tinggi untuk beberapa praktik
bedah luka, kemungkinan variasi akan terjadi dan kita tidak akan tahu seberapa
banyak variasi ini mencerminkan perawatan yang berpotensi boros (yaitu, bernilai
rendah).

Jurnal 2
“Preoperative and postoperative recommendations to surgical wound
care interventions: A systematic meta-review of Cochrane reviews”
1) Patient, population, problem
Populasi. Penulis fokus pada ulasan Cochrane yang mencakup pasien dengan luka
bedah, yang didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai “Luka yang
dibuat saat sayatan dibuat dengan pisau bedah atau alat pemotong tajam lainnya dan
kemudian ditutup di ruang operasi dengan jahitan, stapel, pita perekat, atau lem dan
menghasilkan pendekatan yang mendekati tepi kulit. (Organisasi Kesehatan Dunia,
2016). Dengan demikian, episiotomi dan cangkok kulit ketebalan penuh dimasukkan
sebagai jenis luka bedah. Untuk ulasan yang memeriksa beberapa jenis luka termasuk
luka kronis (misalnya ulkus vena, arteri atau diabetes), hanya studi atau data yang
berkaitan dengan luka bedah yang dimasukkan. Ulasan yang memeriksa luka
2) Intervention
Tinjauan diperlukan untuk memeriksa intervensi keperawatan untuk perawatan luka
bedah, yang didefinisikan sebagai intervensi sebelum atau sesudah operasi untuk luka
bedah yang dapat dilaksanakan oleh perawat terdaftar atau intervensi yang mungkin
direkomendasikan oleh perawat terdaftar kepada profesional kesehatan lain untuk
diterapkan dalam pengaturan perawatan apa pun. Dengan demikian, intervensi
termasuk tetapi tidak terbatas pada, persiapan kulit, pengangkatan balutan, perangkat
terapi tekanan negatif, debridemen dan penggunaan agen topikal, misalnya, perak atau
lidah buaya, dan penggunaan antibiotik topikal dan antiseptik. Tinjauan dapat terdiri
dari studi individu dengan desain acak dan / atau non-acak.
Tinjauan dikeluarkan jika mereka hanya berfokus pada intervensi yang diberikan oleh
profesional kesehatan lain seperti ahli bedah atau intervensi yang perawat tidak dapat
membuat rekomendasi. Ini terdiri dari intervensi yang dilakukan selama periode
intraoperatif, (misalnya, pembedahan), terapi elektromagnetik atau resep obat
3) Comparison
Tidak ada batasan pada pembanding yang digunakan, dan pembanding seperti yang
didefinisikan oleh penulis review
4) Outcome
Tinjauan ini menilai rekomendasi khusus yang dibuat seperti yang dijelaskan dalam
bagian "implikasi untuk praktik" dan "implikasi untuk penelitian" dari tinjauan dan di
dalam abstrak. Rekomendasi praktik dikategorikan menurut: a) tingkat kepastian bukti
yang mendukung rekomendasi tertentu yang, dalam beberapa tinjauan, ditentukan
dengan menggunakan kriteria Penilaian, Pengembangan, dan Evaluasi Penilaian
(Guyatt dkk., 2008) risiko bias, presisi, tidak langsung, inkonsistensi, dan pelaporan
selektif; dan, b) seberapa kuat atau tidak ambigu rekomendasi tersebut sehubungan
dengan melakukan, atau tidak menjalankan, praktik tertentu. Rekomendasi untuk
penelitian dikelompokkan menjadi tiga kategori (misalnya, penelitian lebih lanjut /
kualitas lebih baik diperlukan) dan masalah metodologis termasuk 10 kategori
(misalnya, sampel yang lebih besar, kekuatan statistik yang lebih besar, periode tindak
lanjut yang lebih lama). Hasil penelitian sebelum dan sesudah operasi dari setiap
tinjauan diklasifikasikan berdasarkan 16 kategori (misalnya, biaya, pengaturan /
populasi yang berbeda, kualitas hidup) referensi, jumlah halaman dalam tinjauan
lengkap dan daftar referensi), ukuran sampel (jumlah penelitian dan peserta yang
diidentifikasi), intervensi dan pembandingnya, hasil, risiko bias (yaitu, pengacakan,
penyembunyian alokasi, membutakan, mangkir) dan / atau kepastian tubuh bukti
(menggunakan kriteria Penilaian, Pengembangan dan Evaluasi Penilaian (Guyatt dkk.,
2008)), rekomendasi untuk praktik, dan implikasi untuk penelitian. Data yang
diekstraksi diperiksa antara peninjau dan perbedaan diselesaikan melalui diskusi.
Kesimpulan
Infeksi luka operasi atau infeksi luka pasca operasi adalah infeksi yang terjadi ketika
ada bakteri yang masuk ke tubuh melalui luka operasi. Pembedahan ini bisa
melibatkan sayatan pada kulit (insisi) maupun drainase. Infeksi luka pasca
operasi biasanya timbul selama kurang lebih 30 hari setelah operasi.
dengan gejala nyeri, kemerahan, dan rasa panas pada bekas luka.
Dalam operasi, dokter bedah akan membuat sayatan pada kulit dengan menggunakan
pisau bedah sehingga menimbulkan luka operasi. Luka ini dapat terinfeksi meski
prosedur operasi yang telah dijalankan sudah sesuai dan melalui tindakan pencegahan
infeksi.

Daftar Pustaka

Gillespie, B. M., Walker, R. M., McInnes, E., Moore, Z., Eskes, A. M., O'Connor, T.,
Harbeck, E., White, C., Scott, I. A., Vermeulen, H., & Chaboyer, W. (2020).
Preoperative and postoperative recommendations to surgical wound care
interventions: A systematic meta-review of Cochrane reviews. International
journal of nursing studies, 102, 103486. (diunduh 19 mei 2021) Tersedia di :
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2019.103486

Gillespie, B. M., Walker, R., Lin, F., Roberts, S., Eskes, A., Perry, J., Birgan, S.,
Nieuwenhoven, P., Garrahy, E., Probert, R., & Chaboyer, W. (2020). Wound care
practices across two acute care settings: A comparative study. Journal of clinical
nursing, 29(5-6), 831–839. (diunduh 19 mei 2021) Tersedia di:
https://doi.org/10.1111/jocn.15135

Irma P. Arisanty, S.Kp, RN, WOC (ET) N. Konsep Dasar Manajemen Perawatan
Luka. Editor: Ns Pamilih Eko Karyuni S.Kep. Jakarta: EGC. 2011: 131

Indonesia Enterostomal Theraphy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan


Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmis. 2004, Perawatan Luka , Makalah
Mandiri, Jakarta .
Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika; 2006.

Afriazenifatma94. Perawatan Luka Operasi. [diakses pada tanggal 19 mei 2021]


Diunduh dari: https://afriazenifatma94.wordpress.com/2012/12/12/perawatan-
luka operasi/

Anda mungkin juga menyukai