Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN

PRAKTIK MANAJEMEN KEPERAWATAN PROFESI NERS


DI RUANG FLAMBOYAN E RSUD DR. KANUJOSO DJATIWIBOWO
PERIODE FEBRUARI 2022

Disusun Oleh :
1. Almarida Nur Afiffa 2111102412036
2. Annisa Oktavia Pradini 2111102412019
3. Dea Eka Ryanti 2111102412012
4. Erna Astuti 2111102412118
5. Juwita 2111102412002
6. Laras Tri Anjari 2111102412015
7. Muhammad Tarmidzi Idris 2111102412116
8. Putri Puji Astuti 2111102412120
9. Rinda Kurnilawati 2111102412112
10. Rumi Tri Hastani 2111102412043
11. Rumiati 2111102412124
12. Via Aprilia 2111102412099

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabakatuh

Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT

yang telah memberikan kesehatan kepada penulis dan atas berkat rahmat, karunia

serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan desiminasi ini.

Sholawat dan salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW beserta keluarga,sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Laporan desiminasi ini berjudul “Praktik Manajemen Keperawatan Profesi Ners

Di Ruang Flamboyan E RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Periode Februari

2022” disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan stase manajemen keperawatan program studi profesi ners di

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur tahun 2022.

Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan,

motivasi, dukungan dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh Karena itu,

penulis ingin banyak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur

2. Bapak Ghozali,MH.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

3. Pimpinan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

4. Ibu Ns. Enok Sureskiarti,M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur serta


5. Bapak Ns. Maridi MD,M.Kep selaku pembimbing akademik stase

manajemen keperawatan

6. Ibu Ns. Lestari Ekawati,S.Kep dan Ns. Rudi Hardjanto,S.Kep selaku

pembimbing klinik stase manajemen keperawatan yang telah banyak

memberikan bimbingan, motivasi, dan pengarahan hingga laporan

desiminasi ini selesai serta atas saran dan masukannya dalam penyusunan

laporan desiminasi ini

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan pahala dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam laporan desiminasi ini masih

terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sehingga dapat

bermanfaat untuk semua pihak dan dapat digunakan sebagai mana mestinya.

Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Balikpapan, 15 Februari 2022

Kelompok 1 & 2 .
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization) Tahun 2013, Rumah

Sakit didefinisikan sebagai bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan yang paripurna

(Komprehensif), penyembuhan penyakit (Kuratif), serta pencegahan

penyakit (Preventif), kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medic.

Setiap rumah sakit memiliki standar mutu pelayanannya masing-

masing, pelayanan rumah sakit selalu mengedepankan mutu dan

keselamatan pasien. Dimana rumah sakit merupakan sarana dalam mata

rantai sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan

kesehatan untuk seluruh masyarakat (PERSI, dalam Astuti, 2009).

Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan rumah

sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan

yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan menggunakan

potensi sumber daya yang tersedia dirumah sakit dengan wajar, efisien dan

efektif, serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma,

etika, hukum dan sosio budaya dengan meperhatikan keterbatasan dan

kemampuan masyarakat.

Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling

berhubungan, saling bergantungan dan saling mempengaruhi dan saling


berkepentingan. Ilmu keperawatan dan kehidupan profesi merupakan

fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi.

Keadaan ini akan bisa dicapai apabila perawat Indonesia menguasai

pengelolaan keperawatan secara professional saat ini dan yang akan datang

(Nursalam, 2013).

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan

dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.

Perawat hendaknya memberikan respon yang bersifat kondusif dengan

belajar banyak tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-

langkah nyata dalam penanganannya. Oleh karenanya untuk dapat

memberikan pelayanan yang demikian mutunya, diperlukan penerapan

manajemen perawatan secara professional, baik dan terarah (Depkes,

2009).

Menurut Nursalam (2009), Manajemen keperawatan merupakan

suatu pelayanan keperawatan professional dimana tim keperawatan

dikelola dengan menjalankan empat fungsi manejement antara lain

perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat

fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan keterampilan-

keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang

mendukung asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna serta

berhasil teraplikasikan bagi masyarakat.


Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan

sebagai suatu metode perlakuan asuhan keperawatan secara professional,

sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang satu sama lain.

Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana

pelayanan kesehatan yang dapat mmenjadi sumber infeksi dimana orang

sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang dekat. Infeksi nosokomial

dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap orang datang

ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat

ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit,

pengunjung yang berstatus karier atau karena kondisi rumah sakit

(Darmadi, 2008). Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah

lamanya rawat inap yang tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih

banyak dai perawatan normal bila tidak terkena infeksi nosokomial (Edhie,

2010).

Presentase infeksi rumah sakit di rumah sakit dunia mencapai 9%

(variasi 3-21%) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap dirumah sakit seluruh

dunia mendapatkan infesi rumah sakit. Suatu penelitian yang dilakukan

WHO (Word Healty Organization) menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari

55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah,

Asia Tenggara dan pasifik menunjukkan adanya infeksi rumah sakit dan

Asia Tenggara sebanyak 10,0% (Nugraheni, 2012). Hand hygiene adalah

istilah yang digunakan untuk mencuci tangan. Pada tahun (2009), WHO
(Worrld Health Organization) mencetuskan global patient safety challage

dengan clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi

penerapan hand hygiene, yaitu untuk petugas kesehatan dengan my five

moment for hygiene, yaitu melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan

dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih dan steril, setelah

bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, setellah bersentuhan atau kontak

dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien

(Pitlet D, Allegranzi B, Storr J, 2008).

Tujuan mencuci tangan diantaranya untuk menghilangkan

mikroorganisme yang bersifat sementara yang mungkin dapat ditularkan

ke perawat, klien pengunjung, atau tenaga kesehatan lain (Berman, Barry,

Evans & Joel, 2009).

Berdasarkan data diatas kami mahasiswa Program Profesi Ners

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur merasa perlu untuk

melakukan observasi dan memberikan inovasi di ruang Flamboyan E

RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan yang diharapkan dapat

mengurangi mikroorganisme yang bersifat sementara mungkin dapat

ditularkan ke perawat, klien pengunjung, atau tenaga kesehatan lain

dengan five moment hand hygiene di Rumah Sakit tersebut

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik keperawatan manajemen mulai tanggal

7 Februari 2022 s/d 26 Februari 2022, diharapkan mahasiswa dapat

menerapkan konsep dan langkah manajemen keperawatan

2. Tujuan Khusus

a. Pengelolaan asuhan keperawatan

Penerapan manajemen asuhan keperawatan yang berupa

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi.

b. Manajemen unit keperawatan Ruang Flamboyan E

1) Teridentifikasi masalah di Ruang Flamboyan E

2) Tersusun rencana strategis dan operasional unit berdasarkan

hasil kajian situasi di Ruang Flamboyan E

3) Terlaksana implementasi model pengorganisasian pelayanan

keperawatan

a) Job describtion terbagi dengan jelas antara Karu, CCM,

Katim, serta Perawat Pelaksana

b) Fungsi pengorganisasian terlaksana baik antara Karu,

CCM, Katim, serta Perawat Pelaksana

c) Kerja tim terorganisir dengan baik

4) Problem solving tercapai terhadap masalah di Ruang Flamboyan E

5) Melakukan evaluasi penyelesaian masalah di Ruang Flamboyan

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Sebagai sarana dukungan, masukan, atau pengembangan fungsi

manajemen bangsal guna mempertahankan dan peningkatan kualitas

pelayanan keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas

pelayanan rumah sakit pada umumnya

2. Bagi Perawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya

Bahan pertimbangan atau alternatif dalam menjalankan

profesionalisme di lahan praktik guna meningkatkan mutu pelayanan

dan mutu asuhan keperawatan

3. Bagi Mahasiswa

a. Mengaplikasikan dan mengintegrasikan konsep manajemen

keperawatan dalam tahanan praktik klinik dan pengembangan

wawasan pengetahuan atau teori manajemen melalui penerapan

fungsi manajemen bangsal

b. Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa

masalah di Ruang Flamboyan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan

c. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang

manajemen

D. Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan Penulisan

C. Manfaat Penulisan

D. Sistematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. TINJAUAN KASUS

BAB IV. PEMBAHASAN

BAB V . PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan

1. Pengertian Manajemen Keperawatan

Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”,

yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan

suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu

kegiatan yang diorganisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu

organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain

untuk menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam, 2012). Menurut


Gillies (1986) dalam Nursalam (2012), manajemen didefinisikan

sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang

lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja

melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk

merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana

dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan

keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu,

keluarga, dan masyarakat.

Manajemen keperawatan merupakan suatu kegiatan pemanfaatan

sumber daya manusia, sumber serta sumber-sumber lainnya untuk

dapat dilakukan pelayanan keperawatan yang efektif kepada pasien,

keluarga pasien, serta masyarakat. Management keperawatan sendiri

dilakukan oleh manajer keperawatan melalui fungsi perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan

pengendalian (controlling) sumber daya yang ada agar mampu

mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang bermutu (Rahmadhani

& Putri, 2018)

2. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib

dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan. Masing-

masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen yang berbeda-beda.


Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut

George Terry, yaitu :

a. Perencanaan (Planning) Sebuah proses yang dimulai dengan

merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan

menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui

perencanaan akan dapat ditetapkan tugas-tugas staf. Dengan tugas-

tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk

melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya

yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas-tugasnya.

1) Tujuan perencanaan :

a) Memberi arah organisasi

b) Menentukan tujuan yang realistis

c) Menjamin tercapainya tujuan

d) Meningkatkan efisiensi

e) Membuang program yang tidak bermanfaat

f) Menghindari duplikasi upaya atau program

g) Mengkosentrasikan pelayanan yang bersifat urgent

h) Meningkatkan aktifitas koordinasi dan komunikasi

i) Memungkinkan adaptasi terhadap perubahan

lingkungankerja

2) Prinsip perencanaan

a) Jelas tujuan

b) Jelas hasil yang akan dicapai


c) Sederhana

d) Berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku

e) Prioritas

f) Perlibatan aktif

g) Efektif dan efisien

h) Fleksibel

i) Berkesinambungan

j) Kejelasan metode evaluasi

3) Perencanaan meliputi kegiatan :

a) Pengumpulan data : data tentang pasien, pegawai/staf,

kepemimpinan, peralatan, dan pelayanankeperawatan.

b) Analisa lingkungan : dengan menggunakan analisa

SWOT (Strength, Weaknes, Opportunities, Treath).

c) Pengorganisasian data : memilih data yang mendukung

dan menghambat

d) Pembuatan rencana : menentukan objektif/sarana yang

ingin dicapai, uraian kegiatan, prosedur, target waktu,

penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metoda.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen

untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki

oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk

mencapai tujuan organisasi.


1) Prinsip pengorganisasian :

a) Rantai komando (Chain of Command)

b) Rantai kesatuan komando (Unity of Command)

c) Rentang control (Spain of Control)

d) Spesialisasi

2) Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi :

a) Pola struktur berarti proses hubungan interaksi yang

dikembangkan secara efektif.

b) Penerapan tiap kegiatan yang merupakan kerangka

kerjadalam organisasi

c) Struktur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang

sama pola hubungan antara kegiatan yang tepat dan

pembinaan cara komunikasi yang efektif antara perawat.

3) Aktifitas pengorganisasian

a) Mengembangkan uraian tugas

b) Mengembangkan prosedur

c) Mengembangkan ketenagaan dan jadwal kerja dinas

4) Struktur organisasi

a) Birokrasi (Hierarchial Structure/Line Structure)

b) Adhocracy

c) Matrik (Free Form Structure)

5) Kegunaan pengorganisasian :
a) Penjabaran secara rinci semua pekerjaan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan

b) Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan

perorangan atau kelompok

c) Mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota

kelompok untuk hubungan dan organisasi

6) Pengarahan (Directing)

Penggerakan sebagai proses manajemen adalah proses

memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu

bekerja secara optimal dan melakukan tugas-tugasnya sesuai

dengan keterampilan yang mereka miliki sesuai dengan

dukungan sumber daya yang tersedia.

Pengarahan mengandung unsur penting, yaitu :

a) Manajemen waktu yang terdiri dari kegiatan organisasi

personal, pengorganisasian pekerjaan dan

pendelegasian.

b) Komunikasi yang baik yang digunakan adalah

komunikasi yang jelas

c) Manajemen konflik yaitu kemampuan dalam mengatasi

konflik baik dengan atasan maupun teman sejawat.

7) Pengendalian (Controlling)
Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus

menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan

mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

a) Prinsip Controlling :

- Principle of Unifomity : dibentuk dari awal sampai

akhir.

- Principle of Comparison : membandingkan yang

direncanakan dengan yang dicapai.

- Principle of Exception : tidak sesempurna dari

perencanaan, tetapiada umpan balik untuk perbaikan.

b) Controlling dilakukan melalui kegiatan :

- Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan

- Pre conference, overan, post conference

- Ronde keperawatan

- Mengevaluasi produktifitas berdasarkan gant chat yang

telah dibuat

- Program evaluasi dan peer review

c) Tipe controlling

- Input control

- Proses control

- Output control

d) Controlling dilakukan pada :

- Pasien
1. Kebutuhan fisik pertama mental dan social

2. Perawatan, pemeriksaan, dan pengobatan

3. Lingkungan

- Ketenagaan

1. Penampilan dan sikap

2. Pelayanan asuhan keperawatan dan system kerja

3. Prestasi kerja

- Alat-alat dan obat-obatan

1. Penggunaan

2. Pencatatan dan pelaporannya

3. Inventaris

3. Ruang Lingkup Manajemen

Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer

keperawatan yang efektif sebaiknya memahami dan memfasilitasi

pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto (2008) manajer

keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:

a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan

b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan

diagnosa

c. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan

oleh perawat

d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.


Menurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari :

a. Manajemen Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang

perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu :

1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)

2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor

3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)

b. Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan

menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan

konsep-konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.

4. Peran Manajer

Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan

lingkungan. Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi

tergantungnya tugas, khususnya bagaimana manajer bekerja dalam

suatu organisasi. Secara umum peran manajer dapat dinilai dari

kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan staf.

Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik,

psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui

peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat


ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan

memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas

dengan sebaik-baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap

faktor lingkungan dalam tugas professional sebagaimana dibahas

sebelumnya : (1) Komunikasi, (2) Potensial perkembangan, (3)

Kebijaksanaan, (4) Gaji dan Upah, (5) Kondisi Kerja (Nursalam,

2002).

Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama

dalam kepuasan kerja, yaitu : input, hubungan manajer dengan staf,

disiplin kerja, lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan yang

cukup, diskriminasi, kepuasan kerja, penghargaan penampilan,

klarifikasi kebijaksanaan, prosedur, dan keuntungan, mendapatkan

kesempatan, pengambilan keputusan, dan gaya manajer.

5. Peran Kepala Ruangan

Adapun tanggung jawab kepala ruangan adalah peran kepala

ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas

pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari

pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya

kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling

melempar kesalahan. Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan,

perlu melakukan kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi

tanggung jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan


penampilan kerja staf dalam upaya mempertahankan kualitas

pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai metode

pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan

kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman

staf di unit yang bersangkutan (Arwani, 2006).

6. Fungsi Kepala Ruangan

Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston

(2010) sebagai berikut :

a. Perencanaan: dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,

kebijaksanaan, dan peraturan-peraturan, membuat perencanaan

jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi dan

tujuan organisasi, menetapkan biaya-biaya untuk setiap kegiatan,

serta merencanakan dan mengelola rencana perubahan.

b. Pengorganisasian : meliputi pembentukkan struktur untuk

melaksanakan perencanaan, menetapkan metode pemberian

asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat,

mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta

melakukan peran dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan

power serta wewenang dengan tepat

c. Ketenagaan: pengaturan ketenagaan dimulai dari rekruitmen,

interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan,

pengembangan staf, dan sosialisasi staf.


d. Pengarahan: mencakup tanggung jawab dalam mengelola sumber

daya manusia, seperti motivasi untuk semangat, manajemen

konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.

e. Pengawasan: meliputi penampilan kerja, pengawasan umum,

pengawasan etika aspek legal, dan pengawasan profesional.

Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut

sehari-hari akan bergerak dalam berbagai bidang penjualan,

pembelian, produksi, keuangan, personalia, dll.

7. Kepala Ruangan Sebagai Manajer Keperawatan

Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan, adalah

sebagai berikut:

a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :

1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan,

sertatenaga lain sesuai kebutuhan.

2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang

diperlukan.

3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/asuhan

keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan

pasien.

b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi :

1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di

ruang rawat.
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan

tenaga lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan/peraturan

yang berlaku (bulanan, mingguan, harian).

3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan

satuatau tenaga lain yang bekerja di ruang rawat.

4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan

untuk melaksanakan asuahan keperawatan sesuai standar.

5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara

bekerja sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam

pelayanan ruang rawat.

6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta

mengusahakan pengadaannya sesuai dengan kebutuhan pasien

agar tercapai pelayanam optimal.

7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan

bahan lain yang diperlukan dalam ruang rawat.

8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar

selalu dalam keadaan siap pakai.

9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.

10) Melaksanakan program orientasi pada pasien dan keluarga

meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan,

fasilitas yang ada dan cara penggunaannya.

11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk

memeriksa pasien dan mencatat program.


12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya

diruang rawat untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non

injeksi, untuk pemberian asuhan keperawatan.

13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat

untuk mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta

membantu memecahkan masalah yang berlangsung.

14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi

selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.

15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien/keluarga

dalam batas wewenangnya.

16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi

selama pelaksanaan pelayanan berlangsung.

17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data

pelayanan asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang

dilakukan secara tepat dan benar.

18) Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang rawat

inaplain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi,

dan kepala UPF di rumah sakit.

19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara

petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi

ketenangan.

20) Memberi motivasi tenaga non keperawatan dalam memelihara

kebersihan ruangan dan lingkungan.


21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.

22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar permintaan makanan

berdasarkan macam dan jenis makanan pasien, kemudian

memeriksa/meneliti ulang saat pengkajiannya.

23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.

24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan

asuhan keperawatan, serta kegiatan lain di ruangan rawat.

c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian,

meliputi :

1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang

telah ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap upaya

peningkatan pengetahuan dan keterampilan dibidang

perawatan.

2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar

Penilaian dan Pelaksasnaan Pekerjaan Pegawai (DP3) bagi

pelaksana keperawatan dan tenaga lain di ruang yang berada di

bawah tanggung jawabnya untuk berbagai kepentingan (naik

pangkat/golongan, melanjutkan sekolah), mengawasi dan

mengendalikan pendaya gunaan peralatan perawatan serta

obat- obatan secara efektif dan efisien.

3) Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan

kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di

ruang rawat.
8. Uraian Tugas Perawat Pelaksana

a. Perawat penanggung jawab obat

1) Bertanggung jawab dalam hal tersedianya obat pasien sesuai

advice dokter.

2) Memberikan obat kepada pasien dengan memperhatikan

prinsip (tepat pasien, tepat obat, tepat cara pemberian, tepat

dosis, tepat waktu, tepat dalam pendokumentasian).

3) Mengetahui obat yang akan diberikan kepada pasien, meliputi

jenis dan efek samping (mis : analgetik, efek samping jantung

berdebar).

4) Membantu perawat pelaksana dalam pemberian asuhan

keperawatan kepada pasien.

5) Melakukan overan kepada penanggung jawab obat di shift

berikutnya.

b. Perawat penanggung jawab cairan

1) Bertanggung jawab dalam hal tersedianya cairan/infus pasien

sesuai advice dokter.

2) Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan

infus maupun kemasannya.

3) Memberikan cairan/infus kepada pasien dengan

memperhatikan prinsip (tepat pasien, tepat cairan, tepat cara


pemberian, tepat dosis/jumlah tetesan, tepat waktu, tepat dalam

pendokumentasian).

4) Memeriksa apakah jalur vena tetap paten.

5) Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan bila ada

abnormalitas.

6) Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi dokter.

7) Monitor kondisi dan melaporkan setiap perubahan.

c. Perawat pelaksana

1) Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya.

2) Menerima pasien baru sesuai dengan prosedur dan ketentuan

yang berlaku.

3) Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu

dalam keadaan siap pakai.

4) Melakukan pengkajian perawatan dan menentukan diagnose

keperawatan sesuai batas kewenangannya.

5) Menyusun rencana keperawatan sesuai kemampuannya.

6) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai dengan

kebutuhan dan batas kemampuannya, antara lain:

7) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program

pengobatan.

8) Memberi penyuluhan kesehatan pada pasien dan keluarganya

mengenai penyakitnya.

9) Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan gerak.


10) Melakukan tindakan darurat kepada pasien sesuai protap yang

berlaku, selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah

dilakukan kepada dokter.

11) Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas

kemampuannya.

12) Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan

tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi tersebut sesuai

batas kemampuannya.

13) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam

membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan

keperawatan.

14) Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara

bergilir sesuai jadwal dinas.

15) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala

ruangan.

16) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang

keperawatan, antara lain melalui pertemuan ilmiah dan

penataran atas izin atau persetujuan atasan.

17) Melakukan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan

keperawatan yang tepat dan benar sesuai dengan standar

asuhan keperawatan.

18) Melaksanakan serah terima tugas kepada tugas pengganti

secara lisan maupun tulisan pada saat pergantian dinas.


19) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan

keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien

mengenai :

a) Program diet

b) Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara

penggunaannya

c) Pentingnya pemerikasaan ulang di rumah sakit, puskesmas,

atau institusi kesehatan lain

d) Cara hidup sehat, seperti pengaturan jadwal istirahat,

makanan yang bergizi atau bahan pengganti sesuai

dengankeadaan sosial ekonomi

20) Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan

seperti kursiroda, tongkat penyangga, protesa, dll.

21) Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di

rumah, misalnya merawat luka, melatih anggota gerak, dll.

22) Menyiapkan pasien akan pulang, meliputi : surat izin pulang,

surat keterangan istirahat/opname, petunjuk diet, resep obat

untuk di rumahjika diperlukan, surat rujukan, dll.

B. Unsur-Unsur Manajemen Keperawatan

1. Man (M1)

a. Pengembangan staf
Tujuan pengembangan staff adalah membantu

individu meningkatkan diri dalam mpengetahuan,

ketrampilan, serta pengalaman di bidangnya, melalui

kegiatan pendidikan berkelanjutan, program pelatihan dan

lain sebagainya. Aktivitas pengembangan ini dibuat untuk

keuntungan individu perawat serta untuk peningkatan

produktivitas / pelayanan pada pasien (Suarli, & Bahtiar,

2012).

Berbagai macam pengembangan, penerapannya

disesuaikan dengan kebutuhan baik pelatihan maupun

pendidikan, yang bermanfaat untuk pekerjaan, pengetahuan

ketrampilan serta sikap perawat. Kegiatan ini meliputi:

1. Pelatihan awal (introducing training) untuk karyawan


baru
2. Orientasi pendidikan dalam pengerjaan.
3. Pendidikan berkelanjutan baik formal maupun

nonformal.

b. Kebutuhan tenaga keperawatan

Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus

disesuaikan dengan katagori yang akan dibutuhkan asuhan

keperawatan pasien disetiam unit. Beberapa pendekatan

dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staff yang

dibutuhkann berdasarkan katagori pasien yag dirawat,

rasio perawat dank lien untuk memenuhi standar praktik


keperawatan (Kuntoro, 2010). Katagori keperawatan

pasien:

1. Perawatan mandiri (selfcare), yaitu pasien

memrlukan bantuan minimal dalam melakukan

tindakan kewperawatan dan pengobatan. Pasien

melakukan aktifitas perawatan diri secara mandiri.

2. Perawatan sebagian (partial care), yaitu pasien

memerlukan bantuan sebagian dalam tindakan

keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya

pemberian obat intra vena mengatur posisi, dan lain

sebagainya.

3. Perawatan total (total care), Yaitu pasien

memerlukan bantuan secara penuh dalam perawatan

diri dan memerlukan observasi secara ketat.

4. Perawatan intensif (intensif care), Yaitu pasien

memerlukan observasi dan tindakan keperawatan

yang terus menerus.

Metode yang digunakan khusus untuk menghitung ketenagaan

keperawatan, yaitu:

1) Metode Gillies

Metode Gillies (1994), digunakan khusus untuk menghitung

tenaga keperawatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut

Kuntoro, 2010):
Jumlah tenaga = A X B X 365
(365- hari libur) X jam kerja per hari

Keterangan:
A= Jumlah jam kerja tenaga
keperawatan per hari B= Jumlah rata-
rata pasien per hari
a) Prinsip perhitungan Rumus Gillies

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga


jenis bentuk pelayanan, yaitu sebagai berikut
(Nursalam,2015):
(1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan pasien

baik fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Berdasarkan

tingkat ketergantungan pasien pada perawat dapat

diklasifikasikan dalam 4 kelompok yaitu: self care,

partial care, total care, dan intensive care. Rata-rata

kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah

empat jam perhari. Adapun waktu perawatan

berdasarkan tingkat ketergantungan pasien adalah:

(2) Self Care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam

(3) Partial Care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam

b) Total Care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jamPerawatan tak

langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana

keperawatan, memasang/ menyiapkan alat, konsultasi

dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan


kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian

RS Graha Detroit = 38 menit/ pasien/ hari, sedangkan

menurut Wolfe dan Young = 60 menit/ pasien/ hari dan

penelitian di Rumah Sakit John Hopkins dibutuhkan 60

menit/ pasien (Gillies, 1996 dalam Nursalam, 2014).

c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien

meliputi aktivitas, pengobatan serta tindak lanjut

pengobatan Menurut dala Gillies (1996), waktu yang

dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan adalah 25 menit/

pasien/ hari.

Menghitung waktu yang dibutuhkan dalam perawatan

pasien perawatan langsung, waktu perawatan tidak langsung,

dan waktu pendidikan kesehatan. Selanjutnya, jumlah tenaga

yang dibutuhkan dihitung berdasarkan beban kerja perawat.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban

kerja perawat yaitu (Kuntoro, 2010):

Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/ bulan/ tahun di unit

tersebut.

a) Kondisi atau tingkat ketergantungan.

b) Rata-rata hari perawatan.

c) Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien.

d) Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan

pendidikan kesehatan.Rata-rata pasien per hari adalah jumlah

Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu ×100%


pasien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata-ratanya atau

menurut “Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:

Keterangan:

a) Jumlah haru pertahun, yaitu 365 hari

b) Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari,


hari minggu

= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu

tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan

hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga

sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan =

12 hari.

c) Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu

(kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalau

hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 = 6,6 jam

perhari).

d) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit

harus ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/

cadangan).

2) Metode Douglass

Untuk pasien rawat inap standar waktu pelayanan pasien

rawat inap sebagai berikut (Nursalam, 2014).

a) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam.


b) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/ 24 jam.

c) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24

jam. Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori

tersebut adalah sebagai berikut (Nursalam, 2015):

a) Kategori I: perawatan mandiri.

b) Kategori II : perawatan intermediet.

c) Kategori III : perawatan total

Douglass menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan

dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien,

dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per

shift (Nursalam, 2014). Menurut Douglass (1984) dalam Putra

dan Subekti (2014), tergantung dari derajat ketergantungan

pasien.

Jumlah perawat = jumlah pasien × derajat ketergantungan


pasien

Table
Kebutuhan Perawat Per Shift
KLASIFIKASI PASIEN
Minimal Parsial Total
Pag Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Mala
i m
0,1 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
7
0,3 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
4
0,5 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
1
Sumber: Putra(2016), Buku Ajar Manajemen Keperawatan

3) Metode DEPKES

Pada unit rawat inap, berdasarkan klasifikasi pasien cara

perhitungannya berdasarkan (Nursalam, 2014):

a) Tingkat ketergantunga pasien berdasarkan jenis kasus.


b) Jumlah perawatan yang diperlukan/hari/pasien.

c) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari.

d) Jam kerja efektif setiap perawat atau bidan 7 jam per hari.

Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:

Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif per shift

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah

(faktor koreksi) dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day):

Jumlah hari minggu dalam 1 tahun x jumlah perawat


Jumlah hari kerja efektif

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-

tugas non keperawatan (non-nursing jobs), seperti: membuat

perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-

alat makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam

pelayanan keperawatan.
Tugas Non Keperawatan

(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%.


Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi

a. Metode pemberian asuhan keperawatan


1) Metode Keperawatan Tim

Metode keperawatan tim terdiri dari anggota yang berbeda-

beda dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

sekelompok pasien. Pada metode ini, perawat dibagi menjadi

2-3 tim atau group yang terdiri dari tenaga profesional,

teknikal, dan pembantu dalam satu group kecil yang saling

membantu.

a) Kelebihan Metode Tim:

(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang


menyeluruh.

(2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.

(3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik

bisa diatasi dan memberi kepuasan pada anggota tim.

b) Kekurangan Metode Tim:

Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama

dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan

waktu dimana sulit untuk dilaksanakan pada waktu sibuk.

c) Konsep Metode Tim

(1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu


menggunakan berbagai teknik kepemimpinan.

(2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas

rencana keperawatan terjamin.

(3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua


tim.

(4) Peran kepala ruangan penting untuk model tim. Model

tim akan berhasil baik jika didukung oleh kepala

ruang.

d) Tanggung Jawab Anggota Tim


(1) Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dibawah

tanggung jawabnya.

(2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.

(3) Memberikan laporan.

e) Tanggung jawab ketua tim

(1) Membuat perencanaan.

(2) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.

(3) Mengenal dan mengetahui kondisi pasien dan dapat

menilai tingkat kebutuhan pasien.

(4) Mengembangkan kemampuan anggota.

(5) Menyelenggarakan konferensi.

f) Tanggung Jawab Kepala Ruang

(1) Perencanaan

(2) Pengorganisasian

(3) Pengarahan
(4) Pengawasan

g) Tanggung Jawab Clinical Case (CCM)

(1) Melakukan koordinasi perawatan kesehatan yang

diberikan kepada pasien.

(2) Memfasilitasi komunikasi antara anggota tim pelayanan


Kesehatan

(3) Mengawasi tindak lanjut perawatan kesehatan pasien

(4) Mencegah terjadinya duplikasi intervensi

dalam pemberian perawatan

(5) Memastikan pelaksanaan rencana keperawatan dan


tindak lanjut
Skema
Pemberian Asuhan Keperawatan Tim

Sumber: (Marquis & Huston 1998, dalam Nursalam, 2015)

Keterangan: = garis komando

= garis hubungan tanggung jawab

2) Metode Keperawatan Fungsional

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien


dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat

mempperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk

semua pasien diunit/ruang tempat perawat tersebut bekerja.

Contoh penugasan seperti membagi obat per oral, mengganti

balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan

sebagainya.

a) Kelebihan Metode Fungsional

(1) Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu

tugas yang biasa menjadi tanggung jawabnya.

(2) Pekerjaan menjadi lebih efisien

(3) Relative sedikit dibutuhkan tenaga perawat

(4) Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan


(5) Terjadi proses distribusi dan pemantauan tugas atau
pekerjaan

b) Kekurangan Metode Fungsional

(1) Tidak memberikan kepuasaan baik pada pasien maupun


pada perawat,

(2) Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak

melihat pasien secara holistic dan tidak berfokus pada

masalah pasien hanya cenderung pada tindakan yang

berkaitan pada keterampilan saja sehingga tidak

professional,

(3) Terkadang bisa terjadi saling melempar tanggung jawab

bila terjadi kesalahan.


c) Peran Kepala Ruangan

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka peran

perawat kepala ruangan (ners unit manager) harus lebih

peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas

pelayanaan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil

dan pelayanan keperawatan yang berkualitas dan

menghindari terjadinya kebosanan perawat serta

menghindari semua kemungkinan terjadinya saling

melempar kesalahan. Sekalipun diakui metode fungsional

ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat

atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang disukai

untuk pelayanan biasa dan jangka panjang karena asuhan

keperawatan yang diberikan tidak komperehensif.

Skema 2

Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

Kepala Ruangan

Sumber : (Marquis & Huston 1998, dalam Nursalam,


2016)

3) Metode Keperawatan Primer

Metode ini dikembangkan pada falsafah yang beriorentasi

pada pasien bukan pada tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi


dalam pengambilan keputusan antara perawat primer dan

pasien. Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan

keperawatan dengan metode keperawatan primer memberikan

setiap perawat primer tanggung jawab menyeluruh (total care)

dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pada sekelompok kecil pasien (antara

Perawat : Perawat
4-6 pasien). Hal ini: di mulai
Penyiapan
sejak pasien masukKebutuhan
hingga pulang/
pengobatan merawat luka Instrumen Dasar
keluar.

a) Kelebihan Metode Primer


Pasien
(1) Asuhan keperawatan lebih komprehensif dengan

memperlakukan pasien secara holistic

(2) Pasien akan merasa lebih puas karena terjadi

kesinambungan perawatan

(3) Perawat lebih puas karena disampig memiliki otoritas,

perawat juga memiliki tanggung gugat didalam

memberikan asuhan, hubungan terus menerus antara

perawat dan pasien akan memudahkan pasien

menyampaikan permasalahan serta dapat

memperpendek lama hari perawatan bagi pasien.

b) Kekurangan Metode Primer

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memilki

pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan

kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil


keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh

pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai

disiplin ilmu.

c) Peran Kepala Ruangan

Peran Karu menjadi sangat penting untuk

mengantisipasi kerugian yang dapat muncul dalam

implementasi metode keperawatan primer. Peran perawat

kepala ruang tersebut dapat dilakukan, seperti melakukan

identifikasi perawat di ruangan/ unit yang memiliki minat

menjadi perawat primer dan memfasilitasi untuk

pendidikan, menjabarkan tugas- tugas dan perawat primer

dan perawat asisten/ anggota. Selain itu, juga berperan

sebagai model dan konsultan, mengembangkan penelitian,

melakukan analisis kebutuhan tenaga perawat yang

mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam merekrut

tenaga baru, menyusun jadwal dinas, membuat perencanaan

pengembangan staf dan melakukan kegiatan evaluasi.


Skema
Pemberian Asuhan Keperawatan Primer

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien

Perawat Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana


Pelaksana evening night jika diperlukan days

Sumber : (Marquis & Huston 1998, dalam Nursalam,


2016)

4) Metode Keperawatan Kasus

Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk

pemberian asuhan keperawatan dan manajemen sumber-sumber

terkait yang memungkinkan adanya manajemen yang strategis

oleh seorang perawat untuk suatu episode penyakit hingga

perawatan lanjut.

a) Kelebihan Metode Kasus

(1) Perawat lebih memahami kasus per kasus

(2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

b) Kekurangan Metode Kasus

(1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab


(2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai

kemampuan dasar yang sama


Skema
Asuhan Keperawatan Metode Kasus

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

Sumber: (Marquis & Huston 1998, dalam Nursalam,


2016)

5) Metode Keperawatan Modular

Metode ini adalah suatu variasi metode keperawatan tim dan

primer. Metode keperawatan modular memiliki kesamaan baik

dengan metode keperawatan tim maupun primer (Gillies,

1994). Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan

menggunakan metode keperawatan modular, satu tim yang

terdiri dari dua hingga tiga perawat memiliki tanggung jawab

penuh pada sekelompok pasien berkisar 8 sampai 12 orang

(Magargal, 1987). Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan

peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan cukup memadai.

Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan

menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga

perawat, tanggung jawab paling besar tetap ada pada perawat


professional. Perawat professional memiliki kewajiban untuk

memimbing dan melatih non professional. Apabila perawat

professional sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini

tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh

perawat professional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.

Peran kepala ruangan (nurse unit manager) diarahkan dalam

hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan

kecocokan anggota dalam bekerja sama, dan berperan sebagai

fasilitator, pembimbing secara motivator.

Skema
Asuhan Keperawatan Metode Modular

Kepala Ruangan

Katim Katim Katim

PP PP PP
PP PP PP
PP
PP PP

Sumber : (Marquis & Huston 1998, dalam Nursalam, 2016)

2. Material (M2)
a. Fasilitas Lingkungan Fisik
1) Lokasi unit ini harus dekat dengan fasilitas radiology dan
ruang laboratorium untuk kemudahan dan efisiensi.
2) Lokasi juga harus berdekatan dengan ruang emergensi dan
dekat dengan unit perawatan khusus, untuk mengembangkan
suatu unit pelayanan terpadu.
b. Ukuran
Ukuran ruangan ditentukan berdasarkan beban kasus dan
kompleksitas rumah sakit. menurut standar Gudelines for
Contraction and Equipment for Hospital and Medical Vasilities
(1992-1993).

c. Ruangan

1) Kapasitas ruangan untuk kelas satu maksimum dua pasien,

yaitu dalam konstruksi baru kapasitas ruangan maksimum

seharusnya dapat menampung dua pasien. Peraturan sekarang,

kapasitas maksimum ruangan menampung sekitar empat

pasien.

2) Dalam konstruksi baru ruang pasien harus mempunyai luas

minimal 9,2 m2, ukuran lantai perbed dan luas area tergantung

dari kebijakan RS setempat dan lahan yang ada, ukuran lantai

perbed sama dengan ruas area single bed. Ruang toilet, kloset,

loker, gudang, ruang depan, susunan ruangan seharusnya

berukuran minimal 0,91 m2 termasuk dari sisi dan kaki tempat

tidur dan dinding. Diruang multiple bed ukuran lantai minimal

1,22 m2, dalam area multiple bed ruangan pasien berukuran

minimal 80 kaki sama dengan ukuran single bed yaitu 9,29

m2.

3) Ruang operator perawat harus mengarah kesemua ruangan.

4) Dalam konstruksi baru, wastapel harus disediakan di setiap

ruangan pasien. letak wastapel harus berdekatan dengan


tempat tidur dan tempat menyuci peralatan. Toilet harus

dirancang untuk satu tempat tidur atau dua tempat tidur.

5) Ruang pasien mempunyai jendela pada bagian yang sesuai.

6) Setiap pasien harus dekat dengan toilet tanpa harus keluar

ruangan. satu toilet diperuntukkan untuk empat tempat tidur

atau lebih dari ruang pasien. Toilet memiliki water closet dan

wastafel yang menggunakan pintu double acting.Setiap pasien

harus terpisah dari lemari pakaian atau loker.

7) Jika dalam ruangan terdapat banyak tempat tidur diperlukan

penghalang untuk menjaga privasi.

8) Untuk ventilasi, ruang oksigen, vakum udara dan listrik harus

sesuai dengan standar.

d. Desain Ruangan

Tata letak ruang rawat inap harus disesuaikan dengan

struktur yang telah ada, tetapi unit berbentuk melingkar atau

persegi empat mungkin yang paling efisien dengan menempatkan

stasiun perawatan di tengah. Desain seperti ini akan memberikan

pengamatan yang maksimal kepada pasien. selain itu harus

mempunyai wastafel dan dapat dikombinasikan menjadi ruang

rapat dan ruang komunikasi, serta mempunyai pintu darurat.

e. Peralatan dan perlengkapan medis dan non medis

Menurut Depkes RI (2001), pengadaan peralatan

mempertimbangan aspek sebagai berikut :


1) Alat tenun

a) Menyerap keringat/air

b) Mudah dibersihkan

c) Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan

d) Pemilhan warna memperhatikan aspek psikologis pasien

e) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman

f) Tidak menyebabkan iritasi/perlukaan kulit

2) Alat Kesehatan
a) Mudah dibersihkan

b) Tidak mudah berkarat

c) Ukuran standar secara umum (dewasa, anak, bayi)

d) Aman penggunaan baik bagi petugas dan pasien

e) Tidak berfungsi sebagai mediator kuman

f) Untuk alat-alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan


agronomi

g) Tersedianya suku cadang terhadap kesinambungan alat

h) Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur

3) Alat pencatatan dan pelaporan

a) Bahasa sederhana dan mudah dimengerti

b) Mudah diisi

c) Ukuran, jenis kertas dan desain terstandar


3. Metode (M3)
Menjelaskan tentang metode keperawatan yang ada dalam sebuah
manajemen, terdiri dari penerapan Model Asuhan Keperawatan
Profesional meliputi ronde keperawatan, pendokumentasian, discharge
planning, sentralisasi obat, visite, pengelolaan nutrisi dan labolatorium.
a. Ronde Keperawatan
1) Pengertian
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan membahas
asuhan keperawatan pada kasus tertentu yang dilakukan oleh
perawat konsuler, kepala ruangan, kabid yang melibatkan
seluruh anggota tim.

2) Karakteristik
a) Pasien dilibatkan secara langsung
b) Pasien merupakan fokus kegiatan
c) Katim, PP dan konsuler melakukan diskusi
d) Konsuler memfasilitasi kreatifitas
e) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan
Katim, PP meningkatkan kemampuan mengatasi
masalah
3) Tujuan

a) Menumbuhkan cara berpikir kritis

b) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan

yang berasal dari masalah pasien

c) Meningkatkan pola pikir sistematis

d) Meningkatkan validitas data pasien


e) Menilai kemampuan menentukan diagnosa keperawatan

f) Meningkatkan kemampuan justifikasi

g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

h) Meningkatkan kemampuan memodifikasi renpra

4) Peran Katim dan PP


a) Menjelaskan keadaan dan data demografi pasien

b) Menjelaskan masalah keperawatan utama

c) Menjelaskan intervensi yang dilakukan

d) Menjelaskan hasil yang didapat

e) Menentukan tindakan selanjutnya

f) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil

5) Langkah-langkah

a) Persiapan ronde keperawatan (pra ronde)

(1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat yang


mengelola/ merawat.

Penjelasan difokuskan pada diagnosa keperawatan

yang dianggap perlu didiskusikan.

(2) Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut.

(3) Menempatkan hal-hal yang perlu diperhatika

pada proses keperawatan pasien tersebut dan pada

saat ronde.

b) Pelaksanaan Ronde

Seluruh anggota tim dan perawat konsuler menemui

pasien dan melaksaanakan tindakan yang telah ditetapkan

pada saat pra ronde.

Perawat yang paling berperan adalah perawat pelaksana

yang merawat pasien tersebut dan perawat konsulen.

c) Paska ronde
Mendiskusikan hasil temuan pada pasien tersebut dan

menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.

b. Supervisi Dalam Keperawatan

Supervisi merupakan kajian yang paling penting dalam

manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin dan

merupakan satu cara yang tepat untuk mencapai tujuan pelayanan

rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan.

Supervisi mempunyai pengertian yang luas yaitu meliputi

segala bantuan dari pemimpin/penganggung jawab keperawatan

yang bertujuan untuk perkembangan para perawat dan staf lain

dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan ini berupa

dorongan, bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan

keahlian serta kecakapan para perawat. Maka supervisi dapat

diartikan sebagai suatu proses pemberian sumber-sumber yang

dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka

pencapaian tujuan.

Fungsi supervisi/pengawasan dalam keperawatan bukan

hanya sekedar kontrol, melihat apakah segala kegiatan sudah

dilaksanakan sesuai rencana atau program yang telah digariskan,

tetapi lebih dari itu kegiatan supervisi ini mencakup penentuan

kondisi-kondisi atau syarat-syarat personal maupun material yang

diperlukan untuk tercapainya tujuan asuhan keperawatan secara

efektif dan efisien.


Supervisi adalah salah satu fungsi pokok yang harus

dilaksanakan oleh manajer dari yang terendah, menengah dan

meliputi kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang

dan wakil direktur keperawatan.

1) Kepala Ruangan

Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan

keperawatan untuk pasien, mengawasi perawat pelaksana

dalam melakukan praktek keperawatan. Kepala ruangan

merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya

tujuan pelayanan kesehatan rumah sakit.

2) Pengawas Perawatan

Pengawas bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan

keperawatan pada areanya yaitu beberapa kepala ruangan

yang berada pada UPF.

3) Kepala Seksi

Beberapa UPF digabung dibawah satu pengawasan

kepala seksi. Kepala seksi mengawasi pengawas UPF dalam

melaksanakan tugas secara langsung dan semua perawat

secara tidak langsung.

4) Kepala Bidang Keperawatan

Kabid bertanggung jawab untuk supervisi kepala seksi

secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung.


c. Operan / Timbang Terima

1) Pengertian

Operan merupakan teknik atau cara menyampaikan dan

menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

pasien.

2) Tujuan
a) Menyampaikan kondisi atau keadaan umum pasien

b) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti

oleh dinas berikutnya

c) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

d) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara


paripurna

e) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

f) Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang

bertanggung jawab antar anggota tim perawat

g) Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan

3) Manfaat

a) Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak

lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya.

b) Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang

dilaporkan dengan keadaan pasien yang sebenarnya.

c) Pasien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung

bila ada yang belum terungkap.


4) Metode Pelaporan

a) Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien

melaporkan langsung kepada perawat penanggung jawab

berikutnya. Cara ini memberikan kesempatan diskusi

yang maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan rencana

keperawatan.

b) Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di

ruang perawat kemudian dilanjutkan dengan berkeliling

mengunjungi pasien satu persatu.

5) Prosedur Pelaksanaan

a) Kedua kelompok dinas sudah siap.

b) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji

secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan segenap

tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang

penting lainnya selama masa perawatan (tanggung

jawab).

c) Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang

matang sebaiknya dicatat khusus untuk kemudian

diserahterimakan kepada petugas berikutnya.

d) Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima:

(1) Identitas pasien dan diagnosa medis.

(2) Masalah Keperawatan yang masih muncul.

(3) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara


umum).
e) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.

f) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan

dalam kegiatan operatif, pemeriksaan

laboratorium/pemeriksaan penunjang lain, persiapan

untuk konsultasi atau prosedur yang tidak rutin

dijalankan.

g) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu dilaporkan.

h) Perawat yang melakukan timbang terima dapat

melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan

validasi terhadap hal-hal yang telah ditimbang terimakan

atau berhak terhadap keterangan-keterangan yang kurang

jelas.

i) Sedapat-dapatnya, mengupayakan penyampaian yang

jelas, singkat dan padat.

j) Lama timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit,

kecuali dalam kondisi khusus dan memerlukan

keterangan yang rumit.

6) Hal-hal yang perlu Diperhatikan

a) Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang


disepakati.

b) Dipimpin oleh penanggung jawab pasien/perawat primer.

c) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.

d) Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari penanggung


jawab.
e) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,

sistematik dan menggambarkan kondisi pasien pada saat

ini serta kerahasiaan pasien.

f) Timbang terima harus berorientasi pada masalah

keperawatan yang ada pada pasien, dengan kata lain

informasi yang diberikan berawal dari masalahnya

terlebih dahulu (setelah diketahui melalui pengkajian),

baru kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan

dan belum dilakukan serta perkembangan setelah

dilakukan tindakan.

g) Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan

volume suara yang pelan dan tegas (tidak berbisik) agar

pasien disebelahnya tidak mendengarkan apa yang

dibicarakan untuk menjaga privasi pasien, terutama

mengenai hal-hal yang perlu dirahasiakan sebaiknya tidak

dibicarakan secara langsung di dekat pasien.

h) Bila ada informasi yang mungkin membuat pasien

terkejut sebaiknya jangan dibicarakan didekat pasien

tetapi diruang perawat.

d. Discharge planning/ Rencana Pulang

1) Pengertian

Proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu

unit pelayanan kepada unit yang laindi dalam atau di luar


suatu agen pelayanan kesehatan umum. Discharge planning

sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan

kesehatan, dimana rentang waktu pasien untuk menginap

semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif

seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk

mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan

pasien dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier,

2004).

2) Tujuan discharge planning

Tujuan utama adalah membantu pasien dan keluarga

untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Discharge

planning yang efektif juga menjamin perawatan yang

berkelanjutan di saat keadaan yang penuh dengan stress.

3) Manfaat discharge planning

a) Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan kembali di

rumah sakit, dan kunjungan ke ruangan kedaruratan yang

tidak perlu kecuali untuk beberapa diagnosa.

b) Membantu pasien untuk memahami kebutuhan setelah

perawatan dan biaya pengobatan.

c) Bahan pendokumentasian keperawatan.

4) Prinsip discharge planning

Berikut ini adalah beberapa prinsip discharge planning, yaitu:


a) Discharge planning harus merupakan proses
multidisiplin, dimana sumber-sumber untuk

mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan

kesehatan ditempatkan pada satu tempat.

b) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara

konsisten dengan kualitas tinggi pada semua pasien

c) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.

d) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang

aman dan adekuat.

e) Kelanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan

hal yang terutama.

f) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus

diinformasikan antara tim kesehatan dengan pasien/care

giver , dan kemampuan terakhir disediakan dalam bentuk

tertulis tentang perawatan berkelanjutan.

g) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus

dipertimbangkan ketika menyusun discharge planning.

5) Tahap-tahap discharge planning

a) Pengkajian

Pengkajian mencakup pengumpulan dan

pengorganisasian data tentang pasien. Ketika melakukan

pengkajian kepada pasien, keluarga merupakan bagian

dari unit perawatan. Pasien dan keluarga harus aktif

dilibatkan dalam proses discharge planning agar transisi


dari rumah sakit ke rumah dapat efektif. Elemen penting

dari pengkajian discharge planning adalah :

(1) Data Kesehatan

(2) Data pribadi

(3) Pemberi perawatan

(4) Lingkungan

(5) Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung

b) Diagnosa

Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian

discharge planning, dikembangkan untuk mengetahui

kebutuhan pasien dan keluarga. Keluarga sebagai unit

perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga

yang membutuhkan perawatan.

c) Perencanaaan: Hasil yang diharapkan

Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan

identifikasi kebutuhan spesifik pasien. Kelompok perawat

berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik

untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan

METHOD, yaitu:

(1) Medication (obat)

Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus

dilanjutkan setelah pulang.


(2) Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah

sakit sebaiknya aman.

(3) Treatment (pengobatan)

Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat

berlanjut setelah pasien pulang.

(4) Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)

Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu

bagaimana mempertahankan kesehatan. Termasuk

tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan

pearwatan kesehatan tambahan.

(5) Outpatient referral

Pasien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah

sakit atau agen komunitas lain yang dapat

meningkatan perawatan.

(6) Diet

Pasien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada


dietnya.

d) Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana

pengajaran. Seluruh pengajaran yang diberikan harus

didokumentasikan pada catatan perawat dan ringkasan

pulang (Discharge summary). Instruksi tertulis diberikan


kepada pasien.

e) Evaluasi

Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting

dalam membuat kerja proses discharge planning.

Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat

untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai.

6) Isi discharge planning

Discharge Planning Association (2008) mengatakan

bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form

perencanaan pemulangan antara lain:

a) Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan

yang sangat dibutuhkan, dan pengobatan yang harus

dihentikan.

b) Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi,

dan efek samping yangumum terjadi.

c) Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan,

dan pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk

memperoleh atau bilamana waktu akan diadakannya.

d) Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang

perubahan aktivitas, latihan, diet makanan yang

dianjurkan dan pembatasannya.


e) Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan

kolostomi, ketentuan insulin, dan lain-lain).

f) Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan

selanjutnya yang akan dihadapi setelah dipulangkan.

Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap

janji untuk kontrol .

g) Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan

nomor telepon yang bisa dihubungi untuk melakukan

peninjauan ulang petunjuk pemulangan.

h) Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal

pelayanan di rumah, perawat yang menjenguk, penolong,

pembantu jalan, oksigen, dan lain- lain) beserta dengan

nama dan nomor telepon setiap institusi yang

bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.

e. Sentralisasi Obat

1) Definisi

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh

obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan

sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat

sepenuhnya dilakukan oleh perawat.

Kontroling atau pengawasan terhadap penggunaan dan

konsumsi obat merupakan salah satu peran perawat sehingga

perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis sehingga


penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat

sehingga resiko kerugian secara materil maupun non materil

dapat dieliminir. Upaya sistematik meliputi uraian terinci

tentang pengelolaan obat secara tepat oleh perawat diperlukan

sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam

menyelenggarakan kegiatan keperawatan.

2) Tujuan Sentralisasi Obat

Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan obat

secara bijaksana dan menghindari pemborosan, sehingga

kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat terpenuhi.

Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling

sering mengapa obat perlu disentralisasikan:

a) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien


b) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal

obat standar yang lebih murah dengan mutu yang

terjamin memiliki efektifitas dan keamanan yang sama.

c) Menggunakan dosis yang lebih besar dari pada yang


diperlukan

d) Memberikan obat kepada pasien yang tidak

mempercayainya, dan yang akan membuang atau lupa

untuk minum

e) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga

banyak yang tersisa sesudah batas kadaluarsa

f) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat


menjadi tidak efektif

g) Meletakkan obat ditempat yang lembab, terkena cahaya


atau panas

h) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu

banyak pada suatu waktu sehingga dipakai berlebihan

atau dicuri.

3) Tekhnik Sentralisasi Obat

a) Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan


oleh perawat.

b) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala

ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan

kepada staf yang ditunjuk

c) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta menggontrol

penggunaan obat

4) Penerimaan obat

a) Obat yang telah diresepkan ditunjukkan kepada perawat

dan obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan

kepada perawat dengan menerima lembar obat.

b) Perawat menuliskan nama pasien, register jenis obat,

jumlah dan sediaan (bila perlu) dalam kartu kontrol, dan

diketahui (ditanda tangani) oleh keluarga atau pasien

dalam buku masuk obat. Keluar pasien selanjutnya

mendapatkan penjelasan kapan atau bila obat tersebut

akan habis, serta penjelasan tentang 5 T (Jenis, dosis,


waktu pasien dan cara pemberian).

c) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan

obat yang harus diminum beserta kartu sediaan obat

d) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh

perawat dalam kontak obat.

5) Pembagian Obat

a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku

daftar pemberian obat.

b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan

oleh perawat dengan memperhatikan alur yang tercantum

dalam buku daftar pemberian obat dengan terlebih dahulu

dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan dokter dan

kartu obat yang ada pada pasien

c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam

obat, kegunaan obat, jumlah obat dan efek samping.

Usahakan tempat atau wadah obat kembali ke perawat

setelah obat dikonsumsi. Pantau efek samping pada

pasien.

d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi

oleh kepala ruang atau petugas yang ditunjuk kepada

dokter penanggung jawab pasien.

6) Penambahan Obat Baru

a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis,


dosis atau perubahan alur pemberian obat, maka

informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat

dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sediaan

obat.

b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu


saja)

7) Obat Khusus

a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki

harga, yang cukup mahal, menggunakan alur pemberian

yang cukup, besar atau hanya diberikan dalam waktu

tertentu/sewaktu saja.

b) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu

khusus obat dilaksanakan oleh perawat ketua tim

c) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga,

nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek

samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat

sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga

setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari keluarga

saat pemberian obat. Seorang manajer keperawatan

kesehatan dapat mendidik staf mengenai obat dengan

cara-cara berikut ini :

(1) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering

dipakai, jelaskan penggunaa dan efek samping,


kemudian berikan salinan kepada semua staf.

(2) Tuliskan dosis yang tepat obat-obat yang sering

digunakan dan gantungkan di dinding.

(3) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab

pemborosan obat.

(4) Beritahu kepada semua staf mengenai satu jenis obat

setiap minggu pada waktu pertemuan staf.

8) Menyimpan Persediaan Obat

a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat,

jumlah obat dan menulis etiket dan alamat pasien.

b) Penyimpanan stok (persediaan) yang teratur dengan baik

merupakan bagian penting dari manejemen obat. Obat

yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan atau

dalam kartu persediaan.

c) Sistem kartu persediaan. Sebuah kartu pesediaan (kartu

stok) kadang- kadang digunakan untuk menggantikan

buku besar persediaan.

d) Lemari obat

9) Prinsip 6 B

a) Benar pasien

b) Benar obat

c) Benar dosis

d) Benar cara
e) Benar waktu
f) Benar dokumentasi

f. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

1) Pengertian

Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu catatan

yang memuat seluruh informasi yang dibutuhkan untuk

menentukan diagnosis keperawatan, menyusun rencana

keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan

keperawatan, yang disusun secara sistimatis, valid dan dapat

dipertanggung jawabkan secara moral dan hukum, disamping

itu dokumentasi asuhan keperawatan juga merupakan bukti

pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam

melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk

kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam

memberikan pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat

dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat.

Dokumentasi juga merupakan salah satu aspek terpenting

dari peran pemberi perawatan kesehatan. Disamping memiliki

beberapa tujuan dalam jaringan yang runut antara pasien,

fasilitas pelayanan, pemberi perawatan, dan pembayar,

dokumentasi juga merupakan bukti bahwa tanggung jawab

hukum dan etik perawat terhadap pasien sudah dipenuhi, dan

pasien menerima asuhan keperawatan yang bermutu.

Responsibilitas dan akuntabilitas profesional merupakan salah


satu alasan penting pembuatan dokumentasi yang akurat.

Dokumentasi adalah bagian dari keseluruhan tanggung jawab

perawat untuk perawatan pasien.

2) Tujuan dan Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan

a) Komunikasi: alat komunikasi antar tim agar

kesinambungan pelayanan kesehatan yang diberikan

dapat tercapai, dan tidak tidak terjadi tumpang tindih

dalam memberikan pelayanan dan pemulangan.

b) Pendidikan: informasi tentang gejala-gejala penyakit,

diagnostik, tindakan keperawatan, respons pasien, dan

evaluasi tindakan keperawatan, sehingga dapat menjadi

media belajar bagi anggota tim keperawatan,

siswa/mahasiswa keperawatan, dan tim kesehatan

lainnya.

c) Pengalokasian dana berharga untuk dapat merencanakan

tindakan yang tepat sesuai dengan dana yang tersedia

d) Evaluasi: merupakan dasar untuk melakukan evaluasi

terhadap hasil implementasi asuhan keperawatan,

menjamin kelanjutan asuhan perawatan bagi pasien, dan

menilai prestasi kerja staf keperawatan

e) Jaminan mutu: memberi jaminan pada masyarakat akan

mutu pelayanan keperawatan yang diberikan

f) Dokumentasi yang sah: merupakan bukti nyata yang


dapat digunakan bila didapat penyimpangan atau apabila

diperlukan di pengadilan

g) Penelitian: catatan pasien merupakan sumber data yang

berharga yang dapat digunakan untuk penelitian

3) Komponen Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

a) Pengkajian

Pengkajian adalah adalah pemikiran dasar dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan

informasi atau data tentang pasien. Pengkajian dilakukan

guna mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,

kebutuhan kesehatan, dan keperawatan

b) Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan dari

masalah pasien baik yang nyata maupun yang potensial

berdasarkan data yang telah diperoleh, yang

pemecahannya dapat dilakukan dalam batas kewenangan

perawat untuk melakukannya.

c) Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan adalah menyusun rencana

tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat guna

menanggulangi masalah pasiensesuai dengan diagnosis

keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan

terpenuhinya kesehatan pasien. Komponen rencana


keperawatan terdiri dari tujuan, kriteria hasil, dan rencana

tindakan keperawatan.

d) Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah

pelaksanaan tindakan yang telah ditentukan, denngan

maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah implementasi

keperawatan terhadap pasien secara urut sesuai prioritas

masalah yang sudah dibuat dalam rencana tindakan

asuhan keperawatan, termasuk di dalamnya nomor urut

dan waktu ditegakkannya suatu pelaksanaan asuhan

keperawatan.

e) Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan

serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi

menilai respon pasien yang meliputi subyek, obyek,

pengkajian kembali (assessment), rencana tindakan

(planning).

f) Tanda Tangan Dan Nama Terang Perawat

Tanda tangan dan nama terang perawat harus

tercantum dalam kolom yang tersedia pada formulir

asuhan keperawatan secara jelas sebagai bukti legal dan

tanggung jawab atas pelaksanaan asuhan keperawatan

yang diberikan kepada pasien.


g) Catatan Keperawatan

Catatan keperawatan diisi secara lengkap dan jelas

setiap memberikan asuhan keperawatan maupun

tindakan-tindakan yang diinstruksikan oleh dokter.

h) Resume Keperawatan

Resume keperawatan diisi setelah setelah pasien

dinyatakan boleh pulang atau meninggal dunia maupun

pada pasien yang pulang atas permintaan sendiri, yang

berisi rangkaian secara singkat dan jelas atas asuhan yang

keperawatan yang telah diberikan.

i) Catatan Pasien Pulang Atau Meninggal Dunia

Catatan yang diisi dengan sesuai dengan keadaan

pasien saat itu. Jika pasien diijinkan pulang untuk rawat

jalan, maka harus diisi secara rinci yang meliputi keadaan

pasien pada saat akan pulang termasuk masalah

perawatannya, misal jika ada luka bagaiman merawatnya,

diet yang dianjurkan, aktivitas, kapan waktu kontrol, dan

pesan-pesan lain yang diperlukan untuk pasien.

4. Money (M4)
Sumber keuangan dan pengelolaannya/pengeluarannya harus jelas,

dalam arti harus transparan. Untuk pengeluaran ada perencanaan

pengeluaran seperti untuk pengembangan program, insentif perawat,

rincian harga pelayanan jasa pengobatan dan lain- lain.

5. Mutu (M5)
Marketing/Mutu diartikan sebagai pemasaran, sebagai indikator

bagi pemanfaatan rumah sakit dan peningkatan mutu pelayanan bagi

para konsumen, indikator dari tingginya nilai jual rumah sakit dapat

dilihat dari peningkatan konsumen dalam pemanfaatan pelayanan

rumah sakit, indikator tersebut sebagai berikut:

a. Bed Occupancy Rate (BOR)


Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Menurut
Nursalam (2002), untuk menghitung BOR adalah:

Jumlah TT terpakai
X 100 %
Jumlah TT tersedia

b. Average Length of Stay (ALOS)

Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini

dapat menggambarkan tingkat efisiensi managemen pasien di

sebuah rumah sakit, untuk mengukur mutu pelayanan apabila

diagnosis penyakit tertentu dijadikan tracernya (sesuatu yang perlu

diamati lebih lanjut).

Rumus:

Jumlah hari perawatan pasien dalam 1 tahun X 100


Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)

c. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan


Pada tahap pertama ditetapkan indikator klinik mutu pelayanan

keperawatan klinik sebagai berikut:

1) Keselamatan pasien (patient safety)

Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan

pemberian obat dan cidera akibat restrain

2) Keterbatasan Perawatan Diri

Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan

dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah

lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan

kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa

tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll.

Keterbatasan perawatan diri merupakan terpenuhinya

kebutuhan perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan

diri untuk makan, mandi, berpakaian, dan tolleting (eliminasi).

Keterbatasan keperawatan diri dibagi menjadi keterbatasan

sebagian dan total, sehingga menyebabkan tingkat

ketergantungan sebagian dan total pada asuhan keperawatan.

3) Kepuasan pasien

Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan

keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/

keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan.

4) Kecemasan

Cemas adalah perasaan was-was, khawatir atau tidak


nyaman seakan- akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai

ancaman. Cemas yang masih ada setelah intervensi

menurunkan kecemasan , yang diukur menjadi indikator

klinik.

5) Kenyamanan

Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri
terkontrol.

6) Pengetahuan

Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai

sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi

kebutuhan pasien untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari

satu tempat perawatan ketempat lainnya. Dalam perencanaan

pemulangan, pasien dapat dipindahkan kerumah nya sendiri

atau keluarga, fasilitas rehabilitas, nursing home, hospice,

home care atau tempat-tempat lain diluar rumas sakit.

f. Patient Safety/ Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

Berdasarkan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang

dikeluarkan oleh Standar Akeditas Rumah Sakit Edisi 1

(Kemenkes, 2011) dan JCI Acredition, maka sasaran tersebut

meliputi 6 elemen berikut:

1) Sasaran I: Ketepatan Identifikasi Pasien

a) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,

tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi


pasien.

b) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau


produk darah.
c) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan

spesimen lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga).

d) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian

pengobatan dan tindakan/prosedur.

e) Kebijakan dan prosedur mendukung praktik identifikasi

yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

2) Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif

a) Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil

pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima

pemerintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

b) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan

secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah

atau hasil pemeriksaan tersebut.

c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh

individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan

tersebut.

d) Kebijakan dan prosedur menukung praktik yang

konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi

dari komunikasi lisan melalui telepon.

3) Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai (high-alert medications).


a) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk

mengatur identifikaasi, lokasi, pemberian label, dan

penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai.

b) Kebijakan dan prosedur diimplementasikan.

c) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan

pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan

diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di

area tersebut, bila diperankan kebijakan.

d) Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan

pasien diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara

yang membatasi akses (restrict access).

4) Sasaran IV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien


operasi.

a) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang segera

dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan

pasien dalam proses penandaan/pemberian tanda.

b) Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain

untuk melakukan verifikasi pra operasi tepat-lokasi, tepat-

prosedur, dan tepat- pasien dan semua dokumen serta

peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan

fungsional.

c) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan

mencatat/mendokumentasikan prosedur sign in (sebelum

induksi); “sebelum insisi/time-out” tepat sebelum


dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan dan

sign out (sebelum meninggalkan kamar operasi).

d) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung

keseragaman proses guna memastikan tepat lokasi, tepat

prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan

tindakan pengobatan gigi/dental yang dilaksanakan di

luar kamar operasi.

5) Sasaran V: pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan


kesehatan.

a) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman

hand hygiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan

sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO

Patient Safety).

b) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang


efektif.

c) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk

mendukung pengurangan secara berkelanjutan risiko

infeksi terkait pelayanan kesehatan.

6) Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh

a) Rumah sakit menerapkan proses assesment awal risiko

pasien jatuh dan melakukan pengkajian ulang terhadap

pasien pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi

atau pengobatan.
b) Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko

jatuh bagi mereka yang pada hasil assesment dianggap

berisiko.

c) Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang

keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh maupun

dampak yang berkaitan secara tidak sengaja.

d) Kebijakan dan/atau prosedur mendukung pengurangan

berkelanjutan dari risiko cedera pasien akibat jatuh di

rumah sakit.

C. Five Moments Hand Hygiene

1. Pengertian

Hand hygiene merupakan istilah umum yang biasa digunakan

untuk menyatakan kegiatan yang terkait membersihkan tangan (World

Health Organization, 2009). Salah satu cara terpenting dalam rangka

pengontrolan infeksi agar dapat mencegah infeksi nosokomial yaitu

dengan cara melaksanakan hand hygiene, baik melakukan cuci tangan

ataupun handrubbing (Mani, Shubangi, & Saini, 2010). Cuci tangan

merupakan sebuah hal yang mudah dan efektif dalam melindungi

pasien dari infeksi (Williams, S.M.Wilkinson, McShane, & Lewis,

2010).

2. Tujuan Five Moments Hand Hygiene


Membersihkan tangan merupakan pilar dan indikator mutu dalam

mencegah dan mengendalikan infeksi, sehingga wajib dilakukan oleh

setiap petugas rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena transmisi

mikroba patogen. Secara umum sumber HAIs dikelompokkan

berdasarkan

a. Faktor lingkungan yang meliputi udara, air, dan bangunan

b. Faktor pasien yang meliputi umur, keparahan penyakit dan status

kekebalan

c. Faktor atrogenik yang meliputi tindakan operasi, tindakan invasif,

peralatan dan penggunaan antibiotik

Faktor predisposisi terjadinya HAIs termasuk faktor keperawatan

seperti lamanya dirawat, menurunnya standar pelayanan perawat serta

padatnya penderita dalam satu ruang, faktor mikroba patogen seperti

tingkat kemampuan merusak jaringan, lamanya pemaparan antara

sumber penularan dengan penderita. Perpindahan kuman patogen

secara umum terjadi pada tangan petugas kesehatan yang

terkontaminasi (Mani et al., 2010). Dalam “WHO Guideline on Hand

hygiene in Health Care” yang diterbitkan pada tahun 2009 diketahui

bahwa terdapat bakteri yang mendiamin tangan manusia, yaitu :

a. Resident flora merupakan mikroorganisme yang bertempat tinggal

di kulit yaitu pada lapisan luar startum corneum dan pada

permukaan kulit. Resident flora tidak terlalu dikaitkan dengan


kejadian infeksi nosokomial. Contoh : Staphylococcus Epididimis,

Staphylococcus Hominis, beberapa jenis bakteri dan fungi.

b. Transient flora merupakan mikroorganisme pada lapisan kulit yang

dapat dihilangkan dengan pelaksanaan hand hygiene secara rutin.

Transient flora 12 dapat bertahan dan memperbanyak diri secara

sporadis pada permukaan kulit walau jenis mikroorganisme ini

tidak memperbanyak diri pada kulit. Jenis mikroorganisme yang

termasuk transient flora ini didapatkan petugas kesehatan dari

kontak langsung dengan pasien. Selain kontak langsung dengan

pasien, transient flora juga bisa mengontaminasi tangan petugas

kesehatan saat kontak langsung dengan lingkungan pasien yang

terkontaminasi. Contoh : Sthapyloccocus aureus, Basilus Gram-

negatif, atau ragi.

Mencuci tangan secara cermat merupakan metode paling efektif

untuk mencegah perpindahan bakteri ini pada pasien. Pada jurnal yang

sama juga dikatakan bahwa mencuci tangan sebelum dan sesudah

kontak dengan pasien dengan sabun biasa cukup menghilangkan

bakteri transient. Kuman patogen dapat berpindah dari satu pasien ke

pasien lain dengan media tangan petugas kesehatan (World Health

Organization, 2009). Pada jurnal tersebut dituliskan bahwa

perpindahan kuman patogen melalui lima tahapan yaitu :

a. Pada kulit pasien terdapat organisme. Tidak hanya pada kulit,

organisme juga dapat ditemukan lingkungan sekitar pasien.


b. Organisme pada kulit pasien atau lingkungan sekitar pasien

tersebut berpindah melelalui tangan petugas kesehatan.

c. Organisme yang berpindah tersebut, bertahan paada tangan petugas

kesehatan.

d. Tangan petugas kesehatan tetap terkontaminasi akibat pelaksanaan

pembersihan tangan yang tidak sempurna

3. Prosedur Five Moments Hand Hygiene

WHO menetapkan lima waktu untuk pelaksanaan hand hygiene

(World Health Organization, 2009b) yaitu five moments hand hygiene

a. Sebelum menyentuh pasien

b. Sebelum melakukan tindakan aseptik

c. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien

d. Setelah kontak dengan pasien

e. Setelah menyentuh benda-benda dilingkungan sekitar pasien


WHO (World Health Organization, 2009) telah membuat prosedur

pelaksanaan hand hygiene, baik itu cuci tangan ataupun hand rubbing.

Berikut terdapat langkah-langkah pelaksanaan cuci tangan dan hand

rubbing
4. Manfaat dan kekurangan five moments hand hygiene

A. Manfaat five moments hand hygiene

Menurut Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia

(PERDALIN, 2009) tujuan dilakukannya kebersihan tangan yaitu

untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan

mengurangi jumlah mikroorganisme. Cuci tangan sangat berperan

penting dalam pencegahan infeksi nosokomial, namun tidak hanya

fokus pada kegiatan cuci tangannya saja, tetapi juga perlu

memperhatikan tingkat kepatuhan akan pelaksanaan cuci tangan itu

sendiri

B. Kekurangan five moments hand hygiene


Banyak dampak yang ditimbulkan dari infeksi nosokomial.

Dampak infeksi tersebut yaitu, peningkatan morbiditas dan

mortalitas, disabilitas jangka panjang, bertambahnya beban petugas

kesehatan rumah sakit, resistensi antimikroba, jangka waktu rawat

inap semakin lama dan biaya perawatan rumah sakit bertambah.

Diperkirakan 5 juta kejadian infeksi nosokomial terjadi di Eropa

per tahunnya dengan 25 juta hari lebih panjang lama rawat inap

dan menghabiskan dana 13-24 juta miliar Euro. 9 Dampak infeksi

nosokomial lebih berat pada populasi risiko tinggi yaitu pasien

yang dirawat di ICU dan neonatus, khususnya infeksi berkaitan

dengan penggunaan alat medis.

Penularannya infeksi nosokomial dapat berasal dari petugas

rumah sakit, makanan dan minuman terkontaminasi, serta peralatan

medis yang terkontaminasi. Petugas kesehatan memegang peran

yang cukup besar dalam penularan infeksi ini, terutama melalui

kontak langsung. Media penularan kuman infeksi tersebut terutama

ialah tangan petugas medis yang terkontaminasi. Casewell dan

Philips mengatakan terdapat kontaminasi 10-1000 koloni

Klebsiellsa spp. pada tangan perawat ketika melakukan “clean”

activity seperti mengangkat pasien, mengukur tekanan darah, nadi

dan suhu pasien, atau menyentuh tangan maupun lingkungan

pasien. Kontaminasi tersebut dapat bertambah seiring berjalannya

waktu dan suatu saat dapat menjadi bakeri patogen. Mengingat


risiko terjadinya masalah tersebut, perlu adanya tindakan

pencegahan untuk infeksi nosokomial agar kejadiannya tidak

bertambah.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Analisa Situasi Ruangan

1. Gambaran Umum RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanujoso Djatiwibowo yang

terletak di Jalan MT. Haryono No. 658 Balikpapan, Kalimantan Timur

76125 Telp. (0542) 873901, Fax. (0542) 873836.

a. Motto, Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan

Adapun Motto, Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan adalah:


1) Motto : Ramah dan Profesional

2) Visi : Menjadi Rumah Sakit Rujukan Regional Kalimantan Timur

yang Berdaulat 2023

3) Misi :

a) Menyediakan pelayanan sesuai standar nasional akreditasi

Rumah Sakit dengan unggulan pelayanan Kanker Terpadu.

b) Meningkatkan kinerja keuangan yang akuntable dan

transparan.

c) Mewujudkan Rumah Sakit yang ramah lingkungan.

4) Falsafah Ruang Flamboyan B Rumah Sakit Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan “Perilaku Caring mendengarkan penuh

perhatian, kejujuran, kesabaran, tanggung jawab, menyediakan

informasi sehingga pasien dapat membuat suatu keputusan”

2. Gambaran Umum Ruang Flamboyan E RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan

a) Lokasi dan Denah Ruangan

Ruang Flamboyan E terletak di lantai 2 Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan bersampingan antara

flamboyan A dan C. Ruang Flamboyan E merupakan ruang

perawatan kelas III untuk penyakit umum (campur). Dimana unit

ruang Flamboyan E memiliki 10 kamar masing-masing kamar terdiri

dari 4 bed. Ada 2 kamar digunakan untuk ruang isolasi yang terdiri 2

bed perkamar.
Ruang Flamboyan E merupakan salah satu ruang perawatan

rawat inap campur yaitu pasien anak, laki-laki dewasa, dan Wanita

dewasa.

b) Metode pengakjian

Metode yang digunakan didalam stase manajemen ini meliputi :

1. Observasi dilakukan untuk memperoleh data kondisi fisik

ruangan, proses pelayanan, keadaan inventaris ruangan dan

asuhan keperawatan yang langsung dilakukan ke pasien.

2. Wawancara dilakukan kepada kepala ruangan untuk

mengumpulkan data tentang fungsi manajemen keperawatan di

ruang Flamboyan E.

3. Kuesioner digunakan untuk mengetahui fungsi manajemen

ruangan, pelaksanaan metode tim keperawatan dan kepuasan

pasien

3. Gambaran Pengumpulan Data Ruang Flamboyan E

a) Struktur Organisasi
b) Jumlah Tenaga

Tenaga keperawatan di ruang Flamboyan B Rumah Sakit Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan terdiri dari 20 tenaga perawat.

Rincian tenaga yang tersedia sebagai berikut:

Tabel 3.1 Distribusi Tenaga Perawat

Tingkat Pendidikan Jumlah Perawat Presentase


D3 Keperawatan 13 Perawat 65%
S1 Keperawatan 7 Perawat 35%

c) Lama Kerja

Tabel 3.2 Distribusi Lama Kerja Perawat

No Lama Kerja Jumlah Perawat Presentase

1. <5 7 35%
2. 5-10 8 40%
3. >10 5 25%
Sumber : Data Primer Ruang Flamboyan E 2022

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa lama bekerja di ruang

Flamboyan E paling banyak adalah 5-10 tahun.

d) Status Kepegawaian

Status kepegawaian perawat diruang Flamboyan E terbagi menjadi

PNS & TKTW antara lain.

Tabel 3.3 Distribusi Status Kepegawaian

Status Kepegawaian Jumlah Presentase


PNS 6 30%
TKWT 14 70%

e) Jumlah Pasien Diruangan

Jumlah kamar diruang flamboyant E yaitu 10 kamar dengan

kapasitas maksimum pasien yaitu 32 orang.

f) Jumlah Kebutuhan Perawat

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah suatu proses

membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak dan

dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada suatu ruangan tiap

shiftnya.

Keperawatan dasar adalah jumlah minimal dari tenaga keperawatan

setiap unit/bangsal, sesuai dengan kebijakan rumah sakit yang

menentukan :
1) Jumlah hari dalam 1 tahun = 365 hari.

2) Jumlah hari kerja non efektif dalam 1 tahun :

3) Jumlah hari minggu : 52 hari.

4) Jumlah hari libur nasional : 14 hari.

5) Jumlah cuti pertahun : 12 hari.

6) Total hari libur kerja non efektif adalah : 78.

7) Perhitungan jumlah jam kerja pertahun.

 Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun – jumlah hari kerja non

efektif dalam 1 tahun = 365 – 78 = 287 hari.

 Jumlah minggu = 287 : 7 = 41 minggu

 Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun = 41 minggu x 40

jam = 1.640 jam.

Jumlah kebutuhan tenaga perawat menurut Douglas sebagai

berikut:

Tabel Distribusi Frekuensi Jumlah kebutuhan Tenaga Perawat

Di Ruang Flamboyan E RSUD Dr. Kanujoso Djtiwibowo

Balikpapan

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Perawat
Tingkat Jumlah Pagi Siang Malam
Ketergantunga Pasien
n
Minimal 8 8 x 0,17= 8 x 0,14 8 x 0,07 =
1,36 = 1,12 0,56
Partial 21 21x0,27= 21x0,15= 21x0,10=
5,67 3,15 2,1
Total 3 3 x 0,36= 3 x 0,30 3 x 0,20 =
1,08 = 0,9 0,6
Jumlah 16 8,11 5,17 3,36

Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan jumlah

kebutuhan tenaga perawat perharinya yaitu 16 perawat yang

terbagai menjadi shift pagi sebanyak 8 orang, shift siang

sebanyak 5 orang, dan shift makam sebanyak 3 orang.

g) Hari libur/cuti/hari besar (Loss day)

Rumus :

jumlah minggu dalam 1 tahun+cuti+ hari besar


= x jumlah
jumlah hari kerja efektif setahun

perawat yang ada

41+14+ 14
= x 20
287

= 4,80

Factor koreksi 25% (5 x 25% =1,25) orang. Jadi total tenaga

yang dibutuhkan di Ruangan Flamboyan B adalah: Tenaga yang

ada + faktor koreksi = 20+ 1 = 21 orang perawat

h) Data Penyakit Terbesar Di Flamboyan E

Berdasarkan data yang didapatkan melalui wawancara

dengan kepala ruangan Flambayon E didaptkann penyakit

terbanyak yang ada diruangan adalah CKD (Cronic Kidnes

Dieases) on HD.
i) Sarana & Prasarana

1) Denah Ruangan

2) Bed Occupancy Ratio (BOR)

Menurut Nursalam (2015), untuk menghitung BOR

adalah :

jumlah TT terpakai
= x 100%
jumlah TT tersedia

31
= x100%
32

= 96,87%

3) Fasilitas Petugas Kesehatan

 Ruang Nurse Station

 Ruang Kepala Ruangan

 Ruang Petugas

 Loker Perawat

 Toilet
 Mushola

 Makan (pantry)

4) Data Fasilitas Ruangan Flamboyan E

Tabel 3.4 Distribusi Fasilitas Ruangan Flamboyan E

No. Inventaris Jumlah


1. Syring pum 9
2. Infus pum 7
3. Tensimeter 3
4. Oximeter (spo2) 1/1
5. Stetoskop 3/1
6. Thermometer digital 2
7. Nebulizer 2
8. Bed side monitor 2
9. EKG 1
10. Kulkas obat/kulkas biasa 1/1
11. Hp ruangan 1
12. Oksigen transfer 4/2
13. Regulator 3
14. Regulator dinding 12
15. Suction WSD 1
16. Suction dewasa 3
17. Tel. ruangan flam E 1
18. Tel. ruangan 9
19. Meja kayu perawat 6
20. Meja billing 1
21. Computer / printer 6/2
22. Ambu bag 1
23. Troly emergency 1
24. Kursi roda 4
25. Bed pasien 32
26. Kasur 32
27. Kursi kerja roda 5
28. Kursi pasien 32
29. Lemari kayu/kaca 4/4
30. Lemari obat 1
31. Alat pemadam 1
32. Brankar 2
33. AC pasien 9
34. AC ruangan 1
35. TV pasien 9
36. TV ruangan 4
37. Box alat GV 2
38. Kamar mandi/toilet 1
39. Alarm kebakaran 1
40. Pengukur tinggi badan 1
41. Timbangan 1
42. Bak instrument 17
43. Kassa 3
44. Galon 7
45. Cermin 3
46. Gown OK 2
47. Dispenser 3
48. Gelas 10
49. Blender 1
50. Kompor listrik 1
51. Rice cooker 1
52. Centong 1
53. Wajan 1
54. Ulekan 2
55. Penyaring 1
56. Toples 2
57. Pisau 3
58. Sendok 2
59. Sumpit 2
60. Rak piring 1
61. Tanaman 4
62. Sajadah 1
63. Mukenah 3
64. Rak sepatu 1
65. Box 2
66. CCTV 14
67. Telephone 2
68. Atmosfer 13
69. Meja 5
70. Kursi 18
71. Lemari 7
72. Papan tulis 4
73. Kulkas obat 1
74. Printer 2
75. Computer 5
76. Remote AC 2
77. Remote TV 4
78. AC 12
79. Lampu dalam ruangan 36
80. Lampu luar 8
81. Helm safety 4
82. Tiang infus 40
83. APAR 1
84. Troli 1
85. handsanitiser 40
86. Tempat sampah medis 2
87. Tempat sampah non medis 2
88. Box safety 2
89. Selimut 12
90. Sprai 41
91. Perlak 32
92. Sarung bantal 12
5) Administrasi Penunjang

Tabel 3.5 Administrasi Penunjang

No Nama Barang Keterangan


1. Buku timbang terima Ada
2. SOP dan SAK Ada
3. Buku obat dan alat Ada
4. Format pemberian obat Ada
5. Format persetujuan tindakan pasien Ada
6. Format pulang atas permintaan sendiri Ada
7. Format pengiriman laboratorium Ada
8. Format konsul dokter Ada
9. Format cek list operasi Ada
10. Format visite harian Ada
11. Format surat kematian Ada
12. Format keterangan pengambilan jenazah Ada
13. Jadwal dokter jaga Ada
14. Format rehabilitasi medic Ada
15. Format penolakan tindakan ada Ada
16. Format permintaan pemeriksaan radiologi Ada
17. Format permintaan darah untuk transfuse Ada
18. Format grafik vital sign Ada
19. Daftar dinas pegawai keperawatan Ada
20. Papan jadwal operasi Ada
Sumber: Data Primer dari Ruang Flamboyan E

Dari data pengkajian di atas, dengan membandingkan

jumlah pasien yang ada. Alat-alat tersebut telah

dimanfaatkan oleh ruangan secara optimal sesuai dengan

kebutuhan pasien.
4. Sistem Manajemen Ruang Flamboyan B

a. M1 (Manusia / Ketenagaan)

Tabel 3.6 Persentase Kepemimpinan Kepala


Ruangan
Jumlah Presentase
%
Optimal
Tidak Optimal
Total
Sumber : Data Primer Ruang Flamboyan E

Tabel 3.7 Persentase Kepemimpinan Kepala Tim


Jumlah Presentase
%
Optimal
Tidak
Optimal
Total
Sumber : Data Primer Ruang Flamboyan E

Tabel 3.8 Persentase Kepuasaan Kerja


Jumlah Presentase
%
Puas
Tidak
Puas
Total
Sumber : Data Primer Ruang Flamboyan E
Tabel 3.9 Persentase Kinerja Rawat Inap
Jumlah Presentase
%
Optimal
Tidak
Optimal
Total
b. M2 (Material / Sarana dan Prasasrana)

Tabel 3.10 Persentase Sarana Dan


Prasarana
Jumla Presentas
h e%
Optim
al
Tidak
Optim
al
Total

c. M3 (Metode)

1. Model asuhan keperawatan

Penerapan metode asuhan keperawatan

professional di ruangan Flamboyan B

menggunakan metode asuhan keperawatan

professional modular. MAKP Modular

menurut Sumijatun (2008) diantaranya dapat

memfasilitasi pelayanan keperawatan yang

komperensif dan holistic dengan pertanggung

jawaban yang jelas, konflik atau perbedaan

pendapat antar staf dapat ditekan melalui tim

yang juga efektif untuk prmbelajaran,


memungkinkan menyatukan kemampuan

anggota tim yang berbeda-beda dengan efektif

dan aman serta produktif karena adanya

kerjasama dan komunikasi.

Tabel 3.11 Model Asuhan Keperawatan


Jumla Presentase
h %
Optimal
Tidak
Optimal
Total

2) Timbang terima

Tabel 3. 12 Persentase Sarana dan Prasarana


Jumla Presentase
h %
Optimal
Tidak
Optimal
Total

C. Perumusan Masalah

Setelah dilakukan analisis situasi, dengan menggunakan pendekatan

SWOT, maka kelompok dapat merumuskan masalah:


1. Sumber Daya Manusia (M1)

Masalah : tidak ditemukan masalah ketenagaan.

Penyebab :-

2. Materials (M2)

Masalah : tidak ditemukan masalah terkait sarana prasarana.

Penyebab :-

3. Method (M3)

a. Model asuhan keperawatan

Masalah : tidak ditemukan masalah

Penyebab :-

b. Timbang terima

Masalah : tidak ditemukan masalah

Penyebab :-

c. Sentralisasi obat

Masalah : ukuran ruang sentralisasi obat kurang memadai

Penyebab :keterbatasan ruang

d. Ronde keperawatan

Masalah : Tidak ditemukan masalah

Penyebab :-

e. Discharge planning

Masalah : tidak ditemukan masalah

Penyebab : -

f. Model dokumentasi keperawatan


Masalah : tidak terdapat masalah

Penyebab : -

4. Mutu (M5)

a. Sasaran keselamatan pasien

Masalah : perawat kurang optimal dalam menerapkan five

moment cuci tangan.

Penyebab : beban kerja tinggi, tidak sesuai SOP five

moment hand hygiene.

b. Kepuasan pelayanan keperawatan

Masalah : tidak ditemukan masalah.

Penyebab :-

D. Plan of Action (POA)

POA atau perencanaan adalah penyusun rangkaian tindakan secara

berurut yang mengarah kepada pencapaian tujuan (Peter Hall, 1992).

Handoko (1999) menyatakan pada dasarnya kegiatan perencanaan

dilakukan melalui 4 tahapan sebagai berikut:

1. Menetapkan tujuan

2. Merumuskan keadaan saat ini

3. Mengidentifikasi semua kemudahan dan hambatan

4. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk

pencapaian tujuan.
Handoko (1999) juga menyatakan bahwa terdapat tujuan utama

diadakannya kegiatan perencanaan yaitu:

1. Mencapai “protective benefits” yang dihasilkan melalui pengurangan

kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pembuatan keputusan

2. Mencapai “positive benefits” dalam bentuk meningkatnya

kesuksesan pencapain tujuan organisasi

Louis A. Allen mengemukakan, “planning is the determination of the

course of action to achive a desired result.” artinya, perencanaan adalah

penetapan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan

(Riyadi, 2005:2). George R. Terry menyatakan, “Planning is the selecting

and relating of facts and the making and using of assumptions regarding

the future in the visualization and formulation of proposed activities

believed necessary to achive desired result”. Artinya, perencanaan adalah

upaya untuk memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta

menggunakan asumsi-asumsi mengenal masa yang akan datang dengan

jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan

untuk mencapai hasil yang diinginkan (Riyadi, 2005).

Hadari Nawawi dalam bukunya Perencanaan Sumber Daya Manusia,

mendefinisikan perencanaan adalah proses pemilihan dan penetapan

tujuan, strategi, metode, anggaran, dan standar (tolak ukur) keberhasilan

suatu kegiatan (Nawawi, 2003).


1. Struktur organisasi Untuk efektifitas pelaksanaan Model Asuhan

Keperawatan Profesional dalam menentukan kebijakan-kebijakan

internal yang sifatnya umum, kelompok menyusun struktur

organisasi sebagai berikut:

Ketua : Dea Eka Ryanti

Sekretaris : Laras Tri Anjari

Bendahara : Rinda Kurnilawati

Humas : Muhammad Tarmidzi Idris

Dokumentasi : Rumi Tri Hastani

M1: Penanggung Jawab : Erna Astuti & Juwita

M2: Penanggung Jawab : Rumiati & Annisa Oktavia Pradini

M3: Penanggung Jawab : Putri Puji Astuti & Almarida Nur Afiffa

M4: Penanggung Jawab : Via Aprilia

2. Pembagian Peran Adapun dalam pengelolaan ruang rawat maka

diselenggarakan pengorganisasian dalam pembagian peran sebagai

berikut:

a. Kepala Ruangan

b. Ketua Tim

c. Perawat Pelaksana

Pembagian peran ini secara rinci akan dilampirkan, setelah

pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional di ruangan

E. Penyelesaian Masalah

1. Strategi
a. Penerapan five moment hand hygine

1) Penanggung jawab : kelompok 1

2) Tujuan : Setelah dilaksanakan Praktik Manajemen

Keperawatan diharapkan penerapan five moment dalam

dua minggu meningkat

3) Waktu : 14-26 februari 2022

4) Rencana strategi

a) Five moment hand hygine

b) Pendidikan kesehatan cuci tangan yang benar

5) Kriteria evaluasi

a) Struktur

i. Sarana tersedia

ii. Jurnal tersedia

iii. Alat disiapkan

iv. Persiapan buku laporan untuk dokumentasi

b) Proses :

i. Menyiapkan alat

ii. Melakukan five moment hand hygine

iii. Melakukan Pendidikan kesehatan cuci tangan

c) Hasil

i. Perawat mampu menerapkan five moment

hand hygine
ii. Peningkatan kesadaran penerapan five moment

hand hygine

iii. SOP mencuci tangan terlampir

2. Rencana Strategi

Table
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai