Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

WOULD CARE STOMA III


“Penerapan Herbal Dalam Perawatan Luka”

DI SUSUN OLEH:
BASTIAN S. WARIATA
(P1914001)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GRAHA EDUKASI MAKASAR

PROGRAM STUDI-S1 KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, saya diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan

makalah ini yang berjudul “Penerapan Herbal dalam Perawatan Luka”. Meskipun

dalam pembuatannya banyak hambatan yang saya alami, akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

Tentunya ada hal-hal yang menunjang saya untuk membuat makalah ini

dengan tujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang lebih luas

mengenai penerapan herbal dalam perawatan luka. Oleh karena itu saya berharap

makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Saya mohon maaf apabila makalah ini memiliki kekurangan dan saya

menyadari masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Karena itu, saya sangat

mengharapkan akan pemberian saran dan kritik yang membangun.

Makassar, 29 Mey 2022


Penyusun

(Bastian S. Wariata)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................4

B. Tujuan Penulisan............................................................................................5

C. Manfaat Penulisan..........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Penerapan Madu Dalam Perawatan Luka......................................................6

B. Penerapan Aloevera Dalam Perawatan Luka.................................................10

C. Penerapan Garlic Dalam Perawatan Luka......................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................17

B. Saran...............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau

pembedahan (Agustina, 2009: 83). Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi

dua yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka

terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka

terkena trauma.

Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat

luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa

jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat

merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi pembersihan luka,

memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka, memfiksasi balutan,

tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan daerah

drainase, irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban (Bryant, 2007: 23).

Perawatan luka juga bisa dilakukan dengan menggunakan tatanaman herbal,

seperti madu, aloevera (lidah buaya), garlic (bawang putih) dan lain sebagainya. Pada

pembahasan kali ini akan dibahas tentang bagaimana terapi herbal pada luka dengan

menggunakan madu, aloevera (lidah buaya) dan garlic (bawang putih).

4
B. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang:

1. Penerapan madu dalam perawatan luka.

2. Penerapan aloevera (lidah buaya) dalam perawatan luka.

3. Penerapan garlic (bawang putih) dalam perawatan luka.

C. Manfaat Penulisan

Manfaat dalam penulisan makalah ini yaitu agar penulis dan juga pembaca

dapat memahami tentang bagaimana manfaat dari penerapan madu, aloevera (lidah

buaya) dan garlic (bawang putih) dalam perawatan luka.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penerapan Madu Dalam Perawatan Luka

Penggunaan madu sebagai obat telah dikenal sejak puluhan ribu tahun yang

lalu, dan digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit lambung, batuk, dan mata

(Subrahmanyam et al., 2001). Selain itu madu juga dapat digunakan sebagai terapi

topikal untuk luka bakar, infeksi, dan luka ulkus. Sampai saat ini telah banyak hasil

penelitian yang melaporkan bahwa madu efektif untuk perawatan luka baik secara

klinis maupun laboratorium. Ada beberapa hasil penelitian yang melaporkan bahwa

madu sangat efektif digunakan sebagai terapi topikal pada luka, yang menghasilkan

terjadinya peningkatan jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara

signifikan (Suguna et al., 1992;1993; Aljady et al., 2000).

Penggunaan madu sebagai obat telah dikenal sejak puluhan ribu tahun yang

lalu, dan digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit lambung, batuk, dan mata

(Subrahmanyam et al., 2001). Selain itu madu juga dapat digunakan sebagai terapi

topikal untuk luka bakar, infeksi, dan luka ulkus. Sampai saat ini telah banyak hasil

penelitian yang melaporkan bahwa madu efektif untuk perawatan luka baik secara

klinis maupun laboratorium. Ada beberapa hasil penelitian yang melaporkan bahwa

madu sangat efektif digunakan sebagai terapi topikal pada luka, yang menghasilkan

terjadinya peningkatan jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara

signifikan (Suguna et al., 1992;1993; Aljady et al., 2000).

6
1. Sifat zat yang terkandung dalam madu

Kandungan dan sifat madu dapat berbeda tergantung dari sumber madu

(Gheldof et al., 2002; Gheldof and Engeseth, 2002). Pada saat ini salah satu madu

yang cukup dikenal luas dalam perawatan luka adalah Manuka Honey. Madu lebih

efektif digunakan sebagai terapi topikal dikarenakan kandungan nutrisi dan sifat dari

madu. Kandungan yang ada di dalam madu antara lain:

a. Osmolaritas yang tinggi

Madu merupakan larutan yang mengalami supersaturasi dengan kandungan

gula yang tinggi yang mempunyai interaksi kuat dengan molekul air sehingga akan

dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi aroma pada luka.

Salah satunya pada luka infeksi dengan Staphylococcus Aureus. Seperti yang

dilaporkan Cooper et al (1999), hasil studi laboratorium menunjukkan madu memiliki

efek anti bakteri pada beberapa jenis luka infeksi salah satunya akibat bakteri

Staphylococcus Aureus. Hasil penelitian lain melaporkan madu alam dapat

membunuh bakteri Pseudomonas Aeruginosa dan Clostritidium (Efem & Iwara,

1992). Luka dapat mengalami steril terhadap kuman bila menggunakan madu sebagai

dressing untuk terapi topikal. Selain itu pH yang rendah (3,6-3,7) dari madu dapat

mencegah terjadi penetrasi dan kolonisasi dari kuman (Efem, 1998). Kandungan gula

yang tinggi pada madu jika kontak dengan cairan luka khususnya luka kronis, cairan

luka akan akan terlarut, sehingga luka menjadi lembap dan ini baik untuk proses

penyembuhan.

7
b. Hidrogen peroksida

Bila madu dilarutkan dengan cairan (eksudat) pada luka, hidrogen peroksida

akan dihasilkan. Hal ini terjadi akibat adanya reaksi enzim glukosa oksidase yang

terkandung di dalam madu, sehingga memiliki sifat antibakteri tetapi tidak

menyebabkan kerusakan pada jaringan luka dan akan mengurangi bau yang tidak

enak pada luka khususnya luka kronis. Hidrogen peroksida yang dihasilkan dalam

kadar rendah dan tidak panas sehingga tidak membahayakan kondisi luka (Molan,

1992). Selain itu hidrogen peroksida yang dihasilkan tergantung dari jenis dan

sumber madu yang digunakan.

c. Aktivitas limfosit dan fagosit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sel darah lymphosit B and

lymphosit T dapat distimulus oleh madu dengan konsentrasi 0.1% (Abuharfeil et

al.,1999). Adanya aktivitas limfosit dan fagosit ini menunjukkan respon imun tubuh

terhadap infeksi khususnya pada luka. Berdasarkan penelitian Haryanto (2011) bahwa

madu hutan (Apis Dorsata) yang berasal dari Indonesia pada percobaan menggunakan

tikus menunjukkan pada hari ketiga telah terbentuk sel darah baru (angiogenesis) dan

ini efektif untuk perawatan luka. Selain itu Madu ini sama efektifnya dalamakut

maupun kronis. perawatan luka baik dengan madu Manuka yang terkenal berasal dari

New Zewland.

d. Sifat asam dari madu

Madu yang bersifat asam dapat memberikan lingkungan yang asam pada luka

sehingga akan dapat mencegah bakteri melakukan penetrasi dan kolonisasi. Selain itu

dari kandungan air yang terdapat dalam madu akan dapat memberikan kelembapan

8
pada luka, ini sesuai dengan prinsip perawatan luka moderen yaitu "Moisture

Balance". Hasil penelitian Gethin GT et al (2008) melaporkan madu dapat

menurunkan pH dan mengurangi ukuran luka kronis (ulkus vena/arteri dan luka

dekubitus) dalam waktu 2 minggu secara signifikan. Hal ini akan memudahkan

terjadinya proses granulasi dan epitelisasi pada luka. Selain itu hasil penelitian yang

dilakukan Haryanto dalam Wound Journal, 2011 didapatkan bahwa madu Apis

Dorsata ini memiliki ketebalan kolagen yang sama dengan Madu Manuka.

2. Manfaat madu untuk luka

Madu dapat digunakan untuk terapi topikal sebagai dressing pada luka ulkus

kaki, luka dekubitus, ulkus kaki diabet, infeksi akibat trauma dan pasca operasi serta

luka bakar. Madu dapat meningkatkan waktu penyembuhan luka bakar (Evan and

Flavin, 2008; Jull et al.,2008). Hasil studi kasus yang dilakukan bahwa madu dapat

menyembuhkan luka kronis khususnya luka diabetik.

3. Cara menggunakan madu saat perawatan luka

Ada beberapa tips yang dapat digunakan saat merawat luka menggunakan

madu (Molan, 2001):

a. Gunakan jumlah madu sesuai dengan jumlah cairan atau eksudat yang keluar dari

luka.

b. Frekuensi penggantian balutan tergantung pada cepatnya madu terlarut dengan

eksudat luka. Jika tidak ada cairan luka, balutan dapat di ganti 2 kali seminggu

supaya komponen antibakteri yang terkandung di dalam madu dapat terserap ke

dalam jaringan luka.

9
c. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, sebaiknya menggunakan second dressing

yang bersifat absorbent. Jika madu digunakan langsung pada luka, madu akan

meleleh sehingga keluar area luka. Hal ini tidak akan efektif untuk merangsang

proses penyembuhan luka.

d. Gunakan balutan yang bersifat "oklusif" yaitu menutup semua permukaan luka

untuk mencegah madu meleleh keluar dari area luka.

e. Pada cairan luka yang sedang, sebaiknya gunakan transparan film sebagai second

dressing.

f. Pada abses (nanah) dan undermining (luka berkantong) perlu lebih banyak madu

untuk mencapai jaringan didalamnya. Dasar luka harus diisi dengan madu

sebelum ditutup dengan second dressing seperti kasa atau dressing pad lainnya.

g. Untuk memasukan madu pada luka berkantong sebaiknya gunakan kasa atau

dressing pad sehingga kerja kandungan madu lebih efektif.

B. Penerapan Aloevera (lidah buaya) Dalam Perawatan Luka

Lidah Buaya atau yang biasa disebut Aloe vera (Latin: Aloe barbadensis

Milleer) merupakan sejenis tanaman berduri yang berasal dari daerah kering di benua

Afrika. Tamanan Lidah Buaya ini telah dikenal dan digunakan sejak ribuan tahun

yang lalu karena khasiat dan manfaatnya yang luar biasa. Fakta sejarah yang ada

menyebutkan bahwa Bangsa Mesir kuno telah mengetahui manfaat lidah buaya

sebagai tanaman kesehatan sejak tahun 1500 SM.

Manfaat lidah buaya yang begitu luar biasa, bangsa Mesir kuno menyebut

tanaman lidah buaya sebagai tanaman keabadian. Tidak hanya itu, seorang dokter dari

zaman Yunani kuno yang bernama Dioscordes, menyebutkan jika salah satu manfaat

10
lidah buaya yakni memiliki khasiat untuk mengobati berbagai macam jenis penyakit.

Misalnya radang tenggorokan, bisul, rambut rontok, wasir, dan kulit memar, pecah-

pecah serta lecet. Lidah buaya juga merupakan salah satu obat tradisional yang sering

digunakan untuk membantu mengobati berbagai luka, termasuk luka bakar dan luka

lecet. Tanaman ini dapat membantu menyembuhkan luka sebab mampu

meningkatkan produksi keratinosit yang cukup kuat dan menambah rangsangan

migrasi sel kulit.

1. Sifat zat yang terkandung dalam aloevera (lidah buaya)

Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat

seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang

sangat bermanfaat bagi kesehatan.

Selain itu, menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya berkhasiat

sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi sel.

Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol

tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker,

serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker,

penderita HIV/AIDS.

Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin,

sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang

sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3 kinase 

dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen sintase kinase

3beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.

11
Di negara-negara Amerika, Australia, dan Eropa, saat ini lidah buaya juga

telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan.

Aloe vera/lidah buaya mengandung semua jenis vitamin kecuali vitamin D, mineral

yang diperlukan untuk fungsi enzim, saponin yang berfungsi sebagai anti mikroba

dan 20 dari 22 jenis asam amino. Dalam penggunaannya untuk perawatan kulit, Aloe

vera dapat menghilangkan jerawat, melembabkan kulit, detoksifikasi kulit,

penghapusan bekas luka dan tanda, mengurangi peradangan serta perbaikan dan

peremajaan kulit. Dengan beragam manfaat yang terkandung dalam lidah buaya,

pemanfaatannya kurang optimal oleh masyarakat yang hanya memanfaatkannya

sebagai penyubur rambut

2. Manfaat Aloevera (lidah buaya) untuk luka

Penggunaan lidah buaya untuk luka telah dimanfaatkan sejak ribuan tahun

lalu, khususnya untuk luka bakar dan iritasi kulit. Bagian lidah buaya yang digunakan

untuk pengobatan luka adalah gelnya, yaitu cairan kental yang bisa anda temukan saat

mengiris atau memotong tanaman ini. Gel lidah buaya mengandung senyawa aktif

yang berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan, membunuh bakteri,

merangsang pertumbuhan dan perbaikan kulit, serta sebagai agen pelembab.

Gel lidah buaya dapat bermanfaat untuk penyembuhan luka bakar ringan

derajat pertama dan kedua. Penggunaan lidah buaya untuk luka tersiram air panas dan

luka bakar ringan dapat dilakukan dengan mengoleskan gelnya beberapa kali sehari

keareah yang terdampak. Selain itu, penggunaan lidah buaya dengan cara dioles

kekulit juga dapat mencegah munculnya ulkus dan mempercepat proses

12
penyembuhan jenis-jenis luka kulit, seperti luka bakar, infeksi kulit, luka bekas

oprasi, hingga luka kronis.

3. Cara menggunakan aloevera (lidah buaya) saat perawatan luka

Berikut adalah cara menggunakan lidah buaya untuk luka bakar yang bisa

anda praktikkan di rumah.

a. Pilihlah tanaman lidah buaya yang telah berusia tua (beberapa tahun) karena

memiliki konsentrasi senyawa aktif yang lebih tinggi.

b. Ambil 3-4 daun paling tebal dan sehat dibagian luar tanaman sekaligus.

c. Potong dekat dengan bagian batang dan hindari akarnya.

d. Cuci lidah buaya terlebih dahulu, lalu keringkan daunnya.

e. Potong bagian ujung yang berduri dengan pisau, lalu pisahkan gel dibagian

dalam dengan bagian luar daunnya.

f. Potong gel lidah buaya untuk luka menjadi irisan atau kubus untuk digunakan.

g. Anda juga dapat memblender gel lidah buaya lalu disaring untuk mendapatkan

gel lidah buaya yang lebih halus.

Cara di atas dapat membantu mengobati luka bakar ringan. Akan tetapi, jika

anda mengalami luka bakar atau luka terbuka yang cukup parah, sebaiknya segera

periksakan diri anda kerumah sakit terdekat.

C. Penerapan Garlic (bawang putih) Dalam Perawatan Luka

Garlic atau biasa disebut bawang putih telah dibuktikan memiliki kandungan

alliin, yaitu suatu senyawa metobolit organosulfur yang memiliki beberapa aktivitas

biologi yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar secara umum.

Pada penelitian sebelumnya, senyawa ini telah dibuktikan dapat berfungsi sebagai

13
agen anti-agregasi sel platelet dan pemacu proses fibrinolisis; dua hal tersebut dapat

mempengaruhi terjadinya proses hemostasis pada fase inflamasi. Selain itu, alliin dari

masa ke masa telah terbukti juga manfaatnya sebagai antibakteri.10 Pada beberapa

keadaan, kandungan alliin dapat berubah menjadi allisin. Apabila bawang putih

diekstraksi dengan etanol dan air pada suhu 25oC akan terbentuk senyawa allisin.

Pada keadaan utuh, bawang putih tidak mengandung allisin. Namun bila kemudian

bawang putih diiris, akan mulai terbentuk kandungan alliin.

1. Sifat zat yang terkandung dalam garlic (bawang putih)

Dr. Paavo Aerola, seorang peneliti gizi dan pendiri The International

Academy Of Bilogical Medicine, telah berhasil memasukkan dan mengisolasikan

sejumlah komponen aktif dari bawang putih, sebagai berikut.

 Allicin, zat aktif yang mempunyai daya bunuh terhadap bakteri dan daya

antiradang.

 Alliin, suatu asam amino yang antibiotic.

 Gurwitchrays, radiasi mitogenetik yang merangsang pertumbuhan sel tubuh dan

mempunyai daya peremajaan pada semua fungsi tubuh.

 Antihemollytic factor, faktor anti lesu darah atau inti kekurangan sel-sel darah

merah.

 Antiarthritic factor yang dibuktikan dalam penelitian di jepang, terutama di

rumah sakit angkatan darat.

 Sugar Regulating factor, yang bermanfaat bagi pengobatan penunjang terhadap

diabetes dan reactive atau fungctional hypoglycemia.

 Allihiamine, suatu sumber ikatan-ikatan biologic yang aktif serta vitamin B

14
 Selenium, suatu mikro mineral yang merupakan factor yang bekerja sebagai anti

oksidan, yang mengakibatkan pengapuran pembuluh darah, membuat sel-sel

tubuh yang normal menjadi lemah dan berubah menjadi sel-sel kanker dan

membuat orang menjadi cepat tua. Selenium mencegah terbentuknya gumpalan

darah yang dapat menyumbat pembuluh darah jantung dan otak.

 Germanium, seperti selenium merupakan mineral anti kanker yang ampuh yang

dapat menghambat atau memusnahkan sel-sel kanker.

 Antitoksin, anti racun atau pembersih darah dari racun-racun bakteri ataupun

polusi logam-logam berat. Juga berfungsi sebagai anti alergi dan memperkuat

daya tahan tubuh terhadap asthma.

 Scordinin, zat aktif yang mempercepat pertumbuhan tubuh, meninggalkan berat

badan, meningkatkan energi, menyembuhkan penyakit kardium vaskuler dan

antioksidan.

 Methylalyl trisulfide, mencegah pengentalan darah atau mencegah pengumpulan

piringan-piringan yang dapat menyumbat pembuluh darah jantung dan otak.

2. Manfaat garlic (bawang putih) untuk luka

Mengutip dari NDTV Food, kita bisa memanfaatkan bawang putih atau garlic

untuk menyembuhkan luka di kulit. Antimikroba, antibiotik dan kandungan lain

dalam bawang putih bisa menghentikan perdarahan, mencegah infeksi dan bisa

mempercepat proses penyembuhan luka.

3. Cara menggunakan garlic (bawang putih) saat perawatan luka

Berikut adalah cara menggunakan bawang putih untuk luka yang bisa anda

praktikkan di rumah.

15
1. Langkah Pertama: Parut bawang putih

Jika luka itu berasal dari luar, cuci dulu dengan hati-hati dengan menggunakan

air. Parut 15 siung bawang putih dan tambahkan beberapa tetes air untuk

membuatnya menjadi pasta.

2. Langkah Kedua: Gunakan Kasa Steril

Ambil kain kasa steril dan tiriskan pasta bawang putih di atasnya. Perlu hati-hati

meletakkan kasa pada luka.

3. Langkah Ketiga: Balut Luka

Ambil kasa yang sudah berisi pasta bawang putih tadi dan gunakan perban agar

tidak bergerak. Biarkan selama 1-2 hari.

4. Langkah Keempat: Ganti Kain Kasa

Setalah 2 hari, bersihkan kasa dan cuci bersih dengan air. Kosongkan pasta

bawang putih tua yang ada di luka. Tempatkan kasa baru dengan pasta bawang

putih yang diolesi dan gunakan perban baru untuk menutupinya.

Bersihkan setelah 2 hari dan pada saat itu, luka dan infeksi akan hilang.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau

pembedahan. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan

luka tidak disengaja contohnya adalah luka terkena trauma.

Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat

luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa

jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat

merusak permukaan kulit. Perawatan luka juga bisa dilakukan dengan terapi herbal

seperti terapi herbal pada luka dengan menggunakan madu, aloevera, garlic dan terapi

herbal lainnya dalam proses perawatan luka.

B. Saran

Semoga makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi penulis dan juga

pembaca tentang bagaimana penerapan herbal dalam perawatan luka seperti

penerapan madu, aloevera dan garlic untuk proses penyembuhan luka dan semoga

dengan adanya makalah ini penulis dan juga pembaca dapat menerapkan pengobatan

herbal ini dalam kehidupan sehari-hari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bestari, A. Z. Dkk. 2016. Pengaruh Bawang Putih Terhadap Penyembuhan Luka


Bakar Derajat II Dangkal Pada Tikus Wistar. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
Vol.5, No. 4, Oktober 2016. Diakses pada tanggal 29 Mey 2022 pada halaman
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/download/16035/15485

Saputri, B. Dkk. 2018. Perawatan Luka Dengan Madu. Diakses pada tanggal 29 Mey
2022 pada halaman https://www.academia.edu/resource/work/38651677.

https://www.sehatq.com/artikel/manfaat-lidah-buaya-untuk-luka-bakar-dan-jerawat-
yang-perlu-anda-ketahui

Efem SEE and C.I. Iwara, 1992.The antimicrobial spectrum of honey and its clinical
significance. Infection.,20:227-229.

Efem SEE, 1998. Clinical observation on the wound healing properties of honey. Br
J. Surg., 75:679-681.

Gheldof N, Wang, XH, Engeseth NJ. 2002. Identification and quantification of


antioxidant components of honeys from various floral sources. J Agric Food
Chem., 50: 5870-5877.

Molan PC, 1992. The antibacterian activity of honey variation in the potency of
antibactrial avtivity, Bee World.,73:59-79.

Suguna L, G Chandrakasan, U. Ramamorrthy and K.T. Joseph, 1993. Influence of


honey on collagen metabolism during wound healing in rats. J. Clin. Biochem.
Nutr., 14:91-99.

18

Anda mungkin juga menyukai