Fasilitator :
Elida Ulfiana S.Kep.,Ns., M.Kep.
Disusun Oleh :
SGD 3 / A1 – 2016
1. Nabila Hanin Lubnatsary 131611133011
2. Dita Fajrianti 131611133014
3. Fitrianti Umayroh Mahardika 131611133047
4. Gita Shella Madjid 131611133049
5. Mudrika Novita Sari 131611133050
6. Galang Hashfiansyah 131611133051
7. Annisa Fitriani Purnamasari 131611133052
8. Desti Nayunda Lulu 131611133137
9. Jafar Lapandewa 131811123069
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
KATA PENGANTAR
Kami menyadari sebagai manusia kami banyak kekurangan. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati, kami mohon pembaca berkenan memberikan kritik dan
saran demi penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi kelompok kami.
SGD 3
A1/2016
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja kandungan yang terdapat di dalam aloevera?
2. Apa saja manfaat dari aloevera?
3. Bagaimana tahapan dalam membuat gel aloevera?
4. Bagaimana pemanfaatan gel aloevera di dalam penelitian yang sudah ada?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui kandungan dan khasiat dari aloevera.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Amerika. Melalui batang ini akan tumbuh tunas yang akan menjadi
anakan.
2. Daun
Seperti halnya tanaman berkeping satu lainnya, daun lidah
buaya berbentuk tombak dengan helaian memanjang. Daunnya
berdaging tebal tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan dan
mempunyai lapisan lilin dipermukaan, serta bersifat sukulen, yakni
mengandung air, getah, atau lendir yang mendominasi daun. Bagian
atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Di daun
lidah buaya muda dan anak terdapat bercak berwarna hijau pucat
sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah buaya dewasa. Namun
tidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau
lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang
tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna.
3. Bunga
Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil
sepanjang 2-3 cm, berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit
berjungkai melingkari ujung tangkai yang menjulang ke atas
sepanjang sekitar 50 – 100 cm.
4. Akar
Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat
pendek dengan akar serabut yang panjangnya bisa mencapai 30 – 40
cm.
4
2.1.3 Kandungan Kimia Lidah Buaya
Zat aktif yang dikandung lidah buaya yang berperan sebagai
penyembuh luka yaitu :
1. Flavonoid, merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar
dan terdapat dalam semua tumbuhan hijau dan memiliki senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali alga.
Dalam lidah buaya ini flavonoid berfungsi sebagai antibakteri,
antioksidan, dan dapat menghambat pendarahan pada kulit.
2. Tanin, merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran
senyawa polifenol kompleks. Tanin tersebar dalam setiap tanaman
yang berbatang. Tanin berada dalam jumlah tertentu, biasanya berada
pada bagian yang spesifik tanaman seperti daun, buah, akar dan
batang. Tanin merupakan senyawa kompleks, biasanya merupakan
campuran polifenol yang sukar untuk dipisahkan karena tidak dalam
bentuk kristal (Robert,1997).
3. Saponin, adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam
tumbuhan. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga
ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih
yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak
larut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan
menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin
merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau
hemolisis pada darah. Saponin bersifat racun bagi hewan berdarah
dingin dan banyak diantaranya digunakan sebagai racun ikan.
Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut sebagai
Sapotoksin (Robert, 1997).
4. Polifenol, merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik biasanya
digunakan untuk mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada
makanan, kosmetik, farmasi dan plastik. Fungsi polifenol sebagai
penangkap dan pengikat radikal bebas dari rusaknya ion ion logam.
5
Kelompok tersebut sangat mudah larut dalam air dan lemak serta
dapat bereaksi dengan vitamin C dan E (Anief, 1997).
5. Steroid, merupakan bagian yang penting dari senyawa organik dan
seringkali berfungsi sebagai nukleus. Salah satu jenis steroid, yakni
kolesterol mempunyai peranan yang vital bagi fungsi-fungsi selular
dan menjadi substrat awal bagi vitamin yang larut dalam lemak, dan
hormon steroid. Steroid sebagai anti-inflamatory, bersifat antiseptik
dan penghilang rasa sakit.
6
rusak karena oksidasi sehingga dibutuhkan proses pengolahan lebih
lanjut agar diperoleh gel yang stabil dan tahan lama. Gel lidah buaya
mengandung karbohidrat tercerna, sehingga dapat digunakan sebagai
minuman diet. Gel lidah buaya tersusun oleh 96 persen air dan 4
persen padatan yang terdiri dari 75 komponen senyawa berkhasiat.
Khasiat hebat yang dimiliki aloe vera sangat terkait dengan 75
komponen tersebut secara sinergis.
4. Selain menyuburkan rambut, lidah buaya juga dikenal berkhasiat
untuk mengobati sejumlah penyakit. Di antaranya diabetes melitus
dan serangan jantung.Seorang peracik obat-obatan tradisional
berkebangsaan Yunani bernama Dioscordes, menyebutkan bahwa
lidah buaya dapat mengobati berbagai penyakit. Misalnya bisul, kulit
memar, pecah-pecah, lecet, rambut rontok, wasir, dan radang
tenggorokan. Dalam laporannya, Fujio L. Panggabean, seorang
peneliti dan pemerhati tanaman obat, mengatakan bahwa keampuhan
lidah buaya tak lain karena tanaman ini memiliki kandungan nutrisi
yang cukup bagi tubuh manusia. Hasil penelitian lain terhadap lidah
buaya menunjukkan bahwa karbohidrat merupakan komponen
terbanyak setelah air, yang menyumbangkan sejumlah kalori sebagai
sumber tenaga.
5. Dari sekitar 200 jenis tanaman lidah buaya, yang baik digunakan
untuk pengobatan adalah jenis Aloevera Barbadensis miller. Lidah
buaya jenis ini mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh.Di
antara ke-72 zat yang dibutuhkan tubuh itu terdapat 18 macam asam
amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan
zat golongan obat. Antara lain antibiotik, antiseptik, antibakteri,
antikanker, antivirus, antijamur, antiinfeksi, antiperadangan,
antipembengkakan, antiparkinson, antiaterosklerosis, serta antivirus
yang resisten terhadap antibiotik.
6. Lidah buaya juga ada yang berfungsi sebagai pembentuk antioksidan
alami. Misalnya vitamin C, vitamin E, dan zinc. Antioksidan itu
berguna untuk mencegah penuaan dini, serangan jantung, dan
7
beberapa penyakit degeneratif. Lidah buaya bersifat merangsang
pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam lendir lidah buaya
terkandung zat lignin yang mampu menembus dan meresap ke dalam
kulit. Lendir ini akan menahan hilangnya cairan tubuh dari
permukaan kulit. Hasilnya, kulit tidak cepat kering dan terlihat awet
muda.
7. Lidah buaya bisa mengatasi bengkak sendi pada lutut, batuk, dan
luka. Lidah buaya juga membantu mengatasi sembelit atau sulit
buang air besar karena lendirnya bersifat pahit dan mengandung
laktasit, sehingga merupakan pencahar yang baik.
8
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Bahan
1. Lidah buaya
2. Vitamin E
3. Air (± 50 cc)
2.2.2 Alat
1. Pisau
2. Telenan
3. Blender
4. Kain tipis
5. Wadah/Jar
9
BAB III
PEMBAHASAN
Kemajuan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan canggih saat
ini, tidak dapat dapat mengesampingkan obat alami. Hal ini terbukti dari banyaknya
peminat obat alami. Selain itu, masih banyak kurangnya pengetahuan dan informasi
mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dipakai sebagai obat alami untuk
pengobatan tertentu (Dalimartha, 2000). Tanaman lidah buaya tergolong keluarga
Liliaceae, mempunyai potensi yang cukup besar sebagai bahan baku obat alami.
Peluang tanaman obat saat ini semakin besar, sehingga kecenderungan masyarakat
untuk beralih ke bahan - bahan alami. Bahan alami berpeluang untuk menjadi
komoditas perdagangan yang besar. Tumbuhan lidah buaya yang berasal dari
Afrika ini mempunyai lebih dari 300 jenis. Spesies -spesies dari genus Aloe yang
komersil antara lain Aloe barbadansis, Aloe perryl dan Aloe ferox. Spesies
Aloebarbadansis atau sering disebut Aloe vera memiliki potensi tertinggi sebagai
bahan baku farmasi (Suryowidodo, 1988).
Pada 2000 tahun yang lalu, para ilmuwan Yunani menganggap lidah buaya
sebagai obat mujarab universal dan lidah buaya (Aloevera) telah digunakan
sebagai pengobatan di beberapa kebudayaan selama ribuan tahun tertama pada
negara Mesir, India, Meksiko, Jepang dan China. (Pankaj, Sahu, 2013).
Aloevera dapat digunakan untuk mengobati berbagai luka terutama pada luka
bakar. Hal ini didukung dengan penelitian Maenthaisong, et al, 2007
menyatakan bahwa aloevera diberikan untuk mengobati pada pasien luka bakar
untuk derajat pertama dan derajat ke dua, bila dibandingkan dengan perawatan
luka konvensional maka aloevera lebih efektif untuk mempercepat proses
penyembuhan dan epitalisasi jaringan kulit. Menurut Shahzad & Ahmed, (2013)
perawatan luka bakar menggunakan aloe vera lebih murah biaya yang di
keluarkan dan lebih mengurangi nyeri pada pasien di bandingkan dengan
perawatan luka bakar dengan menggunakan SSD.
Aloevera memiliki kontra indikasi dalam mengobati luka bakar yaitu tidak
boleh digunakan pada orang yang mengalami alergi terhadap aloevera karena
menyebabkan iritasi pada kulit sehingga memperberat penyakit pasien dan
10
disarankan tidak boleh digunakan pada pasien yang sedang hamil atau ibu
menyusi namun harus di lakukan penelitian lebih lanjut (Grundmann, 2012).
Efek alo vera terhadap luka bakar yaitu menstimulasi fibroblas dan makrofag,
meningkatkan pembentukan kolagen dan sistesis proteoglikan, meningkatkan
fungsi hormon faktor pertumbuhan dan granulasi, antiseptik dan antiinflamasi
sehingga mempercepat penyembuhan luka bakar (Rodríguez, Castillo, García
dan Sanchez, 2005; Sahu, 2013).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tikus yang di berikan aloe vera gel akan
meningkatkan pembentukan pembuluh darah, meningkatkan kolagenasi dan
proliferasi (Hidayat, Noer & Rizaliyana, 2013). Aloe vera yang di gunakan
untuk mengobati luka bakar yaitu dengan aloe vera olahan atau murni yang
mengandung 10-70% gel terutama pada bagian dalam aloe vera, kemudian di
pasteurisasi pada suhu 75-80 0C selama kurang dari 3 menit dan setelah itu,
dioleskan pada area luka bakar sebanyak 3x dalam sehari (Ramachandra and
Rao, 2008).
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lidah buaya merupakan tanaman yang sudah dikenal sejak ribuan tahun
lalu. Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki banyak nutrisi dan
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Tanaman ini mempunyai
kandungan kimia yang dapat menyembuhkan luka yaitu, flavonoid, tannin,
saponin, polifenol, dan steroid. Lidah buaya juga mempunyai kandungan zat
gizi yang cukup lengkap yaitu, vitamin A, B1, B2, B3, B12, C, E, choline,
inositol dan asam folat. Kandungan mineralnya terdiri dari kalsium,
magnesium, potassium, sodium, besi, zinc, dan kromium.
Setiap bagian dari lidah buaya mempunyai manfaat masing-masing
yaitu, daun lidah buaya yang dapat digunakan secara langsung berupa ekstrak.
Eksudat (getah daun) digunakan untuk pemeliharaan rambut dan penyembuhan
luka. Dan gel (lendir yang didapat setelah eksudat dikeluarkan) dapat digunakan
sebagai minuman diet. Pemanfaatan lidah buaya yang awalnya hanya dijadikan
obat luar, pada saat ini telah berkembang. Lidah buaya juga dapat diolah
menjadi beberapa produk seperti makanan dan minuman.
4.2 Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan dapat
mempelajari lebih dalam mengenai pengolahan dan manfaat dari lidah buaya
yang dapat menjadi pengobatan komplementer.
12
DAFTAR PUSTAKA
Furnawanti, 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Novitasari. (2018). Pengaruh Pemberian Gel Kombinasi Ekstrak Daun Lidah Buaya
dan Gambir terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Tikus Putih. Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nugraha, Andri dan Urip Rahayu. 2015. Pengaruh Pemberian Aloevera pada Pasien
Luka Bakar “Studiliteratur”. Jurnal Medika Cendekia
Robert, H.D. 1997. Aloe Vera: A Scientific A pproach. Vantage Press, Inc. New
York.
Suryowidodo, C.W. 1988. Lidah Buaya (Aloe Vera) Sebagai Bahan Baku Industry.
Warta IHP.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil
Pertanian (BBIHP). Bogor.
13