Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar. Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap overprotective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan. Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini dinamakan pemimpin kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Ciri Khas Kepemimpinan paternalistik
Mungkin anda handal dalam bidang lain, namun anda belum tentu sukses dalam mengelola karyawan. Karyawan adalah manusia yang memiliki pemikiran, tingkah laku, perasaan, dan permasalahan sendiri. Dalam prinsip kepemimpinan paternalistik tersebut, anda harus berusaha memberikan kebahagiaan kepada karyawan, sebagaimana anda membahagiakan seluruh anggota keluarga. Ketika karyawan merasa bahagia, maka akan bekerja secara maksimal dan memberikan kontribusi positif terhadap perusahaan. Bayangkan jika sebagai seorang suami sekaligus karyawan, setiap hari anda harus mendengar omelan istri di rumah karena tak cukup uang untuk belanja, belum lagi omelan atasan padahal anda sudah berusaha semampunya untuk bekerja dengan maksimal. Tentunya, karyawan seperti ini tidak akan fokus kepada apa yang ia kerjakan. Berikut adalah beberapa catatan bagaimana seorang pemimpin paternalistik bisa memperlakukan karyawan sebagai bagian dari keluarga. Penghargaan Setiap orang membutuhkan uang, itu pasti. Namun tidak semua karyawan merasakan kebahagiaan yang cukup ketika diberi uang. Sebagian orang justru merasa lebih bahagia dengan penghargaan yang diterima. Memberikan pujian bisa menjadi suatu cara untuk memotivasi dan memacu karyawan untuk bekerja lebih giat. Dan efek domino yang timbul adalah semua karyawan yang mendengar anda memuji karyawan tersebut, akan terpacu untuk kerja lebih baik lagi. Tentunya, anda harus
teliti dalam memberikan pujian. Jika kesuksesan itu adalah
kesuksesan tim, maka pujilah timnya, sehingga tidak ada yang merasa iri. Hal ini malah menghancurkan strategi kepemimpinan paternalistik yang anda perankan. Adil Seorang pemimpin yang baik bertindak adil kepada karyawan senior maupun junior. Adil dalam hal ini mencakup pemberian kompensasi dan reward, namun juga berdasarkan prestasi kerja masing-masing. Pemberian gaji berdasarkan peringkat senioritas memang perlu, namun jika ada junior yang memiliki skill luar biasa, tidak ada salahnya memberikan mereka gaji yang sepadan. Dengan demikian, si junior akan merasa dihargai, sedangkan yang senior tidak merasa tersaingi. Lebih baik lagi jika gaji dibagi dalam bentuk tunjangan. Misalkan tunjangan usia kerja, tunjangan pendidikan atau skill. Pendidikan dan Pelatihan Jika perusahaan sudah cukup mampu, jangan menunda untuk memberikan fasilitas pendidikan dan pelatihan kepada karyawan, sebagaimana orang tua berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Kepemimpinan paternalistik tidak pernah menunda pemberian fasilitas pendidikan, apalagi dengan alasan bahwa perusahaan belum mampu untuk membiayainya. Para karyawan tidaklah bodoh, apalagi jika mereka berada di bagian keuangan, atau marketing, sehingga mereka tentunya bisa memprediksi dengan tepat kemampuan perusahaan. Sebagian pimpinan merasa takut, jika karyawan memiliki tambahan skill atau titlemaka mereka akan keluar dan mencari perusahaan yang menawarkan posisi lebih baik.
Mutasi, rotasi, atau turnover karyawan adalah hal yang lumrah,
itu adalah sebuah resiko yang harus diambil oleh seorang pemimpin. Jikalau kita memperlakukan mereka dengan layak, maka kemungkinan karyawan tersebut keluar akan menjadi semakin kecil. Jika karyawan semakin pintar dan semakin senior dalam pekerjaannya, tentunya produktifitasnya akan semakin meningkat. Kepemimpinan paternalistik tidak akan efektif bila sang pemimpin memiliki jiwa yang terlalu otoriter. Belajarlah untuk berbagi dengan karyawan, baik dalam kesulitan maupun ketika dalam kesenangan, sehingga kepemimpinananda semakin berbinar di mata karyawan.