KELOMPOK V
DOSEN PEMBIMBING : Ns. M. Yusuf S. Kep. MPH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadhirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahakan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti
petunjuknya.
Dalam penyusunan laporan PBL II ini, kami menyadari akan banyaknya kendala-
kendala yang kami hadapi dilapangan. Namun berkat bimbingan Dosen pembimbing
dalam pelaksanaan PBL II sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan PBL
II.
2. Bapak M. Yusuf S.k. MPH, selaku dosen pembimbing kami yang telah memberikan
3. Bapak Maulizar Hasballah sebagai kepala desa (Geucik) Desa Labuy Kecamatan
5. Dan semua pihak yang telah turut membantu baik secara langsung maupun tidak
PBL II, Oleh karena itu dengan kerendahan hati kami mengharapkan semoga hasil
laporan PBL II ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan mahasiswa FKM
umumnya. Serta kritikan dan saran yang membangun agar penyusunan laporan PBL II
Penyusun
Kelompok V
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
2.1 Hasil................................................................................................................
2.1.2 Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Banda Aceh ..
2.1.3 Visi dan Misi Kantor Keshatan Pelabuhan Kelas III Banda Aceh .......
LAMPIRAN.........................................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Denah/peta wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabulan kelas III Banda Aceh.
Absensi kehadiran.
Lampiran foto
BAB I
PENDAHULUAN
sehat tahun 2015 ini meningkatkan derajat kesehatan menjadi salah satu fokus
pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada saat ini. Diharapkan
adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko
terjadi penyakit serta melindungi diri dari ancaman serta berpatisipasi aktif dalam
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan pula visi Indonesia sehat 2015, dimana
ada tiga pilar utama yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat serta pelayanan bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk
mencegah terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi
Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2015 telah ditetapkan misi pembangunan
masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melalui peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan yang ditekankan
dalam paradigm sehat dan salah satu pilar utama Indonesia Sehat 2015.
Pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dasar yang meliputi kualitas air, keadaan
sumber air, jamban, tempat sampah, saluran air limbah masih sangat kurang sehingga
tenaga yang handal. Sehingga hal ini berpengaruh pada pencapaian target Visi Indonesia
Keadaan kesehatan masyarakat saat ini secara umum belum dapat mencapai target
yang diharapkan dalam mencapai Indonesia Sehat 2015, hal ini dikarenakan masih
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
tahun 2015, jumlah rumah sehat secara nasional sebesar 80%, sedangkan jamban yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 80%, air bersih 85%, Tempat pembuangan sampah
80% dan Tempat-Tempat Umum Sehat 80%. Sedangkan rumah tangga Berpelilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 75%. Cakupan sanitasi dasar sehat tahun 2009 masih
jauh dibawah target nasional sesuai Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) 2010
(Depkes, 2005).
Cakupan sanitasi dasar provinsi Aceh tahun 2009 tidak jauh berbeda dengan
cakupan nasional. Jumlah rumah sehat menurut profil kesehatan Provinsi Aceh sebesar
45%, air bersih 40%, jamban yang memenuhi syarat kesehatan 40%, tempat pengelolaan
sampah 48% dan SPAL 45%., sedangkan PHBS 55% (Dinkes Aceh, 2010).
Desa Labui merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Baitussalam
secara kasat mata terlihat bersih, nyaman dan tentram, meskipun daerah ini merupakan
daerah bekasan Tsunami. Dalam kegiatan PBL II ini, mahasiswa FKM universitas serambi
mekkah Banda Aceh langsung terjun ke lapangan dan ditempatkan di tengah tengah
masyarakat desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar untuk mencari
sanitasi dasar, PHBS dan rumah sehat di Desa Labui tahun 2012, sehingga dapat dicarikan
alternative pemecahan masalah dalam rangka menciptakan Kecamatan atau desa sehat
2015.
1.2. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengenal profil dan permasalahan yang ada di Desa Labui
4. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai masalah-masalah kesehatan yang ada dan
melakukan survei cepat dan observasi lapangan di Desa Labui Kecamatan Baitussalam
masyarakat dan model intervensi yang tepat dilaksanakan di Desa Labui Kecamatan
masalah kesehatn masyarakat yang ada di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten
Aceh Besar.
1.3. Manfaat
dalam melahirkan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dengan ilmu dan pengalaman
di Desa Labui.
perkuliahan.
TINJAUAN PUSTAKA
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha
Sanitasi dasar terdiri dari rumah sehat, air bersih, jamban, tempat pengelolaan
sampah, Saluran Pembuangan Limbah (SPAL) dan tempat-tempat umum. (Dinkes, 2006).
Di bab ini kami membahas Sanitasi Dasar tentang sumber air bersih, saluran
pembuangan air limbah (SPAL) dan tempat sampah karena di tempat kami melaksanakan
PBL banyak keluarga atau rumah tidak memiliki sumber air bersih yang memadai,
walaupun banyak keluarga memiliki sumur, namun air sumur tersebut tidak bisa di
gunakan untuk konsumsi sehari-hari, tetapi hanya di gunakan untuk mencuci pakaian
atau peralatan dapur saja, dan tempat pembuangan limbah pun tidak berfungsi
2.1.1. Jamban
Bagi rumah yang belum memilki jamban, sudah dipastikan mereka-mereka itu
memanfaatkan sungai, kebun, kolam atau tempat lainnya untuk buang air besar (BAB).
Bagi yang telah memiliki jamban bisa dipastikan BAB di jamban. Tapi tidak selalu begitu,
terkadang walaupun memiliki jamban ada sebagian kecil yang masih BAB di tempat lain,
Dengan masih adanya masyarakat di suatu wilayah yang BAB sembarangan, maka
Polio, Hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya. Semakin besar presentase perilaku
BAB sembarangan makan ancaman penyakit itu semakin tinggi itensitasnya. Keadaan ini
sama halnya dengan fenomena bom waktu, yang bias terjadi ledakan penyakit pada suatu
wilayahnya terbebas dari ancaman penyakit tersebut. Dengan BAB dijamban banyak
penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban yang memenuhi syarat
kesehatan. Kalau membahas soal jamban maka tentunya harus lengkap dengan sarana
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau syarat sanitasi adalah sebagai
berikut:
1. Kotoran tidak dapat dijangkau oleh binatang penularan penyakit, seperti : kecoa, tikus,
lalat, dll.
6. Aman digunakan
Untuk memenuhi syarat no.1 dan 3, maka kotoran ditempatkan di satu tempat, bisa
lobang jamban atau septic tank, ukuran volumenya disesuaikan dengan kebutuhan atau
jumlah pemakai. Untuk memenuhi syarat no.1 dan 2, maka digunakan kloset yang
dilengkapi leher angsa, dimana pada leher angsa akan tergenang air untuk mencegah bau
yang timbul dari lobang jamban atau septic tank, dan mencegah masuknya binatang
seperti lalat, kecoa, nyamuk, tikus, dll. Untuk memenuhi syarat no.4, dalam membuat
jamban terutama lokasi lobang jamban atau septic tank atau lobang resapan dibuat sejauh
mungkin dari sumber air yang ada, misalnya sumur gali dan sebagainya, atau setidak-
tidaknya tidak kurang dari 10 meter jarak antara sumur dan lobang jamban. Sedangkan
untuk memenuhi syarat no 5 dan 6, hendaknya jamban dibuat dari bahan-bahan yang
memadai baik kekuatannya maupun konstroksinya dibuat sedemikian rupa agar kelihatan
membersihkan dan menyikat lantai agar tidak licin, menguras bak air agar terhindar dari
penyakit Demam Berdarah Dengue, siram kloset dengan air secukupnya setelah
digunakan, tidak membuang sampah, punting rokok, pembalut wanita, air sabun, lisol
tinja yang efektif untuk memeutuskan mata rantai penulatan penyakit (Depkes, 2008).
SPM 2010 juga telah menetapkan bahwasanya target yang harus dicapai pada
Air limbah adalah air buangan atau air yang dibuang berasal dari rumah tangga,
industry maupun dari tempat-tempat umum lainnya. Umumnya air limbah mengandung
bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu
1. Dengan pengenceran (disposal by dilution) air limbah dibuang ke sungai, danau atau air
laut. Air limbah akan mengalami purifikasi alami. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
adalah :
a. Sungai atau danau tidak boleh dipergunakan untuk keperluan lain
2. Cesspool
Yaitu menyerupai sumur, dibuat pada tanah yang poreus atau berpasir agar air
buangfan mudah dan cepat meresap ke dalam tanah. Bagian atasnya dibeton. Bila sudah
penuh, lumpur disedot keluar, atau membuat secara berangkai. Jarak dari sumber air
Sumur yang hanya menerima air limbah yang telah mengalami pengolahan, misalnya
dari septic tank sehingga fungsinya hanya tempat peresapan. Dibuat pada tanah poreus,
4. Septic tank
Pembuangan air limbah yang tidak diolah misalnya dengan menggunakan tanki septic
(septic tank) dan system roil. Pada umumnya septic tank terdapat disetiap rumah. Rumah
yang sehat seharusnya dilengkapi dengan septic tank karena fungsinya sebagai
penampung air limbah yang berasal dari kamar mandi dan dapur sebelum dialirkan ke
saluran air limbah. Sedangkan system riol digunakan untuk mengalirkan air limbah
melalui got/saluran air sebelum dibuang ke sungai. Biasanya system roil ini sering
yang digunakan untuk membuang air limbah tidak boleh digunakan untuk keperluan
rumah tangga seperti minum, mandi dan sebaginya. Syarat dari system roil ini adalah ;
a. Setiap saluran dari rumah atau jalan diberi saringan sampah sehingga sampah tidak
b. Got juga harus punya bak pengontrol dengan jarak minimal 25 meter antara satu dan
Dalam ketentuan SPM 2010 disebutkan bahwa target pencapaian yang harus diraih
Yang dimaksud dengan rumah sehat disini adalah tempat tinggal suatu keluarga
yang memenuhi syarat kesehatan sehingga para penghuninya tidak sampai menderita
suatu penyakit yang disebabkan oleh tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi
kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah
bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk
membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni
tidak harus berwujud rumah mewah dan besar, namun rumah yang sederhana dapat juga
menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia,
biologi didalam rumah dan perumahan sehinga memungkinkan penghuni atau masyarakat
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat maka
antara lain:
4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulakan pencemaran.
5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh
pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor. Persyaratan Kesehatan
1. Bahan bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan (Dinkes,2006)
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuhan dan berkembangnya
mikroorganisme pathogen.
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut :
b. Dinding
Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.
Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan
sirkulasi udara.
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapiu dengan
penangkal petir.
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga,
ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi
4. Kualitas udara
d. Pertukaran udara
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
7. Air
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air.
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau
Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan digunakan lebih
dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
perumahan dan pemukiman No.4/1992 bab III pasal 5 ayat 1 yang berbunyi Setiap warga
Negara mempunyai hak untuk menemppati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah
yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur
Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat
menempati rumah yang sehat dan layak huni.Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat
tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan,Rumah harus mempunyai fungsi
sebagai :
Dalam target SPM 2010 di tentukan bahwasanya nilai yang harus dicapai oleh
Persoalannya saat ini, kualitas air minum dikota-kota besar di Indonesia masih
memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi
sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Sebagai akibat penggunaan air
yang tidak memenuhi syarat kesehatan, di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan lebih
dari 3,5 juta anak dibawah usia tiga tahun terserang penyakit saluran pencernaan dan
diare dengan jumlah kematian 3% atau sekitar 105.000 jiwa. Survey demografi tahun 2003
menyebutkan 19% atau sekitar 100.000 anak balita meninggal karena diare. Menurut
World Health Organization (WHO), 94% kasus diare yang diakibatkan oleh bakteri
Escherichia coli (E.coli) dapat dicegah dengan meningkatkan akses air bersih, perilaku
memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di Negara-negara berkembang
termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air 30-60 liter per hari, sedangkan untuk
kebutuhan air minum jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh sangat bervariasi,
tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, suhu dan kelembaban lingkungan,
tingkat aktivitas tubuh, jenis kelamin, serta usia dan kondisi tubuh. Kira-kira tubuh
memerlukan sekitar 2 - 2,5 liter per hari, jumlah kebutuhan air ini sudah termasuk asupan
Beberapa zat kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia adalah logam
berat, pestisida, senyawa polutan hidrokarbon, zat-zat radio aktif alami atau buatan dan
sebagainya. Pada prakteknya dalam masyarakat baik dalam pekerjaan maupun
kehidupan rumah tangga sangat banyak berinteraksi dengan zat-zat berbahya tersebut
baik itu sengaja ataupun tidak. Menimbang akan hal tersebut dan perlunya peningkatan
pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat. Selain itu agar air minum
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air
minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis, kimiawi
dan radioaktif dengan parameter yang telah ditentukan dan tidak mengganggu kesehatan.
Dalam kaitannya dengan air minum kemasan yang dewasa ini menjadi pilihan utama
mensyaratkan beberapa criteria antara lain bahwa air minum kemasan tersebut secara
fisik tidak berbau, tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak meninggalkan endapan
kemudian air tersebut harus bebas dari E.coli dan bakteri Coliform, memiliki kandungan
Arsen (As) yang tidak lebih dari 0,01 mg per liter, memiliki kandungan besi (Fe) yang
tidak lebih dari 0,3 mg per liter, memilki kadar keasaman (pH) antara 6,5 - 8,5 Gross
Alpha activity tidak lebih 0,1 Bq per liter, Gross Beta activity tidak lebih dari 1 Bq per liter
serta berbagai persyaratan lainnya. Dan menurut target SPM Depkes untuk air bersih di
air bersih. Air sumur pada dasarnya layak konsumsi asal memenuhi persyaratan fisik
seperti tidak berasa, tidak berbau dan tidak bewarna. Air sumur sangat mudah tercemar
oleh kontaminan disekelilingnya. Untuk itu Departemen kesehatan telah membuat suatu
mempunyai syarat fisik sebagai berikut : lantai sumur dari dibuat dari tembok yang
kedap air kurang lebih 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan
ditinggikan 20 cm diatas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang,
2000).
Dinding sumur bias dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi
yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk
menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan
permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3
meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air
sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton.(machfoedz, 2004). Saluran Pembuangan Air
Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dibuat dari tembok yang kedap air
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda
atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus
1. Sampah organik
2. Sampah anorganik
sampah.
2. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tempat sampah ini dibuat sedemikian rupa
3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang.
5. Dan menurut target SPM Depkes untuk tempat sampah sehat di seluruh wilayah adalah
sebesar 80%.
Cara pengolahan sampah seperti ini biasanya sampah dibuang atau diletakkan begitu
saja ditanah, dalam hal ini tentu saja banyak lagi negatifnya terutama jika sampah
2. Dibakar
Pengolahan sampah seperti ini biasanya dilakukan dengan cara perorangan disetiap
rumah tangga, proses pembakaran sampah ini haruslah dilakukan dengan baik, karena
jika tidak akan menimbulkan asap yang mengotori udara serta dapat menimbulkan
3. Ditanam/ditimbun
Pengolahan sampah seperti ini biasanya dilakukan dilakukan dengan cara menimbun
sampah kedalam tanah yang sudah digali terlebih dahulu, yang dilakukan secara berlapis-
lapis sehingga sampah tidak berada dialam terbuka dan menimbulkan bau yang tidak
Pengolahan sampah seperti ini biasanya sampah tersebut diolah menjadi pupuk, yakni
Adapun usaha pengolahan sampah, baik skala besar maupun skala kecil, harus mencapai
tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat, maka factor yang paling utama
yang harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat. Masyarakat harus mau
berpartisipasi bila perlu merubah sikap sehingga bersedia membantu mulai dari
masyarakat tersebut diatas maka masalah yeng ditimbulkan oleh sampah tidak akan
tuntas permasalahannya.
tertentu, dibuat untuk menampung sampah dalam jangka waktu paling lama selama 12
jam sebelum diangkut ke tempat pengolahan akhir sampah. Hal tersebut tercantum dalam
Sedangkan dalam SPM sendiri disebutkan bahwasanya standar yang harus dicapai
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
kesehatan, sehingga mampu melaksanakan cara hidup sehat bagi diri sendiri maupun
lingkungannya.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, bersalin, menyusui, bayi, anak balita
dan anak pra sekolah. Termasuk pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan
menambah ketrampilan para dukun bayi serta pembinanaan kesehatan anak di Taman
Kanak-Kanak.
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarga untuk menuju Norma
Kecil keluarga Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai
standar. Target menurut SPM ialah 90% tahun 2015. (Depkes RI, 2008)
Keluarga Berencana
penurunan angka kematian bayi, angka kematian balita, dan angka kematian ibu
Penyaringan ekseptor baru, jumlah peserta KB aktif Pemakaian Alkon, Jumlah PUS.
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur yang salah satu pasangannya masih
menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut. Target
menurut SPM ialah 70% Pada tahun 2010. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan
penyakit.Gizi yang kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah (baik di pedesaan maupun perkotaan), terutama pada anak balita
dan wanita. Melalui program gizi ini dilakukan beberapa usaha yang antara lain melalui
perbaikan pada konsumsi pangan yang makin beraneka ragam, seimbang dan bermutu
gizi. Yang termasuk dalam kegiatan peningkatan gizi adalah SKDN, Gizi Buruk PSG
Posyandu. S adalah jumlah seluruh balita di wilayah kerja posyandu, K adalah jumlah
balita yangmemiliki KMS di wilayah kerja posyandu, D adalah jumlah balita yang di
timbang di wilayah kerja posyandu dan N adalah balita yang di timbang 2 bulan berturut-
turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik. (Depkes RI, 2007)
Gizi buruk adalah status menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan
Z-score <-3 atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-
kwasiorkor). Target gizi buruk dirawat menurut SPM ialah 100% pada tahun 2010.
PSG adalah kegiatan Pemantauan Status Gizi, termasuk didalamnya (1) Bumil
KEK adalah ibu hamil dengan keadaan kekurangan energi kronis yang di ketahui dri hasil
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA <23,5 cm). (2) ASI Ekslusif adalah pemberian
ASI saja pada bayi sejak lahir sampai 6 bulan tanpa pemberian makanan dan minuman
Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, melalui program pernbaikan gizi ini
dilakukan beberapa usaha antara lain melalui perbaikan pada konsumsi pangan yang
dilakukan selalu mengikut sertakan peran serta masyarakat dan keterpaduan pengelolaan
bertujuan untuk merubah, menanggulangi dan menghilangkan unsur fisik yang dapat
makanan minuman
dapat memperoleh penyakit atau terinfeksi dari orang lain atau orang yang sakit.
berpindahnya penyakit menular dan / atau infeksi. Perpindahan atau penularan tersebut
sebagai berikut :
Paru, Penyakit Kusta dan penyakit akibat gigitan hewan (kera,anjing dan kucing).
Dengan demikian usaha P2M adalah kegiatan yang menitikberatkan pada kegiatan
penyakit menular dan akibatnya serta pelayanan imunisasi bagi bayi, anak, calon
kunjungan rumah dan rujukan untuk kasus-kasus yang memerlukan penanganan yang
lebih lengkap.
dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara yang khusus untuk keperluan tersebut.
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) merupakan daftar obat terpilih yang paling
Pengobatan rasional merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis, dimana
terkait beberapa komponen, mulai diagnosis, pemilihan dan penentuan dosis obat,
penyediaan dan pelayanan obat, petunjuk pemakaian obat, bentuk sediaan yang cepat,
cara pengemasan, pemberian label dan kepatuhan penggunaan obat oleh penderita.
(Kimin,2008)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah suatu upaya menciptakan
membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
3. Advokasi, adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak- pihak yang terkait (stakeholders) (Depkes,2005).
Melakukan atau berprilaku bersih dan sehat menurut becker (2007), adalah upaya
ini mencakup:
2. Olahraga teratur
3. Tidak merokok
6. Mengendalikan stress
7. Gaya hidup yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam
hubungan seks.
Pelaksanaan PHBS adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan
mampu mempraktikan PHBS. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang
Menurut Dinkes Provinsi Aceh (2007), perilaku hidup bersih dan sehat adalah sikap
dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan Kesehatan
Masyarakat.
Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud apabila ada
keinginan, kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sector terkait
agar PHBS menjadi program prioritas dan menjadi salah satu agenda pembangunan di
lain adalah:
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya
pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah
tangga.
kesehatan.
dalam suatu daerah memiliki indicator pengukur keberhasilan. Indicator PHBS adalah
suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga.
Indicator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang
6. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari).
8. Tersedia jamban.
Sesuai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2010 yang ditetapkan oleh Depkes
RI adalah Ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 95%, pemberian ASI
ekslusif sebesar 80%, keluarga miskin yang memiliki Jamkesmas sebesar 10% atau 40%
dari seluruh masyarakat di suatu wilayah. Pada tahun 2010 seluruh keluarga diharapkan
tidak ada yang merokok (85%), namun bagi keluarga yang memiliki bayi diharapkan
tidak ada satupun yang merokok dalam kamar. Menurut SPM Keluarga Sadar Gizi
(KADARZI) seluruh anggota keluarga di tahun 2010 makan sayur + ikan minimal 2 kali
sehari. Seluruh anggota keluarga (100%) mengkonsumsi garam beriodium dan minum
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Pengertian desa ini dapat berarti Kelurahan
atau Gampong atau istilah-istilah lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat
desa.
Syarat sebuah desa siaga dikatakan siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
METODOLOGI
3.1. Populasi
Populasi dalam penilitian ini adalah kepala keluarga atau Ibu rumah tangga yang
tinggal di Desa Labui yang berjumlah 233 Kepala Keluarga dari 3 dusun.
3.2. Sampel
Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu adanya
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh kepala keluarga
yang ada di Desa Labui pada Tahun 2012. dengan menggunakan rumus besar sampel dari
N = jumlah populasi
n = jumlah sampel
n = 69,9
n = 70
3.3. Lokasi
Lokasi atau tempat pelaksanaan kegiatan Praktek Belajar Lapangan II (PBL II)
3.4. Waktu
Prektek Belajar Lapangan II (PBL II) dilaksanakan selama 14 hari (Empat belas
hari hari), terhitung mulai dari tanggal 10 September s/d 23 September 2012.
Untuk menentukan masalah kesehatan utama yang akan ditangani di Desa Labui
dan D (PEARL).
A : Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang terkena masalah
serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait. Skor 0-10 (Kecil - Bsar).
antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang akan diperoleh dengan
sumber daya (Biaya, sarana, dan cara) untuk menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (Sulit-
Mudah).
D : PEARL
lainnya.
peraturan pemerintah.
Setelah kriteria tersebut berhasil di isi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD dan
BAB IV
Desa Labui merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan batas wilayah desa
Desa Labui mempunyai jumlah penduduk 764 jiwa yang terdiri dari laki-laki 391
jiwa dan perempuan 373 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 233 KK.
Dalam pemerintahan Desa Labui terdiri dari tiga (3) dusun yaitu :
3. Dusun Lancang
Seluruh warga Desa Labui adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan semua
beragama Islam.
Tabel 1
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Labuy Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
Tahun 2012
Sumber :
Data No Jenis kelamin Jumlah % Primer
PBL II 1 Laki-laki 391 51,2 FKM
USM, 2 Perempuan 373 48,8 Tahun
2012 Jumlah 764 100
Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak
yaitu sebesar 391 (51,2%) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu 373
(48,8%)
Tabel 2
Distribusi Berdasarkan Umur Penduduk Di desa Labui Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012
1 05 89 11,6
2 6 10 43 5,6
3 11 20 107 14
4 21 30 113 14,8
5 31 40 223 29,2
6 41 55 142 18,6
7 56 65 + 47 6,2
Jumlah 764 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Table 3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Labui
Tahun 2012
Labui berpendidikan SLTA adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 28 jiwa (40%) dan
Table 4
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Dasa Labui
Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan penduduk di Desa Labui
mayoritas berlatar belakang social ekonomi sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 25,7% dan
Berdasarkan Tabel 5 diatas status kawin yang banyak adalah 68 KK atau sekitar
97,1 % sedang kan yang yang janda dan status belum kawin sebanyak 1 orang atau 1,4%.
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, dapat merangkum beberapa data sesuai
Table 6
Kontruksi Rumah Berdasarkan Jenis yang Tergolong Sehat dan Tidak Sehat di Desa
Labui Tahun 2012
Labui sudah termasuk rumah sehat yaitu 100 % kontruksi rumah sudah sesuai dengan
Table 7
Distribusi Pembuangan Air Limbah di Desa Labui
Tahun 2012
No SPAL Jumlah %
1 Ada ( saluran pengairan/got ) 24 34,3
2 Tidak Ada 46 65,7
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Labui yang
mempunyai SPAL hanya 34,3 % dari 70 kk sampel yang di ambil, ini menunjukkan bahwa
Table 8
Distribusi Bentuk Tempat penampungan Air Limbah di Desa Labui
Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 70 KK sampel yang di ambil
hanya7 KK (29,2%) bentuk penampungan air limbah adalah lobang tertutup dan 17 KK
(70,8%) menggunakan lobang terbuka. Hal ini menunjukkan proporsi SPAL yang tidak
memenuhi syarat kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan yang memenuhi syarat.
4.2.1.3. Jamban
Table 9
Distribusi keluarga yang memiliki jamban di Desa Labui
Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata masyarakat Desa Labui
jamban cemplung.
Table 10
Distribusi tipe jamban di Desa Labuy
Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dan hasil wawancara kami dapat disimpulkan bahwa tipe
jamban yang digunakan oleh masyarakat Desa Labui adalah tipe Jamban leher angsa
yaitu 100% .
4.2.1.5. Sampah
Table 12
Distribusi Tempat Sampah di Desa Labuy
Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 70 KK sampel yang di ambil
galian 5 KK (7,1 %). Sehingga pervalensi masyarakat yang menggunakan kantong lebih
Table 13
Distribusi Cara Penanganan Sampah di Desa Labuy Tahun 2012
No Cara penanganan sampah Jumlah %
1 Dibuang 51 72,9
2 Dibakar 19 27,1
3 Ditanam 0 0
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat lihat bahwa cara penanganan sampah di desa Labui
sebanyak 51KK (72,9%) adalah dengan cara dibuang dan 19 KK (27,1%) di bakar. Hal ini
Table 14
Kelompok Pemakai Jenis Alat Kontrasepsi di Desa Labui Tahun 2012
1 Pil 15 21,4
2 Suntik 40 57,1
3 Inplant 2 2,9
4 Dll( KB Alami) 13 18,6
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kontrasepsi yang paling banyak
Table 15
Penyakit dan pelayanan kesehatan di Desa Labui selama 3 bulan terakhir Tahun 2012
1 Diare/Disentri 6 8,6
2 Pilek/batuk 45 64,2
3 Demam tinggi 1 1,4
4 Yang tidak menderita penyakit 18 25,7
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jenis penyakit yang diserita oleh penduduk
Table 16
Jumlah balita yang di imunisasi di Desa Labui Tahun 2012
No Imunisasi Jumlah %
1 Lengkap 55 78,6
2 Tidak lengkap 15 21,4
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2011
dengan warga di desa Labuy yang memberikan imunisasi pada bayi, balita sebesar 55 KK
4.3. Pembahasan
Dari uraian pembahasan diatas kami melihat adanya masalah yaitu antara lain :
1. Banyaknya keluarga yang belum memiliki sumber air bersih, yaitu dari 80% target SPM
2. Saluran Pembuangan Air Limbah yang memenuhi standar yakni hanya 34,3 %
Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode Hanlon. Metode ini dilakukan
sebagai berikut:
Dari hasil identifikasi masalah dan mempertimbangkan beberapa hal diatas maka
Tabel 17
Prioritas masalah yang mempengaruhi derajat kesehatan di Desa Labui Kecamatan
Baitussalam Tahun 2012
Dari hasil kegiatan PBL II mahasiswa FKM Serambi Mekkah di Desa Labui,
alternative pemecahan masalah sulit untuk dicapai secara maksimal, karena masalah yang
timbul sangat erat kaitannya dengan pola kebiasaan perilaku menyimpang dan hal
tersebut sangat sulit untuk diperbaiki apalagi dalam waktu yang hanya dalam 14
hari,namun meskipun demikian ada beberapa upaya yang telah kami lakukan bersama
4. Dll.
BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
2. Sedangkan masalah terbesar kedua adalah mengenai SPAL, hanya beberapa warga yang
memiliki SPAL lubang tertutup sedangkan yang lainnya memiliki SPAL dalam bentuk
terbuka yaitu berupa selokan atau drainase . Namun selokan terlihat tidak berfungsi
1.2. Saran
1. Diharapkan kepada kader dan petugas kesehatan setempat untuk lebih banyak lagi
mempromosikan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat karena masih kurangnya
2. Ada peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dikarenakan adanya
sampah dan saluran pembuangan dirawat dengan baik agar terciptanya kebersihan