Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN HASIL PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN II (PBL II)

DI LABUY KEC. BAITUSSALAM KAB. ACEH BESAR

KELOMPOK V
DOSEN PEMBIMBING : Ns. M. Yusuf S. Kep. MPH

KETUA : RAMDAN SUKMA ADHYTYA


SEKRETARIS : ASMAUL HAYAT
BENDAHARA : RINI ANDANI
ANGGOTA : AKMAL
ILHAM SYAHPUTRA
RAHMAT HIDAYAT
MUKSALMINA
HENDRIANSYAH
HASNABAWI
LEDA SAPUTRA
NELLY SAFRIDA
YURNALIS
RIZA SARTIFA
NURDIANA
AHMAD HAMDI
NURJANNAH

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
BANDA ACEH
TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadhirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Praktek Belajar Lapangan II di Desa Labuy

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahakan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti

petunjuknya.

Dalam penyusunan laporan PBL II ini, kami menyadari akan banyaknya kendala-

kendala yang kami hadapi dilapangan. Namun berkat bimbingan Dosen pembimbing

dalam pelaksanaan PBL II sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan PBL

II.

Disamping itu kami turut mengucapkan banyak terima kasih kepada :


1. Bapak Dekan FKM-USM beserta stafnya.

2. Bapak M. Yusuf S.k. MPH, selaku dosen pembimbing kami yang telah memberikan

arahan, pembimbing serta dukungan kepada kami.

3. Bapak Maulizar Hasballah sebagai kepala desa (Geucik) Desa Labuy Kecamatan

Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.

4. Panitia pelaksanaan PBL II FKM-USM

5. Dan semua pihak yang telah turut membantu baik secara langsung maupun tidak

dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

PBL II, Oleh karena itu dengan kerendahan hati kami mengharapkan semoga hasil

laporan PBL II ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan mahasiswa FKM

umumnya. Serta kritikan dan saran yang membangun agar penyusunan laporan PBL II

ini untuk kedepan nantinya dapat ditingkatkan lagi.


Banda Aceh, 12 September 2012

Penyusun

Kelompok V

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................................. 4

1.2.1 Tujuan Umun ...................................................................................................... 4


1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................................... 5

1.3 Manfaat PBL ...................................................................................................... 5

1.3.1 Bagi tempat PBL ................................................................................................. 6

1.3.2 Bagi FKM ........................................................................................................... 6

1.3.3 Bagi Mahasiswa .................................................................................................. 6

BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 7

2.1 Hasil................................................................................................................

2.1.1 Gambaran Umum ......................................................................................

2.1.2 Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Banda Aceh ..

2.1.3 Visi dan Misi Kantor Keshatan Pelabuhan Kelas III Banda Aceh .......

2.2 Pembahasan ...................................................................................................

2.2.1 Data Umum.................................................................................................

2.2.2 Data Khusus .........................................................................................

2.2.2.1 Aspek Perencanaan .................................................................................

2.2.2.2 Aspek Pengorganisasian .........................................................................

2.2.2.3 Aspek Sarana Dan Prasarana Yang Tersedia ......................................

2.2.2.4 Aspek Sumber Daya Manusia ...............................................................

2.2.2.5 Aspek Sumber Daya Manusia ...............................................................

2.2.2.6 Aspek Pelaksanaan Kegiatan .................................................................

2.2.2.7 Aspek Koordinasi ....................................................................................

2.2.2.8 Aspek Evaluasi ........................................................................................

2.2.3 Data Penunjang .....................................................................................


BAB III PENUTUP ........................................................................................... 37

4.1 Kesimpulan .................................................................................................... 51

4.2 Saran .............................................................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

LAMPIRAN.........................................................................................................

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Rencana Kerja Tahunan .....................................................................

Tabel 2 : Rencana Kerja Anggaran ..................................................................

Tabel 3 : Akuntabilitas Pelaksanaan Program ................................................

Tabel 4 : Aspek Sarana Dan Prasarana Yang Tersedia ..................................

Tabel 5 : Penentuan Prioritas Masalah Spesifik ..............................................


DAFTAR LAMPIRAN

Daftar kuesioner penelitian.

Denah/peta wilayah kerja Kantor Kesehatan Pelabulan kelas III Banda Aceh.

Absensi kehadiran.

Struktur organisasi di Kantor Kesehatan Pelabulan kelas III Banda Aceh.

Materi penyuluhan di Desa Labuy

Lampiran foto
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang

sehat tahun 2015 ini meningkatkan derajat kesehatan menjadi salah satu fokus

pembangunan dibidang kesehatan mewujudkan masyarakat yang sehat, pembangunan

bidang kesehatan diarahkan kepada semua lapisan masyarakat (Depkes RI 2011).

Sarana pembangunan kesehatan adalah prilaku hidup sehat, manajemen

pembangunan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat pada saat ini. Diharapkan

adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko

terjadi penyakit serta melindungi diri dari ancaman serta berpatisipasi aktif dalam

kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2009).

Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan pula visi Indonesia sehat 2015, dimana

ada tiga pilar utama yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat,

perilaku sehat serta pelayanan bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku sehat bentuk

konkritnya yaitu perilaku proaktif dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi

aktif dalam upaya kesehatan.

Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2015 telah ditetapkan misi pembangunan

yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong

kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan


yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan kesehatan

individu, keluarga dan masyarakat beserta linngkungannya.

Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan tersebut diperlukan adanya

promosi kesehatan. Program promosi kesehatan berorientasi pada proses pemberdayaan

masyarakat untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melalui peningkatan,

pemeliharaan dan perlindungan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan yang ditekankan

dalam paradigm sehat dan salah satu pilar utama Indonesia Sehat 2015.

Pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dasar yang meliputi kualitas air, keadaan

sumber air, jamban, tempat sampah, saluran air limbah masih sangat kurang sehingga

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat tersebut diperlukan dukungan dana yang berkesinambungan dan

tenaga yang handal. Sehingga hal ini berpengaruh pada pencapaian target Visi Indonesia

Sehat 2015 dan MDGs. (Depkes, 2007).

Keadaan kesehatan masyarakat saat ini secara umum belum dapat mencapai target

yang diharapkan dalam mencapai Indonesia Sehat 2015, hal ini dikarenakan masih

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) secara keseluruhan terutama dipedesaan. Menurut profil kesehatan Indonesia

tahun 2015, jumlah rumah sehat secara nasional sebesar 80%, sedangkan jamban yang

memenuhi syarat kesehatan sebanyak 80%, air bersih 85%, Tempat pembuangan sampah

80% dan Tempat-Tempat Umum Sehat 80%. Sedangkan rumah tangga Berpelilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 75%. Cakupan sanitasi dasar sehat tahun 2009 masih

jauh dibawah target nasional sesuai Standar Pelayanan Minimal Kesehatan (SPM) 2010

(Depkes, 2005).
Cakupan sanitasi dasar provinsi Aceh tahun 2009 tidak jauh berbeda dengan

cakupan nasional. Jumlah rumah sehat menurut profil kesehatan Provinsi Aceh sebesar

45%, air bersih 40%, jamban yang memenuhi syarat kesehatan 40%, tempat pengelolaan

sampah 48% dan SPAL 45%., sedangkan PHBS 55% (Dinkes Aceh, 2010).

Desa Labui merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Baitussalam

secara kasat mata terlihat bersih, nyaman dan tentram, meskipun daerah ini merupakan

daerah bekasan Tsunami. Dalam kegiatan PBL II ini, mahasiswa FKM universitas serambi

mekkah Banda Aceh langsung terjun ke lapangan dan ditempatkan di tengah tengah

masyarakat desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar untuk mencari

pemasalahan kesehatan lingkungan masyarakan.

Dari urain diatas, perlu dilakukan penelitian bagaimana kondisi sebenarnya

sanitasi dasar, PHBS dan rumah sehat di Desa Labui tahun 2012, sehingga dapat dicarikan

alternative pemecahan masalah dalam rangka menciptakan Kecamatan atau desa sehat

2015.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mampu mengenal, memahami, menganalisa dan menemukan metode pemecahan

masalah kesehatan masyarakat di desa/gampong dalam wilayah Kecamatan Baitussalam

Desa Labui Kabupaten Aceh Besar.


1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengenal profil dan permasalahan yang ada di Desa Labui

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.

2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi masalah kesehatan masyarakat yang ada di

Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.

3. Mahasiswa mampu Mengenal karakteristik masyarakat yang ada di Desa Labui

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar .

4. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai masalah-masalah kesehatan yang ada dan

melakukan survei cepat dan observasi lapangan di Desa Labui Kecamatan Baitussalam

Kabupaten Aceh Besar .

5. Mahasiswa bersama tokoh masyarakat mampu menentukan prioritas masalah kesehatan

masyarakat dan model intervensi yang tepat dilaksanakan di Desa Labui Kecamatan

Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.

6. Mahasiswa mampu melakukan intervensi program kesehatan masyarakat, dengan

meningkatkan ketertiban dan peran serta masyarakat dalam rangka memecahkan

masalah kesehatn masyarakat yang ada di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten

Aceh Besar.

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Tempat PBL

1. Dapat menjadi motivasi bagi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat baik secara pribadi maupun kelompok.

2. Mengenal situasi wilayah Desa Labui tahun 2012.


3. Menbina peran serta masyarakat di Desa Labui dalam rangka meningkatkan kemampuan

untuk pembangunan hidup sehat.

4. Memecahkan masalah kesehatan yang ada di Desa Labui .

1.3.2. Bagi FKM

1. Terlaksananya Kurikulum Akademik untuk mempersiapkan mahasiswa yang handal

pada program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Serambi Mekkah.

2. Sebagai bentuk aplikasi trilogy institusi pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat

dalam melahirkan sarjana kesehatan masyarakat (SKM) yang bermutu.

3. Sarana melatih mahasiswa dalam menyelesaikan berbagai masalah kesehatan masyarakat

dengan aplikasi langsung di lapangan.

4. Sebagai bentuk aplikasi trilogy institusi pendidikan Fakultas Kesehatan Masyarakat

dalam melahirkan Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dengan ilmu dan pengalaman

yang actual dan mutakhir.

1.3.3. Bagi Mahasiswa

1. Menambah wawasan bagi mahasiswa terutama mengenai masalah kesehatan masyarakat

di Desa Labui.

2. Membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan dibangku

perkuliahan.

3. Dapat membentuk potensi dan kualifikasi ilmu yang lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Dasar

Sanitasi adalah sesuatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit

menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha

kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor

lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Azwar,1990).

Sanitasi dasar terdiri dari rumah sehat, air bersih, jamban, tempat pengelolaan

sampah, Saluran Pembuangan Limbah (SPAL) dan tempat-tempat umum. (Dinkes, 2006).
Di bab ini kami membahas Sanitasi Dasar tentang sumber air bersih, saluran

pembuangan air limbah (SPAL) dan tempat sampah karena di tempat kami melaksanakan

PBL banyak keluarga atau rumah tidak memiliki sumber air bersih yang memadai,

walaupun banyak keluarga memiliki sumur, namun air sumur tersebut tidak bisa di

gunakan untuk konsumsi sehari-hari, tetapi hanya di gunakan untuk mencuci pakaian

atau peralatan dapur saja, dan tempat pembuangan limbah pun tidak berfungsi

sebagaimana mestinya banyak yang tersumbat.

2.1.1. Jamban

Bagi rumah yang belum memilki jamban, sudah dipastikan mereka-mereka itu

memanfaatkan sungai, kebun, kolam atau tempat lainnya untuk buang air besar (BAB).

Bagi yang telah memiliki jamban bisa dipastikan BAB di jamban. Tapi tidak selalu begitu,

terkadang walaupun memiliki jamban ada sebagian kecil yang masih BAB di tempat lain,

karena alasan tertentu.

Dengan masih adanya masyarakat di suatu wilayah yang BAB sembarangan, maka

wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan,

diantaranya : Penyakit Cacingan, Cholera (muntaber), Diare, Typus, Disentri, Paratypus,

Polio, Hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya. Semakin besar presentase perilaku

BAB sembarangan makan ancaman penyakit itu semakin tinggi itensitasnya. Keadaan ini

sama halnya dengan fenomena bom waktu, yang bias terjadi ledakan penyakit pada suatu

waktu cepat atau lambat.


Sebaiknya semua orang BAB dijamban yang memenuhi syarat, dengan demikian

wilayahnya terbebas dari ancaman penyakit tersebut. Dengan BAB dijamban banyak

penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban yang memenuhi syarat

kesehatan. Kalau membahas soal jamban maka tentunya harus lengkap dengan sarana

Air Bersih untuk menunjang keberlangsungan pemanfaatan jamban. (Cwasta: 2010)

Jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau syarat sanitasi adalah sebagai

berikut:

1. Kotoran tidak dapat dijangkau oleh binatang penularan penyakit, seperti : kecoa, tikus,

lalat, dll.

2. Tidak menimbulkan bau

3. Kotoran ditempatkan disuatu tempat, tidak menyebar kemana-kemana.

4. Tidak mencemari sumber air bersih

5. Tidak mengganggu pemandangan/estetika

6. Aman digunakan

Untuk memenuhi syarat no.1 dan 3, maka kotoran ditempatkan di satu tempat, bisa

lobang jamban atau septic tank, ukuran volumenya disesuaikan dengan kebutuhan atau

jumlah pemakai. Untuk memenuhi syarat no.1 dan 2, maka digunakan kloset yang

dilengkapi leher angsa, dimana pada leher angsa akan tergenang air untuk mencegah bau

yang timbul dari lobang jamban atau septic tank, dan mencegah masuknya binatang

seperti lalat, kecoa, nyamuk, tikus, dll. Untuk memenuhi syarat no.4, dalam membuat

jamban terutama lokasi lobang jamban atau septic tank atau lobang resapan dibuat sejauh

mungkin dari sumber air yang ada, misalnya sumur gali dan sebagainya, atau setidak-
tidaknya tidak kurang dari 10 meter jarak antara sumur dan lobang jamban. Sedangkan

untuk memenuhi syarat no 5 dan 6, hendaknya jamban dibuat dari bahan-bahan yang

memadai baik kekuatannya maupun konstroksinya dibuat sedemikian rupa agar kelihatan

indah dan rapi.

Jangan lupa pemeliharaan jamban perlu dibiasakan setiap hari, misalnya

membersihkan dan menyikat lantai agar tidak licin, menguras bak air agar terhindar dari

penyakit Demam Berdarah Dengue, siram kloset dengan air secukupnya setelah

digunakan, tidak membuang sampah, punting rokok, pembalut wanita, air sabun, lisol

kedalam kloset (Depkes,2008).

Keputusan Menteri Kesehatan bahwa jamban sehat adalah fasilitas pembuangan

tinja yang efektif untuk memeutuskan mata rantai penulatan penyakit (Depkes, 2008).

SPM 2010 juga telah menetapkan bahwasanya target yang harus dicapai pada

kategori jamban keluarga sehat adalah 40%. (SPM 2010).

2.1.2. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah adalah air buangan atau air yang dibuang berasal dari rumah tangga,

industry maupun dari tempat-tempat umum lainnya. Umumnya air limbah mengandung

bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu

lingkungan hidup (FKM-USM 2010).

Cara-cara pembuangan air limbah :

1. Dengan pengenceran (disposal by dilution) air limbah dibuang ke sungai, danau atau air

laut. Air limbah akan mengalami purifikasi alami. Syarat-syarat yang harus dipenuhi

adalah :
a. Sungai atau danau tidak boleh dipergunakan untuk keperluan lain

b. Airnya harus cukup sehingga pengencerannya paling sedikit 30 40 kali

c. Air mengalir jadi cukup mengandung oksigen.

2. Cesspool

Yaitu menyerupai sumur, dibuat pada tanah yang poreus atau berpasir agar air

buangfan mudah dan cepat meresap ke dalam tanah. Bagian atasnya dibeton. Bila sudah

penuh, lumpur disedot keluar, atau membuat secara berangkai. Jarak dari sumber air

minimum 45 m dan dari fondasi rumah minimal 6 m.

3. Seepage pit (sumur resapan)

Sumur yang hanya menerima air limbah yang telah mengalami pengolahan, misalnya

dari septic tank sehingga fungsinya hanya tempat peresapan. Dibuat pada tanah poreus,

diameter 1 2,5 m, dalam 2,5 m. Lama pemakaian 6 10 tahun.

4. Septic tank

Pembuangan air limbah yang tidak diolah misalnya dengan menggunakan tanki septic

(septic tank) dan system roil. Pada umumnya septic tank terdapat disetiap rumah. Rumah

yang sehat seharusnya dilengkapi dengan septic tank karena fungsinya sebagai

penampung air limbah yang berasal dari kamar mandi dan dapur sebelum dialirkan ke

saluran air limbah. Sedangkan system riol digunakan untuk mengalirkan air limbah

melalui got/saluran air sebelum dibuang ke sungai. Biasanya system roil ini sering

ditemukan dipinggir-pinggir jalan perkotaan. Yang harus diingat bahwa sungai-sungai

yang digunakan untuk membuang air limbah tidak boleh digunakan untuk keperluan

rumah tangga seperti minum, mandi dan sebaginya. Syarat dari system roil ini adalah ;
a. Setiap saluran dari rumah atau jalan diberi saringan sampah sehingga sampah tidak

masuk kedalam got.

b. Got juga harus punya bak pengontrol dengan jarak minimal 25 meter antara satu dan

yang lainnya serta harus selalu diperiksa.

Dalam ketentuan SPM 2010 disebutkan bahwa target pencapaian yang harus diraih

adalah sebesar 80%. (Depkes, 2010).

2.1.3. Rumah Sehat

Yang dimaksud dengan rumah sehat disini adalah tempat tinggal suatu keluarga

yang memenuhi syarat kesehatan sehingga para penghuninya tidak sampai menderita

suatu penyakit yang disebabkan oleh tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat

kesehatan.

Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi

kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah

bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk

membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni

tidak harus berwujud rumah mewah dan besar, namun rumah yang sederhana dapat juga

menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia,

biologi didalam rumah dan perumahan sehinga memungkinkan penghuni atau masyarakat

memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat maka

diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh (Sari:2005),

antara lain:

1. Sirkulasi udara yang baik.


2. Penerangan yang cukup

3. Air bersih terpenuhi.

4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulakan pencemaran.

5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh

pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor. Persyaratan Kesehatan

rumah sehat adalah sebagai berikut :

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan

kesehatan (Dinkes,2006)

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuhan dan berkembangnya

mikroorganisme pathogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut :

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b. Dinding

Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan.

Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan

sirkulasi udara.

c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.

d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapiu dengan

penangkal petir.

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga,

ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi

seluruh bagian ruang minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

4. Kualitas udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :

a. Suhu udara nyaman berkisar antara 18C sampai 30C

b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%

c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. Pertukaran udara

e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

f. Konsentrasi gas formaldehyde tidak melebihi 120 mg/m3

5. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang penular penyakit

Tidak ada tikus bersarang dirumah.

7. Air

a. Tersedianya air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/hari/orang.

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air.

8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene

9. Limbah

a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau

dan tidak mencemari permukaan tanah.


b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan

pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan digunakan lebih

dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintah tentang

perumahan dan pemukiman No.4/1992 bab III pasal 5 ayat 1 yang berbunyi Setiap warga

Negara mempunyai hak untuk menemppati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah

yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur

Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat

menempati rumah yang sehat dan layak huni.Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat

tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan,Rumah harus mempunyai fungsi

sebagai :

1.Mencegah terjadinya penyakit

2.Mencegah terjadinya kecelakaan

3.Aman dan nyaman bagi penghuninya

4.Penurunan ketegangan jiwa dan sosial

Dalam target SPM 2010 di tentukan bahwasanya nilai yang harus dicapai oleh

rumah sehat adalah sebesar 80%.(SPM 2010).

2.1.4. Air Bersih


Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang

dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut,

khususnya air minum. (Warman,2008).

Persoalannya saat ini, kualitas air minum dikota-kota besar di Indonesia masih

memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi

sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air. Sebagai akibat penggunaan air

yang tidak memenuhi syarat kesehatan, di Indonesia setiap tahunnya diperkirakan lebih

dari 3,5 juta anak dibawah usia tiga tahun terserang penyakit saluran pencernaan dan

diare dengan jumlah kematian 3% atau sekitar 105.000 jiwa. Survey demografi tahun 2003

menyebutkan 19% atau sekitar 100.000 anak balita meninggal karena diare. Menurut

World Health Organization (WHO), 94% kasus diare yang diakibatkan oleh bakteri

Escherichia coli (E.coli) dapat dicegah dengan meningkatkan akses air bersih, perilaku

higienis dan pengolahan air minum skala rumah tangga.

WHO juga memperhitungkan bahwa di Negara-negara maju tiap-tiap orang

memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di Negara-negara berkembang

termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air 30-60 liter per hari, sedangkan untuk

kebutuhan air minum jumlah air yang dibutuhkan oleh tubuh sangat bervariasi,

tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, suhu dan kelembaban lingkungan,

tingkat aktivitas tubuh, jenis kelamin, serta usia dan kondisi tubuh. Kira-kira tubuh

memerlukan sekitar 2 - 2,5 liter per hari, jumlah kebutuhan air ini sudah termasuk asupan

dari air minum dan makanan.

Beberapa zat kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia adalah logam

berat, pestisida, senyawa polutan hidrokarbon, zat-zat radio aktif alami atau buatan dan
sebagainya. Pada prakteknya dalam masyarakat baik dalam pekerjaan maupun

kehidupan rumah tangga sangat banyak berinteraksi dengan zat-zat berbahya tersebut

baik itu sengaja ataupun tidak. Menimbang akan hal tersebut dan perlunya peningkatan

derajat kesehatan masyarakat, perlunya dilaksanakan berbagai upaya kesehatan termasuk

pengawasan kualitas air minum yang dikonsumsi masyarakat. Selain itu agar air minum

yang dikonsumsi masyarakat tidak menimbulkan gangguan kesehatan maka perlu

ditetapkan persyaratan kualitas air minum.

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Persyaratan Kualitas Air Minum bahwa air

minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis, kimiawi

dan radioaktif dengan parameter yang telah ditentukan dan tidak mengganggu kesehatan.

Dalam kaitannya dengan air minum kemasan yang dewasa ini menjadi pilihan utama

masyarakat di perkotaan maupun pedesaan, Departemen Kesehatan juga telah

mensyaratkan beberapa criteria antara lain bahwa air minum kemasan tersebut secara

fisik tidak berbau, tidak berasa, tidak bewarna, dan tidak meninggalkan endapan

kemudian air tersebut harus bebas dari E.coli dan bakteri Coliform, memiliki kandungan

Arsen (As) yang tidak lebih dari 0,01 mg per liter, memiliki kandungan besi (Fe) yang

tidak lebih dari 0,3 mg per liter, memilki kadar keasaman (pH) antara 6,5 - 8,5 Gross

Alpha activity tidak lebih 0,1 Bq per liter, Gross Beta activity tidak lebih dari 1 Bq per liter

serta berbagai persyaratan lainnya. Dan menurut target SPM Depkes untuk air bersih di

seluruh wilayah adalah sebesar 80%. (Dinkes, 2010)

Di Indonesia, dua pertiga penduduk masih mengandalkan sumur sebagai sumber

air bersih. Air sumur pada dasarnya layak konsumsi asal memenuhi persyaratan fisik

seperti tidak berasa, tidak berbau dan tidak bewarna. Air sumur sangat mudah tercemar
oleh kontaminan disekelilingnya. Untuk itu Departemen kesehatan telah membuat suatu

pedoman untuk melindungi sumur dari bahan-bahan kontaminan. Sumur harus

mempunyai syarat fisik sebagai berikut : lantai sumur dari dibuat dari tembok yang

kedap air kurang lebih 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan

ditinggikan 20 cm diatas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat (Entjang,

2000).

Dinding sumur bias dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi

yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk

menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan

permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3

meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air

sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton.(machfoedz, 2004). Saluran Pembuangan Air

Limbah dari sekitar sumur menurut Entjang (2000), dibuat dari tembok yang kedap air

dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m.

2.1.5. Tempat Sampah

Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda

atau hal-hal yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus

dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup.

Sampah dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : (Depkes, 2007)

1. Sampah organik

2. Sampah anorganik

Syarat-syarat tempat sampah yang dianjurkan yaitu :


1. Kontruksinya kuat, jadi tidak mudah bocor, penting untuk mencegah berserakannya

sampah.

2. Tempat sampah mempunyai tutup, tetapi tempat sampah ini dibuat sedemikian rupa

sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta mudah untuk dibersihkan.

3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oleh satu orang.

4. Jarak rumah dengan tempat sampah harus 15 m.

5. Dan menurut target SPM Depkes untuk tempat sampah sehat di seluruh wilayah adalah

sebesar 80%.

Penanganan sampah tahap akhir ada beberapa cara, yaitu :

1. Dibuang begitu saja/duping.

Cara pengolahan sampah seperti ini biasanya sampah dibuang atau diletakkan begitu

saja ditanah, dalam hal ini tentu saja banyak lagi negatifnya terutama jika sampah

tersebut mudah membusuk.

2. Dibakar

Pengolahan sampah seperti ini biasanya dilakukan dengan cara perorangan disetiap

rumah tangga, proses pembakaran sampah ini haruslah dilakukan dengan baik, karena

jika tidak akan menimbulkan asap yang mengotori udara serta dapat menimbulkan

bahaya kebakaran dan mengganggu lingkungan sekitar.

3. Ditanam/ditimbun

Pengolahan sampah seperti ini biasanya dilakukan dilakukan dengan cara menimbun

sampah kedalam tanah yang sudah digali terlebih dahulu, yang dilakukan secara berlapis-

lapis sehingga sampah tidak berada dialam terbuka dan menimbulkan bau yang tidak

sedap serta menjadi tempat bagi binatang/vector bersarang.


4. Diolah menjadi kompos

Pengolahan sampah seperti ini biasanya sampah tersebut diolah menjadi pupuk, yakni

dengan terbentuknya zat-zat organic yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah.

Adapun usaha pengolahan sampah, baik skala besar maupun skala kecil, harus mencapai

tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat, maka factor yang paling utama

yang harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat. Masyarakat harus mau

berpartisipasi bila perlu merubah sikap sehingga bersedia membantu mulai dari

pengurangan volume sampah, perbaikan kualitas sampah, membuang sampah pada

tempatnya, membersihkan tempat sampah dan pemusnahan sampah. Tanpa partisipasi

masyarakat tersebut diatas maka masalah yeng ditimbulkan oleh sampah tidak akan

tuntas permasalahannya.

Tempat sampah adalah tempat penyimpanan sementara yang berada dilokasi-lokasi

tertentu, dibuat untuk menampung sampah dalam jangka waktu paling lama selama 12

jam sebelum diangkut ke tempat pengolahan akhir sampah. Hal tersebut tercantum dalam

(RUU pengolahan sampah No 14 tahun 2006).

Sedangkan dalam SPM sendiri disebutkan bahwasanya standar yang harus dicapai

adalah sebesar 80%.

2.2 Upaya Kesehatan Wajib

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Lingkungan

3. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana

4. Perbaikan Gizi masyarakat

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


6. Pengobatan.

2.2.1 Upaya Promosi Kesehatan

Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan agar terjadi peningkatan

pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan individu / masyarakat dalam bidang

kesehatan, sehingga mampu melaksanakan cara hidup sehat bagi diri sendiri maupun

lingkungannya.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan adalah :

1. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat

2. Pelatihan Kader Posyandu

3. Penyuluhan kesehatan ke sekolah-sekolah

4. Penyebaran media KIE

5. Berpartisipasi dalam Pameran pembangunan

6. Pencatatan dan pelaporan.

2.2.2 Kesehatan Ibu Dan Anak

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya bidang kesehatan yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, bersalin, menyusui, bayi, anak balita

dan anak pra sekolah. Termasuk pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat dan

menambah ketrampilan para dukun bayi serta pembinanaan kesehatan anak di Taman

Kanak-Kanak.

Tujuan program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui

peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarga untuk menuju Norma
Kecil keluarga Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak

untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi

peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I

sampai dengan kala IV persalinan. Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi

kebidanan adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan klinis kebidanan sesuai

standar. Target menurut SPM ialah 90% tahun 2015. (Depkes RI, 2008)

Keluarga Berencana

Keberhasilan keluarga berencana akan berpengaruh secara timbal balik dengan

penurunan angka kematian bayi, angka kematian balita, dan angka kematian ibu

maternal, ini berarti diperlukan peningkatan proram KB terutama melalui pelestarian

pemakaian alat kontrasepsi yang efektif. Yang termasuk kegiatan KB adalah :

Penyaringan ekseptor baru, jumlah peserta KB aktif Pemakaian Alkon, Jumlah PUS.

Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur yang salah satu pasangannya masih

menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi tersebut. Target

menurut SPM ialah 70% Pada tahun 2010. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan

suami-istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. (Depkes RI, 2008)

2.2.3 Usaha Peningkatan Gizi

Program perbaikan gizi keluarga bertujuan untuk menurunkan angka

penyakit.Gizi yang kurang yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat yang

berpenghasilan rendah (baik di pedesaan maupun perkotaan), terutama pada anak balita

dan wanita. Melalui program gizi ini dilakukan beberapa usaha yang antara lain melalui
perbaikan pada konsumsi pangan yang makin beraneka ragam, seimbang dan bermutu

gizi. Yang termasuk dalam kegiatan peningkatan gizi adalah SKDN, Gizi Buruk PSG

(Bumil KEK, Desa Rawan Gizi, Asi Ekslusif).

SKDN adalah sistem pencatatan dan pelaporan hasil penimbangan balita di

Posyandu. S adalah jumlah seluruh balita di wilayah kerja posyandu, K adalah jumlah

balita yangmemiliki KMS di wilayah kerja posyandu, D adalah jumlah balita yang di

timbang di wilayah kerja posyandu dan N adalah balita yang di timbang 2 bulan berturut-

turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik. (Depkes RI, 2007)

Gizi buruk adalah status menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan

Z-score <-3 atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-

kwasiorkor). Target gizi buruk dirawat menurut SPM ialah 100% pada tahun 2010.

Prevalensi nasional gizi buruk 1,2%. (Depkes RI, 2008)

PSG adalah kegiatan Pemantauan Status Gizi, termasuk didalamnya (1) Bumil

KEK adalah ibu hamil dengan keadaan kekurangan energi kronis yang di ketahui dri hasil

pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA <23,5 cm). (2) ASI Ekslusif adalah pemberian

ASI saja pada bayi sejak lahir sampai 6 bulan tanpa pemberian makanan dan minuman

lain. (Depkes RI, 2007)

Untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, melalui program pernbaikan gizi ini

dilakukan beberapa usaha antara lain melalui perbaikan pada konsumsi pangan yang

makin beraneka ragam, seimbang dan bergizi.

Sasaran pelaksanaan program usaha peningkatan gizi adalah :

1. Penurunan Prevalensi KKP pada balita

2. Penurunan Prevalensi kurang vitamin A di daerah rawan.


3. Penurunan Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil.

2.2.4 Kesehatan Lingkungan

Upaya penyehatan kesehatan lingkungan dan upaya untuk meningkatkan

kesehatan lingkungan pemukiman melalui kegiatan sanitasi dasar. Kegiatan yang

dilakukan selalu mengikut sertakan peran serta masyarakat dan keterpaduan pengelolaan

melalui analisis dampak lingkungan. Kegiatan Upaya Penyehatan Lingkungan ini

bertujuan untuk merubah, menanggulangi dan menghilangkan unsur fisik yang dapat

memberikan pengaruh jelek terhadap kesehatan masyarakat dengan harapan angka

kesakitan terutama penyakit menular dapat diturunkan atau dihilangkan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan agar tercapai tujuan seperti yang

disebutkan di atas adalah :

1. Penyehatan air bersih

2. Penyehatan pembangunan kotoran

3. Penyehatan lingkungan pemukiman

4. Pengawasan peredaran dan penggunaan pestisida

5. Pengawasan pengelolaan sampah

6. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum dan tempat pembuatan penjualan

makanan minuman

7. Pencatatan dan pelaporan.

2.2.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


Penularan ataupun pemindahan penyakit itu satu cara bagaimana orang yang rawan

dapat memperoleh penyakit atau terinfeksi dari orang lain atau orang yang sakit.

Pemberantasan penyakit menular berarti menghilangkan atau merubah cara

berpindahnya penyakit menular dan / atau infeksi. Perpindahan atau penularan tersebut

dapat mengakibatkan terjadinya kesakitan, kecacatan bahkan kematian.

Untuk mencapai tujuan tersebut P2M telah melaksanakan kegiatan kegiatan

sebagai berikut :

1. Kegiatan pencegahan penyakit yaitu imunisasi

2. Kegiatan pengobatan penyakit, yaitu pengobatan terhadap penyakit ISPA, Diare, TB

Paru, Penyakit Kusta dan penyakit akibat gigitan hewan (kera,anjing dan kucing).

3. Kegiatan pencegahan dan pemberantasan vektor , yaitu kegiatan berupa penyuluhan ,

pemberantasan sarang nyamuk , pemberian abatisasi dan penyemprotan / fogging

tergadap nyamuk Demam Berdarah dan nyamuk malaria.

Dengan demikian usaha P2M adalah kegiatan yang menitikberatkan pada kegiatan

pencegahan dan penanggulangan. Kegiatan pencegahan berupa penyuluhan tentang

penyakit menular dan akibatnya serta pelayanan imunisasi bagi bayi, anak, calon

pengantin dan ibu hamil.

Kegiatan penanggulangan adalah pengobatan terhadap penderita, mengadakan

kunjungan rumah dan rujukan untuk kasus-kasus yang memerlukan penanganan yang

lebih lengkap.

2.2.6 Upaya Pengobatan


Upaha pengobatan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan pengobatan yang

diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit atau gejala-gejalanya, yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara yang khusus untuk keperluan tersebut.

Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) merupakan daftar obat terpilih yang paling

dibutuhkandan diupayakan tersedia diunit kesehatan sesuai dengan fungsi dan

tingkatannya (Depkes, 2008)

Pengobatan rasional merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis, dimana

terkait beberapa komponen, mulai diagnosis, pemilihan dan penentuan dosis obat,

penyediaan dan pelayanan obat, petunjuk pemakaian obat, bentuk sediaan yang cepat,

cara pengemasan, pemberian label dan kepatuhan penggunaan obat oleh penderita.

(Kimin,2008)

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah suatu upaya menciptakan

kondisibagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur

komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan tindakan melalui tiga pendekatan, yaitu:

1. Pemberdayaan masyarakat (empowerment), yaitu proses pemberian informassi secara

terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses

membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar

(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu

melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice),


2. Binasuasana, adalah upaya menciptakan lingkungan social yang mendorong individu,

anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan,

3. Advokasi, adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan

komitmen dan dukungan dari pihak- pihak yang terkait (stakeholders) (Depkes,2005).

Melakukan atau berprilaku bersih dan sehat menurut becker (2007), adalah upaya

atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan menigkatkan kesehatanya. Perilaku

ini mencakup:

1. Makan dengan menu seimbang

2. Olahraga teratur

3. Tidak merokok

4. Tidak minum minuman keras dan narkoba

5. Istirahat yang cukup

6. Mengendalikan stress

7. Gaya hidup yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti pasangan dalam

hubungan seks.

Pelaksanaan PHBS adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan

mampu mempraktikan PHBS. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang

kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dalam mewujudkan

kesehatan masyarakat (Depkes,2007).

Menurut Dinkes Provinsi Aceh (2007), perilaku hidup bersih dan sehat adalah sikap

dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan Kesehatan

Masyarakat.

Rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat dapat terwujud apabila ada

keinginan, kemauan dan kemampuan para pengambil keputusan dan lintas sector terkait

agar PHBS menjadi program prioritas dan menjadi salah satu agenda pembangunan di

kabupaten/kota, serta didukung oleh masyarakat.

Adapun manfaat dari peningkatan kepedulian masyarakat terhadap PHBS antara

lain adalah:

1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga.

3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya

dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya

pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah

tangga.

4. Salah satu indicator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dibidang

kesehatan.

5. Meningkatnya citra pemerintah daerah dalam bidang kesehatan dapat menjadi

percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

Dalam penetapan PHBS di lingkungan masyarakat khususnya tiap rumah tangga

dalam suatu daerah memiliki indicator pengukur keberhasilan. Indicator PHBS adalah

suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga.

Indicator mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang

ditetapkan oleh Depkes RI.


Ada 10 indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator

lingkungan dengan rincian sebagai berikut :

1. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan.

2. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya.

3. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

4. Anggota keluarga tidak merokok.

5. Olahraga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur.

6. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah setiap hari).

7. Tersedia air bersih.

8. Tersedia jamban.

9. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni.

10. Lantai rumah bukan dari tanah.

Sesuai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2010 yang ditetapkan oleh Depkes

RI adalah Ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 95%, pemberian ASI

ekslusif sebesar 80%, keluarga miskin yang memiliki Jamkesmas sebesar 10% atau 40%

dari seluruh masyarakat di suatu wilayah. Pada tahun 2010 seluruh keluarga diharapkan

tidak ada yang merokok (85%), namun bagi keluarga yang memiliki bayi diharapkan

tidak ada satupun yang merokok dalam kamar. Menurut SPM Keluarga Sadar Gizi

(KADARZI) seluruh anggota keluarga di tahun 2010 makan sayur + ikan minimal 2 kali

sehari. Seluruh anggota keluarga (100%) mengkonsumsi garam beriodium dan minum

suplemen zat besi 2 kali seminggu.

Untuk memasyarakatkan PHBS, seluruh desa ditingkatkan menjadi Desa Siaga.

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan

kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Pengertian desa ini dapat berarti Kelurahan

atau Gampong atau istilah-istilah lain bagi satuan administrasi pemerintahan setingkat

desa.

Syarat sebuah desa siaga dikatakan siaga aktif adalah desa yang mempunyai Pos

Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi

sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan

kegawatdaruratan, surveillance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan

pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya

menerapkan Perilaku Hidur Bersih dan Sehat (Depkes,2005).

2.4 Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan

kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehata, bencana dan

kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

Kriteria desa siaga meliputi :

1. Adanya forum masyarakat desa.

2. Adanya pelayanan kesehatan dasar.

3. Memiliki system surveilans berbasis masyarakat.

4. Memiliki system kewaspadaan dan kegawatdaruratan bencana berbasis masyarakat.

5. Memiliki system pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat.

6. Memiliki lingkungan yang sehat.

7. Masyarakatnya berperilaku hidup bersih dan sehat.


BAB III

METODOLOGI

3.1. Populasi

Populasi dalam penilitian ini adalah kepala keluarga atau Ibu rumah tangga yang

tinggal di Desa Labui yang berjumlah 233 Kepala Keluarga dari 3 dusun.

3.2. Sampel

Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu adanya

perhitungan besar kecilnya populasi.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh seluruh kepala keluarga

yang ada di Desa Labui pada Tahun 2012. dengan menggunakan rumus besar sampel dari

Slovin, maka didapatkan sampel sebagai berikut:


Keterangan :

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

= tingkat kepercayaan yang diinginkan oleh peneliti (0,1)

n = 69,9
n = 70

3.3. Lokasi

Lokasi atau tempat pelaksanaan kegiatan Praktek Belajar Lapangan II (PBL II)

adalah di Desa Labui Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar .

3.4. Waktu

Prektek Belajar Lapangan II (PBL II) dilaksanakan selama 14 hari (Empat belas

hari hari), terhitung mulai dari tanggal 10 September s/d 23 September 2012.

3.5. Metode Priorotas Masalah

Untuk menentukan masalah kesehatan utama yang akan ditangani di Desa Labui

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. digunakan metode Hanlon, yang


merupakan proses matematis dalam menetapkan kriteria untuk memilih unsur-unsur

terhadap nilai yang dibanding agar didapat alternative pertimbangan.

Metode ini dilakukan dengan memberikan skor atas serangkaian criteria A, B, C,

dan D (PEARL).

A : Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang terkena masalah

serta keterlibatan masyarakat dan instansi terkait. Skor 0-10 (Kecil - Bsar).

B : Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas ,

kecendrungannya dri waktu ke waktu. Skor 0-10 (Tidak gawat Gawat)

C : Efaktifitas atau kemudahan penanggulangan masalah, dilihat dari perbandingan

antara perkiraan hasil atau manfaat penyelesaian masalah yang akan diperoleh dengan

sumber daya (Biaya, sarana, dan cara) untuk menyelesaikan masalah. Skor 0-10 (Sulit-

Mudah).

D : PEARL

Berbagi pertimbangan dalam kemungkinan pemecahan masalah. Skor 0= Tidak, 1= Ya

P : Propriatness yaitu kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai kebijaksanaan /

program kegiatan/ Instansi terkait / organisasi terkait.

E : Economic feasibility yaitu kelayakan dari segi pembiayaan

A : Acceptability yaitu situasi penerimaan masyarakat dan instansi terkait / instansi

lainnya.

L : Legality yaitu dukungan aspek hukum perundangan /peraturan terkait seperti

peraturan pemerintah.

Setelah kriteria tersebut berhasil di isi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD dan

NPT dengan rumus sebagai berikut:


NPD=Nilai Prioritas Dasar=(A=B) x C

NPT=Nilai prioritas Total =(A+B) x C x D

Prioritas pertama adalah masalah dengan skor NPT tertinggi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Kecamatan dan Desa

4.1.1. Data Geografi

Desa Labui merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Baitussalam

Kabupaten Aceh Besar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan batas wilayah desa

adalah sebagai berikut:

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lam Ujong Dan Lamnga

Sebelah selatan berbatasan dengan Lampineng Dan Lam Asan

Sebelah timur berbatasan dengan Glee Bruek

Sebelah barat berbatasan dengan Selat Malaka

Desa Labui berjarak 2 km dengan kantor camat.

4.1.2. Data Demografi

Desa Labui mempunyai jumlah penduduk 764 jiwa yang terdiri dari laki-laki 391

jiwa dan perempuan 373 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 233 KK.

Dalam pemerintahan Desa Labui terdiri dari tiga (3) dusun yaitu :

1. Dusun Bak kupula

2. Dusun Rumah Percontohan

3. Dusun Lancang

Seluruh warga Desa Labui adalah Warga Negara Indonesia (WNI) dan semua

beragama Islam.

Tabel 1
Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Labuy Kecamatan
Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.
Tahun 2012
Sumber :
Data No Jenis kelamin Jumlah % Primer
PBL II 1 Laki-laki 391 51,2 FKM
USM, 2 Perempuan 373 48,8 Tahun
2012 Jumlah 764 100

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak
yaitu sebesar 391 (51,2%) dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan yaitu 373
(48,8%)
Tabel 2
Distribusi Berdasarkan Umur Penduduk Di desa Labui Kecamatan Baitussalam
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012

No Umur (Tahun) Jumlah %

1 05 89 11,6
2 6 10 43 5,6
3 11 20 107 14
4 21 30 113 14,8
5 31 40 223 29,2
6 41 55 142 18,6
7 56 65 + 47 6,2
Jumlah 764 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas bahwa jumlah penduduk berdasarkan umur di Desa


Labui jum lah umur yang paling rendah adalah umur 6-10 tahun sekitar 5,6 % dan yang
paling tinggi umur antara umur 31 40 sekitar 29,2 %

Table 3
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Labui
Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 SD 13 18,5
2 SLTP 16 22,8
3 SLTA 28 40
4 D3 7 10
5 Sarjana (SI) 6 8,57
Jumlah 70 100

Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat tingkat pendidikan masyarakat di Desa

Labui berpendidikan SLTA adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 28 jiwa (40%) dan

yang paling sedikit adalah SI hanya 8,57 %.

Table 4
Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Dasa Labui
Tahun 2012

No Jenis Pekerjaan Jumlah %


1. Petani 8 11,4
2. Wira swasta 18 25,7
3. PNS 11 15,7
4. Polri 3 4,3
5. Buruh 5 7,1
6. Tukang kayu 8 11,4
7. Bidan 1 1,4
8. Batu Bata 8 11,4
9. Guru 3 4,3
11. Pensiunan PNS 5 7,1
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan penduduk di Desa Labui

mayoritas berlatar belakang social ekonomi sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 25,7% dan

PNS sebanyak 15,7 % % . dan 1,4% adalah sebagai Bidan.


Tabel 5
Distribusi Frekuensi Status Kawin di Desa Labui
Tahun 2012
No Status Perkawinan Frekuensi %
1 Kawin 68 97,1
2 Janda 1 1,4
3 Duda 0 0
4 Belum Kawin / lajang 1 1.4
Jumlah 70 100
Sumber: Data Primer Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 5 diatas status kawin yang banyak adalah 68 KK atau sekitar

97,1 % sedang kan yang yang janda dan status belum kawin sebanyak 1 orang atau 1,4%.

4.2. Hasil Kegiatan

Selama 14 (empatbelas) hari kelompok V melaksanakan PBL II di Desa Labui

Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, dapat merangkum beberapa data sesuai

dengan data yang kami dapatkan di lapangan.

4.2.1. Data Sanitasi Dasar

4.2.1.1. Jumlah Rumah sehat

Table 6
Kontruksi Rumah Berdasarkan Jenis yang Tergolong Sehat dan Tidak Sehat di Desa
Labui Tahun 2012

No Kontruksi Rumah Jumlah %


1 Sehat 70 100
2 Tidak sehat 0 0
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah rumah yang berada di desa

Labui sudah termasuk rumah sehat yaitu 100 % kontruksi rumah sudah sesuai dengan

SPM yaitu 80%.

4.2.1.2. Saluran pembuangan Air Limbah (SPAL)

Table 7
Distribusi Pembuangan Air Limbah di Desa Labui
Tahun 2012

No SPAL Jumlah %
1 Ada ( saluran pengairan/got ) 24 34,3
2 Tidak Ada 46 65,7
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Labui yang

mempunyai SPAL hanya 34,3 % dari 70 kk sampel yang di ambil, ini menunjukkan bahwa

belum seluruhnya masyarakat mempunyai SPAL.

Table 8
Distribusi Bentuk Tempat penampungan Air Limbah di Desa Labui
Tahun 2012

No Bentuk Penampungan Air Limbah Jumlah %


1 Lubang Tertutup 7 29,2
2 Lubang terbuka 17 70,8
Jumlah 24 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 70 KK sampel yang di ambil

hanya7 KK (29,2%) bentuk penampungan air limbah adalah lobang tertutup dan 17 KK
(70,8%) menggunakan lobang terbuka. Hal ini menunjukkan proporsi SPAL yang tidak

memenuhi syarat kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan yang memenuhi syarat.

4.2.1.3. Jamban

Table 9
Distribusi keluarga yang memiliki jamban di Desa Labui
Tahun 2012

No Jamban Keluarga Jumlah %

1 Memiliki Jamban 70 100


2 Tidak Memiliki Jamban 0 0
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata masyarakat Desa Labui

yang kami wawancara 100 % masyarakatnya memiliki jamban, semuanya menggunakan

jamban cemplung.

Table 10
Distribusi tipe jamban di Desa Labuy
Tahun 2012

No Tipe Jamban Jumlah %

1. Leher angsa 70 100


2. Cempung 0 0
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dan hasil wawancara kami dapat disimpulkan bahwa tipe

jamban yang digunakan oleh masyarakat Desa Labui adalah tipe Jamban leher angsa

yaitu 100% .

4.2.1.4. Air Bersih


tabel 11
distribusi frekuensi sumber air bersih di Desa Labui
tahun 2012
No Sumber air KK % Memenuhi Syarat
Ya % Tidak %
1 Sumur 37 53 6 31 83,8 1
2 Sungai - - - 6,2 - -
3 Perpipaan - - - - - -
4 Tidak memiliki sumur 33 47 -
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat desa Labui


menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti
untuk mencuci dan mandi. Namun yang memenuhi syarat sekitar 16,2%. Untuk minum
masyarakat Desa Labui membeli atau menggunakan air galon.

4.2.1.5. Sampah

Table 12
Distribusi Tempat Sampah di Desa Labuy
Tahun 2012

No Jenis tempat pembuangan sampah Jumlah %

1 Tong sampah 11 15,7


2 Kantong 54 77,1
Lobang galian 5 7,1
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 70 KK sampel yang di ambil

yang menggunakan tong sampah 11 KK (15,7%), kantong 54 KK (77,1%), dan lobang

galian 5 KK (7,1 %). Sehingga pervalensi masyarakat yang menggunakan kantong lebih

banyak dibandingkan menggunakan tong sampah ataupun lobang galian.

Table 13
Distribusi Cara Penanganan Sampah di Desa Labuy Tahun 2012
No Cara penanganan sampah Jumlah %
1 Dibuang 51 72,9
2 Dibakar 19 27,1
3 Ditanam 0 0
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat lihat bahwa cara penanganan sampah di desa Labui

sebanyak 51KK (72,9%) adalah dengan cara dibuang dan 19 KK (27,1%) di bakar. Hal ini

di karenakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan


4.2.2. Data PHBS

Table 14
Kelompok Pemakai Jenis Alat Kontrasepsi di Desa Labui Tahun 2012

No Alat kontrasepsi Jumlah %

1 Pil 15 21,4
2 Suntik 40 57,1
3 Inplant 2 2,9
4 Dll( KB Alami) 13 18,6
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kontrasepsi yang paling banyak

digunakan yaitu suntik sebanyak 40 KK (57,1%), pil 15 KK (21,4%), inplant 2 KK (2,9%),

dan yang tidak menggunakan KB adalah 13 KK (18,6%).

Table 15
Penyakit dan pelayanan kesehatan di Desa Labui selama 3 bulan terakhir Tahun 2012

No Nama Penyakit Jumlah %

1 Diare/Disentri 6 8,6
2 Pilek/batuk 45 64,2
3 Demam tinggi 1 1,4
4 Yang tidak menderita penyakit 18 25,7
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jenis penyakit yang diserita oleh penduduk

di desa Labui yaitu Demam tinggi 1 KK (1,4%), diare 6 KK (8,6%), Pilek/Batuk 45 KK

(64,2%) yang disebabkan oleh cuaca.

Table 16
Jumlah balita yang di imunisasi di Desa Labui Tahun 2012
No Imunisasi Jumlah %
1 Lengkap 55 78,6
2 Tidak lengkap 15 21,4
Jumlah 70 100
Sumber : Data Primer PBL II FKM USM, Tahun 2011

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 70 KK yang diwawancara

dengan warga di desa Labuy yang memberikan imunisasi pada bayi, balita sebesar 55 KK

(78,6%), dan yang tidak di imunisasi sekitar 15 KK (21,4%).

4.3. Pembahasan

4.3.1. Identifikasi Masalah

Dari uraian pembahasan diatas kami melihat adanya masalah yaitu antara lain :

1. Banyaknya keluarga yang belum memiliki sumber air bersih, yaitu dari 80% target SPM

hanya 53 % yang terpenuhi.

2. Saluran Pembuangan Air Limbah yang memenuhi standar yakni hanya 34,3 %

masyarakat yang memiliki SPAL.

3. Banyak keluarga yang belum memiliki Tempat pembuangan sampah,yaitu dari 80 %

target SPM sekitar 15,7 yang memiliki tong sampah.

4.3.2. Prioritas Masalah

Prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan metode Hanlon. Metode ini dilakukan

dengan memberikan skor atas serangkaian criteria A, B, C, dan D (PEARL).Setelah kriteria


tersebut berhasil di isi, maka selanjutnya menghitung nilai NPD dan NPT dengan rumus

sebagai berikut:

NPD=Nilai Prioritas Dasar=(A=B) x C

NPT=Nilai prioritas Total =(A+B) x C x D

Dari hasil identifikasi masalah dan mempertimbangkan beberapa hal diatas maka

dihasilkan prioritas masalah yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 17
Prioritas masalah yang mempengaruhi derajat kesehatan di Desa Labui Kecamatan
Baitussalam Tahun 2012

NO masalah A=Besar B=Kegawataan C=Kemudahan NPD P E A R L NPT


1 SPAL 8 5 3 39 1 0 1 0 1 0 III
2 Sampah 7 7 4 56 1 1 1 1 1 56 II
3 Air bersih 9 7 5 80 1 1 1 1 1 80 I

4.3.3. Program Intervensi

Dari hasil kegiatan PBL II mahasiswa FKM Serambi Mekkah di Desa Labui,

alternative pemecahan masalah sulit untuk dicapai secara maksimal, karena masalah yang

timbul sangat erat kaitannya dengan pola kebiasaan perilaku menyimpang dan hal

tersebut sangat sulit untuk diperbaiki apalagi dalam waktu yang hanya dalam 14

hari,namun meskipun demikian ada beberapa upaya yang telah kami lakukan bersama

masyarakat sekitar , antara lain:

1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat Desa Labui


2. Melakukan kegiatan gotong royong dengan masyarakat sekitarnya

3. Melakukan penyuluhan pada anak sekolah Sd Labui.

4. Dll.
BAB V

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan pembahasan diatas kami menyimpulkan bahwasanya dalam sanitasii dasar,

yang menjadi prioritas masalah yaitu mengenai air bersih.

2. Sedangkan masalah terbesar kedua adalah mengenai SPAL, hanya beberapa warga yang

memiliki SPAL lubang tertutup sedangkan yang lainnya memiliki SPAL dalam bentuk

terbuka yaitu berupa selokan atau drainase . Namun selokan terlihat tidak berfungsi

dengan baik, banyak selokan yang tersumbat.

3. masih banyak rumah-rumah yang belum memiliki tempat pembuangan sampah.

1.2. Saran

1. Diharapkan kepada kader dan petugas kesehatan setempat untuk lebih banyak lagi

mempromosikan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat karena masih kurangnya

kesadaran masyarakat tentang penerapan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ada peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik lagi dikarenakan adanya

kegiatan PBL II di Desa Labuy Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh besar.

3. Diharapkan kepada seluruh masyarakat agar bisa menyediakan tempat penampungan

sampah dan saluran pembuangan dirawat dengan baik agar terciptanya kebersihan

lingkungan dan bebas penyakit.


qs

Anda mungkin juga menyukai