Dosen Pengampu
Eram Tunggul Pawenang S. KM, M. Kes
Oleh
Riyadhotul Khusna
6411412173
Eva Hidayati
6411412175
Miftah Fatmawati
6411412186
Rombel 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Definisi Tinja
Difinisi Tinja sendiri (Ekskreta) yaitu sebagai kotoran manusia yang
berbentuk padat, dengan berat basah tinja individu berkisar antara 20 gram 1,5
killogram. Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran
pencernaan (tractus digestifus).
Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan
dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa
dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya
(Soeparman, 2002:11).
Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine)
merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang
menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh
(Chandra, 2007:124).
Secara Umum
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran
tersebut dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman (Depkes RI, 1995).
Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang dipergunakan untuk
membuang tinja/kotoran manusia bagi keluarga, lazimnya disebut kakus. Penyediaan
sarana pembuangan kotoran manusia atau tinja (kakus/jamban) adalah bagian dari
usaha sanitasi yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan
penularan penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan,
maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,
terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Soeparman dan Suparmin, 2002).
6. Frekuensi Pemompaan
Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan orang
banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan (Chandra,
2007).
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan :
a) Membantu warga kampung di pedesaan yang belum punya WC atau toilet agar
tidak buang air sembarangan karena biasanya mereka membuangnya di pinggir
tambak, di pematang sawah, di pinggir sungai, di pinggir kali atau dibungkus dan
seterusnya.
b) Dibutuhkan biaya yang jauh lebih murah dibanding jamban leher angsa.
c) Membantu petani tambak memberi pakan ikan karena harga pupuk atau pakan
yang semakin mahal dan langka menyulitkan para petani.
d) Dapat menjadi tempat sosialisasi atau ngerumpi (khusus jamban yang bisa
menampung 2 orang atau lebih).
Kekurangan :
1. Mencemari air permukaan dan juga tanah.
2. Sanitasi lingkungan rendah.
3. Memudahkan tumbuhnya bibit penyakit yang terdapat di dalam empang
tersebut.
4. Penularan penyakit lebih mudah.
5. Dapat dapat menimbulkan wabah penyakit bagi masyarakat.
D. PEMELIHARAAN
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut :
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,
2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air,
3. Tidak ada sampah berserakan,
4. Rumah jamban dalam keadaan baik,
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat,
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,
7. Tersedia alat pembersih,
8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.
Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan :
1.
2.
Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak
bau dan mengundang lalat.
3.
Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai.
4.
5.
Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jamban empang (overhung Latrine) adalah jamban yang dibangun diatas empang,
sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang
biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting
peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter
akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Untuk mencegah
kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola
dengan baik.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga harus diperhatikan tentang
masalah pembuangan tinja. Jamban yang baik adalah yang sesuai kriteria yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, pemeliharaannya juga harus sesuai. Masyarakat harus
sadar akan pentingnya sanitasi lingkungan, sehingga hal itu yang menjadi kontrol sosial bagi
mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/10/sanitasi-jamban.html
http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-jamban.html
http://wiazka05falih.blogspot.com/