Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS JAMBAN OVERHUNG LATRINE

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Sanitasi Lingkungan

Dosen Pengampu
Eram Tunggul Pawenang S. KM, M. Kes

Oleh
Riyadhotul Khusna

6411412173

Eva Hidayati

6411412175

Miftah Fatmawati

6411412186

Rombel 5

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah


domestic) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar ( ANTARA News,
2006 ). Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari
400.000 m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui
pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan
akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan
menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah , dan ada
juga yang dibuang ke kolam atau pantai.
Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang
berada di bawah garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai
sebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran
pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari
kamar mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang hajatnya di
pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi selain disebabkan karena factor
ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relative rendah
dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah yang sangat kompleks dan untuk
mengatasinya dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak terkait. Pembungan tinja manusia
yang tidak memenuhi syarat kesehatan seringkali berhubungan dengan kurangnya penyedian
air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya, hal yang demikian ini dapat menjadi sumber
berbagai penyakit, serta dapat mengganggu estetika atau keindahan, kenyamanan dari
manusia apabila tinja tersebut tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu keberadaan
jamban sangat dibutuhkan agar dapat digunakan oleh para keluarga.
Jamban atau kakus merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Pembuatan
jamban merupakan usaha manusia untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan
tempat hidup yang sehat. Dalam membangunan jamban sedapat mungkin harus diusahakan
agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu kontruksi yang kokoh dan biaya
yang terjangkau perlu dipikirkan dalam membuat jamban. Pembuangan tinja yang tidak

memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis lingkungan,


sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan rekayasa pada akses
pembuangan tinja.
Saat ini hampir 70% di kota, rumah masyarakat menggunakan septic tank pribadi,
tetapi sebagian besar masih tidak berfungsi dengan baik, karena kurangnya wawasan dari
masyarakat sekitar tentang pengolahan septic tank yang baik dan tidak menyebabkan
pencemaran. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia
yang tidak baik akan dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan
sumber air.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI

Definisi Tinja
Difinisi Tinja sendiri (Ekskreta) yaitu sebagai kotoran manusia yang
berbentuk padat, dengan berat basah tinja individu berkisar antara 20 gram 1,5
killogram. Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran
pencernaan (tractus digestifus).
Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan
dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa
dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya
(Soeparman, 2002:11).
Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine)
merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang
menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh
(Chandra, 2007:124).

Secara Umum
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran
tersebut dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab penyakit dan mengotori
lingkungan pemukiman (Depkes RI, 1995).
Jamban keluarga didefinisikan suatu bangunan yang dipergunakan untuk
membuang tinja/kotoran manusia bagi keluarga, lazimnya disebut kakus. Penyediaan
sarana pembuangan kotoran manusia atau tinja (kakus/jamban) adalah bagian dari
usaha sanitasi yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan
penularan penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan,
maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,
terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Soeparman dan Suparmin, 2002).

Jamban Overhung Latrine


Jamban empang (overhung Latrine) adalah jamban yang dibangun diatas
empang, sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu
saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.
Jamban ini dibangun diatas empang ikan, di dalam system jamban empang ini
terjadi daur ulang (recycling) yakni tinja dapat langsung dimakan ikan,ikan dimakan
orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya.
Jamban ini empang ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya
lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan
ikan).
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting
peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter
akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Untuk mencegah
kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola
dengan baik.
B. SYARAT SYARAT PEMBUATAN JAMBAN
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
(Depkes RI, 2004)
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter
dari sumber air bersih.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Cukup luas dan landai atau miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
tanah sekitarnya.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindungm dinding kedap air dan berwarna.
6. Cukup penerangan.
7. Lantai kedap air.

8. Ventilasi cukup baik.


9. Tersedia air dan alat pembersih.
Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain : (Chandra, 2007)
1. Topografi Tanah
Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut
kemiringan tanah.
2. Faktor Hidrologi
Yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain : Kedalaman air tanah, Arah
dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan
jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang
diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.
3. Faktor Meteorologi
Di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari kakus.
4. Jenis Mikroorganisme
Karakteristik beberapa mikroorganisme ini antara lain dapat disebutkan bahwa
bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan
pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang
kering dapat bertahan selam 1 bulan.
5. Faktor Kebudayaan
Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa dilengkapi dengan
dinding sumur.

6. Frekuensi Pemompaan
Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan orang
banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan (Chandra,
2007).
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan :
a) Membantu warga kampung di pedesaan yang belum punya WC atau toilet agar
tidak buang air sembarangan karena biasanya mereka membuangnya di pinggir
tambak, di pematang sawah, di pinggir sungai, di pinggir kali atau dibungkus dan
seterusnya.
b) Dibutuhkan biaya yang jauh lebih murah dibanding jamban leher angsa.
c) Membantu petani tambak memberi pakan ikan karena harga pupuk atau pakan
yang semakin mahal dan langka menyulitkan para petani.
d) Dapat menjadi tempat sosialisasi atau ngerumpi (khusus jamban yang bisa
menampung 2 orang atau lebih).
Kekurangan :
1. Mencemari air permukaan dan juga tanah.
2. Sanitasi lingkungan rendah.
3. Memudahkan tumbuhnya bibit penyakit yang terdapat di dalam empang
tersebut.
4. Penularan penyakit lebih mudah.
5. Dapat dapat menimbulkan wabah penyakit bagi masyarakat.

D. PEMELIHARAAN
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah sebagai berikut :
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,
2. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air,
3. Tidak ada sampah berserakan,
4. Rumah jamban dalam keadaan baik,
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat,
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,
7. Tersedia alat pembersih,
8. Bila ada yang rusak segera diperbaiki.
Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan dengan :
1.

Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember.

2.

Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih agar tidak
bau dan mengundang lalat.

3.

Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga tidak
membahayakan pemakai.

4.

Tidak memasukkan bahan kima dan detergen pada lubang jamban.

5.

Tidak ada aliran masuk kedalam jamban selain untuk membilas tinja.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jamban empang (overhung Latrine) adalah jamban yang dibangun diatas empang,
sungai ataupun rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar begitu saja, yang
biasanya dipakai untuk makanan ikan, ayam.
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting
peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter
akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Untuk mencegah
kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola
dengan baik.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga harus diperhatikan tentang
masalah pembuangan tinja. Jamban yang baik adalah yang sesuai kriteria yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu, pemeliharaannya juga harus sesuai. Masyarakat harus
sadar akan pentingnya sanitasi lingkungan, sehingga hal itu yang menjadi kontrol sosial bagi
mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/10/sanitasi-jamban.html
http://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian-jamban.html
http://wiazka05falih.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai