Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ATONIA UTERI

Pembimbing:

dr. Jekson Lubis, Sp.OG

Disusun oleh :

Muhammad Fadli, S.Ked 1708320015

Muhammad Sufi Sidabutar 1708320006

Karina Nurzikriyah Siagian 1708320100

Ade Fenni Utami 1708320005

Siti Hardiyanti 1708320003

RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii


BAB I Pendahuluan………………………………………………………………..3
Latar Belakang…………………………………………………………….3
BAB II Laporan Kasus…………………………………………………………….4
Identitas Pasien………………………………………………………………….4
Anamnesis………………………………………………………………………5
Keluhan Utama………………………………………………………………5
riwayat penyakit sekarang…………………………………………………...5
riwayat anc………………………………………………………………...…5
Riwayat Menstruasi ......................................................................................... 5
Riwayat Persalinan dan kehamilan ................................................................. 5
riwayat penyakit yerdahulu ............................................................................. 5
riwayat penyakit keluarga ............................................................................... 5
Pemeriksaan fisik ................................................................................................ 5
Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………...8
BAB III Tinjauan Pustaka……………………………………………………….10
BAB IV Kesimpulan……………………………………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………24

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan berhubungan dengan perdarahan, karena semua persalinan baik

pervaginam ataupun perabdominal (seksio sesarea) selalu disertai perdarahan.

Pada persalinan pervaginam perdarahan dapat terjadi sebelum, selama ataupun

sesudah persalinan. Perdarahan bersama-sama infeksi dan gestosis merupakan tiga

besar penyebab utama langsung dari kematian (Cunningham FG, 2005).

Angka kejadian perdarahan postpartum setelah persalinan pervaginam yaitu

5-8 %. Perdarahan postpartum adalah penyebab paling umum perdarahan yang

berlebihan pada kehamilan. Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai

berikut : atonia uteri 50 – 60 %, sisa plasenta 23 – 24 %, retensio plasenta 16 –

17 %, laserasi jalan lahir 4 – 5 % dan kelainan darah 0,5 – 0,8 % (Mochtar, 1998).

Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-

serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi

daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut

miometrium tersebut tidak berkontraksi (Cunningham FG, 2005).

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini

(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi

peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol

perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme

ini (Cunningham FG, 2005).

3
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Penderita

Nama : Ny. Rohmaniatin

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pend Terakhir : SMA

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status : Menikah

Alamat : Desa Pantai Labu Kab. Deli Serdang

Nama Suami : Tn.Syahrul Arifin

Umur : 30 tahun

Alamat : Desa Pantai Labu Kab. Deli Serdang

Pekerjaan : Swasta

Suku : Jawa

Tanggal MRS : 27 Februari 2019

No.RM : 03.88.95

4
2.2. Anamnesis

2.2.1. Keluhan Utama :

Keluar darah dari jalan lahir

2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluar darah dari jalan lahir setalah operasi SC hari ke 8. Pukul

02.30 malam pasien bangun ingin menyusui anaknya namun tiba-tiba

keluar darah dari jalan lahir.

2.2.3. Riwayat menstruasi

Pertama kali menstruasi saat umur 13 tahun, siklus 30 hari dan


biasanya berlangsung sekitar 6-7 hari.
2.2.4. Riwayat Persalinan dan Kehamilan

2.2.5. Riwayat Penyakit Dahulu :

2.2.6. Riwayat Penyakit Keluarga :

2.3. Pemeriksaan Fisik

2.3.1. Status Generalis

 Keadaan Umum : tidak sadarkan diri

 GCS : E4 V5 M6

 Vital sign :

Tekanan Darah : 172/91 mmHg

Nadi : 77x/ mnt

Suhu : 36,8

RR : 18x/menit

5
 Kepala : Anemis (-), Ikterus (-), Cyanosis (-),

Dispneu (-),

Reflek cahaya +/+.

 Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar thyroid

(-).

 Thorax : Simetris (+), Reguler (+), Retraksi (-).

C/ S1 S2 Tunggal, Mumur (-), Gallop (-)

P/ Vesicular +/+, Rh -/-, Whez -/-

 Abdomen : Perut besar dan panjang sesuai usia

kehamilan, BU (+) N.

 Ekstremitas : Akral DBP, Edema +/+, CRT <2 menit.

2.3.2. Status Obstetrik

 Inspeksi : Tampak membesar dan memanjang, striae

gravidarum (+).

 Palpasi :

 Vaginal Toucher : Tidak dilakukan sendiri, menurut pemeriksaan

bidan ruangan terdapat pembukaan 10 cm, Effisement : 100%

2.4. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium

o Pemeriksaan Darah Lengkap

Hitung Jenis : 5/1/64/27/3 (1-2/0-1/49-67/25-33/3-7)

Hematokrit : 21,9% (L 40-54%, P 35-47%)

Hemoglobin : 7,9 g/dl (P=12,0-16,0mg/dl,L=13,0-

18,0mg/dl)

6
Leukosit : 15200 (4000-10.000)

Trombosit : 546000 (150.000- 450.000)

LED : 68/99 (L 0-5/jam, P 0-7/jam)

o Pemeriksaan Gula Darah

GDA : 168

o Faal Hemostasis

Bleeding Time 2’ 00’’ ( 1-5 menit )

Clothing Time 7’ 30’’ ( 5-11 menit )

2.5. Diagnosis

Berdasarkan data dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjuang yang dilakukan, disimpulkan bahwa assessment pada

Ny.Rohmaniatin adalah : GIII P21 Ab000 post SC hari ke 8 dengan HPP disertai

Shock Hipovolemik ec Atonia Uteri

2.6. Rencana Tindakan

1. O2 Nasal 3 lpm
2. Infus Assering loading 2000 cc, dilanjutkan HES 500  2500  500
3. Sitotec supp 3
4. Inj Kalnex extra 2 amp
5. Drip Metergin 1 amp
6. Pasang DC

7
Lembar SOAP

NO Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning

1. 27/02/19 Pasien Tensi 105/67 MAP 72 Post SVH hari 1 Loading


mengatakan Nadi 105 ec Atonia Uteri 2000cc
badannya sakit RR 15x/m Drip oxitocin 2
t 37,60C
semua amp/ 24 jam
SpO2 98%
Perdarahan K/L : a/i/c/d +/-/-/- Tranfusi PRC
sedkit Abdomen : Soepel, Nyeri 2bag  Hb >
tekan -, BU+N, 10 gr
perdarahan pervaginam Meropenem
sedikit 3x1 gr
Ext : HKP Alinamin 3x1
Terpasang tampon
NTC 2x1
Bleeding +
Kalnex 3x1
Drip analgesik
2. 28/07/19 Pasien Tensi 117/72 MAP 88 Post SVH hari 2 IVFD
mengatakan Nadi 110 ec Atonia Uteri Aseering
badannya RR 22x/m 1500cc/24 jam
t 390C
lemes dan sakit Drip oxitocin 2
SpO2 99%
semua K/L : a/i/c/d +/-/-/- amp/ 24 jam
Perdarahan Abdomen : Soepel, Nyeri Meropenem
sedikit tekan -, BU+N, 3x1 gr
perdarahan pervaginam Alinamin 3x1
sedikit NTC 2x1
Ext : HKP Kalnex 3x1
Terpasang tampon
Drip analgesik
Bleeding + tidak aktif

3. 29/07/19 Pasien Tensi 110/60 Post SVH hari 3 IVFD Assering


mengatakan Nadi 100 ec Atonia Uteri 1500 cc/24 jam
sudah agak RR 22x/m Aff tampon
t 360C
enakan, nyeri Cefotaxim 3x1
SpO2 99%
berkurang K/L : a/i/c/d +/-/-/- (3hari)
Perdarahan - Abdomen : Soepel, Nyeri Vit C 2x1
tekan -, BU+N, Kalnex 3x1
perdarahan pervaginam Antrain 3x1
sedikit
Ext : HKP
Terpasang tampon
Bleeding -

8
4. 30/02/19 Pasien KU : Baik Post SVH hari 4 IVFD Assering
mengatakan Tensi 127/88 ec Atonia Uteri 1500 cc/24 jam
sudah tidak Nadi 109x/menit Cefotaxim 3x1
RR 19x/m
ada keluhan (3hari)
t 360C
Perdarahan - Abdomen : Soepel, Nyeri Vit C 2x1
tekan +, BU+N, Kalnex 3x1
Ext : HKM Antrain 3x1
Perdarahan pervaginam - Diet TKTP

LEMBAR LABORATORIUM

23/030/13 23/030/13 24/07/13 24/07/13


4.09 14.30 7.30 16.44
Diff 5/1/64/27/3 0/0/20/4/76 0/0/81/74/5 0/0/91/7/1
Hct 21,9 14,8 26,7 29,1
Hb 7,9 5,1 8,9 9,8
Leukosit 15200 31600 18500 4800
Trombosit 546000 183000 154000 53000
LED - - - 31/58
GDA 168 - - -
Bleeding 2’ 00 - 1’ 30’’ -
Time
Clothing 7’ 30’’ - 8’ 30 -
Time
APTT 28,3 - 34,1 -
PT 12,0 - 16,3 -
Albumin - - - 1,9

9
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Defenisi Atonia


Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk berkontraksi dan
beretraksi dengan baik setelah plasenta lahir. Pada sat plasenta masih melwekat di
dinding rahim , maka jumlah aliran darah pada tempat melekatnya plasenta
treswebut di perkirakan mencapai 500 hingga 800 ml per menit. Setelah plasenta
lepas , akan terjadi perdarahan karena sinus–sinus maternalis di tempat insersi
plasenta pada dinding rahim terbuka.Biasnya perdarahan ini tidak berlangsung
lama, sebab kontraksi dan retraksi otot–otot rahim menekan pembukuh–pembuluh
darah yang terbuka di situ hingga lumennya tertutup.Kemudian pembuluh darah
akan tersumbat oleh bekuan darah. Karena, umumnya perdarahan yang terjadi
tidak lebih dari 500 ml.
Pada kondisi dimana terjadi atonia uteri, maka lumen pembuluh–pembuluh
darah pada tempat melekatnya plasenta akan tetap terbuka, hingga terjadi
perdarahan postpartum yang banyaknya lebih dari 500 ml.

3.2. Etiologi Atonia Uteri


 Plasenta yang baru lepas sebagian.
 Tertinggalnya sisa plasenta, kotiledon, atau selaput ketuban.
 Persalinan yang terlalu cepat (partus presipitatus).
 Persalinan lama sehingga terjadi inersia uteri.
 Polihidramnion atau kehamilan kembar sehingga terjadi peregangan yang
berlebihan pada otot uterus.
 Plasenta previa.
 Solusio plasenta.
 Pemberian anastesi umum.
 Penatalaksana yang salah pada persalinan kala tiga.
 Kandung kemih yang penuh.
 Penyebab lain yang tidak diketahui.

10
1. Plasenta yang baru lepas sebagian
 Bila seluruh bagian plasenta masih melekat, maka biasanya tidak terjadi
perdarahan. Tetapi,bila sebagian plasenta sudah terlepas, maka akan terjadi
robekan pada sinus–sinus maternalais, sedangkan sebagian plasenta yang
masih melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi dari otot –otot
uterus. Karena itu kondisi ini akan menyebabkan perdarahan.
2. Tertinggalnya selaput ketuban,kotiledon , atau selaput ketuban
 Akan mengganggu aktivitas otot–otot uterus untuk dapat berkontraksi dan
beretraksi secara efisien sehingga perdarahan terus terjadi.
3. P ersalinan yang trelalu cepat (partus presipitatus)
 Bila uterus sudah berkontraksi terlalu kuat dan terus –menerus selama kala
satu dan kala dua persalinan (kontraksi yang hipertonik) , maka otot –otot
uterus akan kekurangan kemamouannya untuk beretraksi setelah bayi
lahir.
4. Persalinan Lama
 Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otot –
otot uterus.
5. Polihidramnion atau kehamilan kembar
 Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksi
setelah kelahiran bayi akan menjadi tidak efisien.
6. Plasenta previa
 Pada lapisan plasenta previa, maka sebagian tempat melekatnya plasenta
adalah segmen bawah uterus, di man lapisan ototnya amat tipis dan hanya
mengandung sedikit serat otot oblik.
7. Solusio plasenta
 Bila terjadi solusio plasenta , maka darah di dalam rongga uterus dapat
meresap di antara serat – serat otot uterus dan mengakibatkan kontraksi
uterus menjadi tidak efektif .Solusio plasenta yang berat dapat
mengakibatkan uterus couvelaire.
8. Anastesi umum
 Beberapa otot anastesi merupakan relaksan otot yang amat kuat , misalnya
halotan dan siklopropan.

11
9. Penanganan yang salah pada kala tiga
 Merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perdarahan pospartum. K
ebiasaan melakukan rangsangan yang berlebihan pada daerah fundus atua
manipulasi pada uterus, dapat menimbulkan terjadiny kontraksi yang tidak
teratur (aritmik) sehingga hanya sebagian saja plasenta yang terlepas dan
hilangnya kemampuan uterus untuk beretraksi.
10. Kandung kemih yang penuh
 Bila kandung kemih penuh , maka letaknya yang berdekatan dengan
rongga abdomen pada akhir ka;a dua, akan mempengaruhi kontraksi dan
retraksi uterus.Kandung kemih yang penuh juga dapat menyebabkan
kesalahan dalam menatalaksana persalinan kala tiga karena kesulitan
menilai uterus.
11. Penyebab lain yang belum diketehui
Pada kasus atonia uteri mungkin saja tidak didapatkan kondisi –kondisi seperti di
atas sehingga faktor penyebabnya tidak di ketahui.

12
3.3 Penatalaksanaan Atonia Uteri

1. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri segera lahirnya


plasenta (maksimal 15 detik)

Evaluasi rutin. Jika uterus


berkontraksi tapi perdarahan
Uterus Ya terus berlangsung, periksa
Berkontraksi
apakah perineum, vagina dan
serviks mengalami laserasi dan
jahitan atau rujuk segera
Tidak
(Lampiran A-5)

2. Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina


dan lubang serviks
3. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong. Jika penuh atau
dapat dipalpasi, katerisasi kandung kemih menggunakan
teknik aseptik.
4. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.

 Teruskan KBI selama 2 menit.


Uterus  Keluarkan tangan perlahan-
Ya lahan.
Berkontraksi
 Pantau kala empat dengan
ketat
Tidak

5. Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual


eksternal.
6. Kelurkan tangan perlahan-lahan.
7. berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika
hipertensi).
8. pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan 500 ml ringer laktat + 20 eksitosin. Habiskan 500 ml
pertama secepat mungkin.
9. Ulangi KBI.

Pantau ibu dengan seksama


Uterus Ya selama kala empat persalinan
Berkontraksi

Tidak

10. Rujuk segera.


11. Dampingi ibu ke tempat rujukan ]
12. Lanjutkan infus ringer laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 ml
larutan dengan laju 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan
atau hingga menghabiskan 1,5 infus. Kemudian berikan 125
ml. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 ml
kedua dengan perlahan dan berikan minuman untuk rehidrasi.

13
Lakukan pemijan/masaseuterus melalui dinding abdomen.
1. Berikan obat–obat yang dapat menimbulkan kontraksi uterus seperti oksitosin
dan atau pemberian obat–obat golongan merthergin secar intravena atau
intramuskuler.
2. Segera lakukan KBI
 Pakai sarung tangan disinfektan tingkat tinggi atau steril, dengan lembut
memasukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari ) ke
introitus dan vagina ibu.
 Periksa vagina dan servik. Jika ada selaput ketuban atua bekuan darah
pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh .
 Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior , tekan dinding anterior
uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan
kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.

Gambar : KBI
 Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat . Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam uterus dan
juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
 Evaluasi keberhasilan :
i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang , teruskan
melakukan KBI selama dua menit , kemudian perlahn –lahan
keluarkan tangan dari dalam vagina . Pantau kondisi ibu secara ketat
selama kala empat
ii. Jika uterus berkontraksi tapin perdarahan treus berlangsungn , periksa
perinium, vagina dan serviks apakah terjadi lasrasi di bagian tersebut.
Segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.

14
iii. Jika kontraksi uetrus tidak terjadi dalam waktu 5 menit,ajarkan
keluarga untuk melakukan KBE,kemudian teruskan langkah – langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya.
Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan : Atonia uteri sering kali bisa di atasi dengan KBI,jika KBI
tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan –tidakan lain
3. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu
dengan hipertensi)
Alasan : Ergometrin yang diberikan , akan mengakibatkan tekanan darah
lebih tinggi dari kondisi normal.
4. Menggunakan jarum berdiameter besar ( ukuran 16 atua 18), pasang infus
dan berikan 500 ml larutan RL yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan : Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan
IV secara cepat ,dan dapat langsung digunakan jika ibu memerlukan
transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi
uterus. Rlakan membantu mengganti volume cairan yang hilang selama
perdarahan.
5. Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI.
Alasan : KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin
dapat membantu membuat uterus berkontraksi.
6. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit , segera
lakukan rujukan. Berarti ini bukan atonia uteri sederhana.Ibu
membutuhkan perawatan gawat –darurat di fasilitas kesehatan yang dapat
melakukan tindakan bedah dan transfusi darah.
7. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba
di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan Ivhingga ibu tiba di fasilitas
rujukan :
– Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
– Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang di infuskan mencapai 1,5 liter, dan
kemudian berikan 125 ml/jam.

15
– Jika cairan Ivtidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan
dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan
cairan tambahan.
Tekhnik Melakukan KBE:
1. Letak kan tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis pubis.
2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korvus uteri) ,
usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi
pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus diantara kedua
tangan tersebut.Ini akan membantu uterus untuk berkontraksi dan menekan
pembuluh darah uterus.

Gambar : Kompresi bimanual eksterna


Tekhnik Melakukan Kompresi Aorta Abnominalis:
Kompresi manual pada aorta hanya dilakukan pada
perdarahan hebat. Kompresi aorta hanya boleh dilakukan
pada keadaan darurat.

1. Raba pulpasi arteri femoralis pada lipatan paha.


2. Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung
jari telunjuk hingga kelingking pada umbilikus ke
arah kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus.
3. Dengan tangan yang lain ,raba pulsasi arteri
femoralis untuk mengetahui cukup tidaknya kompresi:
 Jika pulsasi masih teraba , artinya tekanan kompresi masih belum cukup.
 Jika kepalan mencapai aorta abdominalis , maka pulsasi arteri femoralis
akan berkurang /terhenti.

16
4. Jika perdarahan pervaginam berhenti , pertahankan posisi tersebut dan
pemijatan uterus (dengan bantuan asisten )hingga uterus berkontraksi dengan
baik.
5. Jika perdarhan masih berlanjut:
 Lakukan ligasi arteri uterina dan utero- ovarikal
 Berikan antiotika dosis tunggal.
 Ampilsilin 2 g I.V;
 Atau Sefazolin 1 g I.V.
 Berikan cairan infus Ringer laktat atau larutan NaCl 0,9%.
 Buka perut
 Lakukan insisi vertikal pada linea alba dari umilikus sampai
kubis.
 Lakukan insisi vertikal 2-3 cm pada fasia.
 Lanjutkan insisi keatas dan ke bawah dengan gunting.
 Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri dan kanan dengan
tangan atau gunting.
 Buka peritoneum dekat umbilikus dengan tangan. Jaga agar
jangan melukai kandung kemih.
 Pasang retraktor kandung kemih.
 Tarik uterus keluar sampai terlihat ligamentum latum.
 Raba dan rasakan denyut arteri uterina pada perbatasan serviks dan
segmen bawah rahim.
 Pakai jarum besar dengan benang catgut kromik 0 atau (poliglikolik)
dan buat jahitan sedalam 2-3 cm pada dua tempat. Lakukan ikatan
dengan simpul kunci.
 Tempatkan jahitan sedekat mungkin dengan uterus, karena ureter
hanya 1 cm lateral terhadap arteri uterina.
 Lakukan yang sama pada sisi lateral yang lain.
 Jika arteri tekena, jepit dan ikat sampai perdarahan berhenti.
 Lakukan pula pelikatan arteri utero ovarika, yaitu dengan melakukan
dengan peningkatan pada satu jari atau 2 cm lateral bawah tangkal

17
ligamentum. Suspensorium ovari kiri dan kanan agar upaya
hemostatis berlangsung efektif.
 Lakukan pada sisi yang lain.
 Observasi perdarahan dan pembentukan hematoma.
 Jahit kembali dinding perut setelah yakin tidak ada perdarahan lagi
dan tidak ada trauma pada vesika urinaria.
 Pasang drain abdomen.
 Tutup fasia dengan jahitan jelujur dengan benang kromik
(poliglikolik)

Gambar : Ligasi Arteri Uterina

 Jika ada tanda-tanda infeksi, letakkan kain kasa pada subkutan dan
jahit dengan benang catgut 0 (poliglikolik) atau secara longgar. Kulit
dijahit setelah infeksi hilang.
 Jika tidak ada tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras
vertikal memakai nilon 3-0 atau sutera. Tutup luka dengan kasa
steril.

 Jika perdarahan masih terus banyak, lakukan histerektomi supravaginal.


Memisahkan adneksa dari uterus
 Angkat uterus ke luar abdomen dan secara perlahan tarik untuk
menjaga traksi.
 Klem 2 kali dan potong ligamentum rotundum dengan gunting. Klem
dan potong pedikel, tetapi ikat setelah arteri uterina diamankan untuk
menghemat waktu.

18
Gambar : Pemisahan ligamentum rotundum

 Dari ujung ptongan ligamentum rotundum, buka sisi depan. Lakukan


insisi sampai:
 Satu titik tempat peritoneum kandung kemih bersatu dengan
permukaan uterus bagian bawah digaris tengah.
 Peritoneum yang diinsisi pada seksio sesaria.
 Gunakan dua jari untuk mendorong bagian belakang ligamentum
rotundum ke depan, di bawah tuba dan ovarium, di dekat pinggir
uterus. Buatlah lubang seukuran jari pada ligamentum rotundum
dengan menggunakan gunting. Lakukan klem 2 kali dan potong tuba,
ligamentum ovarium dan ligamentum rotundum melalui lubang pada
ligamentum rotundum.

Gambar : Pemisahan tuba dan ligamentum ovarika

 Pisahkan sisi belakang ligamentum rotundum ke arah bawah, ke arah


ligamentum sakrouterina, dengan menggunakan gunting.

19
Membebaskan kandung kemih
 Raih ujung flap kandung kemih dengan forseps atau dengan klem
kecil. Gunakan jari atau gunting, pisahkan kandung kemih ke bawah
dengan segmen bawah uterus.
 Arahkan tekanan ke bawah tetapi ke dalam menuju serviks dan
segmen bawah uterus.

Mengidentifikasi dan mengikat pembuluh darah uterus


 Cari lokasi arteri dan vena uterina pada setiap sisi uterus. Rasakan
perbatasan uterus dengan serviks.
 Lakukan klem 2 kali dalam pembuluh darah uterus denga sudut 900
C pada setiapsisi serviks. Potong dan lakukan pengikatan dua kali
dengan catgut kromik 0 atau poliglikolik.
 Periksa dengan seksama untuk mencari adanya perdarahan. Jika uteri
uterina diikat dengan baik, perdarahan akan berhenti dan uterus
terlihat pucat.

Gambar : Pemisahan pembuluh darah uterus

 Kembali ke pedikel ligamentum rotundum dan ligamentum


tuboovarika yang di klem dan ligasi dengan catgut kromik 0.

Amputasi korpus uterus


 Amputasi uterus setinggi ligasi arteri uterina dengan menggunakan
gunting.

20
Gambar : Garis amputasi uterus
Menutup tunggul serviks
 Tutup tunggul (stamp) serviks dengan jahitan terputus dengan
menggunakan catgut kromik ukuran 2-0 atau 3-0.
 Periksalah secara seksama tunggul serviks, ujung ligamentum
rotundum dan struktur lain pada dasar pelvis untuk mencari adanya
perdarahan.
 Jika terjadi perdarahan kecil atau dicurigai adanya gangguan
pembekuan, letakkan drain melalui dinding abdomen.
 Pastikan tidak terdapat perdarahan, buang bekuan dengan kasa.
 Pada semua kasus, periksalah adanya permukaan pada kandung
kemih. Jika terdapat permukaan pada kandung kemih, perbaiki luka
tersebut.
 Tutup fasia dengan jahitan jelujur dengan catgut kromik.
 Jika terdapat tanda-tanda infeksi, dekatkan jaringan subkutan dengan
longgar dan jahit longgar dengan catgut. Tutup kulit dengan
penutupan lambat setelah infeksi sembuh.
 Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutuplah kulit dengan jahitan
matras vertikal dengan benang nilon 3-0 dan tutup dengan pembalut
steril.
Prosedur Alternatif
Pada kondisi di mana rujukan tidak memungkinkan dan semua upaya
menghentikan perdarahan tiodak berhasil maka alternatif yang mungkin dapat
dilakukan adalah pemasangan tampon utero-vaginal.

21
Pemasangan tampon uterovagina
1. Vagina dibuka dengan spekulum, dinding depan dan belakang serviks
dipegang dengan ring tang, kemudian tampon dimasukkan dengan
menggunakan tampon yang melalui serviks sampai ke fundus uteri. Tampon
yang ditarik beberapa cm, dan kemudian memegang lagi tampon dan
didorong ke fundus uteri. Hal ini diulangi berkali-kali sampai tangan asisten
berada di fundus uteri.

Gambar : Cara pemasangan tampon uterovaginalis


2. Apabila perdarahan masih terjadi setelah pemasangan tampon ini,
pemasangan tampon tidak boleh diulangi, dan segera harus dilakukan
laparotomi untuk melakukan histerektomi ataupun ligasi arteria
hipogastrika.

22
BAB 4
PEMBAHASAN
4.I Kesimpulan
Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk berkontraksi dan
beretraksi dengan baik setelah plasenta lahir. Pada sat plasenta masih melwekat di
dinding rahim , maka jumlah aliran darah pada tempat melekatnya plasenta
treswebut di perkirakan mencapai 500 hingga 800 ml per menit.
Peyebab terjadinya atonia uteri Plasenta yang baru lepas sebagian,
Tertinggalnya sisa plasenta, kotiledon, atau selaput ketuban., Persalinan yang
terlalu cepat (partus presipitatus)., Persalinan lama sehingga terjadi inersia uteri.,
Polihidramnion atau kehamilan kembar sehingga terjadi peregangan yang
berlebihan pada otot uterus., Plasenta previa., Solusio plasenta., Pemberian
anastesi umum., Penatalaksana yang salah pada persalinan kala tiga., Kandung
kemih yang penuh., Penyebab lain yang tidak diketahui

23
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, GillstrapLC. Hauth JC, Wenstrom

KD. Williams Obstetrics. 23rd., New York: McGraw Hill, 2005

Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.

Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kebidanan Edisi IV cetakan I,

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai