ATONIA UTERI
Pembimbing:
Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
17 %, laserasi jalan lahir 4 – 5 % dan kelainan darah 0,5 – 0,8 % (Mochtar, 1998).
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status : Menikah
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa
No.RM : 03.88.95
4
2.2. Anamnesis
GCS : E4 V5 M6
Vital sign :
Suhu : 36,8
RR : 18x/menit
5
Kepala : Anemis (-), Ikterus (-), Cyanosis (-),
Dispneu (-),
(-).
kehamilan, BU (+) N.
gravidarum (+).
Palpasi :
Pemeriksaan Laboratorium
18,0mg/dl)
6
Leukosit : 15200 (4000-10.000)
GDA : 168
o Faal Hemostasis
2.5. Diagnosis
Ny.Rohmaniatin adalah : GIII P21 Ab000 post SC hari ke 8 dengan HPP disertai
1. O2 Nasal 3 lpm
2. Infus Assering loading 2000 cc, dilanjutkan HES 500 2500 500
3. Sitotec supp 3
4. Inj Kalnex extra 2 amp
5. Drip Metergin 1 amp
6. Pasang DC
7
Lembar SOAP
8
4. 30/02/19 Pasien KU : Baik Post SVH hari 4 IVFD Assering
mengatakan Tensi 127/88 ec Atonia Uteri 1500 cc/24 jam
sudah tidak Nadi 109x/menit Cefotaxim 3x1
RR 19x/m
ada keluhan (3hari)
t 360C
Perdarahan - Abdomen : Soepel, Nyeri Vit C 2x1
tekan +, BU+N, Kalnex 3x1
Ext : HKM Antrain 3x1
Perdarahan pervaginam - Diet TKTP
LEMBAR LABORATORIUM
9
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
10
1. Plasenta yang baru lepas sebagian
Bila seluruh bagian plasenta masih melekat, maka biasanya tidak terjadi
perdarahan. Tetapi,bila sebagian plasenta sudah terlepas, maka akan terjadi
robekan pada sinus–sinus maternalais, sedangkan sebagian plasenta yang
masih melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi dari otot –otot
uterus. Karena itu kondisi ini akan menyebabkan perdarahan.
2. Tertinggalnya selaput ketuban,kotiledon , atau selaput ketuban
Akan mengganggu aktivitas otot–otot uterus untuk dapat berkontraksi dan
beretraksi secara efisien sehingga perdarahan terus terjadi.
3. P ersalinan yang trelalu cepat (partus presipitatus)
Bila uterus sudah berkontraksi terlalu kuat dan terus –menerus selama kala
satu dan kala dua persalinan (kontraksi yang hipertonik) , maka otot –otot
uterus akan kekurangan kemamouannya untuk beretraksi setelah bayi
lahir.
4. Persalinan Lama
Dapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada otot –
otot uterus.
5. Polihidramnion atau kehamilan kembar
Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga kontraksi
setelah kelahiran bayi akan menjadi tidak efisien.
6. Plasenta previa
Pada lapisan plasenta previa, maka sebagian tempat melekatnya plasenta
adalah segmen bawah uterus, di man lapisan ototnya amat tipis dan hanya
mengandung sedikit serat otot oblik.
7. Solusio plasenta
Bila terjadi solusio plasenta , maka darah di dalam rongga uterus dapat
meresap di antara serat – serat otot uterus dan mengakibatkan kontraksi
uterus menjadi tidak efektif .Solusio plasenta yang berat dapat
mengakibatkan uterus couvelaire.
8. Anastesi umum
Beberapa otot anastesi merupakan relaksan otot yang amat kuat , misalnya
halotan dan siklopropan.
11
9. Penanganan yang salah pada kala tiga
Merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perdarahan pospartum. K
ebiasaan melakukan rangsangan yang berlebihan pada daerah fundus atua
manipulasi pada uterus, dapat menimbulkan terjadiny kontraksi yang tidak
teratur (aritmik) sehingga hanya sebagian saja plasenta yang terlepas dan
hilangnya kemampuan uterus untuk beretraksi.
10. Kandung kemih yang penuh
Bila kandung kemih penuh , maka letaknya yang berdekatan dengan
rongga abdomen pada akhir ka;a dua, akan mempengaruhi kontraksi dan
retraksi uterus.Kandung kemih yang penuh juga dapat menyebabkan
kesalahan dalam menatalaksana persalinan kala tiga karena kesulitan
menilai uterus.
11. Penyebab lain yang belum diketehui
Pada kasus atonia uteri mungkin saja tidak didapatkan kondisi –kondisi seperti di
atas sehingga faktor penyebabnya tidak di ketahui.
12
3.3 Penatalaksanaan Atonia Uteri
Tidak
13
Lakukan pemijan/masaseuterus melalui dinding abdomen.
1. Berikan obat–obat yang dapat menimbulkan kontraksi uterus seperti oksitosin
dan atau pemberian obat–obat golongan merthergin secar intravena atau
intramuskuler.
2. Segera lakukan KBI
Pakai sarung tangan disinfektan tingkat tinggi atau steril, dengan lembut
memasukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari ) ke
introitus dan vagina ibu.
Periksa vagina dan servik. Jika ada selaput ketuban atua bekuan darah
pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh .
Letakkan kepalan tangan pada forniks anterior , tekan dinding anterior
uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan
kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
Gambar : KBI
Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat . Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam uterus dan
juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
Evaluasi keberhasilan :
i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang , teruskan
melakukan KBI selama dua menit , kemudian perlahn –lahan
keluarkan tangan dari dalam vagina . Pantau kondisi ibu secara ketat
selama kala empat
ii. Jika uterus berkontraksi tapin perdarahan treus berlangsungn , periksa
perinium, vagina dan serviks apakah terjadi lasrasi di bagian tersebut.
Segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi.
14
iii. Jika kontraksi uetrus tidak terjadi dalam waktu 5 menit,ajarkan
keluarga untuk melakukan KBE,kemudian teruskan langkah – langkah
penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya.
Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan : Atonia uteri sering kali bisa di atasi dengan KBI,jika KBI
tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan –tidakan lain
3. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu
dengan hipertensi)
Alasan : Ergometrin yang diberikan , akan mengakibatkan tekanan darah
lebih tinggi dari kondisi normal.
4. Menggunakan jarum berdiameter besar ( ukuran 16 atua 18), pasang infus
dan berikan 500 ml larutan RL yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan : Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan
IV secara cepat ,dan dapat langsung digunakan jika ibu memerlukan
transfusi darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi
uterus. Rlakan membantu mengganti volume cairan yang hilang selama
perdarahan.
5. Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI.
Alasan : KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin
dapat membantu membuat uterus berkontraksi.
6. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit , segera
lakukan rujukan. Berarti ini bukan atonia uteri sederhana.Ibu
membutuhkan perawatan gawat –darurat di fasilitas kesehatan yang dapat
melakukan tindakan bedah dan transfusi darah.
7. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba
di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan Ivhingga ibu tiba di fasilitas
rujukan :
– Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
– Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau
hingga jumlah cairan yang di infuskan mencapai 1,5 liter, dan
kemudian berikan 125 ml/jam.
15
– Jika cairan Ivtidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan
dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan
cairan tambahan.
Tekhnik Melakukan KBE:
1. Letak kan tangan pada abdomen di depan uterus, tepat di atas simfisis pubis.
2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korvus uteri) ,
usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi
pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus diantara kedua
tangan tersebut.Ini akan membantu uterus untuk berkontraksi dan menekan
pembuluh darah uterus.
16
4. Jika perdarahan pervaginam berhenti , pertahankan posisi tersebut dan
pemijatan uterus (dengan bantuan asisten )hingga uterus berkontraksi dengan
baik.
5. Jika perdarhan masih berlanjut:
Lakukan ligasi arteri uterina dan utero- ovarikal
Berikan antiotika dosis tunggal.
Ampilsilin 2 g I.V;
Atau Sefazolin 1 g I.V.
Berikan cairan infus Ringer laktat atau larutan NaCl 0,9%.
Buka perut
Lakukan insisi vertikal pada linea alba dari umilikus sampai
kubis.
Lakukan insisi vertikal 2-3 cm pada fasia.
Lanjutkan insisi keatas dan ke bawah dengan gunting.
Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri dan kanan dengan
tangan atau gunting.
Buka peritoneum dekat umbilikus dengan tangan. Jaga agar
jangan melukai kandung kemih.
Pasang retraktor kandung kemih.
Tarik uterus keluar sampai terlihat ligamentum latum.
Raba dan rasakan denyut arteri uterina pada perbatasan serviks dan
segmen bawah rahim.
Pakai jarum besar dengan benang catgut kromik 0 atau (poliglikolik)
dan buat jahitan sedalam 2-3 cm pada dua tempat. Lakukan ikatan
dengan simpul kunci.
Tempatkan jahitan sedekat mungkin dengan uterus, karena ureter
hanya 1 cm lateral terhadap arteri uterina.
Lakukan yang sama pada sisi lateral yang lain.
Jika arteri tekena, jepit dan ikat sampai perdarahan berhenti.
Lakukan pula pelikatan arteri utero ovarika, yaitu dengan melakukan
dengan peningkatan pada satu jari atau 2 cm lateral bawah tangkal
17
ligamentum. Suspensorium ovari kiri dan kanan agar upaya
hemostatis berlangsung efektif.
Lakukan pada sisi yang lain.
Observasi perdarahan dan pembentukan hematoma.
Jahit kembali dinding perut setelah yakin tidak ada perdarahan lagi
dan tidak ada trauma pada vesika urinaria.
Pasang drain abdomen.
Tutup fasia dengan jahitan jelujur dengan benang kromik
(poliglikolik)
Jika ada tanda-tanda infeksi, letakkan kain kasa pada subkutan dan
jahit dengan benang catgut 0 (poliglikolik) atau secara longgar. Kulit
dijahit setelah infeksi hilang.
Jika tidak ada tanda-tanda infeksi, tutup kulit dengan jahitan matras
vertikal memakai nilon 3-0 atau sutera. Tutup luka dengan kasa
steril.
18
Gambar : Pemisahan ligamentum rotundum
19
Membebaskan kandung kemih
Raih ujung flap kandung kemih dengan forseps atau dengan klem
kecil. Gunakan jari atau gunting, pisahkan kandung kemih ke bawah
dengan segmen bawah uterus.
Arahkan tekanan ke bawah tetapi ke dalam menuju serviks dan
segmen bawah uterus.
20
Gambar : Garis amputasi uterus
Menutup tunggul serviks
Tutup tunggul (stamp) serviks dengan jahitan terputus dengan
menggunakan catgut kromik ukuran 2-0 atau 3-0.
Periksalah secara seksama tunggul serviks, ujung ligamentum
rotundum dan struktur lain pada dasar pelvis untuk mencari adanya
perdarahan.
Jika terjadi perdarahan kecil atau dicurigai adanya gangguan
pembekuan, letakkan drain melalui dinding abdomen.
Pastikan tidak terdapat perdarahan, buang bekuan dengan kasa.
Pada semua kasus, periksalah adanya permukaan pada kandung
kemih. Jika terdapat permukaan pada kandung kemih, perbaiki luka
tersebut.
Tutup fasia dengan jahitan jelujur dengan catgut kromik.
Jika terdapat tanda-tanda infeksi, dekatkan jaringan subkutan dengan
longgar dan jahit longgar dengan catgut. Tutup kulit dengan
penutupan lambat setelah infeksi sembuh.
Jika tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tutuplah kulit dengan jahitan
matras vertikal dengan benang nilon 3-0 dan tutup dengan pembalut
steril.
Prosedur Alternatif
Pada kondisi di mana rujukan tidak memungkinkan dan semua upaya
menghentikan perdarahan tiodak berhasil maka alternatif yang mungkin dapat
dilakukan adalah pemasangan tampon utero-vaginal.
21
Pemasangan tampon uterovagina
1. Vagina dibuka dengan spekulum, dinding depan dan belakang serviks
dipegang dengan ring tang, kemudian tampon dimasukkan dengan
menggunakan tampon yang melalui serviks sampai ke fundus uteri. Tampon
yang ditarik beberapa cm, dan kemudian memegang lagi tampon dan
didorong ke fundus uteri. Hal ini diulangi berkali-kali sampai tangan asisten
berada di fundus uteri.
22
BAB 4
PEMBAHASAN
4.I Kesimpulan
Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk berkontraksi dan
beretraksi dengan baik setelah plasenta lahir. Pada sat plasenta masih melwekat di
dinding rahim , maka jumlah aliran darah pada tempat melekatnya plasenta
treswebut di perkirakan mencapai 500 hingga 800 ml per menit.
Peyebab terjadinya atonia uteri Plasenta yang baru lepas sebagian,
Tertinggalnya sisa plasenta, kotiledon, atau selaput ketuban., Persalinan yang
terlalu cepat (partus presipitatus)., Persalinan lama sehingga terjadi inersia uteri.,
Polihidramnion atau kehamilan kembar sehingga terjadi peregangan yang
berlebihan pada otot uterus., Plasenta previa., Solusio plasenta., Pemberian
anastesi umum., Penatalaksana yang salah pada persalinan kala tiga., Kandung
kemih yang penuh., Penyebab lain yang tidak diketahui
23
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, GillstrapLC. Hauth JC, Wenstrom
24