Pendahuluan
Infeksi kulit merupakan penyakit umum di negara berkembang, dimana
dermatofitosis menjadi perhatian khusus di daerah tropis. Infeksi kulit oleh jamur
biasanya diakibatkan adanya beberapa jenis jamur pada kulit. Jamur ini tumbuh
dengan baik di daerah kulit yang hangat,gelap dan lembab. Dermatofitosis
merupakan jamur parasit yang menginfeksi kulit dan menyebabkan infeksi pada
kulit, rambut dan kuku karena kemampuan mereka mendapatkan nutrisi dari
keratin. Organisme ini berkolonisasi di jaringan keratin dan sebagai respon
terhadap metabolisme yang dihasilkan mereka, host mengalami reaksi inflamasi.
Mereka biasanya terbatas di lapisan kulit yang mati di epidermis karena
ketidakmampuan mereka untuk menembus jaringan yang aktif terhadap host yang
immunokompeten. Asam protease, elastase, keratinase dan proteinase lainnya
dilaporkan berperan sebagai faktor virulensi. Dermatofit menyebabkan infeksi
jamur di jaringan keratin, misalnya kulit, rambut dan kuku. Organisme ini terbagi
dalam 3 genus, yaitu Trichophyton, Epidermophyton, dan Micosporum.
Dermatofit ini dikelompokkan kedalam 3 kategori berdasarkan hospes dan habitat
alami. Spesies Antropofilik yang secara dominan menginfeksi manusia, spesies
geofilik berada di tanah dan menginfeksi sebagian manusia dan hewan, dan
spesies zoofilik secara umum menginfeksi mamalia. Diagnosis dari mikosis ini
berdasarkan penelitian mikologi, pemeriksaan langsung, pewarnaan, isolasi dan
identifikasi jamur. Pengobatan mencakup antijamur sistemik, antijamur tropikal
dan keratolitik. Mikosis superfisial adalah infeksi jamur yang terbatas pada
stratum korneum dan struktur adneksanya. Diagnosis dari mikosis ini berdasarkan
penelitian mikologi, pemeriksaan langsung, pewarnaan, isolasi dan identifikasi
jamur. Infeksi Tinea merupakan salah satu kondisi dermatologis yang paling
umum terjadi di seluruh dunia. Untuk mencegah kesalahan diagnosis, identifikasi
infeksi dermatofit memerlukan kultur jamur pada media Sabouraud’s agar dan
pemriksaan mikroskopik jamur dari kerokan kulit. Tindakan pencegahan dari
infeksi Tinea mencakup latihan kebersihan diri yang baik, menjaga kulit tetap
kering dan dingin setiap waktu, dan mencegah bertukar handuk, pakaian, dan
aksesoris rambut dengan individu yang terinfeksi. Trichophyton rubrum
merupakan jamur patogen dengan prevalensi terbanyak dari semua kasus infeksi
jamur superfisial pada kulit, kecuali untuk Tinea pedis, dimana Trychophyton
interdigitale merupakan organisme yang tersering. Dermatofit tetap yang paling
sering menjadi jamur yang patogen pada onikomikosis kuku jari kaki, sementara
spesies Candida paling banyak pada onikomikosis kuku. Walaupun kondisi iklim
tidak membantu untuk pertumbuhan jamur selama sebagian besar waktu di
Rajasthan, tetapi karena beberapa luka dan pendekatan penanganan yang tidak
semestinya pada trauma di populasi pedesaan, insidensi infeksi Dermatofit
meningkat.
Oleh karena itu, penelitian kami bertujuan untuk mengevaluasi tingkat
insidensi dari infeksi Dermatofit, menemukan etiologi, dan gejala yang terkait di
daerah penelitian. Bersamaan dengan itu, juga menentukan sensitivitas dari
pemeriksaan uji KOH dan uji Kultur.
Metode
Pengumpulan data: Rincian data tentang pasien yang rentan terhadap infeksi
dermatofita mengunjungi laboratorium kesehatan Dr. B. Lal, Malaviya Nagas,
Jaipur untuk menegakkan diagnosis klinik. Pemeriksaan pada pasien dilakukan
selama pengumpulan sampel untuk mendapatkan informasi lama lesi, gambaran
klinik, terapi sebelumnya serta data demografi seperti usia, jenis kelamin dan
lamanya penyakit. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 150 orang, terdiri
dari 111 (74%) laki-laki dan 39 (26%) perempuan.
Pengumpulan data: pada penelitian ini dilakukan dua metode dalam
pengumpulan spesimen: metode pertama, spesimen yang diambil dari kulit bagian
epidermal berskuama dan kulit kepala yang terinfeksi, lesi dikerok menggunakan
pisau bedah steril setelah tempat yang terdapat lesi dibersihkan dengan alkohol
isopropil 70%, skuama dikumpulkan diatas selembar kertas coklat steril. Metode
kedua menggunakan kapas lidi untuk mengumpulkan nanah dari lesi inflamasi.
Sampel dibagi menjadi dua bagian, satu untuk pemeriksaan mikroskopik dan satu
untuk kultur. Sampel yang dikumpulakan dibawa ke laboratorium dalam waktu 2
jam untuk pemeriksaan mikroskopik dan kultur.
Pengolahan data:
Pemeriksaan mikroskopik langsung: meletakkan skuama diatas gelas obyek,
tetesi 1 atau 2 tetes KOH 20% kemudian ditutup dengan kaca penutup. Sediaan
dipanaskan selama 5 menit diatas api. Kemudian sediaan diperiksa dibawak
mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x untuk mengetahui adanya hifa dan/
atau arthrocinidia.
Kultur jamur: setiap kerokan yang dilakukan ke dalam saboroud dextrose agar
chloramphenicol actidione. Inokulasi duplikasi dari spesimen juga dikultur pada
0
sabouraud cycloheximide agar, plat diinkubasi pada suhu 28 C selama 8 minggu
dan diperiksa setiap 2-3 hari untuk menilai pertumbuhan jamur, jamur subkultur
di isolasi ke dalam plat saboroud agar isolasinya diperiksa secara visual dan
mikroskopik untuk menilai morfologi jamur dengan menggunakan lacto phenol
cotton blue dengan teknik hapusan kultur. Spesies dermatofita diidentifikasi
dengan morfologi makroskopik dan mikroskopik dan dengan uji invitro.
Mevaluasi dari persentasi relatif kejadian (RPO) dari jamur dan sensitivitas uji
KOH (hasil dari uji KOH sesuai dengan uji kultur yang ditunjukkan melalui
sensitivitas uji KOH) yang telah dilakukan. Isolasi klinis selanjutnya disimpan
dalam agar.
KRITISI JURNAL
A. Pendahuluan
Infeksi kulit merupakan penyakit umum di negara berkembang, dimana
dermatofitosis menjadi perhatian khusus di daerah tropis. Jamur ini tumbuh
dengan baik di daerah kulit yang hangat,gelap dan lembab. Dermatofitosis
merupakan jamur parasit yang menginfeksi kulit dan menyebabkan infeksi pada
kulit, rambut dan kuku karena kemampuan mereka mendapatkan nutrisi dari
keratin. Organisme ini terbagi dalam 3 genus, yaitu Trichophyton,
Epidermophyton, dan Micosporum. Dermatofit ini dikelompokkan kedalam 3
kategori berdasarkan hospes dan habitat alami. Spesies Antropofilik yang secara
dominan menginfeksi manusia, spesies geofilik berada di tanah dan menginfeksi
sebagian manusia dan hewan, dan spesies zoofilik secara umum menginfeksi
mamalia. Diagnosis dari mikosis ini berdasarkan penelitian mikologi,
pemeriksaan langsung, pewarnaan, isolasi dan identifikasi jamur. Pengobatan
mencakup antijamur sistemik, antijamur tropikal dan keratolitik.
Infeksi Tinea merupakan salah satu kondisi dermatologis yang paling
umum terjadi di seluruh dunia. Untuk mencegah kesalahan diagnosis, identifikasi
infeksi dermatofit memerlukan kultur jamur pada media Sabouraud’s agar dan
pemriksaan mikroskopik jamur dari kerokan kulit. Tindakan pencegahan dari
infeksi Tinea mencakup latihan kebersihan diri yang baik, menjaga kulit tetap
kering dan dingin setiap waktu, dan mencegah bertukar handuk, pakaian, dan
aksesoris rambut dengan individu yang terinfeksi.
Oleh karena itu, penelitian kami bertujuan untuk mengevaluasi tingkat
insidensi dari infeksi Dermatofit, menemukan etiologi, dan gejala yang terkait di
daerah penelitian. Bersamaan dengan itu, juga menentukan sensitivitas dari
pemeriksaan uji KOH dan uji Kultur.
B. Metode
Pasien yang rentan terhadap infeksi dermatofita mengunjungi laboratorium
untuk menegakkan diagnosis klinik, Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak
150 orang, terdiri dari 111 (74%) laki-laki dan 39 (26%) perempuan. pada
penelitian ini dilakukan dua metode dalam pengumpulan spesimen, metode
pertama, spesimen yang diambil dari kulit bagian epidermal berskuama dan kulit
kepala yang terinfeksi, lesi dikerok menggunakan pisau bedah steril, Metode
kedua menggunakan kapas lidi untuk mengumpulkan nanah dari lesi inflamasi.
Pengolahan data menggunakan 2 proses pemeriksaan, pemeriksan mikroskopik
langsung menggunakan KOH 20% dan pemeriksaan kultur jamur menggunakan
saboroud dextrose agar.
D. Validitas
1. Validitas seleksi:
a. Kriteria inklusi:
150 pasien yang terinfeksi dermatofit yang datang ke klinik laboratorium
Dr. B. Lal, Jaipur.
b. Kriteria eksklusi:
Pasien yang tidak terinfeksi dermatofit yang datang ke klinik
laboratorium Dr. B. Lal, Jaipur.
2. Validitas pengontrol perancu:
a. pasien yang telah ditegakkan secara diagnosis klinis sebagai infeksi jamur
b. menguji dan mengkonfirmasi hasil pemeriksaan uji KOH dengan
pemeriksaan kultur
F. Aplikabilitas
Menjadi informasi dan rujukan bahwa infeksi dermatofitosis lebih sering
terjadi pada laki-laki dengan rentang usia antara 16-30 tahun, lokasi infeksi
tersering pada daerah selangkangan dan agen kausatif tersering yaitu
Aspergillus sp. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemeriksaan KOH
memiliki sensitifitas yang tinggi untuk digunakan sebagai prosedur definitif
untuk menskrining dan mendiagnosis infeksi dermatofitosis.