Anda di halaman 1dari 25

Case Report

FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)

OLEH

Amanda Luthfianti

22360169

Preseptor:

dr. Harizon MN, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Fibroadenoma Mammae (FAM)”
yang disusun untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Bedah RSUD
Jendral Ahmad Yani Metro. Penyelesaian laporan kasus ini banyak mendapat bantuan serta
motivasi dari berbagai pihak. Oleh Karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih kepada dr. Harizon MN, Sp. B selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu,
petunjuk, nasehat dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah case report ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan dari penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan
saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.

Metro, 25 Februari 2023

Amanda Luthfianti

ii
BAB I

LAPORAN KASUS

Tanggal Masuk RS : Rabu, 22/02/2023


No.RM : 213005
Pukul : 16.02 WIB

1.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 10 Juni 1977
Umur : 45 tahun
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Sukadana, Lampung Timur
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Benjolan di payudara kanan sudah 2 tahun sebesa
r kelereng
Keluhan Tambahan : rasa tidak nyaman saat tertekan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Bedah RSU Muhammadiyah Metro
dengan keluhan terdapat benjolan di payudara sebelah kanan sebes
ar kelereng. Benjolan dirasakan sudah sekitar 2 tahun. Keluhan nye
ri disangkal, demam disangkal.
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan hal yang serupa.

2
f. Riwayat Alergi
Obat (-) Makanan (-)
g. Riwayat Operasi
Disangkal

1.2 Pemeriksaan Fisik


a. Status Pasien
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 134/76 mmHg
RR : 20 x/menit
HR : 85 x/menit
Suhu : 36,5 °C
SpO2 : 99%
b. Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
Pucat :(-)
Sianosis :(-)
Ikterus :(-)
Edema :(-)
Turgor :<2detik
KGB :(-)
Kepala
Wajah : Normocephali, kerut dahi normal
Telinga : Simetris, secret (-)
Hidung : Simetris, nafas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-), sudut normal
Leher
Ukuran : Normal
Trakea : Deviasi (-)
Inspeksi : Tidak adanya benjolan, kemerahan (-) DBN
Palpasi : dalam batas normal.

3
Thorax
Bentuk : Normochest
Inspeksi : Simetris
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
PalpasI : Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular,murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Simetris, lesi (-), retraksi (-)
Palpasi : Massa (-), vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler(+/+), wheezing(-/-),ronkhi(-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar dan lembut
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat (+), sianosis (-), edema (-) CRT < 2 detik
c. Status Lokalis
Inspeksi : regio mammae dextra tampak benjolan ukuran
1,5 x 1,5 cm, tepi rata, ulkus (-), nipple discharge (-), pendarahan
aktif (-)
Palpasi : regio mammae detra teraba benjolan dengan
ukuran 1,5x1,5 cm, konsistensi kenyal, dapat digerakkan atau
mobile, tepi rata.

4
1.3 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium 12/12/2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi rutin
Leukosit 7.01 103/µL 5-10
Eritrosit 4.4 103/µL 4.37-5.63
Hemoglobin 12.5 g/dL 14-18
Hematokrit 37 % 41-54
MCV 84 fL 80-92
MCH 29 pg 27-31
MCHC 34 g/dL 32-36
Trombosit 224 105/µL 150-450
RDW 12.5 % 12.4-14.4
Kimia Klinik
GDS 65 mg/dL < 140

foto USG
Tanggal 22/02/2023

5
Hasil :
USG mammae bilateral
Jaringan kulit subkutis masih normal.
Jaringan lemak tampak menebal.
Tampak lesi anekholik bulat batas tegasnmultiple di mammae kanan arah
jam 9 ukuran lk 1,6x1,1x1,9cm.
Pada color doppler tampak flow vaskuler.
Axilla kanan dan kiri : tidak tampak pembesaran KGB.
Kesan :
- simple Cyst multple mammae dextra.
- tidak tampak pembesaran KGB axilla billatera

1.4 Resume
Perempuan usia 56 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di payudara s
ebelah kanan. Benjolan mulai dirasakan sejak sekitar 2 tahun yang lalu. Benjolan
dirasakan sebesar kelereng. Pasien tidak merasakan nyeri di sekitar benjolan atap
un sekitar payudara. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di payudara seb
elah kanan arah jam 9 sebesar kelerang, konsistensi padat sedikit lunak, dan tepi
bulat, serta mobile bebas di dalam payudara. Tidak didapatkan kemerahan diseki

6
tar benjolan. Nyeri tekan (-). Pada USG mammae billateral tampak jaringan lem
ak tampak menebal dan tampak lesi anekholik bulat batas tegasnmultiple di mam
mae dectra arah jam 9 ukuran lk 1,6x1,1x1,9cm.

1.5 Diagnosa Banding


Mastitis kronik kistik
Fibrokisti
Fibroadenoma Mammae (FAM)

1.6 Diagnosis Kerja


Fibroadenoma Mammae (FAM) Dextra

1.7 Tatalaksana
Non operatif
IVFD Ringer Laktat 20 tpm
Inj Anbacim 2x1 gr
Inj Ketorolac 2x30 mg
Inj Kalnex 1x100mg
Operatif
Eksisi biopsi

1.8 Follow Up Pasien

Hasil pemeriksaan analisa dengan SOAP :

Tanggal 22/02/2023
S (Subyektif) Benjolan pada payudara sebelah kanan sebesa
r kelereng, nyeri (-)
O (obyektif ) TD : 134/76 mmHg
HR : 85 x / menit
RR : 20 x / menit
S : 36, 5
spO2 : 99%

7
A (Assesment) FAM dextra
P (Planning) IVFD Ringer Laktat 20 tpm
Inj Anbacim 2x1 gr

Tanggal 23/02/2023
S (Subyektif) Nyeri bekas luka operasi
O (obyektif ) TD : 116/71 mmHg
HR : 80 x / menit
RR : 20 x / menit
S : 36, 1
spO2 : 98%
A (Assesment) FAM dextra
P (Planning) IVFD Ringer Laktat 20 tpm
Inj Anbacim 2x1 gr
Inj Keterolac 2x30mg
Inj Kalnex 1x100mg

Tanggal 24/02/2023
S (Subyektif) TAK
O (obyektif ) TD : 103/78 mmHg
HR : 86 x / menit
RR : 20 x / menit
S : 36, 2
spO2 : 99%
A (Assesment) FAM dextra
P (Planning) Cefixime 200mg 2x1
Asam mefenamat 500mg 3x1
Ranitidin 150mg 2x1

1.9 Prognosa
Secara umum, FAM tidak kambuh setelah operasi pengangkatan total, namun
beberapa pasien remaja mungkin mengalami pertumbuhan lesi baru pasca eksisi.

8
Complex fibroadenoma tampaknya memberikan peningkatan risiko relatif (3,1x) dari
perkembangan kanker payudara berikutnya, dengan risiko yang diperkuat oleh adanya
riwayat keluarga karsinoma payudara.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mammae

9
Laki-laki maupun perempuan memiliki payudara (L.Mammae), normalnya hanya

berkembang baik pada perempuan. Grandula mammaria pada payudara merupakan

tambahan alat reproduksi pada perempuan tetapi rudimenter tidak berfungsi pada laki-

laki, yang terdiri dari hanya sedikit ductus kecil atau korda epitelial. Biasanya, lemak

yang terdapat pada payudara laki-laki tidak berbeda dengan lemak jaringan subkutan di

tempat lain, dan sistem grandular tidak berkembang secara normal. Payudara adalah

sttruktur superfisial yang paling menonjol pada dinding toraks anterior, terutama pada

perempuan. Glandula mammaria berada pada jaringan subkutan menutupi musculus

pectoralis major dan minor. Jumlah lemak yang mengelilingi jaringan grandular

menentukan ukuran payudara non-laktasi. Puncak tonjolan payudara adalah putting

(papilla mammae), dikelilingi oleh area berpigmen sirkular pada kulit yang disebut

aerola (L.area kecil).

Grandula mammaria berada pada jaringan subkutan payudara, yang menutupi

musculus pectoralis major dan serratus anterior dan pascia profunda terkait (bantalan

payudara). Lobul jaringan grandular bertemu ke arah putting, masing-masing memiliki

ductus lactiferinya sendiri, yang bermuara ke tempat tersebut. Quadran lateral superior

payudara memiliki sebagian besar jaringan jaringan grandular, sebagian besar karena

ekstensi ke arah atau ke dalam aksila (processus axilaris) sehingga menjadi tempat

sebagian tumor. Payudara di layani oleh pembuluh darah thoracica interna dan thoracica

lateral, dan pembuluh darah serta nervi intercostalis II-VI. Sebagian besar limf dari

payudara bermuara ke nodi lymphatici axillare; keadaan tersebut signifikan.

Axillares terletak superfisial, kemampuan untuk meraba tumor primer dan

metastatik selama pemeriksaan payudara rutin memungkinkan deteksi dan pengobatan

10
dini. ( Moore & Dalley, 2013).

2.2 Definisi Fibroadenoma Mammae (FAM)

Fibroadenoma merupakan salah satu tumor jinak dimana sel-sel epitelial

tersusun dalam fibrosa. Fibroadenoma merupakan suatu AND (penyimpangan

Perkembangan Normal/Aberration of Normal Development) sari lobulus tinggal.

(Shenoy & Nileshwar, 2013).

Fibroadenoma adalah jenis tumor jinak payudara yang paling umum, dan

merupakan tumor primer yang paling umum pada kelompok usia lebih muda pada

wanita. Insidensi puncaknya adalah pada dekade ketiga, dan walaupun biasanya soliter,

tumor ini bisa bergerombol. Fibroadenoma muncul dari lobulus payudara, dan

melibatkan proliferasi stroma jaringan ikat dan kelenjar. Fibroadenoma dipengaruhi

oleh perubahan yang diinduksi hormon seperti perubahan laktasi selama kehamilan

(Cross, 2018). Fibroadenoma merupakan tumor payudara yang tidak menimbulkan rasa

sakit, unilateral, jinak (non-kanker), benjolan padat bukan berisi cairan (Huang et al.,

2018).

2.3 Epidemiologi

FAM terjadi paling sering pada wanita antara usia 14 hingga 35 tahun tetapi

juga dapat ditemukan pada usia berapa pun. FAM menyusut setelah menopause, dan

karena itu, lebih jarang terjadi pada wanita pascamenopause. Fibroadenoma sering

disebut sebagai breast mouse karena mobilitasnya yang tinggi. Fibroadenoma

merupakan massa seperti marmer yang terdiri dari jaringan epitel dan stroma yang

11
terletak di bawah kulit payudara. Massa yang kokoh dan kenyal tersebut memiliki batas

yang teratur dan seringkali memiliki ukuran yang bervariasi (Ajmal et al., 2021).

Data epidemiologi FAM baik secara global maupun di Indonesia masih terbatas

(Roubidoux, 2015). Di Amerika Serikat, FAM merupakan tumor jinak payudara yang

paling sering terjadi pada wanita berusia < 25 tahun. Pada populasi negara Barat, FAM

ditemukan pada 7-13 % pasien yang menjalani pemeriksaan payudara, sedangkan di

Shanghai kurang lebih 1 dari 350 wanita didiagnosis menderita FAM sebelum usia 60

tahun. Insiden FAM pada wanita menurun sesuai dengan peningkatan usia, dan sebagian

menurun saat menopause (Nelson et al., 2010).

FAM lebih sering terjadi pada wanita di kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi

dan orang berkulit gelap. Indeks massa tubuh dan jumlah kehamilan cukup bulan

ditemukan memiliki korelasi negatif dengan risiko FAM. Tingkat terjadinya

fibroadenoma pada wanita telah dilaporkan dalam literatur berkisar antara 7 % sampai

13 % (Greenberg, 1998).

2.4 Etiologi

Etiologi dari FAM masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa

hipersensitivitas terhadap estrogen pada lobul dianggap menjadi penyebabnya {Breast

Cancer Care, 2010). Fibroadenoma mammae terjadi akibat proliferasi abnormal

jaringan periduktus ke dalam lobulus; dengan demikian sering ditemukan di kuadran

lateral atas karena di bagian ini distribusi kelenjar paling banyak. Baik estrogen,

progesteron, kehamilan, maupun laktasi dapat merangsang pertumbuhan FAM (Fadjari,

2012).

12
Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuk kontrasepsi oral

tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Pengamatan klinis yang dilakukan pada

perempuan yang menerima estrogen dan obat antiestrogen menunjukan bahwa wanita

pasca menopause yang menerima estrogen lebih dari delapan tahun mengalami lesi

jinak. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga

dengan carsinoma mammae dikatakan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini

(Santen dan Mansel, 2005).

2.5 Patogenesi

Fibroadenoma mammae dianggap mewakili sekelompok lobus hiperplastik dari

mammae yang dikenai sebagai "kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi".

Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur

lobul ditambahkan kedalam sistem duktus pada mammae. Lobus hiperplastik sering

terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan mammae

(Guray dan Sahin, 2006).

Fibroadenoma mammae merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah

digerakkan dari jaringan disekitamya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma

dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi

epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan

gambaran histologisnya yaitu :

1. Fibroadenoma pericanaliculare

Kelenjar bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis

2. Fibroadenoma intracanaliculare

13
Jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-

panjang (tidak teratur) dengan lumen sempit mirip bintang (Kumar, Cotran dan

Robbins, 2012).

Lesi ini mempakan hormone dependent neoplasma distimulasi oleh laktasi

sewaktu hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Tumor ini dapat terjadi

karena mutasi DNA sel. Wanita dengan mutasi pada gen BRCAl atau BRCA2 yang

diperoleh dari mestektomi bilateral memiliki frekuensi yang tinggi untuk terjadinya lesi

jinak maupun ganas pada payudara (Santen dan Mansel, 2005).

2.6 Manifestasi Klinis

Sebagian besar fibroadenoma kemungkinan tidak menunjukkan gejala. Laporan

terbaru menunjukkan bahwa kejadian sebanyak 25 % fibroadenoma pada wanita

menunjukkan tanpa gejala, dengan 13-20 % terdiagnosa multiple fibroadenoma. Jika

fibroadenoma menyebabkan gejala, presentasi yang paling umum adalah massa yang

padat dan tidak dapat bergerak yang tidak menempel pada dinding dada atau kulit

payudara. Massa ini sering tidak menimbulkan rasa sakit tetapi kadang-kadang dapat

menyebabkan ketidaknyamanan, terutama ketika mereka lebih besar atau terletak di

daerah yang ditekan, seperti underwire bra wanita. Penanganan medis yakni mengatasi

rasa sakit, pertumbuhan yang cepat, kelainan bentuk kosmetik, dan rasa takut akan

keganasan (Aydinet et al., 2019).

1. Pasien di temukan dengan gambaran klinis benjolan yang tidak nyeri pada

payudara.

2. Fibroadenoma mempunyai permukaan rata, konsistensi yang padat sampai

keras, dan tepi bulat, serta mobile bebas di dalam payudara.

14
3. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada

penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal.

(Shenoy & Nileshwar, 2014)

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis FAM ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesa

Anamnesis dilakukan dengan melakukan pencatatan identitas pasien. Pada keluhan

utama pasien mengeluhkan adanya benjolan pada puting, adanya luka, puting mengeras,

puting berair atau mengeluarkan darah, sering tanpa disertai rasa nyeri. Pada riwayat

penyakit sekarang tanyakan terkait onset, durasi, progresifitas penyakit, keluhan

penyerta, pengobatan yang pernah dilakukan. Pada riwayat penyakit dahulu, tanyakan

adanya riwayat biopsi atau tidak. Pada riwayat penyakit pada keluarga, tanyakan adanya

riwayat kanker pada keluarga. Tanyakan juga adanya faktor resiko terjadinya

fibroadenoma seperti: menarche awal, paritas lambat/nulipara, penggunaan terapi

hormonal tambahan seperti pil kontrasepsi maupun suntik KB serta bagaimana pola

makan (Hardiyanto, 2018; Li et al., 2018; Prawirohardjo, 2011).

2. Pemeriksaan Fisik

Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal maka sebaiknya pemeriksaan

payudara dilakukan disaat pengaruh hormonal seminimal mungkin, satu minggu setelah

haid. Pemeriksaan yang dapat dilakukan terdiri dari :

A. Inspeksi, pasien diminta untuk duduk tegak dan berbaring. Kemudian, inspeksi

dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, wama kulit, lekukan, retraksi papilla,

15
adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Cekungan kulit

{dimpling) lebih terlihat jelas bila pasien diminta untuk mengangkat lengannya lums

keatas.

B. Palpasi, lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di

punggung sehingga payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan ruas pertama

jari telunjuk, tengah dan manis yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap

kuadran payudara dengan alur melingkar. Pada sikap duduk, benjolan yang tidak terlihat

saat berbaring umumnya lebih lebih mudah ditemukan. Perabaan aksila pun lebih

mudah dilakukan pada saat posisi duduk. Pemijatan halus puting susu juga dilakukan,

untuk melihat adanya pengeluaran cairan.

Pada pemeriksaan fisik FAM biasanya didapatkan gambaran fibroadenoma

mammae sebagai berikut:

a. Bentuk bulat teratur atau lonjong

b. Permukaan rata

c. Konsistensi kenyal lunak

d. Batas tegas

e. Mudah digerakkan

f. Tidak ada nyeri

(Guray dan Sahin, 2006).

3. Pemeriksaan Penunjang

A. Ultrasonography (USG)

Pemeriksaan pencitraan untuk fibroadenoma biasanya dimulai dengan USG

karena massa ini sering terdeteksi pada wanita yang lebih muda dengan kecurigaan

16
kankernya relatif rendah. Pada wanita yang memiliki riwayat pribadi atau riwayat

keluarga dengan kanker payudara, berusia di atas 35 tahun, atau memiliki gejala yang

secara klinis sesuai dengan fibroadenoma, mammogram merupakan tes tambahan yang

perlu dilakukan. Temuan USG khas untuk fibroadenoma adalah massa hypoechoic

bulat, oval, atau lobular USG adalah tes yang lebih spesifik daripada mammogram

untuk mendiagnosis fibroadenoma dan harus dianggap sebagai modalitas pencitraan

pertama pada wanita muda dengan massa di payudara (Aydinet et al., 2019).

B. Mammografi

Mammografi adalah pemeriksaan radiografi payudara. Sedapat mungkin

dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, temtama pada usia di atas 30 tahun.

Walaupim mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka hams

dimamografi ulang. Pada mamografi, lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah

satu atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi

ireguler atau berspikula, terdapat peningkatan densitas dibandingkan sekitamya. Pada

salah satu penelitian teihad^ 41.427 penderita, sensitivitasnya mencapai 82,3% dengan

spesifisitas 91,2%. Walaupun demikian, bila hasilnya negatif, hams tet ^ dilakukan

pemeriksaan ianjutan (Fadjari, 2012).

Teknik ini digunakan dengan luas pada pemeriksaan mtin mammae untuk

menemukan tumor jinak atau ganas, dan kista. Digunakan dosis sinar X yang sangat

rendah, sehingga bahaya pemeriksaan ini kecil dan dapat sering diulangi. Kesuksesan

dari pemeriksaan ini diperlihatkan dengan d^at ditemukannya lesi yang berukuran

beberapa milimeter, jauh sebelum dapat dideteksi pada pemeriksaan klinik (Snell,

2006).

C. Biopsi Jarum

17
Biopsi jarum dilakukan ketika diagnosis tidak pasti karena gambaran yang

mencurigakan pada pencitraan atau ada perubahan dalam temuan klinis seperti

pertumbuhan benjolan yang cepat sehingga dapat mempengaruhi perencanaan tindakan

bedah (Aydiner et al., 2019).

D. Gambaran Histopatologi

Pemeriksaan ini merupakan gold standar atau baku emas dalam mendiagnosis

tumor payudara. Material diperoleh dari insisi maupim eksisi biopsi maupun dari bahan

operasi mastektomi. Gambaran histopatologi FAM tampak seperti berikut:

a. Fibroadenoma pericanaliculare : Kelenjar bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau

beberapa lapis.

b. Fibroadenoma intracanaliculare : Jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak

sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen sempit mirip

bintang (Kumar, Cotran dan Robbins, 2012).

E. Aspirasi Sitologi

Pemeriksaan sitologi adalah prosedur diagnostik prabedah yang dapat dilakukan dengan

Fine Needle Aspirations (FNA) Citology. FNA Citology adalah pemeriksaan yang

penting dalam penegakan diagnosis penyakit payudara. Diagnosis yang akurat

tergantung pada aplikasi teknik yang benar. Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel

tumor sebelum tindakan pembedahan sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan

sel tumor. Indikasi dari pemeriksaan FNA Citology dalam situasi klinis adalah

sebagai berikut:

a. Adanya massa yang teideteksi dari palpasi tanpa melihat massa tersebut jinak atau

ganas

18
b. Adanya massa yang terdeteksi dari hasil imaging yang dianggap mungkin jinak atau

ganas (National Breast Cancer Center, 2004). Sampel FNA Citology diambil dengan 2

sampai 4 tusukan jarum untuk mencapai benjolan, kemudian difiksasi alkohol 96% dan

diwamai dengan Papaniocolau atau MayGmenwaldGiemsa (Sander, 2007).

2.7 Penatalaksanaan

Tatalaksana FAM masih diperdebatkan, tergantimg pada usia pasien dan temuan

klinis (Sperber dkk, 2003). Bila dari hasil biopsi menunjukan lesi adalah fibroadenoma

maka tindakan pembedahan dapat dilakukan ataupun tidak. Hams dilakukan tindakan

pembedahan apabila terd2q>at tanda abnormalitas, ukuran dan bentuk dari payudara

yang bembah dan curiga lesi tersebut adalah keganasan (Greenberg dkk, 1998). Namun,

bedah eksisi berhubungan dengan morbiditas karena pengangkatan mammae dapat

mengubah kualitas hidup serta meninggalkan bekas jaringan pamt (Sperber dkk, 2003).

Terapi pasien fibroadenoma memang bervariasi. Beberapa dokter menyarankan

untuk dilakukan eksisi namun terapi konservatif dapat menggantikan perawatan bedah

dalam waktu dekat atas dasar usia muda pasien, temuan gambaran jinak, karakteristik

klinis, dan temuan jinak pada hasil FNA biopsi. Teknik minimal invasif seperti USG,

menjadi pilihan pengobatan yang sangat baik untuk wanita dengan fibroadenoma yang

menghindari operasi, lesi juga dapat diobati dengan observasi dan ditindaklanjuti secara

berkala. Pada fibroadenoma juvenile (>5 cm) operasi pengangkatan sangat dianjurkan

walau lesi sepenuhnya jinak (Guray dan Sahin, 2006).

Jika pada pemeriksaan FNA didapatkan gambaran fibroadenoma dan penderita

berusia dibawah 30 tahim maka ter^ i yang diberikan adalah observasi maupim eksisi

19
jika ada kekhawatiran. Jika usia pasien diatas 30 tahun maka tindakan yang dilakukan

adalah eksisi untuk menyingkirkan keganasan (Stead dkk, 2003; Al-Salamah, 2006).

2.8 Komplikasi

Fibroadenoma adalah sebuah tumor jinak namun dalam beberapa laporan kasus

menggambarkan bahwa seseorang yang terdiagnosis FAM mengalami peningkatan

resiko carcinoma mammae (Kuijper dkk, 2001). Pada beberapa kasus yang jarang,

FAM dapat menjadi carcinoma mammae (Guray dan Sahin, 2006).

2.9 Prognosis

Tumor ini biasanya terdiri dari komponen stroma dan jaringan epitel. Meskipun

fibroadenoma merupakan tumor jinak, tetapi ini bisa berhubungan dengan peningkatan

resiko dari kanker payudara yang invasif. Perubahan morfologi yang didapatkan pada

fibroadenoma adalah hialinisasi, kalsifikasi, osifikasi dan timbulnya giant cells

multinucleated yang bersifat reaktif. Pertumbuhan dari fibroadenoma di stimulasi oleh

beberapa faktor yaitu estrogen, progesteron, kehamilan dan laktasi, sering timbul

sebagai massa yang dapat di raba dengan ukuran sampai 3 cm dan mungkin akan

berubah dan mengecil pada saat menopaus.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abbas A.K., Aster J.C., Kumar V., 2015, Buku Ajar Patologi Robbins,
Edisi 9, Elsevier Saunders, Singapura, 179-185
Affandi, 2011, Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo, PT. Bina
Pustaka Sarwono, Jakarta
Ahsani R.F., Machmud P.B., 2019, Hubungan Riwayat Reproduksi
dengan Tumor Payudara pada Perempuan Usia Muda di
Indonesia (Analisis Riset PTM 2016), Jurnal MKMI, 15 (3)
Ajmal M, Khan M, Fossen KV. 2021. Breast Fibroadenoma.
StatPearls [Internet].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535345/
Ajmal M., Fossen K.V., 2020, Breast Fibroadenoma. StatPearls
Publishing, Treasure Island (FL)
Akin I.B., Ozgul H., Simsek K., Altay C., Secil M., Balci P., 2020,

21
Texture Analysis of Ultrasound Images to Differentiate Simple
Fibroadenomas From Complex Fibroadenomas and Benign
Phyllodes Tumors, J Ultrasound Med. 9999, 1–11
Alini, Widya L., 2018. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kejadian
Fibroadenoma Mammae (FAM) Pada Pasien Wanita Yang
Berkunjung Di Poliklinik Spesialis Bedah Umum RSUD
Bengkalis. Jurnal Ners Research & Learning in Nursing Science.
2(1), 1-10
Aydiner A., Igci A., Soran A., 2019, Breast Disease Diagnosis and Pathology,
Volume 1 Second Edition, Springer Nature, Switzerland
Ayu, G. D., Triara, H. and Yovita, L., 2015, Analisis risiko kanker
payudara berdasar riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dan
usia, Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(1), 12–23
Balitbang Kemenkes RI, 2018, Riset Kesehatan Dasar, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta
Bansode O.M., Sarao1 M.S., Cooper D.B., 2020, Contraception,
StatPearls Publishing, Treasure Island (FL)
Bidgoli S.A., Eftekhari T., 2011, Role of Exogenous and Endogenous
Sources of Estrogen on the Incidence of Breast Fibroadenoma:
Case-Control Study in Iran, Asian Pacific J Cancer Prev., 12,
1289-93
BKKBN, 2012, Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN, Jakarta
Carbonaro A., Ciotta L., Stracquadanio M., Formuso C., Giunta M. R.,
Agati A. D., Leanza V., Giannone T. T., Chammas M., Chammas
F., Pafumi C., Zarbo G., 2012, Oral Contraception and Benign
Breast Disease, American Journal of Nursing Science, 1 (1), 1-4

Cerrato F., Labow B., 2013, Diagnosis and Management of Fibroadenomas in


The Adolescent Breast, Semin Plast Surg., 27(1), 23–25
Chen C., Gao D., Luo L., 2018, Case Report Multiple And Giant
Juvenile Fibroadenoma: A Case Report And Literature Review,
Int J Clin Exp Med., 11(5), 5206-5211.
Cross S., 2018, Underwood's Pathology: a Clinical Approach, 7th
Edition, Elsevier, China
Dahlan M.S., 2013, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel,
Salemba Medika, Jakarta
Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.W.M., 2014, Gray Dasar-Dasar
Anatomi, Elsevier, Singapura
Elfina Y., 2015, Hubungan Pola Hidup Riwayat Keluarga, Riwayat
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dengan Kejadian Fibroadenoma
Mammae (FAM) Di RSUD Petala Bumi Pekan Baru, Stikes
Tuanku Tambusai Press, Riau
Gartner L.P., 2018, BRS Cell Biology and Histology, 8 ed., Wolters

22
Kluwer Health, Philadelphia
Giannos A., Stavrou S., Gkali C., Chra E., Marinopoulos S.,
Chalazonitis A., Dimitrakakis C., Drakakis P., 2017, A
Prepubertal Giant Juvenile Fibroadenoma In A 12-Year-Old
Girl: Case Report And Brief Literature Review, Int J Surg Case
Rep., 41:427-430
Greenberg R, Skornick Y, Kaplan O. 1998. Management of breast
fibroadenomas. Journal of General Internal Medicine. 13 (9):
640–5.
doi:10.1046/j.1525-1497.1998.cr188.x. PMC 1497021. PMID 9754521.
Gupta D., Gupta V., Marwah N., Gill M., Gupta S., Gupta S., Jain P,
Sen R., 2015, Correlation of Hormone Receptor Expression with
Histologic Parameters in Benign and Malignant Breast Tumors,
Iran J Pathol., 10(1), 23–34
Guyton A.C., Hall JE., 2014, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
12, Penerbit EGC, Jakarta
Hanifati S., Prasmusinto D., 2014, Kontrasepsi Hormonal. Dalam
Kapita Selekta Kedokteran of Essentials Medicine, Edisi 4, Jilid
I, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta
Hardiyanto H., 2018. Penanganan Tumor Payudara. Bedah Onkology
RS Jogja & RS Sardjito. Diakses di
https://rumahsakitjogja.jogjakota.go.id/uploads/
download/987a5f1f77c9bbf3be384c0418d78a7a.pdf, pada
tanggal 25 Juli 2020.
Huang I.C., Li P.C., Ding D.C., 2018, Recurrent Juvenile
Fibroadenoma of The Breast In An Adolescent: A Case Report,
Medicine (Baltimore), 97(20), e10765
Kresno, & Boedina, S., 2012, Ilmu Dasar Onkologi, PT. Bina Pustaka
Sarwono, Jakarta
Lee E.J., Chang Y., Oh J.H., Hwang J., Hong S.S., Kim H., 2018,
Breast Lesions in Children and Adolescents: Diagnosis and
Management, Korean J Radiol., 19(5), 978–991
Li J., Humphreys K., Ho P.J., Eriksson M., Darai-Ramqvist E.,
Lindström L.S., Hall P., Czene K., 2018, Family History,
Reproductive, and Lifestyle Risk Factors for Fibroadenoma and
Breast Cancer, JNCI Cancer Spectr., 2(3), pky051.
Marwoto W., Nasar I., Himawan S., 2010, Buku Ajar Patologi II
(Khusus), Edisi Ke Satu, CV. Sagung Seto, Jakarta
Matz D., Kerivan L., Reintgen M., Akman K., Lozicki A., Causey T.,
2012, Breast Preservation in Women with Giant Juvenile
Fibroadenoma. Breast Cancer, 20 (10), 1-4
Nassar A., Visscher D.W., Degnim A.C., Frank M.R.D., Vierkant

23
M.R.A., Frost M., Radisky D.C., Vachon C.M., Kraft R.A.,
Hartmann L.C., Ghosh K., 2015, Complex Fibroadenoma and
Breast Cancer Risk: A Mayo Clinic Benign Breast Disease
Cohort Study. Breast Cancer Res Treat, 153(2), 397–405
Nelson ZC, Ray RM, Wu C, Stalsberg H, Porter P, Lampe JW, et al.
2010. Fruit and Vegetable Intakes Are Associated With Lower
Risk of Breast Fibroadenoma in Chinese Women. In: J
Nutr.;140(7):1294-301. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2884330/
Nani D. 2009. Hubungan Umur Awal Menopause dan Status
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker
Payudara. Jurnal Keperawatan Soedirman, 4(3): 102-106.
Prawirohardjo, S., 2011,Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga, PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Roubidoux MA. Breast Fibroadenoma Imaging. In: Lin EC, editors.
Medscape. 2015. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/345779- overview
Rsisultagung.co.id. 2021. Berkhidmat Menyelematkan Ummat.
https://rsisultanagung.co.id/v2015/profil/sejarah/. Dikutip 17 Juli
2021.
Rulianty T., 2011, Ketepatan Pemeriksaan Fisik Fibroadenoma
Mamma di Bagian Bedah Onkologi RSUP Mohammad Hoesin
Malang, Universitas Sriwijaya Press, Palembang
Sastroasmoro S., 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Edisi 4. CV Sagung Seto, Jakarta
Sidauruk H. A., 2013, Karakteristik Penderita FAM yang Dirawat Inap
di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011, Universitas
Sumatera Utara Press, Medan
Wahyuningsih Y., Sander M.A., Suharto., 2016, Pengaruh Penggunaan
Kontrasepsi Oral Terhadap Kejadian Fibrodenoma Mammae di
Rumah Sakit Angkatan Darat Brawijaya Surabaya Periode 1
Januari - 31 Desember 2014. Santika Medika, 12(2), 75-82

24

Anda mungkin juga menyukai