OLEH
Amanda Luthfianti
22360169
Preseptor:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Fibroadenoma Mammae (FAM)”
yang disusun untuk melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Bedah RSUD
Jendral Ahmad Yani Metro. Penyelesaian laporan kasus ini banyak mendapat bantuan serta
motivasi dari berbagai pihak. Oleh Karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih kepada dr. Harizon MN, Sp. B selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu,
petunjuk, nasehat dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah case report ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan dari penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan
saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Amanda Luthfianti
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Anamnesis
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 10 Juni 1977
Umur : 45 tahun
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Sukadana, Lampung Timur
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Benjolan di payudara kanan sudah 2 tahun sebesa
r kelereng
Keluhan Tambahan : rasa tidak nyaman saat tertekan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Bedah RSU Muhammadiyah Metro
dengan keluhan terdapat benjolan di payudara sebelah kanan sebes
ar kelereng. Benjolan dirasakan sudah sekitar 2 tahun. Keluhan nye
ri disangkal, demam disangkal.
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan hal yang serupa.
2
f. Riwayat Alergi
Obat (-) Makanan (-)
g. Riwayat Operasi
Disangkal
3
Thorax
Bentuk : Normochest
Inspeksi : Simetris
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
PalpasI : Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular,murmur (-), gallop (-)
Paru
Inspeksi : Simetris, lesi (-), retraksi (-)
Palpasi : Massa (-), vocal fremitus normal
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler(+/+), wheezing(-/-),ronkhi(-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar dan lembut
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat (+), sianosis (-), edema (-) CRT < 2 detik
c. Status Lokalis
Inspeksi : regio mammae dextra tampak benjolan ukuran
1,5 x 1,5 cm, tepi rata, ulkus (-), nipple discharge (-), pendarahan
aktif (-)
Palpasi : regio mammae detra teraba benjolan dengan
ukuran 1,5x1,5 cm, konsistensi kenyal, dapat digerakkan atau
mobile, tepi rata.
4
1.3 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium 12/12/2022
foto USG
Tanggal 22/02/2023
5
Hasil :
USG mammae bilateral
Jaringan kulit subkutis masih normal.
Jaringan lemak tampak menebal.
Tampak lesi anekholik bulat batas tegasnmultiple di mammae kanan arah
jam 9 ukuran lk 1,6x1,1x1,9cm.
Pada color doppler tampak flow vaskuler.
Axilla kanan dan kiri : tidak tampak pembesaran KGB.
Kesan :
- simple Cyst multple mammae dextra.
- tidak tampak pembesaran KGB axilla billatera
1.4 Resume
Perempuan usia 56 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan di payudara s
ebelah kanan. Benjolan mulai dirasakan sejak sekitar 2 tahun yang lalu. Benjolan
dirasakan sebesar kelereng. Pasien tidak merasakan nyeri di sekitar benjolan atap
un sekitar payudara. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di payudara seb
elah kanan arah jam 9 sebesar kelerang, konsistensi padat sedikit lunak, dan tepi
bulat, serta mobile bebas di dalam payudara. Tidak didapatkan kemerahan diseki
6
tar benjolan. Nyeri tekan (-). Pada USG mammae billateral tampak jaringan lem
ak tampak menebal dan tampak lesi anekholik bulat batas tegasnmultiple di mam
mae dectra arah jam 9 ukuran lk 1,6x1,1x1,9cm.
1.7 Tatalaksana
Non operatif
IVFD Ringer Laktat 20 tpm
Inj Anbacim 2x1 gr
Inj Ketorolac 2x30 mg
Inj Kalnex 1x100mg
Operatif
Eksisi biopsi
Tanggal 22/02/2023
S (Subyektif) Benjolan pada payudara sebelah kanan sebesa
r kelereng, nyeri (-)
O (obyektif ) TD : 134/76 mmHg
HR : 85 x / menit
RR : 20 x / menit
S : 36, 5
spO2 : 99%
7
A (Assesment) FAM dextra
P (Planning) IVFD Ringer Laktat 20 tpm
Inj Anbacim 2x1 gr
Tanggal 23/02/2023
S (Subyektif) Nyeri bekas luka operasi
O (obyektif ) TD : 116/71 mmHg
HR : 80 x / menit
RR : 20 x / menit
S : 36, 1
spO2 : 98%
A (Assesment) FAM dextra
P (Planning) IVFD Ringer Laktat 20 tpm
Inj Anbacim 2x1 gr
Inj Keterolac 2x30mg
Inj Kalnex 1x100mg
Tanggal 24/02/2023
S (Subyektif) TAK
O (obyektif ) TD : 103/78 mmHg
HR : 86 x / menit
RR : 20 x / menit
S : 36, 2
spO2 : 99%
A (Assesment) FAM dextra
P (Planning) Cefixime 200mg 2x1
Asam mefenamat 500mg 3x1
Ranitidin 150mg 2x1
1.9 Prognosa
Secara umum, FAM tidak kambuh setelah operasi pengangkatan total, namun
beberapa pasien remaja mungkin mengalami pertumbuhan lesi baru pasca eksisi.
8
Complex fibroadenoma tampaknya memberikan peningkatan risiko relatif (3,1x) dari
perkembangan kanker payudara berikutnya, dengan risiko yang diperkuat oleh adanya
riwayat keluarga karsinoma payudara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Laki-laki maupun perempuan memiliki payudara (L.Mammae), normalnya hanya
tambahan alat reproduksi pada perempuan tetapi rudimenter tidak berfungsi pada laki-
laki, yang terdiri dari hanya sedikit ductus kecil atau korda epitelial. Biasanya, lemak
yang terdapat pada payudara laki-laki tidak berbeda dengan lemak jaringan subkutan di
tempat lain, dan sistem grandular tidak berkembang secara normal. Payudara adalah
sttruktur superfisial yang paling menonjol pada dinding toraks anterior, terutama pada
pectoralis major dan minor. Jumlah lemak yang mengelilingi jaringan grandular
(papilla mammae), dikelilingi oleh area berpigmen sirkular pada kulit yang disebut
musculus pectoralis major dan serratus anterior dan pascia profunda terkait (bantalan
ductus lactiferinya sendiri, yang bermuara ke tempat tersebut. Quadran lateral superior
payudara memiliki sebagian besar jaringan jaringan grandular, sebagian besar karena
ekstensi ke arah atau ke dalam aksila (processus axilaris) sehingga menjadi tempat
sebagian tumor. Payudara di layani oleh pembuluh darah thoracica interna dan thoracica
lateral, dan pembuluh darah serta nervi intercostalis II-VI. Sebagian besar limf dari
10
dini. ( Moore & Dalley, 2013).
Fibroadenoma adalah jenis tumor jinak payudara yang paling umum, dan
merupakan tumor primer yang paling umum pada kelompok usia lebih muda pada
wanita. Insidensi puncaknya adalah pada dekade ketiga, dan walaupun biasanya soliter,
tumor ini bisa bergerombol. Fibroadenoma muncul dari lobulus payudara, dan
oleh perubahan yang diinduksi hormon seperti perubahan laktasi selama kehamilan
(Cross, 2018). Fibroadenoma merupakan tumor payudara yang tidak menimbulkan rasa
sakit, unilateral, jinak (non-kanker), benjolan padat bukan berisi cairan (Huang et al.,
2018).
2.3 Epidemiologi
FAM terjadi paling sering pada wanita antara usia 14 hingga 35 tahun tetapi
juga dapat ditemukan pada usia berapa pun. FAM menyusut setelah menopause, dan
karena itu, lebih jarang terjadi pada wanita pascamenopause. Fibroadenoma sering
merupakan massa seperti marmer yang terdiri dari jaringan epitel dan stroma yang
11
terletak di bawah kulit payudara. Massa yang kokoh dan kenyal tersebut memiliki batas
yang teratur dan seringkali memiliki ukuran yang bervariasi (Ajmal et al., 2021).
Data epidemiologi FAM baik secara global maupun di Indonesia masih terbatas
(Roubidoux, 2015). Di Amerika Serikat, FAM merupakan tumor jinak payudara yang
paling sering terjadi pada wanita berusia < 25 tahun. Pada populasi negara Barat, FAM
Shanghai kurang lebih 1 dari 350 wanita didiagnosis menderita FAM sebelum usia 60
tahun. Insiden FAM pada wanita menurun sesuai dengan peningkatan usia, dan sebagian
FAM lebih sering terjadi pada wanita di kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi
dan orang berkulit gelap. Indeks massa tubuh dan jumlah kehamilan cukup bulan
fibroadenoma pada wanita telah dilaporkan dalam literatur berkisar antara 7 % sampai
13 % (Greenberg, 1998).
2.4 Etiologi
Etiologi dari FAM masih tidak diketahui pasti tetapi dikatakan bahwa
lateral atas karena di bagian ini distribusi kelenjar paling banyak. Baik estrogen,
2012).
12
Usia menarche, usia menopause dan terapi hormonal termasuk kontrasepsi oral
tidak merubah risiko terjadinya lesi ini. Pengamatan klinis yang dilakukan pada
perempuan yang menerima estrogen dan obat antiestrogen menunjukan bahwa wanita
pasca menopause yang menerima estrogen lebih dari delapan tahun mengalami lesi
jinak. Faktor genetik juga dikatakan tidak berpengaruh tetapi adanya riwayat keluarga
2.5 Patogenesi
mammae yang dikenai sebagai "kelainan dari pertumbuhan normal dan involusi".
Fibroadenoma sering terbentuk sewaktu menarche (15-25 tahun), waktu dimana struktur
lobul ditambahkan kedalam sistem duktus pada mammae. Lobus hiperplastik sering
terjadi pada waktu ini dan dianggap merupakan bagian dari perkembangan mammae
dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi
epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan
1. Fibroadenoma pericanaliculare
Kelenjar bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis
2. Fibroadenoma intracanaliculare
13
Jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-
panjang (tidak teratur) dengan lumen sempit mirip bintang (Kumar, Cotran dan
Robbins, 2012).
sewaktu hamil dan mengalami involusi sewaktu perimenopause. Tumor ini dapat terjadi
karena mutasi DNA sel. Wanita dengan mutasi pada gen BRCAl atau BRCA2 yang
diperoleh dari mestektomi bilateral memiliki frekuensi yang tinggi untuk terjadinya lesi
fibroadenoma menyebabkan gejala, presentasi yang paling umum adalah massa yang
padat dan tidak dapat bergerak yang tidak menempel pada dinding dada atau kulit
payudara. Massa ini sering tidak menimbulkan rasa sakit tetapi kadang-kadang dapat
daerah yang ditekan, seperti underwire bra wanita. Penanganan medis yakni mengatasi
rasa sakit, pertumbuhan yang cepat, kelainan bentuk kosmetik, dan rasa takut akan
1. Pasien di temukan dengan gambaran klinis benjolan yang tidak nyeri pada
payudara.
14
3. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada
1. Anamnesa
utama pasien mengeluhkan adanya benjolan pada puting, adanya luka, puting mengeras,
puting berair atau mengeluarkan darah, sering tanpa disertai rasa nyeri. Pada riwayat
penyerta, pengobatan yang pernah dilakukan. Pada riwayat penyakit dahulu, tanyakan
adanya riwayat biopsi atau tidak. Pada riwayat penyakit pada keluarga, tanyakan adanya
riwayat kanker pada keluarga. Tanyakan juga adanya faktor resiko terjadinya
hormonal tambahan seperti pil kontrasepsi maupun suntik KB serta bagaimana pola
2. Pemeriksaan Fisik
Karena organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal maka sebaiknya pemeriksaan
payudara dilakukan disaat pengaruh hormonal seminimal mungkin, satu minggu setelah
A. Inspeksi, pasien diminta untuk duduk tegak dan berbaring. Kemudian, inspeksi
dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, wama kulit, lekukan, retraksi papilla,
15
adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Cekungan kulit
{dimpling) lebih terlihat jelas bila pasien diminta untuk mengangkat lengannya lums
keatas.
B. Palpasi, lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di
punggung sehingga payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan ruas pertama
jari telunjuk, tengah dan manis yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap
kuadran payudara dengan alur melingkar. Pada sikap duduk, benjolan yang tidak terlihat
saat berbaring umumnya lebih lebih mudah ditemukan. Perabaan aksila pun lebih
mudah dilakukan pada saat posisi duduk. Pemijatan halus puting susu juga dilakukan,
b. Permukaan rata
d. Batas tegas
e. Mudah digerakkan
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Ultrasonography (USG)
karena massa ini sering terdeteksi pada wanita yang lebih muda dengan kecurigaan
16
kankernya relatif rendah. Pada wanita yang memiliki riwayat pribadi atau riwayat
keluarga dengan kanker payudara, berusia di atas 35 tahun, atau memiliki gejala yang
secara klinis sesuai dengan fibroadenoma, mammogram merupakan tes tambahan yang
perlu dilakukan. Temuan USG khas untuk fibroadenoma adalah massa hypoechoic
bulat, oval, atau lobular USG adalah tes yang lebih spesifik daripada mammogram
pertama pada wanita muda dengan massa di payudara (Aydinet et al., 2019).
B. Mammografi
dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama, temtama pada usia di atas 30 tahun.
Walaupim mamografi sebelumnya normal, jika terdapat keluhan baru, maka hams
dimamografi ulang. Pada mamografi, lesi yang mencurigakan ganas menunjukkan salah
satu atau beberapa gambaran sebagai berikut: lesi asimetris, kalsifikasi pleomorfik, tepi
salah satu penelitian teihad^ 41.427 penderita, sensitivitasnya mencapai 82,3% dengan
spesifisitas 91,2%. Walaupun demikian, bila hasilnya negatif, hams tet ^ dilakukan
Teknik ini digunakan dengan luas pada pemeriksaan mtin mammae untuk
menemukan tumor jinak atau ganas, dan kista. Digunakan dosis sinar X yang sangat
rendah, sehingga bahaya pemeriksaan ini kecil dan dapat sering diulangi. Kesuksesan
dari pemeriksaan ini diperlihatkan dengan d^at ditemukannya lesi yang berukuran
beberapa milimeter, jauh sebelum dapat dideteksi pada pemeriksaan klinik (Snell,
2006).
C. Biopsi Jarum
17
Biopsi jarum dilakukan ketika diagnosis tidak pasti karena gambaran yang
mencurigakan pada pencitraan atau ada perubahan dalam temuan klinis seperti
D. Gambaran Histopatologi
Pemeriksaan ini merupakan gold standar atau baku emas dalam mendiagnosis
tumor payudara. Material diperoleh dari insisi maupim eksisi biopsi maupun dari bahan
a. Fibroadenoma pericanaliculare : Kelenjar bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau
beberapa lapis.
sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen sempit mirip
E. Aspirasi Sitologi
Pemeriksaan sitologi adalah prosedur diagnostik prabedah yang dapat dilakukan dengan
Fine Needle Aspirations (FNA) Citology. FNA Citology adalah pemeriksaan yang
tergantung pada aplikasi teknik yang benar. Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel
sel tumor. Indikasi dari pemeriksaan FNA Citology dalam situasi klinis adalah
sebagai berikut:
a. Adanya massa yang teideteksi dari palpasi tanpa melihat massa tersebut jinak atau
ganas
18
b. Adanya massa yang terdeteksi dari hasil imaging yang dianggap mungkin jinak atau
ganas (National Breast Cancer Center, 2004). Sampel FNA Citology diambil dengan 2
sampai 4 tusukan jarum untuk mencapai benjolan, kemudian difiksasi alkohol 96% dan
2.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana FAM masih diperdebatkan, tergantimg pada usia pasien dan temuan
klinis (Sperber dkk, 2003). Bila dari hasil biopsi menunjukan lesi adalah fibroadenoma
maka tindakan pembedahan dapat dilakukan ataupun tidak. Hams dilakukan tindakan
pembedahan apabila terd2q>at tanda abnormalitas, ukuran dan bentuk dari payudara
yang bembah dan curiga lesi tersebut adalah keganasan (Greenberg dkk, 1998). Namun,
mengubah kualitas hidup serta meninggalkan bekas jaringan pamt (Sperber dkk, 2003).
untuk dilakukan eksisi namun terapi konservatif dapat menggantikan perawatan bedah
dalam waktu dekat atas dasar usia muda pasien, temuan gambaran jinak, karakteristik
klinis, dan temuan jinak pada hasil FNA biopsi. Teknik minimal invasif seperti USG,
menjadi pilihan pengobatan yang sangat baik untuk wanita dengan fibroadenoma yang
menghindari operasi, lesi juga dapat diobati dengan observasi dan ditindaklanjuti secara
berkala. Pada fibroadenoma juvenile (>5 cm) operasi pengangkatan sangat dianjurkan
berusia dibawah 30 tahim maka ter^ i yang diberikan adalah observasi maupim eksisi
19
jika ada kekhawatiran. Jika usia pasien diatas 30 tahun maka tindakan yang dilakukan
adalah eksisi untuk menyingkirkan keganasan (Stead dkk, 2003; Al-Salamah, 2006).
2.8 Komplikasi
Fibroadenoma adalah sebuah tumor jinak namun dalam beberapa laporan kasus
resiko carcinoma mammae (Kuijper dkk, 2001). Pada beberapa kasus yang jarang,
2.9 Prognosis
Tumor ini biasanya terdiri dari komponen stroma dan jaringan epitel. Meskipun
fibroadenoma merupakan tumor jinak, tetapi ini bisa berhubungan dengan peningkatan
resiko dari kanker payudara yang invasif. Perubahan morfologi yang didapatkan pada
beberapa faktor yaitu estrogen, progesteron, kehamilan dan laktasi, sering timbul
sebagai massa yang dapat di raba dengan ukuran sampai 3 cm dan mungkin akan
20
DAFTAR PUSTAKA
Abbas A.K., Aster J.C., Kumar V., 2015, Buku Ajar Patologi Robbins,
Edisi 9, Elsevier Saunders, Singapura, 179-185
Affandi, 2011, Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo, PT. Bina
Pustaka Sarwono, Jakarta
Ahsani R.F., Machmud P.B., 2019, Hubungan Riwayat Reproduksi
dengan Tumor Payudara pada Perempuan Usia Muda di
Indonesia (Analisis Riset PTM 2016), Jurnal MKMI, 15 (3)
Ajmal M, Khan M, Fossen KV. 2021. Breast Fibroadenoma.
StatPearls [Internet].
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535345/
Ajmal M., Fossen K.V., 2020, Breast Fibroadenoma. StatPearls
Publishing, Treasure Island (FL)
Akin I.B., Ozgul H., Simsek K., Altay C., Secil M., Balci P., 2020,
21
Texture Analysis of Ultrasound Images to Differentiate Simple
Fibroadenomas From Complex Fibroadenomas and Benign
Phyllodes Tumors, J Ultrasound Med. 9999, 1–11
Alini, Widya L., 2018. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kejadian
Fibroadenoma Mammae (FAM) Pada Pasien Wanita Yang
Berkunjung Di Poliklinik Spesialis Bedah Umum RSUD
Bengkalis. Jurnal Ners Research & Learning in Nursing Science.
2(1), 1-10
Aydiner A., Igci A., Soran A., 2019, Breast Disease Diagnosis and Pathology,
Volume 1 Second Edition, Springer Nature, Switzerland
Ayu, G. D., Triara, H. and Yovita, L., 2015, Analisis risiko kanker
payudara berdasar riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dan
usia, Jurnal Berkala Epidemiologi, 3(1), 12–23
Balitbang Kemenkes RI, 2018, Riset Kesehatan Dasar, Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta
Bansode O.M., Sarao1 M.S., Cooper D.B., 2020, Contraception,
StatPearls Publishing, Treasure Island (FL)
Bidgoli S.A., Eftekhari T., 2011, Role of Exogenous and Endogenous
Sources of Estrogen on the Incidence of Breast Fibroadenoma:
Case-Control Study in Iran, Asian Pacific J Cancer Prev., 12,
1289-93
BKKBN, 2012, Pelayanan Kontrasepsi, BKKBN, Jakarta
Carbonaro A., Ciotta L., Stracquadanio M., Formuso C., Giunta M. R.,
Agati A. D., Leanza V., Giannone T. T., Chammas M., Chammas
F., Pafumi C., Zarbo G., 2012, Oral Contraception and Benign
Breast Disease, American Journal of Nursing Science, 1 (1), 1-4
22
Kluwer Health, Philadelphia
Giannos A., Stavrou S., Gkali C., Chra E., Marinopoulos S.,
Chalazonitis A., Dimitrakakis C., Drakakis P., 2017, A
Prepubertal Giant Juvenile Fibroadenoma In A 12-Year-Old
Girl: Case Report And Brief Literature Review, Int J Surg Case
Rep., 41:427-430
Greenberg R, Skornick Y, Kaplan O. 1998. Management of breast
fibroadenomas. Journal of General Internal Medicine. 13 (9):
640–5.
doi:10.1046/j.1525-1497.1998.cr188.x. PMC 1497021. PMID 9754521.
Gupta D., Gupta V., Marwah N., Gill M., Gupta S., Gupta S., Jain P,
Sen R., 2015, Correlation of Hormone Receptor Expression with
Histologic Parameters in Benign and Malignant Breast Tumors,
Iran J Pathol., 10(1), 23–34
Guyton A.C., Hall JE., 2014, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi
12, Penerbit EGC, Jakarta
Hanifati S., Prasmusinto D., 2014, Kontrasepsi Hormonal. Dalam
Kapita Selekta Kedokteran of Essentials Medicine, Edisi 4, Jilid
I, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta
Hardiyanto H., 2018. Penanganan Tumor Payudara. Bedah Onkology
RS Jogja & RS Sardjito. Diakses di
https://rumahsakitjogja.jogjakota.go.id/uploads/
download/987a5f1f77c9bbf3be384c0418d78a7a.pdf, pada
tanggal 25 Juli 2020.
Huang I.C., Li P.C., Ding D.C., 2018, Recurrent Juvenile
Fibroadenoma of The Breast In An Adolescent: A Case Report,
Medicine (Baltimore), 97(20), e10765
Kresno, & Boedina, S., 2012, Ilmu Dasar Onkologi, PT. Bina Pustaka
Sarwono, Jakarta
Lee E.J., Chang Y., Oh J.H., Hwang J., Hong S.S., Kim H., 2018,
Breast Lesions in Children and Adolescents: Diagnosis and
Management, Korean J Radiol., 19(5), 978–991
Li J., Humphreys K., Ho P.J., Eriksson M., Darai-Ramqvist E.,
Lindström L.S., Hall P., Czene K., 2018, Family History,
Reproductive, and Lifestyle Risk Factors for Fibroadenoma and
Breast Cancer, JNCI Cancer Spectr., 2(3), pky051.
Marwoto W., Nasar I., Himawan S., 2010, Buku Ajar Patologi II
(Khusus), Edisi Ke Satu, CV. Sagung Seto, Jakarta
Matz D., Kerivan L., Reintgen M., Akman K., Lozicki A., Causey T.,
2012, Breast Preservation in Women with Giant Juvenile
Fibroadenoma. Breast Cancer, 20 (10), 1-4
Nassar A., Visscher D.W., Degnim A.C., Frank M.R.D., Vierkant
23
M.R.A., Frost M., Radisky D.C., Vachon C.M., Kraft R.A.,
Hartmann L.C., Ghosh K., 2015, Complex Fibroadenoma and
Breast Cancer Risk: A Mayo Clinic Benign Breast Disease
Cohort Study. Breast Cancer Res Treat, 153(2), 397–405
Nelson ZC, Ray RM, Wu C, Stalsberg H, Porter P, Lampe JW, et al.
2010. Fruit and Vegetable Intakes Are Associated With Lower
Risk of Breast Fibroadenoma in Chinese Women. In: J
Nutr.;140(7):1294-301. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2884330/
Nani D. 2009. Hubungan Umur Awal Menopause dan Status
Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker
Payudara. Jurnal Keperawatan Soedirman, 4(3): 102-106.
Prawirohardjo, S., 2011,Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga, PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Roubidoux MA. Breast Fibroadenoma Imaging. In: Lin EC, editors.
Medscape. 2015. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/345779- overview
Rsisultagung.co.id. 2021. Berkhidmat Menyelematkan Ummat.
https://rsisultanagung.co.id/v2015/profil/sejarah/. Dikutip 17 Juli
2021.
Rulianty T., 2011, Ketepatan Pemeriksaan Fisik Fibroadenoma
Mamma di Bagian Bedah Onkologi RSUP Mohammad Hoesin
Malang, Universitas Sriwijaya Press, Palembang
Sastroasmoro S., 2011, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Edisi 4. CV Sagung Seto, Jakarta
Sidauruk H. A., 2013, Karakteristik Penderita FAM yang Dirawat Inap
di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011, Universitas
Sumatera Utara Press, Medan
Wahyuningsih Y., Sander M.A., Suharto., 2016, Pengaruh Penggunaan
Kontrasepsi Oral Terhadap Kejadian Fibrodenoma Mammae di
Rumah Sakit Angkatan Darat Brawijaya Surabaya Periode 1
Januari - 31 Desember 2014. Santika Medika, 12(2), 75-82
24