Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang

terjadi secara terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk

semua tonjolan dan diartikan sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik

oleh neoplasma maupun oleh radang, atau perdarahan. Neoplasma membentuk

tonjolan, tetapi tidak semua tonjolan disebabkan oleh neoplasma.

Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau lebih

sering dikenal dengan sebutan kanker. Suatu tumor dikatakan jinak apabila masih

berdiferensiasi baik (secara morfologis dan fungsional masih mirip dengan sel

asal), tumbuh perlahan, tidak menginfiltrasi jaringan sekitar serta tidak

bermetastasis ke organ lain. Dan hal yang berlawanan terdapat pada tumor ganas

atau kanker. Kanker cenderung lebih anaplastik, laju pertumbuhan lebih cepat serta

tumbuh dengan cara infiltrasi, invasi, destruksi, sampai metastasis ke jaringan

sekitar dan cukup potensial untuk menimbulkan kematian.

Insidensi tumor payudara akhir-akhir ini meningkat, diperkirakan

disebabkan semakin baiknya edukasi dan teknologi, semakin tingginya keadaan

status ekonomi yang berdampak pada perubahan pola hidup (Lifestyle).

Berdasarkan penelitian Haagensen, tumor payudara banyak berlokasi di kuadran

lateral atas kemudian sub-areola. Payudara sebelah kiri lebih sering terkena

dibanding sebelah kanan.

1
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny S

Umur : 61 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Cot Girek

Agama : Islam

Suku : Aceh

Nomor RM : 49.68.40

Masuk RS : 10 Juli 2018

Keluar RS : 12 Juli 2018

2.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama : Benjolan di payudara kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan benjolan di payudara kiri di bagian atas.

Keluhan telah dirasakan pasien sektar beberapa tahun yang lalu. Saat ini pasien

mengeluhkan benjolan terasa nyeri, sebelumnya pasien mengaku benjolan tidak

terasa nyeri.

Benjolan teraba kenyal, mobile, tidak berdungkul-dungkul, nyeri tekan dan

dengan ukuran sebesar bakso. Dari puting susu tidak pernah keluar cairan seperti

susu maupun nanah dengan sendirinya maupun dipencet. Buang air kecil dan buang

2
air besar tidak ada keluhan. Tidak ada perubahan dalam siklus haid, keluhan juga

tidak dipengaruhi oleh siklus haid.

2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Status present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Kompos Mentis

Nadi : 89 kali/menit

Laju pernapasan : 19 kali/menit

Suhu : 36,5 °C

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

B. Status generalisata

1. Kepala

- Rambut : Hitam

- Bentuk kepala : Normocephali

- Mata : Konjungtiva anemis (-), pupil isokor,

diameter 2 mm, refleks cahaya +/+

- Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)

- Mulut : Bibir tidak pecah-pecah, sianosis (-), gusi tidak

berdarah.

- Telinga : Simetris, liang lapang, serumen (-)

- Leher : - Tidak terdapat pembesaran KGB leher

3
- Terdapat benjolan di leher bagian kanan,

konsistensi kenyal, mobile dan bergerak ketika

menelan.

2. Thoraks

Paru

- Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis maupun dinamis

- Palpasi : Stem fremitus normal kiri dan kanan

- Perkusi : tidak dilakukan

- Auskultasi : Suara napas vesikuler pada seluruh lapang

paru, wheezing (-), ronki (-)

Jantung

- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

- Perkusi : Tidak dilakukan

- Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, murmur (-),

gallop (-)

3. Abdomen

- Inspeksi : Simetris, datar, distensi (-)

- Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba,

ballotement (-)

- Perkusi : Timpani, shifting dulness (-)

- Auskultasi : Peristaltik (+) normal

4
4. Genitalia

Tidak dilakukan

5. Ekstremitas

- Superior : Edema (-/-), Sianosis (-/-)

- Inferior : edema (-/-), Sianosis (-/-)

C. Status lokalisata

Regio Mam mae

- Inspeksi : Tidak terlihat pembengkakan pada payudara, tidak ada

penarikan putting ke dalam, tidak ada perubahan warna

kulit mammae.

- Palpasi : Terdapat benjolan di payudara bagian kiri kuadran lateral

atas, konsistensi kenyal, mobile, berbatas tegas, nyeri

tekan (+) berukuran 2x2 cm.

Kelenjar Getah Bening

- Inspeksi : tidak terlihat adanya pembesaran KGB leher, axilla, dan

supra dan infraclavicula.

- Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran KGB leher, axilla, dan

supra dan infraclavicula.

2.4 Diagnosis Kerja

Ca mammae sinistra

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium tanggal 10 Juli 2018

5
Hemoglobin : 12,6 g% (N: L.12-16)

Eritrosit : 4,32 x 105/mm3 (N: 3,8-5,8)

Leukosit : 7,69 x 103/mm3 (N: 4-11)

Hematokrit : 37,6 % (N: 37-47)

Trombosit : 266 x 103/mm3 (N: 150-450)

Golongan darah : AB

Glukosa sewaktu : 146 mg/dl (N: 70-125)

2.6 Diagnosis Banding

a. Fibroadenoma mammae

b. Tumor Filoides

c. Papiloma intraductal

d. Fibrokistik

2.7 Penatalaksanaan

Medikamentosa:

- IVFD RL 20 gtt/menit

- Ceftriaxone 1g vial/12 jam

- Ketorolac 3%/8 jam

- Ranitidin 150 mg/12 jam

Operatif:

- Biopsi Insisi

2.8 Laporan Operasi

1. Tanggal 10 Juli 2018.

2. Pasien dengan posisi supine dengan kepala hiperekstensi dalam anastesi umum.

6
3. Dilakukan prosedur aseptik, desinfeksi dengan povidone iodin dan alkohol 70%

4. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril

5. Dilakukan insisi elip pada massa à Keluar massa dengan ukuran sekitar 2x1

warna ke abu-abuan à dikirim ke PA.

6. Massa dibebaskan dari jaringan sekitar

7. Kontrol perdarahan dan lapangan operasi dijahit lapis demi lapis

8. Operasi selesai

2.9 Prognosis

Quad ad vitam : ad bonam

Quad ad functionam : ad bonam

Quad ad sanactionam : ad bonam

2.10 Tabel Follow up

Tanggal S O A P

10/7/2018 -Pasien datang KU: Baik Breast - IVFD RL


tumor 20 gtt/menit
S: CM
RR: 22x/i
HR: 90x/i
TD: 120/70
mmHg
Mammae :
- Terdapat
benjolan,
konsistensi
kenyal, nyeri
tekan (+), mobile

11/7/2018 - Benjolan di KU: Baik Breast - IVFD RL 20


bagian payudara tumor gtt/menit
S: CM

7
kanan sebesar RR: 20x/i susp post op:
ukuran bakso benign
- BAB & BAK (N) HR: 78x/i - IVFD RL 20
- Nyeri (-) gtt/menit
T: 36 °C
- Pusing (+)
- ceftriaxone 1g/
TD: 80/60 mmHg 12 j
Mammae : - Ketorolac 3%/
8j
- Terdapat
benjolan, - Ranitidin 150
konsistensi mg/ 12 j
kenyal, nyeri
tekan (+), mobile.

12/7/2018 - Sakit kepala (+) KU: Baik Breast - IVFD RL 20


- Nyeri di daerah tumor gtt/menit
operasi S: CM susp
benign - ceftriaxone 1g/
RR: 16x/i 12 j
HR: 80x/i - Ketorolac 3%/
8j
T: 36,90C
- Ranitidin 150
Mammae: luka
mg/ 12 j
ditutup tampon
kassa steril

13/7/2018 - Nyeri di daerah KU: Baik Breast - Cefixime tab


operasi tumor 500 mg
- Demam (-) S: CM susp
- Mual muntah (+) benign - PCT tab 500
RR: 18x/i mg
- BAB & BAK (+)
HR: 96x/i - Ranitidine tab
150 mg
T: 36,60C
TD:110/70mmHg
Mammae: luka
ditutup tampon
kassa steril

Tanggal/ Subjek Objek Assesment Planning Therapy

8
H+

H+ 1 -Nyeri di TD: Ca Chemothe -IVFD Nacl 20 gtt/i


27/7/2018 daerah 110/80 mammae rapy siklus -Inj. Ranitidin 1
benjolan + mmhg sinistra 1 Amp/12jam
-Badan terasa HR: 81 Stadium II -Inj. Ondancetron 1
lemas + x /i B Amp/8 jam
-BAK + RR: 20 (T3N0M0) -Inj.
-BAB + x/i Cyclophospamide
T: 500mg/m²/hari 1
Afebris -inj. Epirubicin 80
mg/m²/hari 1
Inj. 5 Fluoro Uracil
500mg/m²/hari

BAB 3

9
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Carsinoma Mammae

Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya

sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta tumbuh

perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mammae

yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan

segera bermetastase. Penyakit kanker payudara adalah penyakit keganasan yang

berasal dari struktur parenkim payudara. Paling banyak berasal dari epitel duktus

laktiferus (70 %), epitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan

otot dan kulit payudara, kanker payudara tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang

beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) ke organ

vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.

3.2 Anatomi Payudara

10
Payudara merupakan kelenjar akesoris kulit khusus yang berfungsi

menghasilkan susu berasal dari lapisan ektodermal. Payudara terdapat pada pria dan

wanita, memiliki bentuk sama pada pria dan wanita yang belim dewasa. Papilla

mammae kecil dan dikelilingi oleh kulit yang bewarna lebih gelap yang disebut

areola mammae. Jaringan mamma tersusun oleh sekelompok kecil sistem saluran

yang terdapat di dalam jaringan ikat dan bermuara di daerah areola.

Payudara lazimnya terletak di antara tulang sternum bagian lateral dan

lipatan ketiak, serta terbentang dari iga ke 2 sampai iga ke 6 atau 7. Pada bagian

puncak dari payudara terdapat struktur berpigmen dengan diameter 2-6 cm yang

dinamakan areola. Warna areola itu sendiri bervariasi mulai dari merah muda

sampai coklat tua. Warna areoala ini bergantung pada umur, jumlah paritas, dan

pigmentasi kulit.

Payudara adalah organ yang kaya akan suplai pembuluh darah yang berasal

dari arteri dan vena. Cabang dari arteri torakalis interna menembus ruang antara iga

2, 3, dan 4 untuk memperdarahi setengah dari bagian medial payudara. Arteri ini

menembus sampai otot-otot interkostalis dan membran interkostalis anterior untuk

mensuplai otot-otot pektoralis mayor dan pektoralis minor di kedua payudara.

Cabang-cabang kecil dari arteri interkostalis anterior juga mensuplai darah untuk

payudara di bagian medial. Di daerah lateral, payudara disuplai oleh cabang dari

arteri aksilaris dan arteri torakalis lateral. Cabang dari arteri aksilaris adalah arteri

arteri torakoakromial, kemudian bercabang lagi menjadi arteri pektoralis.

Sementara cabang dari arteri torakalis lateral adalah arteri mamari eksternal yang

11
menyusuri otot pektoralis mayor untuk memperdarahi setengah payudara bagian

lateral.

Aliran darah balik pembuluh vena dari payudara mengikuti aliran arteri

secara berlawanan. Darah kembali menuju vena cava melalui vena aksilaris dan

vena torakalis interna. Selain itu, darah juga kembali ke vena cava melalui pleksus

vertebralis. Aliran balik vena pada kuadran atas lebih besar daripada aliran balik

vena dari kuadran bawah.

Persarafan kulit payudara ditanggung oleh cabang pleksus servikalis dan n.

interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Aliran

limfe dari payudara sekitar 75% menuju ke aksila, sisanya ke kelenjar parasternal

dan interpektoralis atau mammaria interna.

3.3 Fisiologi Payudara

Payudara tetap pada struktur dan tak berfungsi pada pria, sedangkan wanita

perkembangan payudara aktif dan di bawah kendali galndula hipofisis anterior dan

ovarium. Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormone yang

dihasilkan glandula tersebut. Estrogen diketahui merangsang perkembangan duktus

mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobules-lobulus payudara juga

deferensiasi sel epitel payudara. Prolaktin merangsang laktogenesis.

1. Pubertas terjadi pembesaran payudara yang diakibatkan karena bertambahnya

jaringan kelenjar dan deposit jaringan lemak.

12
2. Siklus menstruasi pada fase premestruasi akan terjadi pembesaran vascular dan

pembesaran kelenjar, kemudian akan terjadi regresi kelenjar pada fase pasca

menstruasi.

3. Kehamilan dan laktasi : pada kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara

kolostrum sampai sekitar 3-4 han postpartum, kemudian sekresi susu dimulai

sebagai respon terhadap rangsang penghisapan dan bayi (sucking refleks).

4. Monopouse : Lobulus beinvolusi. Lemak menggantikan

3.4 Etiologi dan Faktor Risiko

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada

pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara yaitu :

1. usia > 30 tahun

13
2. Menarche dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami

menstruasi sebelum usia 12 tahun.

3. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.

Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempuyai resiko dua kali

lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai

anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.

4. Menopause pada usia lanjut.

Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker

payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral

sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya.

5. Riwayat penyakit payudara jinak.

Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferatif

mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara. Wanita dengan

hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.

6. Obesitas, resiko rendah diantara wanita pascamenopause. Wanita

gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih tinggi, yang

paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.

7. Kontraseptif oral.

Wanita yang menggunakan kontraseptif oral beresiko tinggi untuk mengalami kanker

payudara. Resiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.

8. Terapi pengganti hormone.

Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi

penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan estrogen

suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (Lebih dari 10-15 tahun) dapat

mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap

penggantian estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium, hal ini tidak

menurunkan risiko kanker payudara.

14
9. Masukan alkohol.

Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang menkonsumsi alkohol bahkan

dengan hanya sekali minum dalam sehari. Resikonya dua kali lipat diantara wanita

yang minum alkohol tiga kali sehari. Di negara dimana minuman anggur dikonsumsi

secara teratur (misal: Prancis dan Italia), Angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa

temuan menunjukkan bahwa wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk

mengalami kanker payudara pada tahun-tahun berikutnya.

3.5 Epidemiologi

Insidensi tumor payudara memperlihatkan peningkatan akhir-akhir ini.

Kanker payudara di Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher rahim.

Diperkirakan 10 dari 100.000 penduduk terkena kanker payudara dan 70% dari

penderita memeriksakan dirinya pada keadaan stadium lanjut.

Distribusi terjadinya tumor payudara menurut lokasi tumor, menurut

penelitian kanker payudara lebih sering terjadi di kuadran lateral atas, kemudian

sentral (sub areolar). Payudara sebelah kiri lebih sering terkena bila dibandingkan

sebelah kanan. Menurut kejadiannya, pada kuadran lateral atas sebanyak 38,5%,

bagian sentral (sub areolar) sebanyak 29%, kuadran medial atas sebanyak 14,2%,

kuadran lateral bawah sebanyak 8,8% dan kuadran medial bawah sebanyak 5%,

sedangkan bagian sekitar yang tidak termasuk lokasi diatas sebanyak 1,8%.

3.6 Manifestasi Klinis

1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah

ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi.

15
2. Nyeri di daerah massa.

3. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke dalam, tarikan

dan refraksi pada areola mammae.

4. Edema dengan “peau d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)

5. Pengelupasan papilla mammae

6. Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan encer

padahal ibu tidak sedang hamil / menyusui.

7. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi

3.7 Klasifikasi

Dewasa ini menggunakan cara penggolongan TNM menurut Perhimpunan Anti Kanker

Internasional (edisi tahun 2002).

a. Tumor primer (T)

 Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

 To : Tidak terbukti adanya tumor primer

 Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

 T1 : Tumor < 2 cm

 T1a : Tumor < 0,5 cm

 T1b : Tumor 0,5 – 1 cm

 T1c : Tumor 1 – 2 cm

 T2 : Tumor 2 – 5 cm

 T3 : Tumor diatas 5 cm

16
 T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke

dinding thorax atau kulit.

 T4a : Melekat pada dinding dada

 T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit

 T4c : T4a dan T4b

 T4d : Mastitis karsinomatosis

b. Nodus limfe regional (N)

 Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

 N0 : Tidak teraba kelenjar axila

 N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak

melekat.

 N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat

satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.

 N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

c. Metastase jauh (M)

 Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan

 M0 : Tidak ada metastase jauh

 M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Adapaun Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan

pencitraan. Sistem yang paling banyak digunakan untuk menentukan stadium

17
kanker berdasarkan American Joint Community on Cancer (AJCC). Sistem ini

didasarkan pada deskripsi dari tumor primer (T), status kelenjar getah bening

regional (N), dan adanya metastasis jauh (M). Pengelompokan terbaru telah

memasukkan penggunaan sentinel node biopsi dan termasuk klasifikasi ukuran

deposit metastasis pada kelenjar sentinel, serta jumlah dan lokasi node metastasis

regional disertai angka harapan hidup 5 tahun.

American Joint Committee on Cancer, Stadium Kanker Mammae,

2002

Tumor Primer (T)

Tx Tumor pimer tidak dinilai

Tis Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau paget’s disease pada puting

tanpa tumor

T1 Tumor ≤2 cm

T1a Tumor ≥0.1 cm, ≤0.5 cm

T1b Tumor >0.5 cm, ≤1 cm

T1c Tumor >1 cm, ≤2 cm

T2 Tumor >2 cm, ≤5 cm

T3 Tumor >5 cm

T4 Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding

18
dada atau kulit

T4a Tumor meluas sampai dinding dada (termasuk m. pectoralis)

T4b Tumor meluas ke kulit dengan ulserasi, edema dan nodul satelit

T4c Gabungan T4a dan T4b

T4d Karsinoma inflammatory

Pembuluh Limfe/Node (N)

N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, tidak diteliti lebih jauh

N0 (i-) Tidak ada keterlibatan kel.limfe regional, IHC (-)

N0 (i+) Keterlibatan kel.limfe mencakup <0.2 mm

N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (-)

(mol-)

N0 Tidak ada keterlibatan kel.limfe, PCR (+)

(mol+)

N1 Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari

biopsy

N1(mic) Micrometastasis (>0.2 mm, none >2.0 mm)

N1a Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3

N1b Metastasis ke kel.limfe int. mammary dengan biopsy sentinel

N1c Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary

19
dengan biopsy

N2 Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik

(+) tanpa metastasis ke axilla

N2a Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 paling tidak 1 >2.0 mm

N2b Int. mammary klinik nampak, kel.limfe axilla (-)

N3 Metastasis ke ≥10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis

kel.limfe axilla dan int. mammary metastasis

N3a ≥10 kel.limfe axilla (>2.0 mm), atau kel.limfe infraclavicular

N3b Klinik int. mammary (+) ≥1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+)

dengan int. mammary (+) dari biopsy

N3c Metastasis ke ipsilateral supraclavicular nodes (IAN)

M (Metastasis)

M0 Tidak terdapat metastasi jauh

M1 Terdapat metastasis jauh

Stadium T N M

0 Tis N0 M0

I T1 N0 M0

IIA T0 N1 M0

T1 N1 M0

20
T2 N0 M0

IIB T2 N1 M0

T3 N0 M0

IIIA T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1,N2 M0

IIIB T4 Setiap N M0

Setiap T N3 M0

IV Setiap T Setiap N M1

3.8 Prosedur Diagnostik

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Keluhan utama yang sering dialami penderita dapat berupa adanya massa

tumor di payudara dan rasa sakit. Adanya massa dapat ditentukan sejak berapa

lama, cepat atau tidak pertumbuhan, disertai rasa sakit atau tidak. Tumor pada

keganasanan mempunyai gejala tidak nyeri dan massa yang irreguler serta tumbuh

progresif. Perlu juga ditanyakan faktor risiko tinggi, tanda-tanda umum keganasan

seperti penurunan berat badan dan nafsu makan.

Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan

progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat pengaruh

hormonal seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi kurang lebih satu minggu

21
dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti,

ketepatan pemeriksaan tumor payudara secara klinis cukup tinggi.

Teknik pemeriksaan fisik payudara dilakukan dengan badan bagian atas

terbuka.

1. Posisi tegak (duduk)

Pasien duduk dengan tangan bebas kesamping, pemeriksa berada di depan

dalam posisiyang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat: simetri

payudara kiri dan kanan; kelainan papilla; letak dan bentuknya; adanya

retraksi putting susu; kelainan kulit; tanda-tanda radang; peau d’orange;

dimpling; ulserasi dan lain-lain.

2. Posisi berbaring

Pasien berbaring bertujuan agar payudara jatuh tersebar rata di atas lapang

dada, jika perlu bagian punggung diganjal dengan bantal kecil. Palpasi

dilakukan dengan menggunakan falang distal dan medial jari II, III, IV dan

dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi costae ke-2 sampai

ke distal setinggi costae-6; dan termasuk daerah sentral subareolar dan

papil. Dapat juga dilakukan sistematisasi dari tepi ke sentral (sentrifugal)

yang berakhir di daerah papil. Terakhir diperiksa apakah ada cairan yang

keluar dengan menekan daerah sekitar papil.

3. Menetapkan keadaan tumor

a. Lokasi tumor menurut kuadran payudara

b. Ukuran tumor, konsistensi, batas-batas tumor tegas atau tidak tegas

c. Mobilitas tumor terhadap kulit dan m. pectoralis atau dinding dada

22
4. Memeriksa kelenjar getah bening regional

a. Axilla:

Sebaiknya dilakukan dengan posisi duduk, karena dalam posisi ini

fossa axilla jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan

lebih banyak dapat dicapai. Pada pemeriksaan axilla kanan, tangan

kanan pasien diletakkan atau dilemaskan di ttangan kanan atau bahu

pemeriksa dan axilla dperiksa dengan tangan kiri pemeriksa.

Yang diraba adalah kelompok kelenjar getah bening:

- Mammaria eksterna; di bagian anterior dan di bawah tepi m.

pektoralis axilla

- Subscapularis di bagian posterior axilla

- Sentral di bagian pusat axilla

- Apical di bagian ujung atas fossa axillaris

b. Supra dan infra clavicular serta leher utama, bagian bawah dipalpasi

dengan cermat dan teliti.

5. Organ lain yang juga diperiksa adalah hepar, lien, untuk mencari metastasis

jauh, juga tulang-tulang utama dan tulang belakang.

SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)

Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila

terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat

menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah

pada wanita muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda

agar terbiasa melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki

23
masa menopause) sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah

siklus menstruasinya selesai.

Cara melakukan SADARI adalah :

1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri

menghadap cermin.

2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit

payudara, dan puting yang masuk.

3. Angkat lengannya lurus melewati kepala  atau lakukan gerakan bertolak

pinggang untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk

memperjelas kerutan pada kulit payudara.

4. Sembari duduk atau berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.

5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.

6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.

24
2. Pemeriksaan Radiodiagnostik

a. Mammografi

Mammografi dapat digunakan sebagai metode pilihan deteksi dini kanker

payudara pada tumor yang tidak teraba saat palpasi. Adanya proses keganasan akan

memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif,

comet sign, adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinik dan rontgenologik

dan mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder retraksi, penebalan kulit, bertambahnya

vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola adanya bridge of tumor; keadaan

daerah tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan

lunak di belakang mammae dan adanya metastasis ke kelenjar getah bening. Hasil

dari mamografi dikonfirmasi dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB), core

biopsy, atau biopsi bedah.

25
b. Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik.

Pemeriksaan lain seperti :thoraks foto, bone scanning/ bone survey serta usg

abdomen / liver dilakukan untuk mencari jauhnya ekstensi tumor atau metastasis.

Pemeriksaan ini umumnya hanya dilakukan apabila diperlukan ( atas indikasi ).

3. Biopsi

a. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB)

Jaringan tumor diaspirasi dengan jarum halus lalu diperiksa dibawah

mikroskop. Kekurangan dari FNAB ini kadang tidak dapat menentukan grade

tumor dan kadang tidak memberikan diagnosis yang jelas sehingga dibutuhkan

biopsi lainnya.

b. Core Biopsy

Dengan menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar, lalu diambil

spesimen silinder jaringan tumor. Kelebihan dari core biopsy adalah dapat

membedakan tumor yang noninvasif dan invasif serta grade tumor.

c. Biopsi Terbuka

Indikasi dilakukan biopsi terbuka jika pada mamografi terlihat adanya

kelainan yang mengarah ke keganasan, hasil FNAB atau core biopsy yang

meragukan. Biopsi eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan

menyertakan sedikit jaringan sehat disekitar massa tumor ini digunakan untuk

kasus yang masih operabel atau stadium dini dan biopsi insisional hanya

26
mengambil sebagian massa tumor yang sudah inoperabel yang selanjutnya akan

dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.

3.9 Diagnosa Banding

1. Fibroadenoma mammae ( FAM ), merupakan tumor jinak payudara yang biasanya

terdapat pada usia muda ( 15 – 30 tahun ) , dengan konsistensi padat kenyal, batas tegas,

tidak nyeri dan mobile. Terapi pada tumor ini cukup dengan eksisi.

2. Kelainan fibrokistik, merupakan tumor yang tidak berbatas tegas, konsistensi padat

kenyal atau kistik, terdapat nyeri terutama menjelang haid, ukuran membesar, biasanya

bilateral / multiple. Terapi tumor ini dengan medikamentosa simtomatis.

3. Kistosarkoma filoides menyerupai FAM yang besar, berbentuk bulat lonjong, berbatas

tegas, mobile dengan ukuran dapat mencapai 20- 30 cm. terapi tumor ini dengan

mastektomi simple.

4. Galaktokel, merupakan masa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya saluran/

ductus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu yang baru atau sedang menyusui.

5. Mastitis, yaitu infeksi pada payudara dengan tanda radang lengkap bahkan dapat

berkembang menjadi abses. Biasanya terdapat pada ibu yamg sedang menyusui.

3.10 Penatalaksanaan

Dalam hal pengobatan yang perlu diketahui :

1. Pengobatan pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan memberi harapan

hidup yang baik.

2. Jenis – jenis pengobatan :

Pada stadium I , II , III awal ( stadium operable ), sifat pengobatan adalah kuratif.

Semakin dini semakin tinggi kurasinya. Pengobatan pada stadium I , II , IIIA adalah

operasi yang primer, terapi lainnya hanya bersifat adjuvant. Untuk stadium I , II

27
pengobatan adalah radikal mastektomi atau modified radikal mastektomi, dengan atau

tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant. Berdasarkan protokol di RSCM , diberikan terapi

radiasi pasca operasi radikal mastektomi, tergantung dari kondisi kelenjar getah bening

aksila. Jika kelenjar getah bening aksila tidak mengandung metastase, maka terapi radiasi

dan sitostatika adjuvant tidak diberikan. Stadium IIIA adalah simple mastektomi dengan

radiasi dan sitostatika adjuvant.

Stadium IIIB dan IV, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk

mengurangi penderitaan pasien dan memperbaiki kualitas hidup. Untuk stadium IIIB atau

localy advanced pengobatan utama adalah radiasi dan dapat diikuti oleh modalitas lain

yaitu hormonal terapi dan sitostatika ( kemoterapi ).

Stadium IV pengobatan yang primer adalah bersifat sistemik yaitu hormonal dan

kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi pada daerah – daerah tulang weight

bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed yang berdarah difuse dan berbau

yang mengganggu sekitarnya.

Perlu dikemukaan suatu metode pengobatan kanker payudara stadium dini yaitu

breast conservating treatment. Cara ini yaitu hanya dengan mengangkat tumor

(tumorektomi atau segmentektoni atau kwadrantektomi ) dan diseksi aksila dan diikuti

dengan radiasi kuratif. Hanya dikerjakan untuk stadium I atau II ( 3 cm,untuk yang lebih

besar belum dikerjakan dan mempunyai prognosa yang buruk dari terapi radikal ). Oleh

karena itu penerapan cara ini memerlukan pertimbangan yang lebih jauh, antara lain

 Penentuan stadium harus betul – betul akurat

 Tersedianya fasilitas terapi radiasi yang cukup, karena pada breast conserving

treatment antara operasinya dan radiasi merupakam satu kesatuan.

 Pendidikan masyarakat atau penderita yang baik dan mau control secara

teratur.

28
 Dan teknik diseksi aksila benar – benar dikerjakan dengan baik. Diseksi aksila

dikerjakan lebih sulit karena otot-otot pectoral tetap intake dan jaringan

payudara sendiri masih ada yang menghambat pembukaan lapangan operasi

aksila yang baik.

a. Hormonal terapi

1. Dari pemberian terapi hormonal ini adalah kenyataan bahwa 30 – 40 % kanker

payudara adalah hormone dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan

ditemukannya hormone estrogen dan progesteron reseptor. Pada kanker payudara

dengan estrogen reseptor dan progesteron reseptor yang positif respon terapi hormonal

sampai 77 %.

2. Hormonal terapi merupakan terapi utama pada stadium IV disamping khemoterapi

karena kedua-keduanya merupakan terapi sistematik.

3. Dibedakan 3 golongan penderita menurut status menstruasi yaitu :

 Premenoupause.

Untuk premenopause terapi hormonal berupa terapi ablasi yaitu bilateral

opharektomi.

 1 – 5 tahun menoupause.

Untuk 1 – 5 tahun menopause, jenis terapi hormonal tergantung dari aktivitas efek

estrogen. Efek estrogen positif dilakukan terapi ablasi, efek estrogen negative

dilakukan pemberian obat – obatan anti estrogen.

 Postmenoupause.

Untuk postmenopause terapi hormonal berupa pemberian obat anti estrogen.

b. Kemoterapi.

Terapi ini bersifat sistemik, bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan pada kanker

payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi dapat pula diberikan pada kanker

29
payudara yang sudah dilakukan operasi mastektomi dengan adanya metastase bersifat

terapi adjuvant. Tujuannya adalah menghancurkan mikrometastasis yang biasanya terdapat

pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastasis. Biasanya diberikan

terapi kombinasi CMF.( C : Cyclophosphamide = endoxan ; M : methotrexate ; F : 5-

Fluorouracil) selama 6 bulan pada wanita pramenopause, sedangkan pada wanita

pascamenopause diberikan terapi adjuvant hormonal berupa pil anti estrogen.

c. Mastektomi

1. Modified radical mastectomy

Kanker yang besar dan residual setelah adjuvant terapi (khususnya pada

payudara yang kecil), kanker multisentris, dan pasien dengan komplikasi terapi

radiasi merupakan indikasi dilakukannya operasi ini (Zollinger Atlas of Surgical

Operation).Prosedur ini paling banyak digunakan, terdapat 2 bentuk prosedur yang

biasa digunakan oleh para ahli bedah.

 Prosedur Patey dan modifikasi dari Scanlon

M. pectoralis mayor tetap dipertahankan sedangkan M. pectoralis minor dan

kelenjar limfe level I, II dan III pada axilla diangkat. Scanlon memodifikasi

prosedur Patey dengan memisahkan tetapi tidak mengangkat M. pectoralis

minor, sehingga kelenjar limfe apical (level III) dapat diangkat dan saraf

pectoral lateral dari otot mayor dipertahankan.

 Prosedur yang dibuat oleh Auchincloss

Berbeda dari prosedur Patey, yaitu dengan tidak mengangkat atau

memisahkan M. Pectoralis minor. Modifikasi ini membatasi pengangkatan

komplit dari kelenjar limfe paling atas, Auchincloss menerangkan bahwa

30
hanya 2 % dari pasien yang memperoleh manfaat dengan adanya

pengangkatan kelenjar limfe sampai level tertinggi. Ini yang membuat

prosedur Auchincloss menjadi prosedur yang paling populer untuk Ca

mammae di Amerika Serikat.

2. Total Mastectomy

Total mastectomy kadang disebut juga dengan simple mastectomy yang

mencakup operasi pengangkatan seluruh mammae, axillary tail dan fascia

pectoralis. Total mastectomy tidak mencakup diseksi axilla dan sering dikombinasi

dengan terapi radiasi post operasi. Prosedur ini didasarkan pada teori bahwa KGB

merupakan sumber suatu barrier terhadap sel-sel Ca mammae dan seharusnya tidak

diangkat, juga ada alasan bahwa terapi radiasi akan dapat menahan penyebaran sel-

sel ganas sebagai akibat trauma operasi.

3.11 Prognosis

Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :

1. Staging ( TNM )

31
Semakin dini semakin baik prognosisnya.

Stadium I : 5 – 10 tahun 80 %

Stadium II: 60 %

Stadium III: 30 %

stadium IV : 5%

American Joint Committee on Cancer Kelompok Stadium dan Angka

Harapn Hidup

STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)

0 Tis, N0, M0 100

I T1, N0, M0 100

IIA T0, N1, M0 92

T1, N1, M0

T2, N0, M0

IIB T2, N1, M0 81

T3, N0, M0

IIIA T0, N2, M0 67

T1, N2, M0

T2, N2, M0

32
STAGE TNM Angka harapan hidup 5 tahun (%)

T3, N1, M0

T3, N2, M0

IIIB T4, N0, M0 54

T4, N1, M0

T4, N2, M0

IIIC Semua T, N3, M0 [†]

IV Semua T, Semua N, M1 20

2. Jenis histopatologis keganasan

Karsinoma in situ  mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan

karsinoma yang sudah invasive.

Suatu kanker payudara yang disertai oleh gambaran peradangan dinamakan

mastitis karsinomatosa, ini mempunyai prognosis yang sangat buruk. Harapan hidup 2

tahun hanya kurang lebih 5 %. Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil

berdasarkan staging sangat mempengaruhi prognosis.

33
BAB IV

PENUTUP

1. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup

tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada

wanita jauh lebih tinggi.

2. Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya

sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta

tumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar

jaringan mammae yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan

meluas dengan cepat dan segera bermetastase.

3. Kejadian karsinoma payudara dihubungkan dengan terjadinya hiperplasia sel dengan

perkembangan sel-sel atipik, kemudian terjadi karsinoma intraepitelial (karsinoma insitu),

setelah terjadinya karsinoma in situ akan terjadi multiplikasi sel-sel dengan cepat.

Selanjutnya sel-sel tersebut akan menginvasi stroma jaringan ikat di sekitarnya pada

payudara.

4. Membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 7 tahun pada karsinoma untuk tumbuh dari

sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba (diameter

sekitar 1 cm). Pada ukuran itu sekitar ¼ kasus sudah disertai dengan kejadian metastasis.

5. Gambaran klinis :

 Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam,

dibawah ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi.

 Nyeri di daerah massa.

 Perubahan bentuk dan besar payudara, Adanya lekukan ke dalam, tarikan

dan refraksi pada areola mammae.

34
 Edema dengan “peau d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)

 Pengelupasan papilla mammae

 Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting,

 Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan

encer padahal ibu tidak sedang hamil / menyusui.

 Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi.

6. Pemeriksaan fisik meliputi anamnesa seperti mengenai keluhan-keluhan,

perjalanan penyakit, keluhan tambahan, dan faktor-faktor resiko tinggi.

7. Pengobatan pada kanker payudara bergantung pada stadium dini akan memberi

harapan kesembuhan dan memberi harapan hidup yang baik.

8. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara kesadaran SADARI dilakukan

setiap bulan, Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara,

usia > 50 th lakukan screning payudara teratur, serta rileks / hindari stress

berat

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston, DC, 1995, Buku ajar bedah. EGC: Jakarta.

2. Sjamsuhidajat, 2005, Buku ajar ilmu bedah de jong, EGC, Jakarta.

3. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 1997. Halaman: 211-237.

4. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Media Aesculapius

fakultas kedokteran UI. Jakarta. 2012. Halaman: 283 – 287.

5. Pierce A. Grace n Neil R. Borley, At a Glance, ilmu bedah. Edisi III.

Penerbit Erlangga, Jakarta. 2006. Halaman: 130-131.

6. Djamaloeddin, Prof. Dr.H. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Penerbit

Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Halaman: 342-363

7. Norton, Jeffry A, et al. 2000. Surgery: Basic Science and Clinical Evidence

Part 2. New York: Springer-Verlag.

8. Brunicardi, F. Charles, et al. 2010. Schwartz’s Principles of Surgery 9th

Edition. Mc Graw Hill: United State of America.

9. Caslclato, Dennis A. 2000. Manual of Clinical Oncology 4th Edition.

Lippincott Williams & Wilkin: Philadelphia

10. Protokol Penatalaksanaan Kanker Payudara. PERABOI. 2003

11. Mc.Ninn. 1994. Last Anatomy: Regional and Applied 9th Edition. Longman

Group: UK

36
12. Kaufmann, Manfred, dkk. 2006. Atlas of Breast Surgery. Frankfurt :

Springer

13. Wright, Mary Jo, et al. SurgicalTreatment of Breast Cancer. Accesed from

http://emedicine.medscape.com/article/1276001-overview#aw2aab6b5 [31

Juli 2018]

14. Swart, Rachel. 2014. Breast Cancer Screening. Accesed from

http://emedicine.medscape.com/article/1945498-overview#aw2aab6b2 [31

Juli 2018]

37

Anda mungkin juga menyukai