Anda di halaman 1dari 14

RESPONSI

DERMATITIS SEBOROIK

Oleh :
Singgih Setiawan
G0006157

Pembimbing :
Endra Yustin, dr, Sp.KK.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2011

1
STATUS RESPONSI

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Pembimbing : Endra Yustin, dr, Sp.KK.

Nama Mahasiswa : Singgih Setiawan

NIM : G0006157

Dermatitis Seboroik

I. Definisi

Dermatitis seboroik merupakan segolongan kelainan kulit yang didasari


oleh faktor konstitusi dengan predileksi di tempat-tempat seboroik.1
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit bersifat kronik, ditandai
eritem dan squama, yang sering terdapat pada daerah yang banyak kelenjar
sebasea yang aktif terutama pada kulit kepala, alis mata, dan muka.2

II. Epidemiologi

Secara internasional prevalensi dermatitis seboroik adalah 1-3%,


distribusi seluruh dunia. Ketombe, bentuk teringan dermatitis lebih sering
terjadi dan diestimasikan terjadi pada 15—20% populasi.3 Dermatitis ini terjadi
pada semua ras dan lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita.4 Pada
infant mencapai puncak sekitar usia bulan-bulan pertama, pubertas dan pada
dewasa mencapai puncak pada usia 20 tahun sampai 50 tahun atau bahkan
lebih.5 Insiden dermatitis seboroik juga lebih besar pada penderita HIV,
Parkinson dan beberapa penyakit lain.6

2
III. Etiologi

Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi


dermatitis seboroik berupa status seboroik (seborrhoeic state) yang rupanya
diturunkan.1

Jamur Pityrosporum oval  Penelitian lain menunjukan bahwa


pityrosporum ovale ( Malassezia ovale ), jamur lipofilik, banyak pada
penderita dermatitis seboroik. Sehingga pengobatan ketokonazole 2 % akan
menurunkan jumlah jamur ni dan memyembuhkan penyakit.7

Kemungkinan ada pengaruh hormon Dermatitis seboroik dijumpai


pada bayi dan pada usia pubertas. Pada bayi dijumpai hormon transplasenta
meninggi beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila
kadar hormon ini menurun.

Perbandingan komposisi lipid dikulit berubah, jumlah kolesterol,


trigliserida, parafin meningkat; dan kadar squelen,asam lemak bebas dan wax
ester menurun.8

IV. Patogenesis

Beberapa percobaan menghubungkan penyakit ini dengan infeksi


bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit pada
manusia. P. Ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi
akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena
sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans.1
Dermatitis seboroik berhuungan erat dengan keaktifan glandula
sebacea. Glandula aktif pada bayi yag baru lahir, kemudian inaktif selama 9-
12 tahun akiat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis
seboroik pada bayi terjadi pada bulan-bulan pertama, dan mencapai insidensi
puncak ketika berusia 18-40 tahun. Dermatitis ini lebih sering terjadi pada
pria. Diketahui pula dermatitis seboroik bisa diakibatkan oleh proliferasi
epidermis yang meningkat. Pada orang yang telah memiliki faktor

3
predisposisi, dermatitis dapat timbul akibat faktor kelelahan, stress
emosional, infeksi atau defisieni imun.1
Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya
dermatitis seboroik dapat disebabkan oleh faktor kelelahan, stres emosional,
hormonal, infeksi, makanan, atau defisiensi imun.9 Biasanya juga didukung
oleh kondisi kelembapan udara, perubahan musim, trauma (contoh, digaruk).
Derajat keparahannya bervariasi, dari ketombe ringan sampai eritroderma
eksfoliatif. Dermatitis seboroik bisa memburuk pada penyakit Parkinson dan
AIDS.5

V. Gejala klinis

Dermatitis seboroik mempunyai predileksi pada daerah yang berambut,


karena banyak kelenjar sebasea, yaitu kulit kepala, retroaurikula, alis mata,
bulu mata, sulkus nasolabialis, telinga, leher, dada, daerah lipatan, aksila,
inguinal, glutea, di bawah buah dada. Distribusinya biasanya bilateral dan
simetris berupa bercak ataupun plakat, eritem ringan dan sedang, skuama
berminyak kekuningan dan gatal yang ringan 2,10

Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa


skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian
mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar.
Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe,dandruff).1 Bentuk yang
berminyak disebut pitiriasis stetoides yang dapat disertai eritema dan krusta-
krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan
rontok, mulai di bagian verteks dan frontal. Bentuk yang berat ditandai
dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak disertai
eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga
postaurikular, dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya lebih cembung.
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta
yang kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang

4
kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala
disebut cradle cap. Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat
terlihat di alis mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-
bercak skuama kekuningan.1,2

Dermatitis Seboroik dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika


meluas dapat menjadi eritroderma pada bayi disebut penyakit Leiner.9

Bentuk klinis dermatitis seboroik dikelompokkan menjadi 2:

Infant Dewasa

 Skalp (cradle cap)  Skalp


 Tubuh termasuk ekstremitas  Wajah
 Leiner’s disease (familial,  Anggota tubuh ( petaloid,
non familial) pityriasiform, flexural,
eczematous, folikular)
 Generalisata

Menurut daerah lesinya dermatitis seboroik dibagi tiga:

1. Seboroik kepala: pada daerah berambut, dijumpai skuama yang


berminyak dengan warna kekuning-kuningan sehingga rambut saling
melengket; kadang-kadang dijumpai krusta yang disebut Pityriasis
Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan
berlapis-lapis dan sering lepas sendiri, disebut pitiriasis sika (ketombe).
Bisa pula jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok, sehingga
terjadi alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga
(retro aurikularis). Bila meluas, lesinya dapat sampai ke dahi, disebut
korona seboroik. Dermatitis seboroik yang dijumpai pada kepala bayi
disebut topi buaian (cradle cap).1,2
2. Seboroik muka: pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabial, dagu,
dll terdapat makula eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak

5
berwarna kekuning-kuningan. Bila sampai ke palpebra, bisa terjadi
blefaritis. Sering dijumpai pada wanita. Bila didapati di daerah
berambut, seperti dagu dan atas bibir, dapat terjadi folikulitis.1 Hal ini
sering dijumpai pada laki-laki yang sering mencukur janggut dan
kumisnya. Seboroik muka di daerah jenggot disebut sikosis barbae.4
3. Seboroik badan dan sela-sela: jenis ini mengenai daerah presternal,
interskapula, ketiak, inframamma, umbilikus, krural (lipatan paha,
perineum, nates). Dijumpai ruam berbentuk makula eritema yang apda
permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuningan. Pada
daerah badan, lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran dengan
penyembuhan sentral. Di daerah intertrigo, kadang-kadang bisa timbul
fisura sehingga menyebabkan infeksi sekunder.10

VI. Pemeriksaan Penunjang


Walaupun temuan dermatopatologi tidak spesifik, biopsi kulit
mungkin diperlukan untuk pasien dengan eritroderma eksfoliatif, dan kultur
fungi bisa digunakan untuk menyingkirkan tinea kapitis.2 Pemeriksaan
mikroflora dari kulit kepala untuk untuk melihat Pytirosporum ovale 4

VII. Histopatologi
Gambaran histologik dermatitis seboroik tidak spesifik, bervariasi
sesuai dengan stadium penyakit. Pada bagian epidermis dijumpai
parakeratosis fokal dan akantosis. Pada stadium akut dan subakut, epidermis
mengalami ortokeratosis, parakeratosis, serta spongiosis. Pada tepi muara
folikel rambut yang melebar dan tersumbat massa keratin, ditemukan
gundukan parakeratosis yang mengandung neutrofil. Gambaran ini
merupakan gambaran yang khas. Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan
ringan neutrofil, monosit, limfohistiosis perivaskuler. Pada yang kronis,
gambarannya hampir sama dengan gambaran pada psoriasis dan sulit
dibedakan.2,4,10

6
VIII. Diagnosis banding
 Psoriasis  predileksi didaerah eksentor ( lutut, siku dan punggung )
dan kulit kepala. dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar,
berlapis-lapis, putih seperti mutiara dan tak berminyak disertai tanda
tetesan lilin dan auspitz. Selain itu ada gejala yang khusus untuk
psoriasis.1
 Pitiriasis rosea distribusi kelainan kulit simetris dan terbatas pada
tubuh dan bagian proksimal anggota badan.skuamanya halus dan
tidak berminyak. Sumbu panjang lesi sejajar dengan garis kulit.2
 Tinea tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai
keroin. Pada tinea kapitis dan tinea krusi, eritem lebih menonjol
dipinggir dan pinggirnya lebih aktif dibandingkan tengahnya.1,4
 Dermatitis atopik bentuk infantil dapat menyerupai D.S. muka.
Dermatitis Atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal. Biasanya terjadi pada bayi atau anak-anak.
Skuama kering dan difus, berbeda dengan DS yang skuamanya
berminyak dan kekuningan. Selain itu, pada dermatitis atopik dapat
terjadi likenfikasi.2
 Kandidosis menyerupai D.S. pada lipatan paha dan perianal.
Perbedaannya kandidosis terdapat eritema berwarna merah cerah
berbatas tegas dengan satelit-satelit disekitarnya. Kandidiasis adalah
penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh
Candida albicans. Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan DS
jika mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa bercak
yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya ialah pada
kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas
dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada
daerah-daerah yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang
lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %,
terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.1

7
 Otomikosi dan otitis eksterna menyerupai D.S. yang menyerang
saluran telinga luar. Bedanya pada otomikosis akan terlihat
elemen jamur pada sedian langsung. Otitis eksterna menyebabkan
tanda-tanda radang,jika akut terdapat pus.1

IX. Penatalaksanaan
Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agar sukar
disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat dikontrol. Faktor predisposisi
hendaknya diperhatikan, misalnya stres emosional dan kurang tidur.
Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak

1. Tindakan Umum. Penderita harus diberi tahu bahwa penyakit ini


berlangsung kronik dan sering kambuh. Harus dihindari faktor
pencetus, seperti stres emosional dan makanan berlemak, tidur
cukup.1,2,3
2. Pengobatan topikal. Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2—3
kali scalp dikeramasi selama 5—15 menit, misalnya dengan selenium
sulfida (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien,
misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk DS ialah:

- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2—5% atau krim pragmatar®


- Resorsin 1—3%
- Sulfur praesipitatum 4—20%, dapat digabung dengan asam salisilat
3—6%
- Kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison. Pada kasus dengan
inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang lebih kuat,
misalnya betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama
karena efek sampingnya.
- Krim ketokonazol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung
terdapat banyak P ovale.
Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim. 1

8
3. Pengobatan sistemik.

a. Kortikosteroid: digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednison


20—30 mg sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan
perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunderi diberi antibiotik.
b. Isotretinoin: dapat dignakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya
mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut
dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan produksi
sebum. Dosisnya 0.1—0.3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan
tampak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan
5—10 mg per hari selama beberapa tahun yang ternyata efektif untuk
mengontrol penyakitnya.
c. Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan
narrow band UVB (TL-01) yang cukup aman dan efektif. Setelah
pemberian terapi 3 kali seminggu semalam 8 minggu, sebagian besar
penderita mengalami perbaikan.
d. Bila pada sediaan langsung terdapat P ovale yang banyak, dapat
diberika ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.2
e. Dapat diberikan anti histamin ataupun sedatif.1

X. Prognosis

Baik bila faktor-faktor pencetus dapat dihilangkan.4 Namun pada


sebagian kasus yang mempunyai faktor kontitusi, penyakit ini agak sukar
untuk disembuhkan, meskipun terkontrol. 1

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Djuanda, 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam.
Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal: 189—203.
2. Jansen, GPT. 2003. Seborrheic Dermatitis. Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. 6th edition. Chapter 124. McGraw-Hill Professional.
3. Manriquez J.J dan Uribe P. 2007. Seborrheic Dermatitis. America Family
Physician. 1375-1376.
4. Siregar, RS. 1996. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Penerbit: Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. Hal: 119—121.
5. Selden, Samuel. 2007. Seborrheic Dermatitis. www.emedicine.com.mht
6. Stefanaki I. dan Katsambas A., 2010. Theurapeutic Update on Seborrheic
Dermatitis. Skin Therapy Letter Volume 15 Number 5.
7. Shimizu Hiroshi. 2007. Eczema and Dermatitis in Shimizu’s Textbook of
Dermatology. Hokkaido. P:101-102
8. Holden C.A dan Berth-Jones J.,2004. Eczema, Lichenification, Pririgo and
Erythroderma. Rook’s Textboook of Dermatology 7th. Chapter 17.
9. Mansjoer A dkk. 2000.Dermatitis Seboroik. Kapita Selekta Kedokteran Edisi
Ketiga Jilid ke dua. Penerbit Media Aesculapius., Jakarta. Hal 122-123.
10. Marwali Harahap, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit: Hipokrates, Jakarta.
Hal: 14—16.

10
STATUS PENDERITA

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. C
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : TK
Alamat : Serut Rt 9/12 Mojosongo, Surakarta
Tanggal Pemeriksaan : 6 Agustus 2011
No. RM : 01080085

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Timbul bercak-bercak di dahi dan kepala

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Kurang lebih 1 bulan lalu pasien mengeluhkan muncul bercak-
bercak warna putih di dahi dan kepala. Awalnya bercak timbul kecil-
kecil sedikit lama-kelamaan banyak dan menyebar. Pasien kadang
mengeluh gatal (+) nyeri (-) berminyak (-). Gatal lebih terasa bila
berkeringat. Kadang oleh pasien gatalnya di garuk-garuk. Oleh keluarga
pasien belum diobati dengan obat atau salep apapun.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat asma : disangkal

11
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi makanan : disangkal
Riwayat alergi obat : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal

E. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan mandi dengan sabun 2 kali sehari pagi dan sore,
menggunakan handuk sendiri, yang terpisah dengan anggota keluarga.
Pasien selalu ganti pakaian luar dan pakaian dalam setelah mandi.

F. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan pelajar yang tinggal serumah bersama orang tua,
dan dua orang saudaranya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda Vital :
Respiration rate : 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : afebril
a. Kepala : lihat status dermatologis
b. Mata : dalam batas normal
c. Hidung : dalam batas normal
d. Mulut : dalam batas normal
e. Leher : dalam batas normal
f. Punggung : dalam batas normal
g. Dada : dalam batas normal
h. Abdomen : dalam batas normal

12
i. Gluteus dan anogenital : dalam batas normal
j. Ekstremitas atas : dalam batas normal
k. Ekstremitas bawah : dalam batas normal

B. Status Dermatologis
Regio Frontalis dan Regio Scalp
tampak patch dan makula hipopigmentasi multiple dengan batas
tidak tegas, dengan skuama halus

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


KOH : Tidak tampak adanya gambaran spora dan miselium

13
V. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Seboroik
Psoriasis
Tinea Capitis

VI. DIAGNOSIS
Dermatitis Seboroik

VII. TERAPI
a. Non Medikamentosa
Edukasi pasien : Penyakit berlangsug lama dan sering kambuh. Jangan
menggaruk-garuk lesi pada kepala. Hindari faktor
pencetus seperti kelelahan, stres emosional,
hormonal, infeksi, makanan dan defisiensi imun
b. Medikamentosa
Topikal : R/ Ketokonazol SS No I
S ue dd ue (5-15 menit)
R/ Desolex cream tube No 1
S 2 dd ue

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : baik
Ad sanam : baik
Ad fungsionam : baik
Ad kosmetikam : baik

14

Anda mungkin juga menyukai