Erythematosus dan
Lupus Nefritis
Pendahuluan
Dalam dunia kedokteran, dikenal adanya penyakit autoimun yaitu penyakit yg
mana adanya reaksi abnormal sistem imun kita yg menyerang tubuh kita sendiri
Salah satu penyakit autoimun adalah systemic lupus erythematosus (SLE) atau yg
sering dikenal sebagai penyakit lupus
SLE menyerang organ dalam lainnya spt ginjal, jantung, dan paru-paru. Oleh
karena itu penyakit ini dinamakan “sistemik” karena mengenai hampir seluruh
bagian tubuh
Sesuai dgn teori, pada kasus ini juga terdapat pelibatan multisistem
yaitu system mukokutan (malar rash), muskoloskeletal (arthritis),
hematologi (anemia), neurologi (serebri) dan ginjal (nefritis)
Epidemiologi SLE
Lewis, Myles dan Jawad, Ali S M. The effect of ethnicity and genetic ancestry on the epidemiology, clinical features and outcome of systemi
c lupus erythematosus. Desember 2016. Oxford, England.
Epidemiologi SLE
Jumlah Pasien Rawat Inap dgn Diagnosis Lupus Menurut Kelompok Usia di
RS di Indonesia tahun 2014-2016
Etiologi dan faktor predisposisi SLE
Faktor hormonal
• Peran hormon seks steroid
Mencakup hipereaktivitas dan
hipersensitivitas limfosit T dan B dan
Faktor lingkungan
regulasi antigen dan respon antibodi
• Sinar ultraviolet yg tidak efektif
Patofisiologi SLE
Fase
Fase inisiasi
profagase
Fase puncak
(flares)
Patofisiologi SLE
Fase inisiasi
Neurologi dan
Paru Ginjal Gastrointestinal
psikiatrik
Hematologi Mata
Manifestasi klinis SLE
Konstitusional Mukokutan Muskuloskeletal
•Tanda inflamasi sistemik (anemia normositik normokrom {anemia pada penyakit kronik})
Fungsi ginjal • Sindrom nefritik (sedimen eritrosit atau kristal eritrosit pd sediaan sedimen urin, dan p↓
GFR progresif dgn p↑ kreatinin serum dan uremia)
Kortiko
NSAID
steroid
Anti Imuno
malaria supresan
•Quinacrine •Siklofosfamid
•Chloroquine •Azatioprin
•Hydroxychlorequi •Siklosporin
ne
Tatalaksana SLE
NSAID
Chlorambucil
Cyclosporine
Tatalaksana SLE
Siklofosfamid
Indikasi penggunaan siklofosfamid, yaitu SLE dengan :
Membutuhkan steroid dosis tinggi (steroid sparing agent)
Kontraindikasikan thd steroid dosis tinggi
Penderita SLE kambuh yg telah diterapi dgn steroid jangka lama atau
berulang
Glomerulonefritis difus awal
Trombositopenia yg resisten terhadap steroid
P↓ GFR atau p↑ kreatinin serum tanpa adanya faktor-faktor ekstrarenal lain
nya.
Manifestasi susunan saraf pusat
Tatalaksana SLE
Siklofosfamid
Bolus siklofosfamid IV 0,5-1 gr/m² dalam 150 ml NaCl 0,9% selama 60
menit diikuti dgn pemberian cairan 2-3 liter/24 jam setelah pemberian
obat.
Diberikan selama 6 bulan dgn interval 1 bulan, kemudian tiap 3 bulan sela
ma 2 tahun.
Pada penderita dgn p↓ fungsi ginjal sampai 50%, dosis siklofosfamid d↓
sampai 500-750 mg/m².
Bila jumlah leukosit mencapai 1500/ml, maka dosis siklofosfamid
berikutnya diturunkan 25%.
Toksisitas siklofosfamid meliputi mual dan muntah, alopesia, sistitis
hemoragika, keganasan kulit, penekanan fungsi ovarium dan azoospermia.
Tatalaksana SLE
Azatioprine
Merupakan analog purin yg dapat digunakan sebagai alternatif thd siklofos
famid dgn dosis 1-3 mg/kgBB/hari PO.
Obat ini dapat diberikan selama 6-12 bulan pada penderita SLE, setelah
penyakitnya dapat dikontrol dan dosis steroid sudah seminimal mungkin,
maka dosis azatioprin juga dapat diturunkan perlahan dan dihentikan
setelah penyakitnya betul-betul terkontrol dgn baik.
Toksisitas azatioprin meliputi penekanan sistem hemopoetik, peningkatan
enzim hati dan mencetuskan keganasan.
Tatalaksana SLE
Siklosporin
Siklosporin dosis rendah (3-6 mg/kgBB/hari).
Dapat digunakan pada SLE baik tanpa manifestasi renal maupun dgn
nefropati membranosa.
Selama pemberian harus diperhatikan tekanan darah penderita dan kadar
kreatinin darah. Bila kadar kreatinin darah meningkat 20% dari kadar
kreatinin darah sebelum pemberian siklosporin, maka dosisnya harus
diturunkan.
Tatalaksana SLE
Non Farmakologi
Antibodi
Sindrom
(antinuclear
nefrotik, Merusak struktur
antibody) dan Peradangan
sindrom internal ginjal
komplemen
nefritik
terbentuk di ginjal
Patogenesis lupus nefritis
Akses
Lokasi deposit pembuluh Patofisiologi Histopatologi Klinis
kompleks imun darah
Gambaran
Mengaktifkan
sedimen urin yg
komplemen Gambaran
aktif (eritrosit,
Proksimal thd bentuk mesangial,
Mesangium dan leukosit, silinder
memb basalis kemotraktan proliferatif fokal,
subendotel sel, dan granula),
glomerular (+) influx sel dan proliferatif
proteinuria, dan
mononuklear dan difus
sering disertai p↓
neutrofil
fungsi ginjal
• Tes ini sangat sensitif untuk LES, tapi tidak spesifik. ANA juga
ditemukan pada pasien dengan artritis rematoid, skleroderma,
sindroma syogren, polimiositis dan infeksi HIV. Titer ANA tidak
mempunyai korelasi yang baik dengan berat kelainan ginjal pada
LES dan tidak dapat digunakan untuk memantau respons terapi
dan prognosis.
III-IV LN fokal atau difus • Tambahkan imunosupresif bila tidak berespon dgn KS sen
diri, mengalami toksisitas thd KS, fungsi ginjalnya membur
uk, mengalami lesi proliferatif berat atau terdapat bukti s
klerosis pd spesimen biopsi ginjal.
• Berikan siklofosfamid IV secara bulanan selama 6 bulan d
an setelahnya tiap 2-3 bulan tergantung respons klinis. Du
rasi terapi umumnya 2-2,5 tahun. Turunkan dosis bila klire
ns kreatinin <30 mL/menit
V LN membranosa • Prednison selama 1-3 bulan, diikuti tappering selama 1-2
thn bila respon baik. Bila tidak ada respon, obat hentikan.
• Agen imunosupresif umumnya tidak digunakan kecuali
fungsi ginjal memburuk atau komponen proliferatif ditemu
kan pada sampel biopsi renal.
Prognosis lupus nefritis
Pada nefritis lupus kelas I dan II hampir tidak terjadi penurunan fungsi ginjal yg
bermakna shg kelompok ini memiliki prognosis yg baik.
Nefritis lupus kelas III dan IV hampir seluruhnya akan menimbulkan penurunan fungsi
ginjal. Pada nefritis lupus kelas III yg keterlibatan glomerolus 50%, dimana prognosis
kelompok ini menyerupai prognosis nefritis lupus kelas IV yaitu buruk.
Nefritis lupus kelas V memiliki prognosis yg cukup baik sama dgn nefropati
membranosa primer, sebagian kecil akan menimbulkan sindrom nefrotik yg berat.
Prognosis bergantung kepada bentuk dari nefritis lupus. Pasien dapat sembuh semen
tara dan kemudian timbul kembali gejala akut dari lupus. Beberapa kasus
berkembang menjadi gagal ginjal kronik.