Oleh:
Rahmat Fauzi
1510070100003
Preseptor :
dr. Ririn Triyani, Sp.An
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-
Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas referat ini yang berjudul
“Anestesi Pada Pasien Obstetri”. Referat ini dibuat untuk memenuhi syarat
teman-teman serta staf bagian anestesi dan semua pihak yang telah membantu dalam
kelemahan yang terdapat dalam penulisan referat ini, kritik dan saran sangat
bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Di negara maju, pasien sudah terbiasa mendapatkan analgetik untuk mengurangi rasa
sakit pada saat persalinan, yaitu dengan penggunaan anestesia lokal dan umum. Di
Indonesia, rasa sakit waktu persalinan masih dapat ditolerir ibu sampai saat persalinan
bayi berlangsung, tetapi pada umumnya parturien tidak dapat menahan rasa sakit pada
waktu dilakukan penjahitan terhadap luka episiotomi. Di samping itu, anestesia lokal atau
umum memang diperlukan oleh operator (penjahit luka),sehingga ia dapat melakukan
tugasnya dengan baik, tenang dan aman.Sebaiknya, tindakan anestesia lokal maupun umum
ini dapat dilakukan sendiri oleh dokter yang menolong persalinan. Hal ini mengingat
bahwa tindakan-tindakan ringan (yang dilakukan oleh seorang ahli penyakit kandungan)
sering kali hanya memerlukan waktu anestesia yang sangat singkat. Terlebih lagi, bila
tempat dimana ia bekerja belum ada seorang teman sejawat yang ahli anstesia.Ahli
obstetri dan ginekologi seringnya semata-mata bertanggung jawab terhadap
anelgesia/sedasi dan blok regional sepanjang prosedur rawat jalan.
.2 Tujuan Penulisan
Melengkapi syarat tugas stase Anestesi dan syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS )
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
gampang rusak, maka harus dihindari intubasi nasal dan ukuran pipa endotrakheal harus yang
tetapi menurun lagi sampai 60% diatas wanita yang tidak hamil pada saat kehamilan aterm.
Hal ini akibat pengaruh hormon progesteron. Kreatinin, blood urea nitrogen, uric acid juga
menurun tapi umumnya normal. Suatu peningkatan dalam filtration rate menyebabkan
penurunan plasma blood urea nitrogen (BUN) dan konsentrasi kreatinin kira-kira 40-50%.
Reabsorpsi natrium pada tubulus meningkat, tetapi, glukosa dan asam amino tidak diabsorpsi
dengan efisien, maka glikosuri dan amino acid uri merupakan hal yang normal pada Ibu
hamil. Pelvis renalis dan ureter berdilatasi dan peristaltiknya menurun. Nilai BUN dan
kreatinin normal pada parturien (BUN 8-9 mg/dl, kreatinin 0,4 mg/dl) adalah 40% lebih
rendah dari yang tidak hamil. Maka bila pada wanita hamil, nilainya sama seperti yang tidak
hamil berarti ada kelainan ginjal. Pasien preeklampsi mungkin ada diambang gagal ginjal,
walaupun hasil pemeriksaan laboratorium normal. Diuresis fisiologi pada periode post
partum, terjadi antara hari ke-2 dan ke-5. GFR dan kadar BUN kembali ke keadaan sebelum
hamil pada minggu ke-6 post partum.
yang non-partikel secara rutin adalah penting sebelum operasi Caesar dan sebelum induksi
regional anestesi. Walaupun efek mekanis dari uterus yang gravid pada lambung hilang
dalam beberapa hari tetapi perubahan GIT yang lain kembali ke keadaan sebelum hamil
dalam 6 minggu post partum.
selama kehamilan sampai pasien mulai ada his, maka mungkin endorfin tidak berperan dalam
terjadinya perbedaan MAC tetapi yang lebih berperan adalah akibat progesterone.
Terdapat penyebaran dermatom yang lebih lebar pada parturien setelah epidural anestesi
bila dibandingkan dengan yang tidak hamil. Hal ini karena ruangan epidural menyempit
karena pembesaran plexus venosus epidural disebabkan karena kompresi aortocaval oleh
uterus yang membesar. Tetapi penelitian-penelitian yang baru menunjukkan bahwa
perbedaan ini sudah ada pada kehamilan muda (8-12 minggu) dimana uterus masih kecil
sehingga efek obstruksi mekanik masih sedikit ada maka faktor-faktor lain penyebabnya.
Faktor-faktor lain itu adalah :
a. Respiratory alkalosis compensata.
b. Penurunan protein plasma atau protein likuor cerebro spinal.
c. Hormon-hormon selama kehamilan (progesteron).
Walaupun mekanisme pasti dari peningkatan sensitivitas susunan saraf pusat dan
6
susunan saraf perifer pada anestesi umum dan antesi regional belum diketahui tetapi dosis
obat anestesi pada wanita hamil harus dikurangi. Peningkatan sensitivitas terhadap lokal
anestesi untuk epidural atau spinal anestesi tetap ada sampai 36 jam post partum.
Risiko yang mungkin timbul pada saat penatalaksanaan anestesi adalah sebagai berikut.
1.Adanya gangguan pengosongan lambung
2.Terkadang sulit dilakukan intubasi
3.Kebutuhan oksigen meningkat
4.Pada sebagian ibu hamil, posisi terletang (supine) dapat menyebabkan hipotensi
(“supine aortocaval syndrome”) sehingga janin akan mengalami hipoksia/asfiksia.
1.Anestesi Lokal
Macam-macam anestesi lokal
7
a)Infiltrasi langsung di sekitar luka Inervasi saraf disekitar perineum berasal dari nervus
pudendus. Untuk luka perineum tingkat pertama dan kedua, cukup dilakukan infiltrasi
lokal di sekitar lokasi jahitan luka.Bahan analgesia yang lazim dipergunakan adalah
lidokain (2-3 ampul, untuk sisi kanan dan kiri). Selanjutnya ditunggu dua menit,
dan jahitan terhadap luka episiotomi dapat dilakukan dengan aman dan tenang.
c)Blok servikal
Lidokain 1% sebanyak 10 cc disuntikkan di bagian kanan dan kiri (pada jam 3 & 9),
sehingga didapat efek anestesi yang bersifat singkat. Setelah penyuntikan
dilakukan,tunggulah beberapa saat (3-5 menit) untuk mencapai keadaan anestetik,
kemudian tindakan intrauterin dapat dilakukan.
8
-Tinitus
-Kejang-kejang
-Terdapat gangguan pernapasan
-Intoksikasi pada sistem kardiovaskuler,dengan gejala awal hipertensi dan takikardi,
kemudian diikuti hipotensi dan bradikardi.
2.Anestesi Umum
Tindakan anestesi umum digunakan untuk persalinan per abdominam / sectio cesarea.
Indikasi :
1.Gawat janin
2.Ada kontraindikasi atau keberatan terhadap anestesia regional
3.Diperlukan keadaan relaksasi uterus
9
a. Dilakukan penekanan krikoid 10 N ketika masih bangun dan ditingkatkan
sampai 30 N ketika sudah hilang kesadaran
b. dilakukan induksi dengan 4-5 mg/kgBB thiopental atau propofol 2-2.8
mg/kgbb dan 1.5 mg/kgBB suksinilkolin, tunggu selama 30-40 detik
14. Melakukan intubasi, periksa endotracheal tube sudah terpasang dengan benar
15. Maintenans anestesia :
a. Penggunaan isoflurane, sevoflurane atau desflurane dengan 1 MAC dalam
100% oksigen atau oxygen/N2O perbandingan 50%
b. Hipotensi diterapi dengan phenylephrine atau ephedrine
c. Jika membutuhkan pelumpuh otot tambahan, rocuronium dan vecuronium
dapat diberikan secara titrasi sesuai dengan peripheral nerve stimulator
16. Observasi saat bayi lahir
17. Pemberian bolus atau continous infus oksitosin. Pertimbangkan agen uterotonik lain
seperti metilergometrin, misoprostol jika tonus uterus tidak adekuat
18. Mengatur maintenas anestesi setelah bayi lahir
a. Menurunkan konsentrasi agen volatile halogenated 0.5-0.75 MAC
b. Penambahan anestesi dengan N2O dan opiod intravena
c. Pertimbangkan benzodiazepine untuk mencegan pasien terbangun
19. Ekstubasi dilakukan ketika efek obat pelumpuh otot sudah habis dan pasien terbangun
dan mengikuti perintah
20. Evaluasi masalah postoperasi seperti nyeri dan muntah
Keuntungan :
1.Induksi cepat
2.Pengendalian jalan napas dan pernapasan optimal
3.Risiko hipotensi dan instabilitas kardiovaskular lebih rendah
Kerugian :
1.Risiko aspirasi pada ibu lebih besar
2.Dapat terjadi depresi janin akibat pengaruh obat
3.Hiperventilasi pada ibu dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan asidosis pada
janin
4.Kesulitan melakukan intubasi tetap merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas maternal
10
Macam-macam anestesi intravena
a)Pentotal
Penggunaan pentotal dalam bidang obstetri dan ginekologi banyak ditujukan
untuk induksi anestesia umum dan sebagai anestesia singkat. Dosis pentotal yang
dianjurkan adalah 5 mg/kg BB dalam larutan 2,5% dengan pH 10.8, tetapi sebaiknya
hanya diberikan 50-75 mg.
Keuntungan pentotal
-Cepat menimbulkan rasa mengantuk (sedasi) dan tidur (hipnotik).
-Termasuk obat anestesia ringan dan kerjanya cepat.
-Tidak terdapat delirium
-Cepat pulih tanpa iritasi pada mukosa saluran napas.
Komplikasi pentotal
Lokal (akibat ekstravasasi), dapat menyebabkan nekrosis
Rasa panas (bila pentotal langsung masuk ke pembuluh darah arteri)
Depresi pusat pernapasan
Reaksi vertigo, disorientasi, dan anfilaksis
Kontraindikasi pentotal
Pentotal merupakan kontraindikasi pada pasien-pasien yang disertai keadaan berikut:
-Gangguan pernafasan
-Gangguan fungsi hati dan ginjal
-Anemia
-Alergi terhadap pentotal.Apabila dilakukan anestesi intravena menggunakan pentotal,
sebaiknya pasien dirawat inap karena efek pentotal masih dijumpai dalam waktu 24
jam, dan hal ini membahayakan bila pasien sedang dalam perjalanan.
b) Ketamin
Ketamin termasuk golongan non barbiturat dengan aktivitas “rapid setting general
anaesthesia”, dan diperkenalkan oleh Domine dan Carses pada tahun 1965.
Sifat ketamin :
oEfek analgetiknya kuat
11
oEfek hipnotiknya ringan
oEfek disosiasinya berat, sehingga menimbulkan disorientasi dan halusinasi
oMengakibatkan disorientasi (pasien gaduh, berteriak)
oTekanan darah intrakranialmeningkat
oTerhadap sistem kardiovaskuler, tekanan darah sistemikmeningkat sekitar 20-25%
oMenyebabkan depresi pernapasan yang ringan (vasodilatasi bronkus)
Dosis ketamin
Dosis ketamin yang dianjurkan adalah 1-2 mg/kg BB, dengan lama kerja sekitar 10-15
menit. Dosis ketamin yang dipakai untuk tindakan D & K (dilatasi dan kuretase) atau untuk
reparasi luka episiotomi cukup 0,5 – 1 mg/Kg BB.
Indikasi anestesi ketamin :
-Pada operasi obstetri dan ginekologi yang ringan dan singkat
-Induksi anastesia umum
12
lebih rendah.
3.Anestesi Regional
Pelaksanaan blok epidural (blok spinal) bersifat spesialistik,sehingga sebaiknya
diserahkan kepada dokter ahli anastesia.
Obat anastesia yang banyak dipakai adalah :
Lidonest
Bupivacain (Marcain)
Lidokain
Dalam melakukan tindakan kecil pada obstetri dan ginekologi, seperti : penjahitan
kembali luka episiotomi, dilatasi dan kuretase, atau biopsi dianjurkan untuk melakukan
anastesia secara intravena (lebih mudah dan aman). Dinegara yang sudah maju, kebanyakan
kasus persalinannya memerlukan tindakan anastesia lumbal, sakral, atau kaudal.
-Analgesi/blok epidural (lumbal) : sering digunakan untuk persalinan per vaginam.
-Anestesi epidural atau spinal : sering digunakan untuk persalinan per abdominam/sectio
cesarea.
Keuntungan: :
1.Mengurangi pemakaian narkotik sistemik sehingga kejadian depresi janin dapat
dicegah/dikurangi.
2.Ibu tetap dalam keadaan sadar dan dapat berpartisipasi aktif dalam persalinan.
3.Risiko aspirasi pulmonal minimal (dibandingkan pada tindakan anestesi umum)
4.Jika dalam perjalanannya diperlukan sectio cesarea, jalur obat anestesia regional
sudah siap.
Kerugian :
13
1. Hipotensi akibat vasodilatasi (blok simpatis)
2. Waktu mula kerja (time of onset) lebih lama
3. Kemungkinan terjadi sakit kepala pasca punksi.
4.Untuk persalinan per vaginam, stimulus nyeri dan kontraksi dapat menurun,
sehingga kemajuan persalinan dapat menjadi lebih lambat.
Kontraindikasi :
a) Insufisiensi utero-plasenta
b) Syok hipovolemik
c) Infeksi / inflamasi / tumor pada lokasi injeksi
d) Sepsis e) Gangguan pembekuan
e) Kelainan SSP tertentu
Teknik: :
Pasang line infus dengan diameter besar, berikan 500-1000 cc cairan kristaloid
(Ringer Laktat).
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
digunakan. Risiko yang mungkin timbul pada saat penatalaksanaan anestesi adalah seperti
oksigen meningkat, dan pada sebagian ibu hamil posisi terletang (supine) dapat menyebabkan
Teknik anestesi local (infiltrasi) jarang dilakukan, terkadang setelah bayi lahir
dilanjutkan dengan pemberian pentothal dan N2O/O2 namun analgesi sering tidak
memadai serta pengaruh toksik obat lebih besar. Anestesi regional (spinal atau epidural)
dengan teknik yang sederhana, cepat, ibu tetap sadar, bahaya aspirasi minimal, namun
sering menimbulkan mual muntah sewaktu pembedahan, bahaya hipotensi lebih besar,serta
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Wilkins
5. Barash PG, Cullen BF, Stelting RK Stock MC. 2013 Clinical Anesthesia 7 th ed.
6. Chestnut DH, Wong CA, et al. 2014. Chestnut’s Obstetric Anesthesia : Principles
Saunders
8. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. 2013 Breathing System in Clinical
Blackwell
16