REFERAT
ANASTESI OBSTETRI
Pembimbing :
Penyusun :
030.11.139
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Anestesi
Obstetri” tepat pada waktunya. Penyusunan referat ini ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh kepaniteraan klinik di bagian Ilmu
Anestesi. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut tidak
lepas dari segala keterbatasan kemampuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu bimbingan
dan kritik yang membangun dari semua pihak sangatlah diharapkan
Penulis
3
LEMBAR PENGESAHAN
“ANESTESI OBSTETRI”
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepanitraan klinik ilmu anestesi
Koorpanit
4
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
2.4 Anestesi pada ibu hamil dengan operasi non obstetri ............................................. 16
KESIMPULAN ................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi obstetri adalah suatu cabang ilmu anetesi yang khususnya menangani
anestesi pada wanita hamil. Tindakan anestesi atau analgesi regional pada pasien obstetri
sering diperlukan untuk persalinan tanpa nyeri, operasi sesar, atau ligasi tuba.
Oleh karena hal diatas, dalam referat ini akan dibahas mengenai perubahan
fisiologis pada ibu hamil, guideline penanganan anestesi maupun jalan napas bagi wanita
hamil, dan penanganan anestesi bagi wanita hamil yang menjalani operasi yang tidak
berhubungan dengan kehamilannya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terjadi akibat penurunan volum ruang epidural karena adanya pembesaran dari pembuluh
darah akibat aortocaval compression.
Perubahan ginjal pada wanita hamil yaitu terjadi peningkatan GFR sebesar 50- 60%
pada bulan ketiga persalinan dan akan kembali pada batas normal sampai 3 bulan post
partum. Oleh karena hal terebut nilai BUN dan kreatinin pada ibu hamil menurun hingga
50% dari batas normal.
Teknik Anestesi
Pemeriksaan status hemodinamik pasien harus dilakukan sebelum menggunakan
teknik regional anetesi, bila status hemodinamik tidak stabil harus
dipertimbangkan penggunaan teknik anestesi umum.
Profilaksis untuk
mencegah aspirasi harus diberikan pada setiap pasien dan titrasi obat
sedasi/analgesik yang digunakan harus dipertimbangkan dengan baik untuk
mencegah terjadinya depresi napas dan asipirasi pulmoner selama periode
postpartum
Pemberian Nitrogliserin untuk Relaksasi Uterus
Nitrogliserin dapat digunakan sebagai pengganti terbutalin sulfat/ anestesi
umum endotrakeal/agen halogen untuk relaksasi uterus selama proses
pengeluaran plasenta.
11
Pada ligasi tuba post partum, pasien harus puasa selama 6-8 jam. Pemilihan
anestesi yang digunakan didasarkan pada pertimbangan setiap kasus individu
namun lebih disarakan penggunaan regional anestesi dibandingakan anestesi
umum.
Perlu diperhatikan pengosongan lambung akan terhambat pada pasien
yang
menerima terapi opioid selama persalinan.
Gambar 2.3 Tabel 3. Suggsted Content of a Portable storage Unit for Difficult Airway
Sampai saat ini belum ada penelitian yang dapat menunjukkan secara
langsung efek penggunaan obat anestesi terhadap fetus, hal ini dikarenakan hal
tersebut dilarang dan tidak ada hewan yang dapat digunakan sebagai
perbandingan dengan manusia. Menurut penelitian retrospektif dengan sampel
anak yang dilahirkan dari ibu yang pernah melakukan operasi selama masa
kehamilan didapatkan adanya peningkatan bayi yang lahir dengan LBW (low
birth weught) yaitu <1500 g akibat dari kelahiran preterm atau IUGR (intrauterine
18
growth restriction) dan adanya neural defek khususnya pada ibu yang memiliki
riwayat operasi pada trimester pertama.
fetus..DJJ yang semakin menurun harus diperhatikan sebagai tanda hipoksia pada
fetus dan asidosis, dimana hal ini berkaitan dengan keadaan ibu (obat anestesi,
respiratori asidosis pada ibu, penurunan temperatur)
Pembedahan Jantung
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan volum darah dan cardiac
output sebesar 30-50% khususnya akan mengalami puncak pada minggu ke
24-28 kehamilan. Pada ibu dengan penyakit jantung hal ini akan
penyebabkan cardiac stress pada jantung khusunya pada trimester kedua dan
ketiga dimana bila hal ini semakin berat maka dibutuhkan tindakan operasi.
Untuk tindakan pembedahan jantung, salah satu alternatif yang dapat
dilakukan dengan cara intervensi secara perkutan karena hal ini menurunkan
mortalitas fetus.
Pada pembedahan jantung, perlu dilakukan maintenance dari sirkulasi
uteroplasenta dengan cara pemantauan tekanan perfusi (>70mmHg), Ht
>28%, dan kapasitas pompa jantung >2.5L/menit/m2.
Pembedahan Saraf
Pada umumnya anestesi pembedahan sarah harus diperhatikan
kontrol terhadap hipotensi, hipotermi, hiperventilasi dan diuresis dimana
pada ibu hamil, hal ini harus lebih diperhatikan lagi.
Untuk mengontrol hipotensi dapat digunakan obat seperti sodium
nitroprusid atau nitrogliserin. Pemberian nitroprusid memiliki efek toxic
yang dapat menyebabkan kematian pada fetus, sehingga pemberian yang
boleh diberikan hanya 0.5mg/kg/jam.
Hipotermia dilakukan pada pembedahan saraf dengan tujuan
menurunkan metaboleisme yang dibutuhkan otek dan menurunkan aliran
darah ke otak , dimana target yang ingin dicapai adalah 30OC.
Hiperventilasi dilakukan untuk menurunkan PaCo2 dan aliran darah ke
otak, dimana PaCO2 akan dipertahankan di 4-4.1kPa.
Manitol digunakan
20
sebagai obat diuresis yang diberikan pada ibu hamil, manitol akan
berakumulasi pada fetus sehingga mengakibatkan hiperosmolaritas dimana
akan menyebabkan perubahan seperti penurunan produksi cairan pada paru,
penurunan aliran darah ke renal dan peningkatan kadar natrium di plasma.
Dosis yang diberikan adalah 0.25-0.5 mg/kg sehingga tidak menimbulkan
efek pada fetus dan aman untuk digunakan.
Laparoskopi
Pada pembedahan dengan laparoskopi seringkali dikhawatirkan
mengenai asidosis fetus akibat absorbsi CO2, peningkatan tekanan
intraabdomen, cardiac output ibu, dan penurunan perfusi uteroplasental.
Penelitan menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan outcome yang terjadi
pada fetus dengan penggunaan teknik laparotomi maupun laparoskopi.
Sebaiknya operasi dilakukan pada trimester kedua bila memungkinkan
dan perlunya pemantauan terhadap PCO2 dan gas darah ibu.
21
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA