HALAMAN JUDUL
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian dalam Pendidikan Profesi
Dokter Stase Ilmu Anestesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing :
dr. Bambang Sutanto, Sp.An.-KIC
dr. Ricka Lesmana, Sp. An
dr. Febrian Dwi Cahyo, Sp. An, M.Kes
Disusun oleh :
Corina Fiqilyin, S. Ked J510185040
Wafiq Arif, S. Ked J510185056
1
LAPORAN KASUS
ANESTESI INTRAVENA TOTAL (TIVA) PADA TINDAKAN KURETASE
ABORTUS INKOMPLIT
HALAMAN PENGESAHAN
Yang diajukan oleh :
Corina Fiqilyin, S. Ked J510185040
Wafiq Arif, S. Ked J510185056
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Ilmu Anestesi dan Renimasi
Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing
Dipresentasikan dihadapan
dr. Ricka Lesmana, Sp. An (........................................)
B. Pengertian Kuretase
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat
pada dinding kavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi
instrument (sendok kuret) ke dalam kavum uteri.
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat
kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus
melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan
serviks dan besarnya uterus. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya
komplikasi misalnya perforasi.
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam
rahim. Jaringan itu sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang
dinyatakan tidak berkembang maupun sudah meninggal. Dengan alasan
medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu harus dikeluarkan. ( Dr. H.
Taufik Jamaan, Sp.OG )
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek
jaringan biologis atau puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur
pembersihan. (Michelson, 1988).
C. Anestesi Umum
Anestesi umum merupakan suatu keadaan tidak sadar yang bersifat
sementara, diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di sseluruh tubuh akibat induksi
obat. Anestetik umum ditandai dengan hilangnya kesadaran, bebas nyeri dan
relaksasi otot rangka (Keat et al., 2013).
Rees dan Gray membagi anestesi menjadi 3 (tiga) komponen yaitu :
1. Hipnotika : pasien kehilangan kesadaran
2. Anestesia : pasien bebas nyeri
3. Relaksasi : pasien mengalami kelumpuhan otot rangka
Teknik anestesi umum:
a) Anestesi umum intravena
b) Anestesi umum inhalasi
c) Anestesi imbang
2. Golongan Benzodiazepin
Obat ini dapat dipakai sebagai trasqualiser, hipnotik, maupun sedative.
Selain itu obat ini mempunyai efek antikonvulsi dan efek amnesia. 2
Obat-obat pada golongan ini sering digunakan sebagai :
a. Obat induksi
b. Hipnotik pada balance anastesi
c. Untuk tindakan kardioversi
d. Antikonvulsi
e. Sebagai sedasi pada anastesi regional, local atau tindakan
diagnostic
f. Mengurangi halusinasi pada pemakaian ketamin
g. Untuk premedikasi2
a. Diazepam
Karena tidak larut air, maka obat ini dilarutkan dalam pelarut
organic (propilen glikol dan sodium benzoate). Karena itu obat ini
bersifat asam dan menimbulkan rasa sakit ketika disuntikan,
trombhosis, phlebitis apabila disuntikan pada vena kecil. Obat ini
dimetabolisme di hepar dan diekskresikan melalui ginjal. 2
Obat ini dapat menurunkan tekanan darah arteri. Karena itu, obat
ini digunakan untuk induksi dan supplement pada pasien dengan
gangguan jantung berat. 2
Diazepam biasanya digunakan sebagai obat premedikasi, amnesia,
sedative, obat induksi, relaksan otot rangka, antikonvulsan,
pengobatan penarikan alcohol akut dan serangan panic.
Awitan aksi : iv < 2 menit, rectal < 10 menit,
oral 15 menit-1 jam
Lama aksi : iv 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam 4
Dosis :
Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg
Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB
Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg
Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit
dosis maksimal 30 mg, PO/rectal 2-10 mg 2-4 kali sehari 4
Efek samping obat :
Menyebabkan bradikardi dan hipotensi
Depresi pernapasan
Mengantuk, ataksia, kebingungan, depresi,
Inkontinensia
Ruam kulit
DVT, phlebitis pada tempat suntikan 4
b. Midazolam
Obat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan
anteretrogad amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek dan
kekuatannya 1,5-3x diazepam.
Obat ini menembus plasenta, akan tetapi tidak didapatkan nilai
APGAR kurang dari 7 pada neonatus. 2
Dosis :
Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg
Sedasi : iv 0,5-5 mg
Induksi : iv 50-350 µg/kg 4
Efek samping obat :
Takikardi, episode vasovagal, komplek ventrikuler
premature, hipotensi
Bronkospasme, laringospasme, apnea, hipoventilasi
Euphoria, agitasi, hiperaktivitas
Salvasi, muntah, rasa asam
Ruam, pruritus, hangat atau dingin pada tempat suntikan 4
3. PROPOFOL
Merupakan cairan emulsi isotonic yang berwarna putih. Emulsi ini
terdiri dari gliserol, phospatid dari telur, sodium hidroksida, minyak
kedelai dan air. Obat ini sangat larut dalam lemak sehingga dapat
dengan mudah menembus blood brain barier dan didistribusikan di
otak. Propofol dimetabolisme d hepar dan ekskresikan lewat ginjal. 2
Penggunaanya untuk obat induksi, pemeliharaan anastesi, pengobatan
mual muntah dari kemoterapi 4
Dosis :
Sedasi : bolus, iv, 5-50 mg
Induksi : iv 2-2,5 mg/kg
Pemeliharaan : bolus iv 25-50 mg, infuse 100-200 µg/kg/menit,
antiemetic iv 10 mg 4
Pada ibu hamil, propofol dapat menembus plasenta dan menyebabakan
depresi janin.
Pada sistem kardiovaskuler, obat ini dapat menurunkan tekanan darah
dan sedikit menurunkan nadi. Obat ini tidak memiliki efek vagolitik,
sehingga pemberiannya bisa menyebabkan asystole. Oleh karena itu,
sebelum diberikan propofol seharusnya pasien diberikan obat-obatan
antikolinergik. 2
Pada pasien epilepsi, obat ini dapat menyebabkan kejang. 2
4. KETAMIN
Obat ini mempunyai efek trias anastesi sekaligus. Pemberiannya
menyebabkan pasien mengalami katalepsi, analgesic kuat, dan
amnesia, akan tetapi efek sedasinya ringan. Pemberian ketamin dapat
menyebakan mimpi buruk. 2
Dosis
Sedasi dan analgesia : iv 0,5-1 mg/kg BB, im/rectal 2,5-5 mg/kg
BB, Po 5-6 mg/kg BB
Induksi : iv 1-2,5 mg/kg BB, im/ rectal 5-10 mg/kg BB 4
Ketamin meningkatkan aliran darah ke otak, kerana itu pemberian
ketamin berbahaya bagi orang-orang dengan tekanan intracranial yang
tinggi. 2
Pada kardiovaskuler, ketamin meningkatkan tekanan darah, laju
jantung dan curah jantung. 2
Dosis tinggi menyebabkan depresi napas.
Kontraindkasi :
Hipertensi tak terkontrol
Hipertroid
Eklampsia/ pre eklampsia
Gagal jantung
Unstable angina
Infark miokard
Aneurisma intracranial, thoraks dan abdomen
TIK tinggi
Perdarahan intraserebral
TIO tinggi
Trauma mata terbuka 2
5. OPIOID
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan
dalam dosis tinggi. Opioid tidak mengganggu kardiovaskulet, sehingga
banyak digunakan untuk induks pada pasien jantung.3
a. Morfin
Penggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan
nyeri yang berjaitan dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang
berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dan edema paru. 4
Dosis :
Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal
10-20 mg setiap 4 jam
Induksi : iv 1 mg/kg
Awitan aksi : iv < 1 menit, im 1-5 menit
Lama aksi : 2-7 jam 4
Efek samping obat :
Hipotensi, hipertensi, bradikardia, aritmia
Bronkospasme, laringospasme
Penglihatan kabur, sinkop, euphoria, disforia
Retensi urin, spasme ureter
Spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual, muntah,
penundaan pengosongan lambung
Miosis 4
b. Petidin
Penggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai
suplemen sedasi sebelum pembedahan, nyeri pada infark
miokardium walaupun tidak seefektif morfin sulfat, untuk
menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute
pulmonary edema dan acute left ventricular failure. 5
Dosis
Oral/ IM,/SK :
Dewasa :
Dosis lazim 50–150 mg setiap 3-4 jam jika perlu,
Injeksi intravena lambat : dewasa 15–35 mg/jam.
Anak-anak oral/IM/SK : 1.1–1.8 mg/kg setiap 3–4 jam jika
perlu.
Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 – 100 mg
IM/SK
Petidin dimetabolisme terutama di hati
Kontraindikasi
Pasien yang menggunakan trisiklik antidepresan dan
MAOi. 14 hari sebelumnya (menyebabkan koma, depresi
pernapasan yang parah, sianosis, hipotensi,
hipereksitabilitas, hipertensi, sakit kepala, kejang)
Hipersensitivitas.
Pasien dengan gagal ginjal lanjut
Efek samping obat
Depresi pernapasan,
Sistem saraf : sakit kepala, gangguan penglihatan, vertigo,
depresi, rasa mengantuk, koma, eforia, disforia, lemah,
agitasi, ketegangan, kejang,
Pencernaan : mual, muntah, konstipasi,
Kardiovaskular : aritmia, hipotensi postural,
Reproduksi, ekskresi & endokrin : retensi urin, oliguria.
Efek kolinergik : bradikardia, mulut kering, palpitasi,
takikardia, tremor otot, pergerakan yg tidak terkoordinasi,
delirium atau disorintasi, halusinasi.
Lain-lain : berkeringat, muka merah, pruritus, urtikaria,
ruam kulit
Peringatan
Hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati & ginjal krn akan
memperlama kerja & efek kumulasi opiod, pasien usia lanjut,
pada depresi sistem saraf pusat yg parah, anoreksia,
hiperkapnia, depresi pernapasan, aritmia, kejang, cedera kepala,
tumor otak, asma bronchial
c. Fentanil
Digunakan sebagai analgesic dan anestesia
Dosis :
Analgesic : iv/im 25-100 µg atau 1-2 µg/Kg BB
Induksi : iv 5-40 µg/ kg BB
Suplemen anastesi : iv 2-20 µg/kg BB
Anastetik tunggal : iv 50-150 µg/ kg BB 4
Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit
Lama aksi : iv 30-60 menit, im 1-2 jam
Efek samping obat :
Bradikardi, hipotensi
Depresi saluran pernapasan, apnea
Pusing, penglihatan kabur, kejang
Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat
Miosis 4
BAB III
LAPORAN KASUS
SKENARIO
A. PRE OPERATIF
a. Persiapan anestesi
Informed Consent : (+)
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- RR : 18 x/menit
- Suhu : 36,7 C
Puasa 5-6 jam pre operasi
Terpasang infus di tangan kanan RL 500cc
b. Penatalaksanaan anestesi
Tindakan Anestesi : TIVA
Tindakan Operasi : Kuretase
Estimasi Tindakan : 15-20 menit
Posisi pasien : Litotomi
Premedikasi : Ondansentron 4 mg i.v
Induksi : -Propofol 100 mg i.v
- Fentanyl 50 mg iv
Rumatan : - O2 2L/menit
B. Monitoring Tindakan Operasi (Ilustrasi):
Sadar penuh 2
Kesadaran Dapat dibangunkan 1 1
Tidak respon 0
Merah 2
Warna kulit Pucat 1 2
Sianotik 0
9
Skor Total
Kebutuhan cairan puasa (P) : Lama jam puasa x kebutuhan cairan basal
6 x 100 cc = 600 cc
4.6. Prognosis
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Functionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
BAB V
PEMBAHASAN ROYEKSI KASUS
A. Kesimpulan
Pada pasien ini dilakukan kuretase dengan teknik anestesi yang di pakai
adalah anestesi umum intravena. Sebelum dilakukan induksi, diberikan
premedikasi berupa ondansetron untuk mengurangi mual, muntah dsn mencegah
terjadinya aspirasi. Dilakukan induksi dengan propofol sebagai obat sedatif, yang
diberikan bersamaan dengan fentanil sebagai analgetik. Untuk maintenance
selama operasi berlangsung O2 2L. Pemberian cairan infus RL untuk mengganti
cairan intravaskular dan ekstrasel yang hilang selama operasi. Pemberian
ketorolac ditujukan untuk mengurangi nyeri pasca operasi. Perawatan post
operatif dilakukan di Recovery Room dengan pengawasan tanda vital, tanda-tanda
perdarahan dan infus cairan sesuai dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA