PENDAHULUAN
Seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Saat ini pembedahan seksio sesarea
transfusi darah, teknik operasi yang lebih baik, serta teknik anastesi yang lebih
sempurna. Hal inilah yang menyebabkan saat ini timbul kecenderungan untuk
diperhatikan dengan serius, karena proses persalinan ini memiliki risiko yang
dapat membahayakan keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya. Salah
satu resiko yang dapat terjadi adalah terjadinya perubahan hemodinamika dalam
tubuh ibu mengandung sebagai efek samping penggunaan anastesi dalam operasi
seksio sesaria. Hal inilah yang menyebabkan perlunya pemantauan tekanan darah
memenuhi kebutuhan selama kehamilan dan juga beban dari berbagai penyakit
umum dan regional. Anastesi umum bekerja untuk menekan aksis hipotalamus
1
impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal. Teknik anastesi yang
lazim digunakan dalam seksio sesarea adalah anastesi regional, tapi tidak selalu
dapat dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien. Beberapa teknis anastesi
regional yang biasa digunakan pada pasien obstetric yaitu blok paraservikal, blok
epidural, blok subarachnoid dan blok kaudal. Anastesi spinal aman untuk janin,
namun selalu ada kemungkinan bahwa tekanan darah pasien menurun dan akan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perubahan Fisiologi Ibu Hamil
Pada masa kehamilan ada beberapa perubahan pada hampir semua sistem
organ pada maternal. Perubahan ini diawali dengan adanya sekresi hormone dari
korpus luteum dan plasenta. Efek mekanis pada pembesaran uterus dan kompresi
dari struktur sekitar uterus memegang peranan penting pada trimester kedua dan
ketiga.
2
meningkat. Oleh karena itu dianjurkan menggunakan endotracheal
berdiameter kecil. Meskipun vital capacity paru tidak berubah tetapi total
atas. Alveolar ventilasi naik 40% karena terjadi kenaikan pada volume tidal
(TV).
anemia relatif. Diantara kenaikan volume darah ini 800cc akan mengisi
uterus gravidarum yang akan ikut sirkulasi saat uterus berkontraksi waktu
sesaria umumya tidak melebihi 500cc dan 1000 cc sehingga transfusi darah
dan kolloid jarang diperlukan. Frekuensi nadi naik 10-15 x/menit. Selama
uterus berkontraksi cardiac output dan tekanan darah naik, oleh karena itu
oleh uterus gravidus vena cava dan aorta, sehingga akan mengurangi venous
3
return dan cardiac output, akibatnya tekanan darah turun (hipotensi) yang
terjadi fetal disstress. Sindrome ini sering tidak dirasakan oleh wanita hamil
decubitus (miringkan paggul kanan setinggi 10-20 cm) atau dorong uterus
peridural space dan subarachnoid sehingga dosis obat lokal anastesi perlu
dikurangi.
4
sindrom. Sindrom ini akan menjadi progresif bilamana pH cairan lambung
perlu diberikan antasid (dianjurkan soodium sitrat bila tidak ada dapat
pasien dibedah sehingga dapat diketahui adanya kelainan di luar kelainan yang
akan dioperasi.
Tujuannya adalah :
1. Memperkirakan keadaan fisik dan psikis pasien
2. Melihat kelainan yang berhubungan dengan anastesi seperti adanya
induksi.
Kunjungan preoperatif dapat melihat kelainan yang berhubungan dengan
anastesi seperti adanya riwayat hipertensi, asma, alergi atau decompensatio cordis.
Selain itu dapat mengetahui keadaan pasien secara keseluruhan, dokter anastesi
5
bisa menentukan cara anastesi dan pilihan obat yang tepat pada pasien. Kunjugan
preoperasi pada pasien juga bisa menghindarkan kejadian salah identitas dan salah
tentang manajemen anaatesi yang akan dilakukan, hal ini tercermin dalam inform
consent.
2.2.2 Masukan Oral
Reflek laring mengalami penurunan selama anastesi. Regurgitasi isi
lambung dan kotoran yang terdapat dalam jalan nafas merupakan resiko utama
semua pasien yang dijadwalkan untuk operasi elektif dengan anastesi harus
dipantangkan dari masukan oral (puasa) selama periode tertentu sebelum induksi
anastesi.
Tabel 1. Fasting Guideline Pre-operatif (American Society of Anesthesiologist,
2011)
Usia Pasien Intake Oral Lama Puasa (jam)
< 6 bulan Clear fluid 2
Breast milk 3
Formula milk 4
6 bulan - 5 tahun Clear fluid 2
Formula milk 4
Solid 6
>5 tahun Clear fluid 2
Solid 6
Adult, op.pagi Clear fluid 2
Solid Puasa mulai jam 12 malam
Adult, op.siang Clear fluid 2
Solid Puasa mulai jam 8 pagi
6
Terapi cairan preoperatif termasuk penggantian defisit cairan sebelumnya,
kebutuhan maintenance dan luka operasi seperti perdarahan. Dengan tidak adanya
intake oral, defisit cairan dan elektrolit bisa terjadi cepat karena terjadinya
Pasien yang puasa tanpa intake cairan sebelum operasi akan mengalami
defisit cairan karena durasi puasa. Defisit bisa dihitung dengan mengalikan
diantaranya:
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar indusi anesthesia
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi reflek yang membahayakan
Pemberian premedikasi dapat diberikan secara suntikan intramuskuler
diberikan 30-45 menit sebelum induksi, suntikan intravena diberikan 5-10 menit
sebelum induksi. Komposisi obat dan dosis obat premedikasi yang akan diberikan
7
Tabel 3. Obat-obat yang dapat digunakan untuk premediksai
perlu dilakukan adalah penilaian hematokrit. Masa protrombin (PT) dan masa
darah.
Perlengkapan tindakan anestesi spinal harus diberikan dengan persiapan
umum, dan tindakan resusitasi. Jarum spinal dan obat anestetik spinal disiapkan.
8
Jarum spinal memiliki permukaan yang rata dengan stilet di dalam lumennya dan
ukuran 16G sampai dengan 30G. Obat anestetik lokal yang digunakan adalah
prokain, tetrakain, lidokain, atau bupivakain. Berat jenis obat anestetik lokal
mempengaruhi aliran obat dan perluasan daerah teranestesi. Pada anestesi spinal
jika berat jenis obat lebih besar dari berat jenis CSS (hiperbarik), maka akan
terjadi perpindahan obat ke dasar akibat gravitasi. Jika lebih kecil (hipobarik),
obat akan berpindah dari area penyuntikan ke atas. Bila sama (isobarik), obat akan
berada di tingkat yang sama di tempat penyuntikan. Pada suhu 37C cairan
duk steril juga harus disiapkan. Dikenal 2 macam jarum spinal, yaitu jenis yang
dan jenis yang ujungnya seperti ujung pensil (whitacre). Ujung pensil banyak
9
Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas
meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi
spinalis.
3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadin atau alkohol.
4. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan
5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G,
23G, 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G
duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau
mandrin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit berisi
10
obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi
aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau
anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak
11
Kontraindikasi Absolut Sedang dalam terapi antikoagulan
Cardiac output yang terbatas; seperti stenosis aorta
Penigkatan tekanan intrakranial
Infeksi sistemik (sepsis, bakteremia)
Infeksi disekitar tempat penyuntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Kontraindikasi Relatif Bedah lama
Penyakit jantung
Hipovolemi ringan
Nyeri punggung kronis
Hipotensi berat
Bradikardi
Komplikasi Tindakan Hipoventilasi
Trauma pembuluh darah
Trauma saraf
Mual muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi, atau spinal total
Nyeri tempat suntikan
Nyeri punggung
Komplikasi Pasca Tindakan Nyeri kepala karena kebocoran liquor
Retensio urine
Meningitis
tidak seperti pada pembedahan pada umumnya. Ahli anastesi secara bersama
harus memberikan obat yang aman terhadap 2 individu yaitu ibu dan anak
sekaligus.
mungkin untuk menghindari efek yang merugikan pada uterus, ibu dan bayi.
12
Persiapan pasien tidak sama dengan pembedahan pada umumnya, pasien
obstetrik jarang dapat dipersiapkan dalam kondisi yang optimal. Terutama pada
kasus-kasus darurat seperti fetal distress, maternal hemoragik, prolapsed corrd dan
tetania uteri; mempuyai resiko terjadinya aspirasi cairan lambung karena umumya
isi lambung dalam keadaan penuh sehingga akan meningkatkan angka maternal
mortality.
Pada dekade akhir-akhir ini seksio sesaria ini cenderung meningkat , yang
semula < 10% dan sekarang sudah > 15% dari seluruh persalinan oleh karena
angka mortalitas dan morbiditas maternal jauh lebih rendah dibandingkan dengan
persalinan pervaginam.
Seksio sesaria tidak jarang dilakukan terencana (efektif) secara pimer atau
ulangan dengan anastesi umum atau regional. Namun regional anastesi lebih
disukai sebab dpat mengurangi depresi pada neonatus dan kejadian aspirasi
setinggi level sensori Th4 adalah sangat ideal untuk SC, meskipun rasa sakit
akibat tarikan peritoeum atau eksteriorisasi uterus tidak selalu dapat dihilangkan.
pembedahan darurat.
obat induksi. Thiopenthal 3-4 mg/KgBB atau ketamin 0,75-1,0 mg/KgBB IV.
13
Obat neuromuskular blok baik depolarizing maupun non depolarizing dapat
Pemberian obat lain yang perlu diperhatikan adalah obat sintesis oksitosin
diencerkan dengan menggunakan innfus sebnyak 20-30 unit dalam 1 iter cairan
NaCl.
dan pernapasan yang tidak teatur sehingga dapat terjadi potensiasi dengan obat
pelumpuh otot.
Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid, atau
kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan dengan ion low moleculer
weight (garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid juga
mengandung zat high moleculer weight seperti protein atau glukosa polimer besar.
Cairan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan untuk sebagian besar
14
intravaskuler, sedangkan cairan kristaloid cepat menyeimbangkan dengan dan
digantikan dengan cairan sebanyak 3 hingga empat kali jumlah volume darah
yang hilang.
Titik transfusi dapat ditentukan saat preoperasi dari hematokrit dan estimate
hanya apabila kehilangan lebih dari 10-20% dari volume darah. Waktu yang tepat
untuk transfusi ditentukan oleh kondisi pasien dan prosedur operasi yang
Pada orang dewasa, EBV dapat dihitung rata-rata 70cc/kgBB. Tetapi ada
sumber yang menyebutkan bahwa EBV pria dihitung dengan 75 cc/kgbb dan
wanita 65cc/kgbb
2. Estimate the red blood cell volume (RBCV) pada RBCV pre operasi
telah dicapai
4. Menghitung kehilangan sel darah merah jika hematokrit 30% dengan cara
RBCVlost = RBCVpreop-RBCV30%
15
Kehilangan cairan tambahan diperhitungkan sesuai dengan jenis operasi
apakah ringan, sedang atau berat. Jika ringan maka kebutuhan cairan tambahan 0-
2 ml/kgbb, jika sedang maka kebutuhan cairan tambahan 2-4 ml/kgbb, dan jika
adalah :
palpebra)
dibandingkan dengan general anastesi. Hal ini dikarenakan pasien dalam posisi
sadar, sehingga komplikasi yang terkait airway, breathing dan circulation lebih
minimal.
criteria discharge yang diadopsi. Kriteria yang digunakan adalah Aldrete Score.
16
Kriteria ini kan menetukan apakah pasien akan di discharge ke ICU atau
keruangan biasa.
Evaluasi post operasif harus dilakukan dalam 24-48 jam setelah operasi dan
dicatat dalam rekam medis pasien. Kunjungan ini harus meliputi review dari
pneumonia atau perubahan status mental. Bila diperlukan harus dilakukan terapi
17
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Zainab
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Alamat : Batu Baliase Blok P1 No.13
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 02 April 2017
II. ANAMNESIS
A. Keluhan utama :
Rujukan dari praktek dokter dengan G3P2A0 + bekas sc 2 kali atas indikasi
CPD
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk RS dengan rujukan dari praktek dokter dengan diagnosis
G3P2A0 + bekas sc 2 kali atas indikasi CPD, tidak terdapat pelepasan darah
ataupun lendir, pasien juga mengatakan terasa nyeri perut tembus belakang
namun hilang timbul. Pergerakan janin sering, kurang lebih 10 kali dalam 12
jam. Riwayat hipertensi (-), diabetes (-), alergi (-), asma (-), riwayat operasi
sebelumnya (+)
18
1. Keadaan umum : Baik
Physical status American Society Anesthesiologist: II
2. Kesadaran : Compos mentis
3. GCS : 15
4. Tanda vital:
Tekanan darah : 120/ 80 mmHg
Denyut nadi : 78 x/menit reguler
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
5. Pemeriksaan kepala:
Konjugtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-), warna bibir kemerahan.
6. Pemeriksaan leher
- Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (-).
7. Pemeriksaan thorax
Inspeksi : Ekspansi dada simetris, jejas (-), ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Nyeri tekan (-), vokal fremitus normal kanan=kiri
Perkusi : Perkusi paru sonor, batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler, rhonkhi -/-, wheezing -/-
8. Pemeriksaan abdomen (pemeriksaan obstetri)
- Leopold I : 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
- Leopold II : punggung kiri
- Leopold III : letak belakang kepala
- Leopold IV : 5/5
- DJJ : 146 x/menit (Reguler)
- His :-
- TBJ : 3600 gr
9. Pemeriksaan genitalia : Tidak dilakukan
10. Pemeriksaan ekstremitas : Akral hangat, edema (-)/(-)
Hb : 11,6 g/dl
PLT : 381 x 103 L
HCT : 38 %
HbsAG : non reaktif
Glukosa sewaktu : 120 mg/dl
V. DIAGNOSIS KERJA
G3P2A0 + bekas sc 2 kali atas indikasi CPD + ps ASA II
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan status fisik, diklasifikasikan dalam ASA II ACC operasi
19
VII. PENATALAKSANAAN
1. Pasang O2 3 Lpm
2. Pasang iv line RL 20 tpm
3. Pasang kateter
4. Informed consent ke keluarga untuk dilakukan tindakan Caesarean Sectio
elective
20
80 menit dengan jumlah perdarahan 500 cc + urin 200 cc. Setelah
operasi pasien di bawa ke Recovery room.
BAB IV
PEMBAHASAN
21
penyuntikan jarum spinal di tempat penusukan pada bidang medial dengan sudut
10o-30o terhadap bidang horizontal ke arah cranial. Jarum lumbal akan menembus
ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, ligamentum flavum,
lapisan duramater, dan lapisan subaraknoid. Cabut stilet lalu cairan cerebrospinal
akan menetes keluar. Suntikkan obat anestetik lokal yang telah disiapkan ke dalam
ruang subaraknoid.
Hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal ialah jenis obat, dosis obat
yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan
intraabdomen, lengkung tulang belakang, postur tubuh, dan tempat penyuntikan.
Pada penyuntikan intratekal, yang dipengaruhi dahulu ialah saraf simpatis
dan parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba, dan tekan
dalam. Yang mengalami blokade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar
(vibratory sense) dan proprioseptif. Blokade simpatis ditandai dengan adanya
kenaikan suhu kulit tungkai bawah. Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi
dengan urutan sebaliknya, yaitu fungsi motoris yang pertama kali akan pulih.
Salah satu faktor yang mempengaruhi spinal anestesi blok adalah barisitas
(Barik Grafity) yaitu rasio densitas obat spinal anestesi yang dibandingkan dengan
densitas cairan spinal. Barisitas menentukan penyebaran obat anestesi lokal dan
ketinggian blok karena gravitasi bumi akan menyebabkan cairan hiperbarik akan
cenderung ke bawah. Obat-obat lokal anestesi berdasarkan barisitas dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Hiperbarik, merupakan sediaan obat anestesi lokal dengan berat jenis obat
lebih besar dari pada berat jenis cairan serebrospinal, sehingga dapat terjadi
perpindahan obat ke dasar akibat gaya gravitasi.
2. Hipobarik, merupakan sediaan obat anestesi lokal dengan berat jenis obat
lebih rendah dari pada berat jenis cairan serebrospinal, sehingga dapat
terjadi perpindahan obat ke atas dari area penyuntikan.
3. Isobarik, merupakan sediaan obat anestesi lokal dengan berat jenis obat
sama dengan berat jenis cairan serebrospinal, sehingga obat akan berada di
tingkat yang sama di tempat penyuntikan.
22
Komplikasi yang mungkin terjadi pada penggunaan anestesi spinal adalah
hipotensi, nyeri saat penyuntikan, nyeri punggung, sakit kepala, retensio urine,
meningitis, cedera pembuluh darah dan saraf, serta anestesi spinal total.
Induksi anestesi pada pasien ini menggunakan anestesi lokal yaitu
bupivacaine. Bupivakain disebut juga obat golongan amida yang digunakan pada
anestesi spinal. Obat ini menghasilkan blokade saraf sensorik dan motorik.
Larutan bupivakain hiperbarik adalah larutan anestesi lokal bupivakain yang
mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis cairan serebrospinal (1,003-
1,008). Cara pembuatannya adalah dengan menambahkan larutan glukosa
kedalam larutan isobarik bupivakain. Cara kerja larutan hiperbarik bupivakain
adalah melalui mekanisme hukum gravitasi, yaitu suatu zat/larutan yang
mempunyai berat jenis yang lebih besar dari larutan sekitarnya akan bergerak ke
suatu tempat yang lebih rendah. Dengan demikian larutan bupivakain hiperbarik
yang mempunyai barisitas lebih besar akan cepat ke daerah yang lebih rendah
dibandingkan dengan larutan bupivakain yang isobarik, sehingga mempercepat
penyebaran larutan bupivakain hiperbarik tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyebaran larutan bupivakain hiperbarik pada anestesi spinal :
1. Gravitasi
Cairan serebrospinal mempunyai BJ 1,003-1,008. Jika larutan
hiperbarik yang diberikan kedalam cairan serebrospinal maka akan bergerak
oleh gaya gravitasi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan larutan
hipobarik akan bergerak berlawanan arah dengan gravitasi seperti
menggantung dan jika larutan isobarik akan tetap dan sesuai dengan tempat
injeksi.
2. Tekanan intra abdomen
Peningkatan tekanan intraabdomen menyebabkan bendungan saluran
pembuluh darah vena abdomen dan juga pelebaran saluran-saluran vena di
ruang epidural bawah, sehingga ruang epidural akan menyempit dan
akhirnya akan menyebabkan penekanan ke ruang subarakhnoid sehingga
cepat terjadi penyebaran obat anestesi lokal ke kranial.
23
3. Anatomi kolumna vertebralis
Anatomi kolumna vertebralis akan mempengaruhi lekukan-lekukan
saluran serebrospinal, yang akhirnya akan mempengaruhi tinggi anestesi
spinal pada penggunaan anestesi lokal jenis hiperbarik.
4. Tempat penyuntikan
Makin tinggi tempat penyuntikan, maka analgesia yang dihasilkan
makin tinggi
5. Posisi tubuh
Tidak terdapat pengaruh penyebaran jenis obat larutan isobarik pada
posisi tubuh, sedangkan pada jenis larutan hiperbarik akan dipengaruhi
posisi tubuh.
24
menurun sejalan dengan penurunan volume cairan lambung. Pada pemberian
i.m/i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk mebghambat 50%
perangsangan sekresi asam lambung adalah 36-94 mg/mL. kadar tersebut bertahan
selama 6-8 jam.
Ondansentron ditujukan untuk pencegahan dan pengobatan mual dan
muntah pasca bedah. Dosis mual pasca bedah melalui pemberian intravena secara
lambat yakni 4 mg, diberikan tanpa diencerkan dalam 1-5 menit. Jika perlu dosis
dapat diulangi. Obat ini memiliki awitan aksi dengan pemberian intravena selama
< 30 menit, efek puncak pemberian intravena bervariasi, dengan lama aksi 12-24
jam.
Ketorolak diberikan dengan tujuan penggunaan berupa analgesia. Dosis
awal ketorolak dengan pemberian intravena yakni 30-60 mg (0,5-1 mg/kgBB).
Sementara untuk dosis pemeliharaannya dengan pemberian intravena yakni 15-30
mg (0,25-0,5 mg/kgBB) setiap 4-6 jam. Dosis intravena harus diberikan perlahan-
lahan (5 menit) untuk mengurangi risiko flebitis. Awitan aksi obat ini dengan
pemberian intravena < 1 menit, efek puncak 1-3 jam, dengan lama aksi 3-7 jam.
Tindakan bedah sesar berlangsung selama 80 menit dengan jumlah
perdarahan 500 cc dan urin 200cc. Setelah operasi pasien di bawa ke Recovery
room.
Terapi cairan
1. Pre operatif
Cairan maintenance
10 kg pertama : 10 kg x 4cc = 40 cc
10 kg kedua : 10 kg x 2 cc = 20 cc
Sisa BB : 38 kg x 1 cc = 38 cc
Total : 98 cc/jam ( 2353 ml/24 jam)
2. Perioperatif
Untuk terapi cairan perioperatif dapat digunakan formula M O P, dengan
keterangan sebagai berikut:
M : Maintenance, dapat dihitung menggunakan rumus holyday Zegar
untuk anak-anak yaitu rumus 421
O : prediksi cairan yang hilang selama operasi dapat dihitung dari jenis
operasi x BB
25
- Operasi kecil : 2-4 ml x BB
- Operasi sedang : 4-6 ml x BB
- Operasi besar : 6-8 ml x BB
P : Lamanya puasa dihitung dari jumlah jam puasa x maintenance
Perhitungan cairan menggunakan rumus:
Jam I : M + O + 1/2 P
Jam II-III : M + O + 1/4 P
Jam IV :M+O
26
Perdarahan
27
atau
meningkat
(Rumus 3:1)
3. Post operatif
Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi.
Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar
kurang lebih 50 ml/kgBB/24jam. Sehingga kebutuhan air untuk pasien ini adalah:
50 cc/kgBB/24 jam = 2900cc/24jam. Holliday Zegar : 98cc/jam atau 2352 cc/24
jam = 33 TPM
28
Namun pemberian cairan pada post partum harus dibatasi dengan
memperhatikan diuresis spontan yang kadang terjadi dalam 36-48 jam setelah
persalinan.
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
30
DAFTAR PUSTAKA
31