BAB 1
STATUS PASIEN
DEPARTEMEN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RSUD AMBARAWA
Pasien datang ke IGD RSUD Ambarawa pada tanggal 27 November 2013 pukul
18:49 dengan data dan riwayat sebagai berikut :
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. IF
Usia
: 23 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
Keluhan Tambahan : Mual (-), Muntah (-), BAB dan BAK normal seperti biasa
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
terlarang disangkal
Riwayat coitus : tidak coitus dalam beberapa minggu ini
RIWAYAT PENGOBATAN
Sudah diberikan Amoxicilin 500 mg I tablet pada pukul 12.00 di bidan
Sudah diberikan Infus D5% di bidan
RIWAYAT OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI
Menarche
Lama Haid
Siklus Haid
HPHT
HPL
Riwayat KB
: 13 tahun
: 7 hari
: teratur, 1 bulan
: 3 Maret 2013
: 12 Desember 2013
: (-)
RIWAYAT PERNIKAHAN
RIWAYAT ANC
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Keadaan Gizi
Vital Sign
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 76 kali/menit
Suhu
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Thoraks
: 36,6 C
Jantung
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
STATUS OBSTETRIK
TFU
: 30 cm
DJJ
: 158, reguler
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
PEMERIKSAAN GYNEKOLOGI
Inspeksi
Palpasi
Inspekulo
: Tidak dilakukan
Vaginal Touche : Pembukaan 3 cm, Penipisan 75%, Tebal, Lunak, Kulit ketuban
(-), Air ketuban tidak mengalir, Lendir (+), Darah (+)
DIAGNOSA KERJA
G1P0A0, 21 tahun, Usia Kehamilan 38 minggu, Janin tunggal hidup intrauterine,
Presentasi Kepala, dengan Ketuban Pecah Dini 15 jam, in partu Kala I fase laten
PENATALAKSANAAN (27 November 2013)
Infus RL
Methylergometrine 3 x 1
Asam Mefenamat 3 x 1
HASIL
Hematologi
NILAI RUJUKAN
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Limfosit
Monosit
Granulosit
Limfosit%
Monosit%
Granulosit%
PCT
Clotting Time
Bleeding Time
Golongan Darah
Gula Darah Sewaktu
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
HBsAg
Darah Rutin
12.0
24.0 H
3.75 L
33.5 L
268
89.3
32.0
35.8
12.0
7.8
1.1 L
0.6
22.3 H
4.4 L
2.6 L
93.0 H
0.209 L
4 menit
1 menit
B
KIMIA KLINIK & SEROLOGI
124 H
8.9 L
0.72
25
19
Non reaktif
12 16 gr/dl
4.0 10 ribu
4.2 5.4 juta
37 43 %
200 400 ribu
80 90 mikro m3
27 34 pg
32 36 g/dl
10 16 %
7 11 mikro m3
1.7 3.5 10*3/mikroL
0.2 0.6 10*3/mikroL
2.5 7 10*3/mikroL
25 - 35%
4 6%
50 80%
0.2 0.5%
3 5 menit
1 3 menit
74 106 mg/dl
10 50 mg/dl
0.45 0.75 mg/dl
0 35 IU/L
0 35 IU/L
Non reaktif
FOLLOW UP PASIEN
Pasien masuk ke bangsal Bougenville dan dirawat di VK
No
Tanggal
27-11-13
Anamnesa
Pemeriksaan
Malam
Keluhan :
Rembes dari
jalan lahir, tetapi
kenceng
kenceng terasa
jarang
Terapi/ Tindakan/
keterangan
Lab lengkap (+)
Infus RL (+), Inj
Ceftriaxon 2 x 1 amp,
Ekstra Dexamethason 3
amp
Induksi Persalinan : Piton
Drip Oksitosin 5 IU 12
tpm
28-11-13
Pagi 00.10
Injeksi oksitosin 10 IU
(IM)
Pagi 06.00
Methylergometrin 3 x 1,
Asam Mefenamat 3 x 1
Sore 18.00
Methylergometrin 3 x 1,
Asam Mefenamat 3 x 1
Pulang
Pagi 06.00
3
Methylergometrin 3 x 1,
Asam Mefenamat 3 x 1
29-11-13
Siang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
DEPARTEMEN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RSUD AMBARAWA
A. PENDAHULUAN
Tidak ada keraguan bahwa induksi elektif untuk kenyamanan dari
praktisi atau pasien menjadi lebih umum dilakukan. Meskipun demikian,
American College of Obstetricians dan Gynecologists (1999) tidak
mendukung praktek ini, kecuali karena alasan logistik seperti risiko
persalinan yang cepat, wanita itu tinggal dengan jarak yang jauh dari rumah
sakit, atau untuk indikasi psikososial. Salah satu alasannya adalah bahwa
Skor
Faktor
Dilatasi
Penipisan
Serviks
Serviks
Serviks
(cm)
Tertutup
0 30
-3
Keras
Posterior
Midposisi
Anterior
-
1
2
12
34
40 50
60 70
-2
-1
(Firm)
Medium
Lunak
> 80
+ 1, + 2
(Soft)
-
Posisi
E. TEKNIK FARMAKOLOGI
a. Prostaglandin E2 .
Aplikasi
lokal
prostaglandin
E2
(dinoprostone)
umumnya
Sayangnya,
mereka
tidak
menemukan
manfaat
dalam
yang
mengikuti
penggunaan
prostaglandin
untuk
10
i. Pemberian intravaginal
Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa tablet misoprostol
ditempatkan ke dalam vagina diduga unggul atau setara dalam
keberhasilan
bila
dibandingkan
dengan
gel
prostaglandin
E2
intraservikal ( Gemund dan rekan, 2004; Wing dan rekan kerja, 1995).
Komite Obstetri dari American College of Obstetricians dan
Gynecologists (1999) melihat 19 percobaan acak di mana lebih dari
1900 perempuan diberi misoprostol intravaginal dalam dosis mulai 25
200 mg. Komite Obstetri merekomendasikan penggunaan 25 mg dosis
intravaginal, yang merupakan seperempat dari 100 mg tablet. Obat ini
merata di antara empat tablet.
Penggunaan Misoprostol dapat menurunkan kebutuhan oksitosin,
mencapai tingkat yang lebih tinggi persalinan pervaginam dalam 24 jam
induksi, dan mengurangi interval dari induksi sampai timbulnya
persalinan (Sanchez - Ramos dan rekan, 1997). Pemberian dosis 50 mg
misoprostol
signifikan
intravaginal
takisistol,
dikaitkan
mekonium,
dengan
dan
peningkatan
aspirasi
mekonium
secara
bila
serupa
untuk
pematangan
serviks
administrasi
11
metode
12
Gambar 1. Extra-amnionic saline infusion (EASI) melalui kateter Foley 26F yang
diletakkan kedalam serviks. Balon kemudian dikembangkan dengan saline 30
mL.
13
14
menit. Respon tergantung pada yang keadaan yang sudah ada sebelumnya
meliputi aktivitas uterus, status serviks, durasi kehamilan, dan perbedaan
biologis individu.
a. Dosis Oksitosin
Oksitosin biasanya diencerkan menjadi 1000 mL dalam larutan
garam seimbang dan diberikan melalui pompa infus. Sebuah oksitosin
infusan khas terdiri dari 10 atau 20 unit atau 10.000 sampai 20.000 mU
dicampur menjadi 1000 mL dalam larutan Ringer laktat. Campuran ini
berarti bahwa terdapat 10 atau 20 mU konsentrasi oksitosin permililiter.
Untuk menghindari pemberian bolus, infus harus dimasukkan ke dalam
jalur utama intravena. The American College of Obstetricians dan
Gynecologists (1999) merekomendasikan sejumlah rejimen oksitosin
untuk stimulasi persalinan yang diperlihatkan pada Tabel 2. Sampai sekitar
15 tahun yang lalu, hanya variasi dari protokol dosis rendah yang
digunakan di Amerika Serikat.
b. Interval antara Peningkatan Dosis
Interval untuk meningkatkan dosis oksitosin bervariasi dari 15
sampai 40 menit (lihat Tabel 2).
Regimen Oksitosis Dosis Rendah dan Dosis Tinggi untuk Stimulasi
Persalinan
Regimen Dosis
Dosis
Rendah
Dosis
Tinggi
(mU/menit)
0,5 1
12
(mU/menit)
1
(menit)
30 40
15
~6
6
~6
6, 3, 1
15
20 40
c. Dosis Maksimal
15
Dosis
induksi
persalinan
dan
menemukan
bahwa
kemungkinan
oksitosin
dari
36
mU/menit.
Pada
dosis
72
mU/menit,
16
a. Amniotomi Elektif
Memecahkan ketuban dengan tujuan mempercepat persalinan
umumnya dilakukan. Dalam penyelidikan disajikan dalam Tabel 3,
amniotomi sekitar 5 cm mempercepat persalinan spontan dari 1 sampai 2
jam. Prosedur ini dilakukan tanpa meningkatkan tingkat kelahiran sesar
keseluruhan atau penggunaan stimulasi oksitosin. Yang paling penting,
tidak ada efek samping perinatal pada dilakukannya amniotomi.
Percobaan Randomisasi Klinik dari Amniotomi Elektif pada Persalinan Spontan Aterm
Efek Amniotomi
Penelitian
Fraser
&
Jumlah
925
Rata rata
Rata rata
Kebutuhan
Tingkat
Temuan
Efek
dilatasi
Pemendekan
akan
Operasi
Abnorma
Neonatal
saat
waktu
Oksitosin
Sesar
amniotomi
< 5 cm
persalinan
125 menit
Tidak ada
Tidak
Tidak ada
Tidak ada
Meningkat
Tidak ada
Tidak
Tidak
Tidak ada
ada
dinilai
Co-
ada
workers
(1993)
Garite
&
459
5,5 cm
81 menit
Menurun
associates
(1993)
UK
Tidak
ada
1463
5,1 cm
60 menit
amniotomy
group
17
Tidak ada
b. Amniotomi Induksi
Pecah buatan dari selaput ketuban dapat digunakan untuk
menginduksi persalinan. Kerugian utama dari amniotomi bila digunakan
sendiri untuk induksi persalinan adalah interval tak terduga dan kadang
kadang lama untuk terjadinya kontraksi.
c. Amniotomi Augmentasi
Ini adalah praktek umum untuk melakukan amniotomi ketika
persalinan normal lambat. Sebuah kelemahan adalah bahwa secara
signifikan meningkatkan kejadian korioamnionitis. Amniotomi augmentasi
sebagai tambahan dari infus oksitosin, namun, amniotomi tidak
mempengaruhi rute persalinan.
BAB 3
ANALISA KASUS
DEPARTEMEN ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RSUD AMBARAWA
SUBYEKTIF
Pasien datang dengan rujukan bidan dengan G1P0A0, Usia Kehamilan 38
minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 15 jam. Pasien datang ke IGD dengan
mengeluhkan keluar air rembes seperti kencing yang berasal dari jalan lahir, terasa
keluar sejak pukul 04:00 pagi. Banyaknya air yang rembes keluar diperkirakan
sekitar 2 kali ganti celana dalam, yang keduanya dirasa basah semua. Kemudian
pasien merasa kencang kencang pada rahimnya, tetapi kencang kencang hanya
terasa sebentar sebentar dan tidak teratur. Setelah itu, pasien mengaku baru
datang ke bidan pada pukul 09:00 pagi, di tempat bidan kencang kencang dirasa
semakin sering. Terdapat lendir (+), tetapi tidak ada darah (-).
18
Keluhan keluar air rembes dari jalan lahir sejak pukul 04.00 dan tidak
segera diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan merupakan gejala adanya
ketuban pecah dini.
OBYEKTIF
TFU
: 30 cm
: 158, reguler
o Menandakan janin dalam kondisi baik.
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
pemeriksaan
inspekulo
dilakukan
untuk
dapat
Kulit ketuban (-), Air ketuban tidak mengalir, Lendir (+), Darah (+)
o Seharusnya pemeriksaan vaginal touch tidak boleh dilakukan pada
pasien yang diduga terdapat ketuban pecah dini. Karena dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi intrauterin.
19
PLANNING
PENATALAKSANAAN (27 November 2013)
Infus RL
20
tidak
mengherankan,
oksitosin
memiliki
efek
Methylergometrine 3 x 1
o Merupakan uterotonika yang diberikan untuk meningkatkan
kontraksi uterus, agar mempercepat penghentian perdarahan akibat
proses persalinan dan juga mempercepat involusi uterus pada masa
nifas.
Asam Mefenamat 3 x 1
o Merupakan analgetik yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri.
21
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. Gary. 2006. Obstetri William. Jakarta: Penerbit Buku EGC
Wiknjosastro Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Rachimhadhi Trijatmo. 2008. Ilmu
kandungan. Edisi kedua. Cetakan keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
22