Anda di halaman 1dari 37

Oligohidramnion

Oleh:
Ana Stesia Suarfi
1410070100117 Pembimbing:
dr. Helwi Nofira, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Senior Fakultas Kedokteran


Universitas Baiturrahmah /RSUD M.Natsir SOLOK
2019
DEFENISI OLIGIHIDRAMNION
 Oligohidramnion adalah suatu keadaan
dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 500 cc. AFI yang kurang
dari 5 cm. Karena VAK tergantung pada
usia kehamilan maka definisi yang lebih
tepat adalah AFI yang kurang dari
presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8
cm saat hamil cukup bulan)
EPIDEMIOLOGI OLIGOHIDRAMNION
 Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu
sedikit
 Sekitar 12% wanita yang masa kehamilannya melampaui
batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu)
juga mengalami oligohidramnion, karena jumlah cairan
ketuban yang berkurang hampir setengah dari jumlah
normal pada masa kehamilan 42 minggu.
ETIOLOGI
Masih belum diketahui Maternal:
 Dehidrasi

 Insufisiensi

Fetal: uteroplasental
 Hambatan pertumbuhan  Preeklampsia
janin dalam rahim  Diabetes

 Kehamilan postterm  Hypoksia kronis

 Premature ROM Induksi obat:


(Rupture of Amniotic  ACE inhibitors
Membrane)
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih
belum diketahui. Namun,  oligohidramnion bisa
terjadi karena peningkatan absorpsi/kehilangan cairan
(seperti pada: ketuban pecah dini) dan penurunan
produksi dari cairan amnion (seperti pada : kelainan
ginjal kongenital, ACE inhibitor, obstruksi uretra,
insufisiensi uteroplasenta, infeksi kongenital,
NSAIDs). Sejumlah faktor predisposisi telah
dikaitkan dengan berkurangnya cairan amnionik
PATOFISIOLOGI

Pecahnya membran adalah penyebab paling umum


dari oligohidramnion. Namun, karena cairan ketuban
terutama adalah urine janin di paruh kedua
kehamilan, tidak adanya produksi urin janin atau
penyumbatan pada  saluran kemih janindapat juga
menyebabkan oligohidramnion. Janin yang menelan
cairan amnion, yang terjadi secara fisiologis, juga
mengurangi jumlah cairan.
 Pada insufisiensi plasenta dapat terjadi hipoksia janin.
Hipoksia janin yng berlangsung kronis akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya
adalah terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, produksi
urin berkurang, dan terjadilah oligohidramnion.
Tanda dan Gejala Klinis
• pada saat inspeksi uterus terlihat lebih kecil dan tidak
sesuai dengan usia kehamilan yang seharusnya.
•Ibu yang sebelumnya pernah hamil dan normal, akan
mengeluhkan adanya penurunan gerakan janin
•. Saat dilakukan palpasi abdomen, uterus akan teraba lebih
kecil dari ukuran normal dan bagian-bagian janin mudah
diraba
•Pemeriksaan auskultasi normal, denyut jantung janin
sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas,
 persalinan
lebih lama dari biasanya
 sewaktu his/mules akan terasa sakit sekali, bila
ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali
bahkan tidak ada yang keluar.
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa
apakah cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu
banyak.
 Amniotic Fluid Index (AFI)

 diukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di


dalam rahim dan dijumlahkan. Jika ketinggian
amniotic fluid yang di ukur kurang dari 5 cm,
calon ibu tersebut didiagnosa mengalami
oligohydramnion. Jika jumlah cairan tersebut
lebih dari 25 cm, ia di diagnosa mengalami
poluhydramnion
KATEGORI DIAGNOSTIK AMNIONIC
FLUID INDEX (AFI

Volume Cairan Amnion Nilai AFI (cm)

Severe Oligohydramnion ≤5

Moderate Oligohydramnion 5.1-8.0

Normal 8.1-24.0

Polyhydramnion >24
• Single Deepest Pocket
dari cairan amnion ≤ 2 cm
PENATALAKSANAAN
 Amniotic Infusion: normal saline/RL
a. Bolus amniotic infusion:
Berikan infuse sebanyak 10-15cc/menit sampai

tercapai jumlah 800cc


Tetesan dikurangi sampai terdapat tambahan 250cc

untuk mengurangi kompresi terhadap tali pusat dan


lainnya.
b. Continous amniotic infusion:
Diberikan 10cc/menit selama 1 jam

Diikuti 3cc/menit sampai tercapai kompresi

menghilang.
KOMPLIKASI
 Kematian janin
 IUGR

 Kontraktur pada ekstremitas

 Gangguan perkembangan paru  hipoplasia paru

 Peningkatan risiko infeksi pada fetus

 Tidak dapat dilakukan persalinan normal  SC


PROGNOSIS
 Semakin awal kehamilan dengan oligohidramnion
terjadi, maka semakin buruk prognosisnya
 Angka kematian janin setinggi 80-90% telah dilaporkan
dengan oligohidramnion yang didiagnosis pada trimester
kedua
 Sebagian besar kematian tersebut adalah hasil dari
malformasi kongenital dan hipoplasia pulmonal
sekunder sebelum kehamilan 22 minggu kehamilan
IDENTITAS PASIEN

Nama :Ny. Y

Umur : 36 tahun

Alamat : tanah badantuang

Pekerjaan : IRT

Tanggal Masuk : 9 desember 2019


KELUHAN UTAMA

 Seorang pasien datang ke ponek RSUD


M.Natsir Solok rujukan Sijunjung dengan
keluhan hamil lewat bulan dan tidak ada
dokter anastesi di Sijunjung
KELUHAN UTAMA

Riwayat Penyakit Sekarang

• Seorang pasien datang ke ponek RSUD M.Natsir


Solok rujukan Sijunjung dengan keluhan hamil lewat
bulan dan tidak ada dokter anastesi di Sijunjung
• Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari tidak ada
• Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan tidak
ada
• Keluar darah banyak dari kemaluan tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang

• HPHT : 20-02-2019
• TP : 27-11-2019
• ANC : pasien kontrol ke bidan sebanyak 4 kali,
yaitu pada kehamilan 3, 4, 5, dan 7 bulan. Pasien
tidak pernah kontrol ke Sp.OG.
• RHM : mual (+), muntah (+), perdarahan (-)
• RHT : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
• Gerak anak terasa sejak 3 bulan yang lalu, pada 1
Riwayat Menstruasi

• Menarche sejak usia 12 tahun, siklus haid 28 hari,


haid berlangsung 5-7 hari, ganti duk 2-3 kali/ hari,
nyeri haid (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat KB: tidak ada
• Riwayat kanker : tidak ada
• Riwayat hipertensi : tidak ada
• Riwayat penyakit paru : tidak ada
• Riwayat penyakit jantung : tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat kanker di sangkal


• Riwayat Hipertensi di sangkal
• Riwayat Diabetes meilitus di sangkal

Riwayat Perkawinan

• Menikah tahun 2002

Riwayat kehamilan/abortus/persalinan : 3/0/3

• Anak pertama perempuan tahun 2003, cukup bulan , bidan, hidup


• Anak kedua perempuan tahun 2011, cukup bulan, bidan, hidup
• Anak ketiga sekarang

Riwayat Kebiasaan :

• merokok (-), minum kopi (-), minum alkohol (-)


Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : sedang


• Kesadaran : Composmentis Cooperative

Vital Sign

• Tekanan Darah : 130/ 80 mmHg


• Frekuensi Nadi : 74/menit
• Frekuensi Nafas : 20x/menit
• Suhu Tubuh (Aksila) : 37,0oC
Status Generalisata

• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera iktarik (-/-)


• Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks

• Inspeksi: Pengembangan paru kiri dan kanan sama dalam keadaan statis dan dinamis.
• Palpasi : Taktil Fremitus kiri dan kanan sama
• Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
• Auskultasi : Suara napas vesikular, wheezing(-/-), rhonki (-/-)

Paru
Jantung

• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat di linea midclavicularis sinistra RIC V


• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba di RIC V di linea midclavicularis sinistra
• Perkusi : dalam batas normal
• Auskultasi : Irama reguler , dalam batas normal

Ekstremitas

• Atas : Kulit hangat (+), oedema (-), CRT <2'


• Bawah : Akral hangat, oedem (-), CRT <2'
STATUS OBSTETRIK

Wajah : cloasma gravidarum


• Inspeksi : Perut sedikit membuncit sesuai
usia kehamilan postterem, linea mediana
hiperpigmentasi (-), sikatrik (-)
Mammae : tampak membesar (+) areola mammae
hiperpigmentasi (+)

Abdomen :
Palpasi :
 L1 : Fundus Uteri teraba 3 jari dibawah processus xypoideus,
teraba massa besar lunak noduler
 L2 : Teraba tahanan terbesar sebelah kiri dan bagian kecil
sebelah kanan
 L3 : Teraba massa besar keras , tidak terfiksir
 L4 : tidak dilakukan

TFU :32 cm TBA : 3255gr


His : -
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : Bising usus (+), N
DJJ 145 -150 x / menit

Genitalia :
 Inspeksi : V/U: tenang , PPV (-)
 VT : Pembukaan (-)
ketuban (+)
portio tebal,
Pemeriksaan Penunjang :

• Hb : 12,1 g/dl
• Ht : 33,8%
• Leukosit : 10300 mm3
• Trombosit : 272000mm3
• HbsAg : non reaktif
• HIV : non reaktif
USG ( SENIN,9 DESEMBER 2019) JAM
11.59
Kesan hasil USG :

 Gravid 42-43 minggu sesuai biometri


 Oligohidramnion berat

 Aktivitas gerak janin terbatas

 Janin hidup tunggal intrauterin


Diagnosa:

• G3P2A0H2 gravid postterem 42-43 mg + oligohidramnion berat + letak


obliq

Rencana

• SC
Tindakan operasi ( senin 9 desember 2019 )
 Pasien tidur telentang diatas meja operasi dalam spinal
anastesi
 Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik

 Dipasang duk steril untuk memperkecil lapangan


operasi
 Dilakukan insisi kulit secara bertahap

 Insisi dilakukan mulai dari subkutan, fascia , otot,


sampai menembus peritonium
 Setelah peritonium dibuka, tampak uterus sesuai
lokasi dan luas
 Dilakukan insisi semilunar pada SBR
 Bayi dilahirkan dengan meliksir kepala bayi
 Lahir bayi ,

 BB: 3615 gr jenis kelamin: laki-laki


 PB ; 51 cm A/S : 7/8
 Plasenta dilahirkan dengan sedikit tarikan ringan pada
tali pusat
 Uterus dijahit 2 lapis

 Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis

 Perdarahan selama tindakan ± 300 cc


BAB IV
KESIMPULAN
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air
ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Untuk bisa mengukur jumlah cairan melalui beberapa
metode, yang paling sering adalah melalui indeks cairan
ketuban (Amniotic Fluid Index/AFI), atau SDP ( Single
Deepest Pocket ) < 2 cm. Pada pasien ini didapatkan
SDP 0,7 cm yang menandakan sudah terjadi
oligohidramnion. Jika volume cairan kurang dari 500 ml
pada usia kehamilan 42-43 minggu, maka akan dicurigai
mengalami oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi
selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah
saat trimester ketiga.
Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau
pasti apa penyebabnya.namun ada beberapa hal yang
mungkin bisa menyebabkan oligohidramnion ini salah
satunya yaitu kehamilan posterem. Penyebab
oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat
bawaan janin dan bocornya kantung/ membran cairan
ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar
7% bayi dari wanita yang mengalami
oligohydramnion mengalami cacat bawaan, seperti
gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah
urin yang diproduksi janin berkurang
 Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan
ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para
dokter akan mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di
dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan
nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic
fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu
tersebut didiagnosa mengalami oligohydramnion.
 Supaya volume cairan ketuban kembali normal, dokter
umumnya menganjurkan ibu hamil untuk menjalani pola hidup
sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang.
 

Anda mungkin juga menyukai