Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

DI RUANG VK (Verlos Kamer/Kamar Bersalin) RSUD dr. ABDOER RAHEM


SITUBONDO

Disusun Oleh:
Riska Tamara
NIM. 21101084

PRODI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Hipertensi dalam Kehamilan


1. Pengertian Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan dimana
tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastol diatas 90 mmHg atau
adanya peningkatan tekanan sisstolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang
mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
(Reeder dkk, 2011).

Hipertensi dalam kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan sistolik


≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan
2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaikan tekanan darah diastolik ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi
sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan :


a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai
12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu
kehamilan disertai dengan proteinuria.
c. Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang
sampai dengan koma.
d. Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi
kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik
disertai proteinuria.

Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang timbul pada


kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
e. menghilang setelah 3 bulan pascapersalin atau kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria (prawirohardjo, 2013).

2. Etiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam kehamilan
belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko yang
menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor
risiko.
Beberapa faktor risiko sebagai berikut :

a. Primigravida, primipaternitas

b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel,


diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur

d. riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia

e. penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum


hamil
f. obesitas

3. Penatalaksanaan
Menurut Manuaba dkk (2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang
dapatdilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Hipertensi ringanKondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi
nasehat untukmenurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari
dengan posisi miring.Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi
peningkatan darah venauntuk meningkatkan peredaran darah menuju jantung
dan plasenta sehinggamenurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan
darah, meningkatkan alirandarah menuju ginjal dan meningkatkan produksi
urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki
bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan
mata makin kabur.
b. .Hipertensi BeratDalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat
dengan tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan
untuk menghindarikejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik,
pemberian infus dekstrosa5%, dan pemberian antasida.
c. Hipertensi kronisPengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit
untuk evaluasimenyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur,
pemeriksaankardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga
dijelaskanoleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo (2013),
beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah
baring.
b. Hindari kafein, merkok, dan alkohol
c. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi
makananyang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, danrendah lemak.
d. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu
minimal 4kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan
hipertensi dianjurkanuntuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih
sering, terutama selamatrimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan
setiap 2 minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian
menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
e. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan
USG.
f. Pembatasan aktivitas fisik
g. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan,karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat
menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi janin.
Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan diberikan sebagai tindakan
sementara. Terapi anti hipertensidengan agen farmakologi memiliki tujuan
untuk mengurangi tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja ventrikel
kiri, meningkatkan aliran darah keuterus dan sisitem ginjal serta mengurangi
resiko cedera serebrovaskular.V.

4. Patofisiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan
terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :
a. teori kelainan vaskularisasi plasenta
kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh
darah tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis dan artrei basalis memberi cabang
arteri spiralis.

Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot


arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut
sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki
jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan
dilatasi. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada
daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak
dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin
pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan
remodeling arteri spiralis.

Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-


sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks
sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras
sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami
distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami
vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis.
Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan
iskemia plasenta.

b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel


Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut
akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah radikal
hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel
pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran
sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi
peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan merusak
membran sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel.

Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam


aliran darah dan akan merusak membran sel endotel. Akibat sel
endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel
endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel.

Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi


endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi
untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu,
disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut akan
mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini
menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester
kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecendrungan terjadi
pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi helper sel yang lebih
rendah bila dibanding pada normotensif.

d. Teori adaptasi kardiovaskuler


Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi
hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan
kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter
pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh
darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor.

e. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah
terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak
perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya
8% anak menantu mengalami preeklampsia.
f. Teori defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya
seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan
lain-lain.
g. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam
sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses
inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam
kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik
trofoblas, akibar reaksi steress oksidatif.

Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang


timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia
terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan
produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas. Makin banyak
sel trofoblas plasenta maka reaksi stress oksidatif makin meningkat,
sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan
ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh
lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan
normal(Prawirohardjo, 2013).

Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan


membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan terganggunya
fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan
ini disebut dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi disfungsi sel
endotel, maka akan terjadi beberapa gangguan dalam tubuh,
diantaranya adalah :
1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi
sel endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu
menurunnya produksi prostasiklin (PGE2) yang merupakan
suatu fasodilator kuat.
2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu
endotelin. Kadar NO (vasodilator) menurun, sedangkan
endotelin (vasokonstriktor) meningkat.
5. Peningkatan vaktor koagulasi
6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempat-
tempat di lapisan endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya
agresi trombosit akan memproduksi tromboksan (TXA2) yang
mana tromboksan tersebut merupakan suatu vasokonstriktor kuat.
Ibu hamil yang mengalami hipertensi akan terjadi perbandingan
kadar tromboksan (vasokonstriktor kuat) lebih tinggi dari pada
prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga menyebabkan pembuluh
darah cendrung mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kenaikan
tekanan darah.

Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan


terjadi karena adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan
kerusakan pembuluh darah merupakan karakteristik terjadinya
hipertensi dalam kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu karena adanya
segmen yang menyempit dan melebar yang berselang-seling. Kerja
vasospastik tersebut merusak pembuluh darah akibat adanya penurunan
suplai darah dan penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya
pelebaran. Apabila terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah,
trombosit, fibrinogen, dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam
interendotelium. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
peningkatan permeabilitas albumin, dan akan mengakibatkan
perpindahan cairan dari ruang intravaskuler ke ruang ekstravaskuler
yang terlihat secara klinis sebagai edema (Reeder, 2011).

4. Manifestasi Klinis
Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi
dalam kehamilan adalah sebagai berikut :
Gejala yang timbul akan beragam, sesuai dengan tingkat PIH dan organ
yang dipengaruhi.
1) Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk
dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran
prematur.
2) Mengalami hipertensi diberbagai level.
3) Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4) Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper
refleksia mungkin akan terjadi.
5) Berpotensi gagal hati.
6) kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
7) meningkatnya enzim hati.
8) jumlah trombosit menurun.
Perubahan Sistem dan Organ pada Preeklampsia
a. Volume plasma
Volume plasma pada kehamilan normal akan meningkat dengan
bermakna guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Sebaliknya
pada preeklampsia terjadi penurunan volume plasma antara 30-40%
dibanding hamil normal disebut hipovolemia. Hipovolemia diimbangi
dengan vasokonstriksi, sehingga terjadi hipertensi.
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan tanda terpenting dalam menegakkan diagnosis
hipertensi dalam kehamilan. Tekanan diastolik menggambarkan
resistensi perifer, sedangkan tekanan sistolik menggambarkan besaran
curah jantung.Peningkatan reaktivitas vaskuler pada preeklampsia
terjadi pada umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi dideteksi
umumnya pada trimester II.

Fungsi ginjal
1) Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh hal-hal berikut :
a) Menurunnya aliran darah ke ginjal akibat hipovolemia,
sehingga terjadi oliguria, bahkan anuria
b) Kerusakan sel glomerulus mengakibatkan meningkatnya
permeabilitas membran basalis sehingga terjadi kebocoran dan
mengakibatkan terjadinya proteinuria.
c) Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila
sebagian besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka
terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat irreversibel.
d) Dapat terjadi kerusakan intrinsik jaringan ginjal akibat
vasopasme pembuluh darah.

2) Proteinuria
Proteinuria merupakan syarat untuk diagnosis preeklampsia, tetapi
proteinuria umumnya timbul jauh pada akhir kehamilan, sehingga
sering dijumpai preeklampsia tanpa proteinuria, karena janin sudah
lahir lebih dulu. Pengukuran protein dapat dilakukan dengan urin
dipstik, yaitu 100 mg/l atau +1, sekurang-kurangnya diperiksa dua
kali urin acak selang 6 jam dan bisa juga dengan pengumpulan
proteinuria dalam 24 jam. Dianggap patologis bila besaran
proteinuria ≥ 300 mg/ 24 jam.

3) Asam urat serum


Umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Keadaan ini disebabkan oleh
hipovolemia yang menimbulkan menurunnya aliran darah filtrasi
aliran darah, sehingga menurunnya sekresi asam urat. Peningkatan
asam urat terjadi karena iskemia jaringan.

4) Kreatinin
Kadar kreatinin serum pada preeklampsia juga meningkat, hal ini
disebabkan oleh hipovolemia, maka aliran darah ginjal menurun,

mengakibatkan menurunnya filtrasi glomerulus, sehingga


menurunnya sekresi kreatinin, disertai peningkatan kreatinin
plasma.
5) Oliguria dan anuria
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran
darah ke ginjal menurun yang mengakibatkan produksi urin
menurun (oliguria), bahkan dapat terjadi anuria.
c. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Sama halnya
dengan preeklampsia kadar elektrolit normal sama dengan hamil
normal, kecuali jika diberi diuretikum banyak, restriksi konsumsi garam
atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat anti diuretik.
Preeklampsia berat yang mengalami hipoksia dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan asam basa. Kadar natrium dan kalium pada
preeklampsia sama dengan kadar hamil normal, yaitu sama dengan
proporsi jumlah air dalam tubuh.
d. Viskositas darah
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:
fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah
meningkat, mengakibatkan meningkatnya resistensi perifer dan
menurunnya aliran darah ke organ.
e. Hematokrit
Terjadi peningkatan hematokrit pada ibu hamil dengan hipertensi
karena hipovolemia yang menggambarkan beratnya preeklampsia.
f. Edema
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel
kapiler. Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada
muka, dan tangan atau edema generalista, dan biasanya disertai dengan
kenaikan berat badan yang cepat.
g. Neurologik
Perubahan dapat berupa : Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak, sehingga
menimbulkan vasogenik edema.
1) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi
gangguan visus, dapat berupa: pandangan kabur, skotomata,
amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio
retina.
2) Kejang eklamptik, penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
Faktor-faktor yang menyebabkan kejang eklamptik yaitu edema
serebri, vasopasme serebri, dan iskemia serebri.
3) Perdarahan intrakranial juga dapat terjadi pada PEB dan eklampsia.
(Prawirohardjo, 2013).

5. Pemeriksaan diagnostik
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan
protein.
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit
abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
Penatalaksanaan
Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat
untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari
dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior,
terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran darah
menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta,
menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal
dan meningkatkan produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera
berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat (edema), kepala
pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin kabur.

b. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan
tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan
untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian
diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.

c. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk
evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur,
pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi
paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga
dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan
Prawirohardjo (2013), beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam
kehamilan diantaranya :
a. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan
tirah baring.

b. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.


c. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang mengandung cukup protein, rendah
karbohidrat, garam secukupnya, dan rendah lemak.
d. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur,
yaitu minimal 4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu
hamil dengan hipertensi dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan yang lebih sering, terutama selama
trimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2
minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian
menjadi sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
e. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin
dengan USG.
f. Pembatasan aktivitas fisik.
g. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak
diharuskan, karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan
dapat menurunkan perfusi plasenta dan memiliki efek yang
merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi berat, obat-obatan
diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti hipertensi
dengan agen farmakologi memiliki tujuan untuk mengurangi
tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja ventrikel kiri,
meningkatkan aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal serta
mengurangi resiko cedera serebrovaskular.

6. Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam
kehamilan pada ibu dan janin.
Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta
d. Kelainan ginjal
e. Perdarahan subkapsula hepar
f. Kelainan pembekuan darah
g. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platellet count).
h. Ablasio retina.
Pada janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Hiperensi dalam Kehamilan


1. Pengkajian
a. Anamnesa
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan
meliputi :
1) Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur,
pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
2) Data Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal,
terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi
gangguan visus, mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa
terjadi gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan
ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat
badan 1 kg/ minggu.
b) Riwayat kesehatan Dahulu:
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita
penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan
ibu mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada

kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan


obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan
hipertensi dalam keluarga.
3) Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun
atau di atas 35 tahun.

4) Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu
hamil primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa dan semakin semakin tuanya usia kehamilan
(Prawirohardjo, 2013).

b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
mengalami kelemahan.
TD : Pada ibu hamil dengan hipertensi akan ditemukan
tekanan darah darah sistol diatas 140 mmHg dan
diastol diatas 90 mmHg.
Nadi : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan denyut nadi yang meningkat, bahkan
pada ibu yang mengalami eklampsia akan
ditemukan nadi yang semakin cepat.
Nafas : Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemuksn nafas pendek, dan pada ibu yang
mengalami eklampsia akan terdengar bunyi nafas
yang berisik dan ngorok.
Suhu : Ibu hamil yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan biasanya tidak ada gangguan pada
suhunya, tetapi jika ibu hamil tersebut mengalami
eklampsia maka akan terjadi peningkatan suhu.
BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan
lebih dari 0,5 kg/minggu, dan pada ibu hamil yang
mengalami preeklampsia akan terjadi peningkatan
BB lebih dari 1 kg/minggu atau sebanyak 3 kg
dalam 1 bulan
Kepala : Biasanya ibu hamil akan ditemukan kepala yang
berketombe dan kurang bersih dan pada ibu hamil
dengan hipertensi akan mengalami sakit kepala.
Wajah : Biasanya pada ibu hamil yang mengalami
preklampsia/eklampsia wajah tampak edema.
Mata : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
ditemukan konjungtivasub anemis, dan bisa juga
ditemukan edema pada palvebra. Pada ibu hamil
yang mengalami preeklampsia atau eklampsia
biasanya akan terjadi gangguan penglihat yaitu
penglihatan kabur.
Hidung : Biasanya pada ibu hamil tidak ditemukan
gangguan
Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir lembab
Mulut : Biasanya terjadi pembengkakan vaskuler pada
gusi, menyebabkan kondisi gusi menjadi
hiperemik dan lunak, sehingga gusi bisa
mengalami pembengkakan dan perdarahan
Leher : Biasanya akan ditemukan pembesaran pada
kelenjer tiroid
Thorax :
1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema
paru dan napas pendek
2) jantung : Pada ibu hamil biasanya akan terjadi palpitasi
jantung, pada ibu yang mengalami hipertensi
dalam kehamilan,khususnya pada ibu yang
mengalami preeklampsia beratakan terjadi
dekompensasi jantung.
Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar,
lebih padat dan lebih keras, puting menonjol dan
areola menghitam dan membesar dari 3 cm
menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan pembuluh
darah menjadi lebih terlihat.
Abdomen :Pada ibu hamil akan ditemukan umbilikus
menonjol keluar, danmembentuk suatu area
berwarna gelap di dimding abdomen, serta
akanditemukan linea alba dan linea nigra. Pada ibu
hamil dengan hipertensibiasanya akan ditemukan
nyeri pada daerah epigastrum, dan akanterjadi
anoreksia, mual dan muntah
Pemeriksaan janin : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa terjadi
bunnyi jantung janin yang tidak teratur dan
gerakan janin yang melemah (Mitayani, 2011).
Ekstermitas : Pada ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan bisa ditemukan edema pada kaki dan
tangan juga pada jari-jari.
Sistem persarafan : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi bisa
ditemukan hiper refleksia, klonus pada kaki
Genitourinaria : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan
didapatkan oliguria dan proteinuria, yaitu pada ibu
hami dengan preeklampsia (Reeder, 2011;
Mitayani, 2011).

c. Pemeriksaan Penunjang
Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang
hipertensi dalam kehamilan yang dapat dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr%)
2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450
ribu/mm3 b) Urinalisis
Untuk menentukan apakah ibu hamil dengan hipertensi tersebut
mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi
ringan tidak ditemukan protein dalam urin.

c) Pemeriksaan fungsi hati


1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)
2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N:
15-45 u/ml).
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
(N: < 31 u/l).
6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).

d) Tes kimia darah


Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).
2. Radiologi
a) Ultrasonografi : bisa ditemukan retardasi pertumbuhan janin
intrauterus, pernapasan intrauterus lambat, aktivitas janin
lambat, dan volume cairan ketuban sedikit
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
3. Data sosial ekonomi
Hipertensi pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita
dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang
mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan juga
melakukan perawatan antenatal yang teratur.
4. Data Psikologis
Biasanya ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan
berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu merasa
khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan janin dalam
kandungannya, dia takut anaknya nanti lahir cacat ataupun
meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan
(Prawihardjo, 2013).

2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ibu hamil dengan

hipertensi menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010); Reeder dkk (2011),

dan telah disesuaikan dengan buku SDKI (2017) adalah:

a. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)

b. Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)

c. Nyeri Akut (D.0077)

d. Intoleran Aktifitas (D.0056)

e. Ansietas (D.0080)

No Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi


Keperawatan
1 Pola nafas Pola Nafas (L.01004) ManajemenJalanNafas (I.01011)
tidak efektif Setelah dilakukan Observasi
(SDKI, tindakankeperawatan a. Monitor pola napas (frekuensi,usaha
D.0005) selama 3 kali napas)
pertemuan diharapkan b. Monitor bunyi napas
pola nafas membaik, tambahan(mis.Gurgling,mengi,whee
dengan kriteria hasil : zing, ronkhi kering)
1. Ventilasi semenit c. Monitor sputum (jumlah, warna,
meningkat aroma)
2. Tekanan Terapeutik
ekspirasi a. Posisikan semi-fowler atau fowler
meningkat b. Berikan minum hangat
3. Tekanan c. Lakukan fisioterapi dada
inspirasi jika perlu
meningkat d. Berikan oksigen, jika perlu
4. Penggunaan otot Edukasi
bantu nafas a. Anjurkan asupan cairan 2000
menurun ml/hari, jika tidak kontraindikasi
5. Frekuensi napas b. Ajarkan teknik batuk efektif
membaik, dan Kolaborasi
6. Kedalaman napas a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
membaik. (SLKI, eksprektoran, mukolitik, jika
L.01004) perlu.
(SIKI, I01011)

2 Perfusi Perfusiperir Perawatan Sirkulasi (I.02079)


perifer tidak (L.02011) Observasi
efektif (SDKI, Setelah dilakukan a. Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi
D.0009) tindakan keperawatan perifer, edema, pengisian kapiler,
selama 3 kali warna, suhu, ankle-brachial
pertemuan diharapkan index)
perfusi perifer b. Identifikasi faktor risiko gangguan
meningkat dengan sirkulasi (mis. diabetes, perokok,
kriteria hasil : orang tua, hipertensi, dan kadar
1. Denyut nadi kolesterol tinggi)
perifer meningkat c. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
2. Warna kulit pucat atau bengkak pada ekstremitas.
menurun Terapeutik
3. Edema a. Hindari pemasangan infus atau
perifer menurun pemasangan pengambilan darah di
4. Nyeri ekstremitas area keterbatasan perfusi
menurun b. Hindari pengukuran tekanan darah
5. Pengisian kapiler pada ekstremitas dengan
membaik keterbatasan perfusi
6. Turgor kulit c. Lakukan perawatan kaki dan kuku
membaik d. Lakukan hidrasi
7. Tekanan darah Edukasi
sistolikdan a. Anjurkan untuk menggunakan
diastolik obat penurun tekanan darah,
membaik antikoagulan, dan penurunkolesterol, jika
(SLKI, L.02001) perlu
b. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
c. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat (mis.
Melembabkan kulit kering pada
kaki)
d. Informasikan tanda gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. Rasa
sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
(SIKI, I.02079)

3 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)


(SDKI, (L.08066) Observasi
D.0077) Setelah dilakukan a. Identifikasi skala nyeri
tindakan keparawatan b. Identifikasi lokasi, karakteristik,
selama 3 kali durasi, frekuensi,kualitas, intensitas
pertemuan diharapkan nyeri.
tingkat nyeri menurun, c. Identifikasi faktor yang
dengan kriteria hasil : memperberat dan
1. Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun d. Monitor keberhasilan terapi
2. Gelisahm menurun komplementer yang telah diberikan
3. Meringis menurun e. Monitor efek samping penggunaan
4. Kesulitan tidur analgetik
menurun Terapeutik
5. Frekuensi nadi a. Berikan teknik nonfarmakologis
membaik untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
6. Pola napas hipnosis, terapi musik, aromaterapi,
membaik kompres hangat/dingin
7. Tekanan darah b. Kontrol lingkungan yang
membaik memperberat nyeri (mis. Suhu
(SLKI, L.08066) ruangan,pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
a. Jelaskan strate meredakan nyeri
b. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
c. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
d. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu
(SIKI, I.08238)

4 Intoleransi Toleransi Manajemen Energi (I.05178)


aktivitas Aktivitas Observasi
(SDKI, (L.05047) a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
D.0056) Setelah dilakukan yang mengakibatkan kelelahan
tindakan keperawatan b. Monitor pola dan jam tidur
selama 3 kali c. Monitor lokasi dan
pertemuan diharapkan ketidaknyamanan selama melakukan
toleransi aktivitas aktivitas
meningkat, dengan Terapeutik
kriteria hasil : a. Sediakan lingkungan nyaman
1. Kemudahan dan rendah stimulus (mis. cahaya
melakukan suara, kunjungan)
aktivitas sehari- b. Berikan aktivitas distraksi yang
hari meningkat menenangkan
2. Frekuensi Edukasi
nadi meningkat a. Anjurkan tirah baring
3. Keluhan b. Anjurkan melakukan aktivitas
lelah menurun secara bertahap
4. Perasaan c. Ajarkan strategi koping untuk
lemah menurun mengurangi kelelahan
(SLKI, L.05047) Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
(SIKI, I.05178)

5 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)


(SDKI, (L.09093) Observasi
D.0080) Setelah dilakukan
tindakan keperawatan a. Identifikasi saat tingkat ansietas
selama 3 kali berubah (mis. Kondisi, waktu,
pertemuan diharapkan stressor)
tingkat ansietas b. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun, dengan (verbal dan nonverbal)
kriteria hasil : Terapeutik
1. Verbalisasi a. Ciptakan suasana terapeutik untuk
khawatir akibat menumbuhkan kepercayaan
kondisi yang b. Dengarkan dengan penuh perhatian
dihadapi menurun c. Pahami situasi yang membuat
2. Perilaku gelisah ansietas
menurun d. Diskusi perencanaan realistis tentang
3. Keluhan pusing peristiwa yang akan datang
menurun Edukasi
4. Anoreksia menurun a. Anjurkan mengungkapkan perasaan
5. Konsentrasi dan persepsi
membaik b. Latih kegiatan pengalihan untuk
6. Pola tidur membaik mengurangi ketegangan
7. Kontak mata c. Latih teknik relaksasi
membaik (SLKI, Kolaborasi
L.09093) a. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
(SIKI, I.09314

6 Defisit Tingkat Edukasi Kesehatan (I.12383)


pengetahuan Pengetahuan Observasi
(SDKI, (L.12111) a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
D.0111) Setelah dilakukan menerima informasi
tindakan keparawatan Terapeutik
selama kali pertemuan a. Sediakan materi dan media
diharapkan tingkat pendidikan kesehatan
pengetahuan (SIKI, I.12383)
meningkat, dengan
kriteria hasil :
1. Perilaku sesuai
anjuran
meningkat
2. Verbalisasi minat
dalam
belajar meningkat
Kemampuan
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu topik
meningkat
4. Pertanyaan tentang
masalah yang
dihadapi menurun
3. (SLKI, L.12111)
7 Inkontinensia Kontinensia Latihan Otot Panggul (I.07215)
urin stres urin (L.04036) Observasi
(SDKI, Setelah dilakukan a. Monitor pengeluaran urin
D.0046) tindakan keperawatan Terapeutik
selama 3 kali a. Berikan reinforcement positif selama
pertemuan melakukan latihan dengan benar
diharapkan Edukasi
kontinensia urin a. Ajarkan
membaik dengan mengkontraksikan sekitar otot uretra
kriteria hasil : dan anus seperti menahan
1. Dribbling BAB/BAK selama 5 detik kemudian
menurun dikendurkan dan direlaksasikan
2. Verbalisasi dengan siklus 10 kali.
pengeluaran urin b. Ajarkan mengevaluasi latihan yang
tidak tuntas dilakukan dengan cara
menurun menghentikan urin sesaat saat BAK
3. Frekuensi setelah 3 hari
berkemih Kolaborasi
membaik a. Kolaborasi rehabilitasi medik untuk
(SLKI, hal. 53) mengukur kekuatan kontraksi otot
dasar panggul, jika perlu
(SIKI, hal.145)

a. Implementasi

Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan,

pengolahan dan tahap perwujudan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan. Implementasi ini terdiri dari tindakan


mandiri, kolaborasi, dan tindakan rujukan (Bararah dan Jauhar, 2013).

Pelaksaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah &

Walid, 2016)

b. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses

keperawatan. Tahap ini penting dilakukan untuk menentukan adanya

perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Potter & Perry, 2009).

Evaluasi keperawatan adalah evaluasi yang dicatat disesuaikan

dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari

dua tingkat yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif

yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadap tujuan, dengan kata lain,

bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan

atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau disebut juga

dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera

timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Format evaluasi yang

digunakan adalah SOAP. S: Subjective yaitu pernyataan atau keluhan

dari pasien, O: Objective yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau

keluarga, A: Analisis yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif, P:

Planning yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan

analisis(Nurhaeni,2013).
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Yulrina., Dkk. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar


Kebidanan I Cetakan 1 (Ed. 1). Yogyakarta: Deepublish

Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC


Atoilah, Elang Muhammad. & Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien
dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media
Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th.
Indonesian edition. ISBN Indonesia: CV Mocomedia and is Published
by Arrangement With Elsevier Inc
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2015.
Padang : Dinas Kesehatan Kota Padang.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2016. Laporan Tahunan Tahun 2016.
Padang : Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
Hamdi, Asep Saepul & Baharudin E. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif
Aplikasi dalam Pendidikan.Yogyakarta: Deepublish
Hidayat, Aziz Alimul.2014.Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data.Jakarta: Salemba Medika
Johnson.2014.Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Rapha Publishing
Kemenkes RI. (2014).Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.Jakarta
Selatan.http://www.depkes.go.id.pdf. Diakses tanggal 9 Januari
Kristiyani, Sagung Desy. 2014. Laporan Kasus: Hipertensi dalam
Kehamilan.Http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 03 Juni
2017
Manuaba, Chandranita.dkk. 2013.Gawat Darurat Obstetri Ginekologi &
Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan . Jakarta : EGC

Mitayani.2011.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika


Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification(NOC),
5thIndonesian
Edition , ISBN Indonesia: CV Mocomedia and is Published by Arrangement
With Elsevier Inc

Anda mungkin juga menyukai