Anda di halaman 1dari 7

Resume Konsep Awal Penanganan Kegawatdaruratan

Resume ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Dosen Pengampu : Arum Lusiana, S.SiT, M.Keb

Oleh :
Vivi Nur Prasetyaningtyas
NIM P1337424520005
Punica

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN


PROFESI MAGELANG
JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2023
Pengertian
Kegawatdaruratan adalah situasi yang serius berbahaya terjadi secara tiba-tiba dan
membutuhkan tindakan segera untuk menyelamatkan jiwa atau nyawa 

Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang


terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan dan kelahiran. Kasus gawat
darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu janin dan bayi
baru lahir (Saifuddin, 2002). Masalah kedaruratan selama kehamilan dapat disebabkan oleh
komplikasi kehamilan spesifik atau penyakit medis atau bedah yang timbul secara bersamaan.
Penderita atau pasien gawat darurat adalah pasien yang perlu pertolongan tepat,
cermat, dan cepat untuk mencegah kematian/kecacatan. Ukuran keberhasilan dari
pertolongan ini adalah waktu tanggap (respon time) dari penolong. Pengertian lain dari
penderita gawat darurat adalah penderita yang bila tidak ditolong segera akan meninggal atau
menjadi cacat, sehingga diperlukan tindakan diagnosis dan penanggulangan segera. Karena
waktu yang terbatas tersebut, tindakan pertolongan harus dilakukan secara sistematis dengan
menempatkan prioritas pada fungsi vital sesuai dengan urutan ABC, yaitu :

A (Air Way) : yaitu membersihkan jalan nafas dan menjamin nafas bebas hambatan
B (Breathing) : yaitu menjamin ventilasi lancar
C (Circulation): yaitu melakukan pemantauan peredaran darah

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kegawatdaruratan pada Neonatus

Faktor tersebut antara lain, faktor kehamilan yaitu kehamilan kurang bulan, kehamilan
dengan penyakit DM, kehamilan dengan gawat janin, kehamilan dengan penyakit kronis ibu,
kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat dan infertilitas. Faktor lain adalah faktor
pada saat persalinan yaitu persalinan dengan infeksi intrapartum dan persalinan dengan
penggunaan obat sedative. Sedangkan faktor bayi yang menyebabkan kegawatdaruratan
neonatus adalah Skor apgar yang rendah, BBLR, bayi kurang bulan, berat lahir lebih dari
4000 gr, cacat bawaan, dan frekuensi pernafasan dengan 2x observasi lebih dari 60/menit.

Prinsip dasar penanganan gawat darurat


Dalam menangani kasus gawatdaruratan, penentuan masalah utama (diagnosis) dan tindakan
pertolongan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang (tidak panik), walaupun suasana
keluarga pasien ataupun pengantarannya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan
dengan cepat, tepat dan terarah (Maryunani A dan Eka P, 2013:1 - 3).

1) Menghormati pasien:
a) Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan
ekonominya.
b) Dalam hal ini petugas juga harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan konidisi
kegawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan kepribadian adalah wajar bagi setiap manusia
dan keluarga yang mengalaminya.
2) Kelembutan
a) Dalam melakukan penegakan diagnosis, setiap langkah harus dilakukan dengan penuh
kelembutan.
b) Dalam hal ini, termasuk dalam menjelaskan keadaan pasien bahwa rasa sakit atau kurang
enak badan tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan dan memberikan
pengobatan, tetapi prosedur itu akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang
enak itu di upayakan sedikit mungkin.
3) Komunikatif
a) Petugas kesehatan harus memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, tentunya dalam
bahasa dan kalimat yang mudah dimengerti, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai
norma kebudayaan setempat.
b) Menjelaskan kondisi yang sebenarnya pada paien sangatlah penting.
4) Hak pasien Hak – hak pasien harus dihormati, seperti penjelasan dalam pemberian
persetujuan tindakan (inform consent).
5) Dukungan keluarga Dukungan keluarga sangatlah penting bagi pasien. Oleh karena itu,
petugas kesehatan harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan
penjelasan kepada keluarga pasien tentang kondisi akhir pasien, peka akan masalah keluarga
yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan (finansial), keterbatasan transportasi, dan
sebagainya.

Cara mencegah kegawatdaruratan


Cara mencegah terjadinya kegawat daruratan adalah dengan melakukan perencanaan yang
baik, mengikuti panduan yang baik dan melakukan pemantauan yang terus menerus terhadap
ibu/klien.

Cara merespon kegawatdaruratan


Apabila terjadi kegawatdaruratan, anggota tim seharusnya mengetahui peran mereka dan
bagaimana tim seharusnya berfungsi untuk berespon terhadap kegawatdaruratan secara paling
efektif. Anggota tim seharusnya mengetahui situasi klinik dan diagnose medis, juga tindakan
yang harus dilakukannya. Selain itu juga harus memahami obat-obatan dan penggunaannya,
juga cara pemberian dan efek samping obat tersebut seharusnya mengetahui peralatan
emergensi dan dapat menjalankan atau memfungsikannya dengan baik.

Penilaian Kasus Gawat Darurat


Prinsip dasar
Penentuan permasalahan utama diagnosa dengan cepat, tepat, tenang, dan tidak panik.
Pengkajian awal kasus kegawatdaruratan kebidanan secara cepat
a. Jalan nafas dan pernafasan
Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit: adakah pucat,
suara paru: adakah weezhing, sirkulasi tanda tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110
kali/menit dan lemah), tekanan daarah (rendah, sistolik < 90 mmHg)
b. Perdarahan pervaginam
Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan,
riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang, bagaimana proses kelahiran placenta, kaji
kondisi vulva (jumlah darah yang keluar, placenta tertahan), uterus (adakah atonia uteri), dan
kondisi kandung kemih (apakah penuh).
c. Klien tidak sadar/kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa: tekanan darah
(tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38oC)
d. Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa temperatur (lebih
dari 39oC), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru (pernafasan dangkal), abdomen
(tegang), vulva (keluar cairan purulen), payudara bengkak.
e. Nyeri abdomen Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan
darah (rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit) temperatur (lebih
dari 38oC), uterus (status kehamilan).
f. Perhatikan tanda-tanda berikut : Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah,
pusing, sakit kepala, pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.

Dalam prinsip umum, petugas kesehatan dan pasien adalah sama –sama subjek, sebagai
mitra yang bekerja sama dalam menangani suatu kondisi suatu kasus kegawatdaruratan.

1. Stabilisasi pasien
Setelah kita mengenali kondisi kegawatdaruratan, lakukan stabilisasi keadaan pasien
sebelum melakukan rujukan. Elemen – elemen penting dalam stabilisasi pasien :
a. Menjamin kelancaran jalan nafas, pemulihan respirasi dan sirkulasi.
b. Menghentikan sumber perdarahan dan infeksi
c. Mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Mangatasi rasa nyeri atau gelisah

2. Terapi cairan
a. Antisipasi ini dilakukan pada tahap awal untuk persiapan jika kemudian hari
penambahan cairan di butuhkan.
b. Pemberian cairan ini harus di perhatikan baik jenis cairan banyaknya cairan yang
diberikan, kecepatan pemberian misalnya cairan yang sesuai dengan diagnosis.
c. Misalnya pemberian cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang pada
kasus syok hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda pada saat pemberian
cairan pada syok septik.

3. Resusitasi jantung paru (RJP)


a. Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernafasan
(bantuan nafas) dengan kompresi dada eksternal. RJP di gunakan ketika
seseorang mengalami henti jantung dan henti nafas.
b. Dalam melakukan RJP, sebagai seorang penolong harus:
1) Mempertahankan terbukanya jalan nafas (Airway=A)
2) Memberikan nafas untuk pasien (Breathing=B)
3) Mengusahakan kembalinya sirkulasi pasien (Circulation=c)
c. Dalam prinsip RJP selalu mengikutsertakan ABC:
1) Suatu pernafasan tidak ada akan efektif jika jalan nafas tidak terbuka.
2) Pernafasan buatan tidak efektif pula jika sirkulasi terhenti.
3) Darah yang bersikulasi tidak akan efektif, kecuali darah tersebut
teroksigenisasi.
4) Selalu di ingat jika perdarahan dapat mengganggu sirkulasi
5) Oleh karena itu jika seorang pasien kehilangan darah terlalu banyak maka
RJP yang dilakukan tidak efektif.
a. Pemantauan kandung kemih
1) Dalam pemantauan kandung kemih, sebaiknya menggunakan kateter
untuk mengukur banyaknya urin yang keluar guna menilai fungsi ginjal
dan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan.
2) Jika katerisasi tidak mungkin dilakukan, urin di tampung dan dicatat
kemungkinan terdapat peningkatan konsetrasi urin (urin berwarna gelap)
atau produksi urin berkurang sampai tidak ada urin sama sekali.
3) Jika produksi urin mula – mula rendah kemudian semakin bertambah, hal
ini menunjukan bahwa kondis pasien membaik.
4) Diharapkan produksi urin paling sedikit 100 ml/4 jam atau 30 ml/ jam.
b. Rujukan
1) Apabila fasilitas medik di tempat kasus diterima terbatas untuk
menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka kasus
harus di rujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap
2) Seharusnya sebelum kasus di rujuk, fasilitas kesehatan yang akan
menerima rujukan sudah di hubungi dan di beritahu terlebih dahulu
sehingga persiapan penanganan ataupun perawatan inap telah dilakukan
dan di yakini rujukan kasus tidak akan ditolak.

Dalam kegawatdaruratan, peran sebagai bidan antara lain:

1. Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat


2. Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa dengan :
a. Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi system respirasi dan sirkulasi
b. Menghentikan perdarahan
c. Mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Mengatasi nyeri dan kegelisahan
3. Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu:
a. Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
b. Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
c. Menyiapkan alat pelindung diri
d. Menyiapkan obat obatan emergensi

4. Memiliki ketrampilan klinik, yaitu:


a. Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan yang berkesinambungan.
Peran organisasi sangat penting didalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk
meningkatkan keahlian
b. Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan ibu dan bayi baru
lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe motherhood, bonding attachment, inisiasi
menyusu dini dan lain lainnya.
Daftar Pustaka

1. Didien Ika Setyarini, M. K. (2019). Modul 1 Teori Asuhan Kebidanan


Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
2. Didien Ika Setyarini, M. K. (2019). Modul 2 Teori Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
3. Didien Ika Setyarini, M. K. (2019). Modul 3 Teori Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.
4. Kariyati, Fitriana. (2017). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Kehamilan Pada
Ny. S GIIIPIIA0 Umur 36 Tahun Usia Kehamilan 9 Minggu Abortus Inkompletus
Dengan Anemia Di Rsud K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang
5. Rosdianah, S. ST., M. Keb, dkk. (2019). Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternal
Dan Neonatal.

Anda mungkin juga menyukai