“HIPERTIROID”
PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
LEMBAR DIAJUKAN
“HIPERTIROID”
Nama :
Yoki Oktavani
NIM: 030.13.213
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala
limpahan rahmat, kasih sayang dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat ini yang berjudul ”Hipertiroid”. Referat ini disusun untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik departemen Penyakit Dalam Studi Pendidikan Dokter Universitas
Trisakti di Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal
Dengan selesainya referat ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu meyelesaikan referat ini terutama
kepada:
1. dr. Nurmilawati, Sp.PD, KEMD, FINASIM selaku pembimbing yang telah
memberi masukan dan saran dalam penyusunan referat.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ini ditemukan pada 0,6% wanita dan 0,2% pria di seluruh
populasi dengan insiden munculnya kasus pertahun sebanyak dua puluh orang
penderita tiap satu juta populasi. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat
pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa
prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid
terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun.2
1
dengan diabetes melitus tipe-1. Remisi dan kekambuhan yang tinggi merupakan
masalah PG bergantung dari usia pasien, derajat tirotoksikosis saat diagnosis,
respons terapi awal, dan kadar TRAb (Thyrotropin receptor antibodies). 4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Anatomi
Glandula thyroidea berasal dari ductus thyroglossus, dimana dalam
perkembangannya akan menghilang dan sisanya pada bagian atas sebagai
foramen caecum linguae sedang bagian bawah adalah glandula thyroidea.
Kelenjar ini adalah satu-satunya kelenjar yang paling dini tumbuh.5,6
3
Kelenjar ini terletak di leher depan, berbentuk seperti huruh H, bagian
vertikal merupakan lobi sedang bagian horizontal merupakan isthmus
glandula thyroidea. Berada setinggi VC5-VT1, menutupi bagian atas trakea,
sedang masing-masing lobus meluas dari pertengahan cartilago thyroidea
sampai cartilago trachealis 4 atau 5, isthmus membentang dari cartilago
trachealis 2-3.
Pada wanita kelenjar ini lebih besar dan semakin membesar pada
kehamilan serta menstruasi. Kadang kala dijumpai lobus ketiga pada linea
mediana dari isthmus ke cranial, disebut lobus pyramidalis. Kadangkala
dijumpai lobus jaringan fibrous atau fibromusculer (m.levator glandula) yang
berupa pita yang membentang dari corpus ossis hyoidei sampai istmus atau
lobus pyramidalis.
Kadang-kadang di sekitar lobus atau di atas isthmus dijumpai masa kecil
terpisah dari jaringan thyroid, disebut glandula thyroidea accesoria. Kelenjar
ini dibungkus oleh capsula propria (true capsula) dan capsula spuria (false
capsula).
4
Kelenjar thyroidea tersusun atas dua macam sel sekretorik, yaitu5,6:
a. Sel Folikel
a. Arteriae
• A.thyroidea superior, cabang pertama a.carotis eksterna.
• A.thyroidea inferior, cabang truncus thyrocervicalis
• Kadang-kadang dijumpai a.thyroidea ima cabang
a.anonyma/arcus aortae dan aa.thyroidea accesoria cabang
r.trachealis/r.oesophagealis.
b. Venae
• V.thyroidea superior, berakhir pada v.facialis/v.jugularis
intern
• V.thyroidea media, berakhir pada v.jugularis interna
• V.thyroidea inferior, berakhir pada`v.brachiocephalica
sinistra
• V.thyroidea quartana (Kocher) keluar di antara v.thyroidea
media dan inferior untuk berakhir pada v.jugularis interna.
c. Nervi
• Postganglioner symphatis dari ganglion cervicale medius,
dan sebagian dari ganglion cervicale superius dan inferius.
Innervasi bersifat vasosecresi.
5
• Preganglioner parasymphatis, berjalan dalam n.laryngeus
externus dan n.laryngeus reccurens. Innervasi bersifat
secremotorik.
d. Lymphe
2.3 Fisiologi
6
Hormon tiroid, dengan mekanisme umpan-balik negatif, “mematikan”
sekresi TSH, sementara thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari
hipothalamus secara tropik “menghidupkan” sekresi TSH oleh hipofisis
anterior. Pada sumbu hipothalamus-hipofisis- tiroid, inhibisi terutama
berlangsung di tingkat hipofisis anterior. Seperti lengkung umpan-balik
negatif lainnya, lengkung antara hormon tiroid dan TSH cenderung
mempertahankan stabilitas keluaran (sekresi) hormon tiroid.7
2.4 Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya hipertiroid adalah :
a. Penyakit Grave
7
Salah satu faktor risiko penyebab timbulnya Graves’ Disease
adalah HLA. Pada pasien Graves’ Disease ditemukan adanya perbedaan
urutan asam amino ke tujuh puluh empat pada rantai HLA-DRb1. Pada pasien
Graves’ Disease asam amino pada urutan ke tujuh puluh empat adalah
arginine, sedangkan umumnya pada orang normal, asam amino pada urutan
tersebut berupa glutamine.8
b. Toksik Adenoma
8
asupan iodine, dan riwayat terpapar radiasi.9
9
c. Toxic Multinodular Goiter
d. Hipertiroidisme Subklinis
e. Tiroiditis
10
• Tiroiditis subakut.
Kondisi ini berkembang akibat adanya
inflamasi pada kelenjar tiroid yang dapat
diakibatkan dari infeksi
virus atau bakteri.
2.5 Patogenesis
Penyebab hipertiroid biasanya adalah penyakit graves, goiter
toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroid, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hyperplasia
dan lipatan-lipatan sel-sel folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat
beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel
meningkat kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15
kali lebih besar daripada normal.12
11
Pada hipertiroid, konsentrasi TSH (Tyroid Stimulating Hormon)
plasma menurun, karenan ada sesuatu yang menyerupai TSH. Biasanya
bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid
Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang
sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang
aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroid konsentrasi TSH menurun, sedangkan
konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang
panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH
yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormone tiroid yang
disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh
kelenjar hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid dipaksa
mensekresikan hormone hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi
pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis
pasien yang sering berkeringat termasuk akibat dari sifat hormone tiroid yang
kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal.
Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme
ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15
x/detik. Takikardi atau nadi diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.12
12
Tiroiditis Penyakit Graves (Antibody Nodul tiroid toksik
reseptor TSH merangsang
aktivitas tiroid)
Hipertiroidisme
Resiko penurunan
curah jantung
13
b. Denyut nadi yang abnormal yang ditemukan pada saat istirahat dan
beraktivitas; yang diakibatkan peningkatan dari serum T3 dan T4
yang merangsang epinefrin dan mengakibatkan kinerja jantung
meningkat hingga mengakibatkan HR meningkat. Peningkatan
denyut nadi berkisar secara konstan antara 90 dan 160 kali per
menit, tekanan darah sistolik akan meningkat.
c. T i d a k t a h a n p a n a s d a n b e r k e r i n g a t b a n y a k d i a k i b a t k a n
k a r e n a p e n i n g k a t a n metabolisme tubuh yang meningkat maka akan
menghasilkan panas yang tinggi dari dalam tubuh sehingga apabila
terkena matahari lebih, klien tidak akan tahan akan panas.
d. Kulit penderita akan sering kemerahan (flusing) dengan warna ikan
salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak dan basah.
e. Adanya Tremor
f. Eksoftalmus yang diakibatkan dari penyakit graves, di mana
penyakit ini otot-otot yang menggerakkan mata tidak mampu berfungsi
sebagaimana mesti, sehingga sulit atau tidak mungkin
menggerakkan mata secara normal atau sulit
mengkoordinir gerakan mata akibatnya terjadi pandangan ganda,
kelopak mata tidak dapat menutup secara sempurna sehingga
menghasilkan ekspresi wajah seperti wajah terkejut.
g. Peningkatan selera makan namun mengalami penurunan berat badan
yang progresif dan mudah lelah.
h. Perubahan defekasi dengan konstipasi dan diare.
Spesifik untuk penyakit Graves terdapat manifestasi klinis Optalmopati
(50%) edema pretibial, kemosis, proptosis, diplopia, visus menurun, ulkus
korne Dermopati (0,5-4%), Akropaki (1%).
14
Tabel 1. Manifestasi Klinis Hipertiroid
yang diakibatkan oleh Grave’ Disease9
15
Indeks Wayne
Gejala Yang Baru Timbul Dan Atau Bertambah
No Nilai
Berat
1 Sesak saat kerja +1
2 Berdebar +2
3 Kelelahan +2
4 Suka udara panas -5
5 Suka udara dingin +5
6 Keringat berlebihan +3
7 Gugup +2
8 Nafsu makan naik +3
9 Nafsu makan turun -3
10 Berat badan naik -3
11 Berat badan turun +3
Menurut indeks Wayne dapat di diagnosis hipertiroid jika indeks melebihi 20.
16
NEW CASTLE INDEX
17
Gambar 5. Algoritma diagnosis Hipertiroid14
18
menyebabkan perubahan yang nyata pada kadar serum TSH. Sehingga
pemeriksaan serum TSH sensitivitas dan spesifisitas paling baik dari
pemeriksaan darah lainnya untuk menegakkan diagnosis gangguan tiroid.
Pada semua kasus hipertiroidisme (kecuali hipertiroidisme sekunder atau
yang disebabkan produksi TSH berlebihan) serum TSH akan sangat rendah
dan bahkan tidak terdeteksi (<0.01 mU/L). Hal ini bahkan dapat diamati pada
kasus hipertiroidisme ringan dengan nilai T4 dan T3 yang normal sehingga
pemeriksaan serum TSH direkomendasikan sebagai pemeriksaan standar
yang harus dilakukan.14
19
disebabkan pada pasien hipertiroidisme terutama Graves’ disease kadar TSH
ditemukan tetap rendah pada awal pemakaian obat anti tiroid sehingga untuk
melihat efektivitas terapi perlu dilakukan pemeriksaan kadar T4 bebas.
20
e. Scintiscanning
21
g. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC)
Pada pasien dengan nodul berukuran kecil yang tidak tampak atau
tidak teraba, maka FNAC perlu dilakukan dengan bantuan ultrasonography.
Selain itu penggunaan bantuan ultrasonography juga disarankan pada kondisi
pasien dengan multinodular goiter dan obesitas.14
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi
hormone tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat
antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi
subtotal).15
a. Obat antitiroid.
Digunakan dengan indikasi :
1) Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi
yang menetap,pada pasien muda dengan struma ringan sampai
sedang dan tirotoksikosis.
2) Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum
pengobatan, atau sesudah pengobatan pada pasien yang
mendapat yodium radioaktif.
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.
22
5) Pasien dengan krisis tiroid.
Obat diberi dalam dosis besar pada permulaan sampai eutiroidisme
lalu diberikan dosis rendah untuk mempertahankan eutiroidisme.15
23
Bahan mengandung Iodine Menghambat Persiapan
Kalium iodida keluarnya T4 dan tiroidektomi. Pada
Solusi Lugol T3. krisis tiroid bukan
Natrium Ipodat Menghambat T4 untuk penggunaan
Asam Iopanoat dan T3 serta rutin.
produksi T3
ekstratiroidal
Obat lainnya Menghambat Bukan indikasi
Kalium perklorat transport yodium, rutin pada subakut
Litium karbonat sintesis dan tiroiditis berat, dan
Glukokortikoids keluarnya krisis tiroid.
hormone.
Memperbaiki efek
hormone di
jaringan dan sifat
imunologis
Tabel 5. Efek berbagai obat yang digunakan dalam pengelolahan
tirotoksikosis.15
24
c. Tindakan Operatif
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme.
Indikasi operasi adalah:
1) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat
antitiroid dosis besar.
2) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons
terhadap obat antitiroid.
3) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima
yodium radioaktif.
4) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik.
5) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau
lebih.
25
lebih sistem organ. Hingga kini, patogenesisnya belum jelas: free-hormon
meningkat, naiknya free-hormon mendadak, efek T3 pasca transkripsi,
meningkatnya kepekaan sel sasaran dan sebagainya. Faktor risiko krisis
tiroid: surgical crisis (persiapan operasi yang kurang baik, belum eutiroid),
medical crisis (stres apapun, fisik serta psikologik, infeksi, dan sebagainya).16
Kecurigaan akan terjadi krisis apabila terdapat triage:
1. Menghebatnya tanda tirotoksikosis
2. Kesadaran menurun
3. Hipertermia
Apabila terdapat triad maka kita dapat meneruskan dengan
menggunakan skor indeks klinis krisis tiroid dari Burch-Wartosky. Skor
menekankan tiga gejala pokok : hipertermia, takikardia dan disfungsi
susunan saraf pusat. Pada kasus toksikosis pilih angka tertinggi, > 45 highly
suggestive, 25-44 suggestive of impending storm, di bawah 25 kemungkinan
kecil.16
Pengobatan harus segera diberikan, kalau mungkin dirawat
dibangsal dengan kontrol baik.
• Umum. Diberikan cairan untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit (NaCL
dan cairan lain) dan kalori (glukosa), vitamin, oksigen, kalau perlu obat
sedasi, kompres es.
• Mengoreksi hipertiroidisme dengan cepat:
a. Memblok sintesis hormon baru : PTU dosis besar (loading dose
600-1000 mg) diikuti dosis 200 mg PTU tiap 4 jam dengan dosis
sehari total 1000-1500 mg),
b. Memblok keluarnya cikal bakal hormon dengan solusio lugol (10
tetes setiap 6-8 jam) atau SSKI (larutan kalium yodium jenuh, 5
tetes setiap 6 jam). Apabila ada, berikan endoyodin (NaI) IV, kalau
tidak solusio lugol/SSKI tidak memadai,
c. Menghambat konversi perifer dari T4 à T3 dengan propanolol,
ipodat, penghambat beta dan/atau kortikosteroid.
26
• Pemberian hidrokortison dosis stres (100 mg tiap 8 jam atau
deksametason 2 mg tiap 6 jam). Rasional pemberiannya ialah karena
defisiensi steroid relatif akibat hipermetabolisme dan menghambat
konversi perifer T4.
• Untuk antipiretik digunakan asetaminofen, jangan aspirin (aspirin akan
melepas ikatan protein-hormon tiroid, hingga free-hormon meningkat).
• Apabila dibutuhkan, propanolol dapat digunakan, sebab disamping
mengurangi takikardia juga menghambat konversi T4 à T3 di perifer.
Dosis 20-40 mg tiap 6 jam.
• Mengobati faktor pencetus (misalnya infeksi). Respon pasien (klinis
dan membaiknya kesadaran) umumnya terlihat dalam 24 jam, meskipun
ada yang berlanjut hingga seminggu.16
Disfungsi pengaturan panas Disfungsi
Suhu 99-99,0 5 Kardiovaskuler
100-100,9 10 Takikardia 99-109 5
101-101,9 15 110-119 10
102-102,9 20 120-129 15
103-103,9 25 130-139 20
>104,0 30 >140 25
Efek pada susunan saraf pusat Gagal jantung
Tidak ada 0 Tidak ada 0
Ringan (agitasi) 10 Ringan (edema kaki) 5
Sedang (delirium, psikosis, letargi berat) 20 Sedang (ronki basah) 10
Berat (koma, kejang) 30 Berat (edema paru) 15
Disfungsi Gastrointestinal-Hepar Fibrilasi atrium
Tidak ada 0 Tidak ada 0
Ringa (diare, nausea/muntah, nyeri perut) 10 Ada 10
Berat (ikterus tanpa sebab yang jelas) 20 Riwayat pencetus
Negatif 0
Positif 10
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
10. Hoogendoorn EH, Heijer MD, Van Dijk APJ, Heirmus AR. Subclinical
Hyperthyroidsm: to Treat or Not to Treat. Postgrad Medical Journal.
2004;80:394-8.
11. McGrogan A, Seaman HE, Wright JW, de Vries CS. The Incidence Of
Autoimmune Thyroid Disease: A Systematic Review Of The Literature. Clin
Endocrinol (Oxf). 2008;69(5):687- 96.
14. Hetzel BS. An Overview of the Prevention and Control of Iodine Deficiency
Disorder. New York : Elsevier Science Publisher; 2005.
15. Semiardji, Gatut. Penyakit Kelenjar Tiroid: Gejala Diagnosis dan Pengobatan.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. hlm 1-37.
16. Utiger RD. The thyroid: physiology, thyro- toxicosis, hypothyroidism and the
pain- ful thyroid. In: Felig P, Baxter JD, Frohman LA, editors. Endocrinology
and Metabolism. 3rd ed. New York: McGraw Hill; 1995. p. 435-519.
30