Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN

ELIMINASI PADA PASIEN HEMOROID

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen pembimbing: Achlish Abdillah, SST,M.Kes.

Disusun oleh:

1. Yoga Jordan Marcelino (172303101013)


2. Frendy Situmorang (172303101019)
3. Arie Julita Prabandari (172303101027)
4. Agustin Izza Afkarina (172303101033)
5. Hesti Adi Safitri (172303101035)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

KAMPUS LUMAJANG 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat
dan petunjuk-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka melengkapi tugas
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Pada makalah ini kami akan membahas
mengenai Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Pada Pasien
Hemoroid” yang kami susun dari berbagai sumber.

Makalah ini di buat dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami lebih jauh
tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Pada Pasien
Hemoroid”. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih banyak kekurangan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
agar buku ini lebih sempurna dan dapat meningkatkan pembangunan bagipara pembaca.

Terimakasih dan semoga makalah ini memberikan manfaat positif bagi para pembaca
dan kita semua.

Penyusun

Lumajang, 11 September 2018

ii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB 1 ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan............................................................................................................................... 1

BAB II........................................................................................................................................ 2

TINJAUAN MEDIS .................................................................................................................. 2

2.1 Definisi ............................................................................................................................. 2

2.2 Etiologi ............................................................................................................................. 2

2.3 Klasifikasi......................................................................................................................... 3

2.4 Patofisiologi ..................................................................................................................... 4

2.5 Komplikasi ....................................................................................................................... 5

2.6 Pemeriksaan penunjang .................................................................................................... 5

2.7 Penatalaksanaan ............................................................................................................... 6

BAB III ...................................................................................................................................... 7

TINJAUAN KEPERAWATAN ................................................................................................ 7

3.1 Pengkajian ........................................................................................................................ 7

3.4 Diagnosis Keperawatan .................................................................................................... 9

3.5 Rencana Keperawatan ...................................................................................................... 9

3.6 Evaluasi .......................................................................................................................... 14

BAB IV .................................................................................................................................... 15

PENUTUP................................................................................................................................ 15

iii
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 15

4.2 Saran ............................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir sebagian praktisi medis serta banyak pasien masih menyamakan istilah
hemoroid dengan suatu proses patologis yang menyakitkan didaerah kanalis anus. Tentu
saja tanggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena sebenarnya hemoroid adalah suatu
struktur normal anatomi tubuh manusia yang dapat terjadi pada setiap orang dari yang
muda sampai yang tua.

Struktur ini terdiri dari 3 unsur yaitu lapisan permukaan (mukosa atau anoderm),
stroma (mengandung pembuluh-pembuluh darah vena hemoroidalis, otot polos dan
jaringan penunjang) serta jaringan ikat dari otot spingter interna. Ketiga struktur dasar ini
selalu ada dalam perkembangan setiap manusia.

Dengan bertambahnya usia, jaringan ikat menjadi melemah, akibatnya hemoroid


menjadi menonjol ke dalam lumen kanalis anus. Vena hemoroidalis inferior dan superior
mengalami dilatasi, membentuk suatu pleksus hemoroidalis atau bantalan anus (anal
cushion) di dalam lapisan submukosa rektum. Keadaan ini semakin meningkat setelah
usia melewati dekade ketiga. Oleh sebab itu, semua orang dewasa merupakan kandidat
bagi berkembangnya hemoroid yang simtomatik, yang disebut sebagai penyakit
hemoroid.

Pada kesempatan kali ini makalah kami akan membahas “Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Kebutuhan Eliminasi Pada Pasien Hemoroid” untuk menambah
wawasan lebih dalam mengenai penyakit hemoroid. (Simadibrata K, Syam, & Rani,
2011)

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana proses terjadinya penyakit hemoroid serta bafaimana cara penanganan
penyakit hemoroid?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:
a. Agar dapat menambah wawasan pembaca mengenai penyakit hemoroid
b. Agar dapat menambah wawasan pembaca mengenai proses terjadinya hemoroid
c. Agar dapat menambah wawasan pembaca mengenai penanganan penyakit
hemoroid.

1
BAB II

TINJAUAN MEDIS

2.1 Definisi
a) Hemoroid terjadi sebagai akibat dilatasi jaringan vaskuler submukosa di anal canal
bagian distal. Jaringan vaskuler ditopang oleh jaringan ikat, yang apabila mengalami
kelemahan akan menyebabkan hemoroid mengalami prolaps.
b) Hemoroid interna merupakan dilatasi vaskuler diatas linea dentata (batas antara epitel
kolumnar dan skuamosa), mengingat daerah tersebut diinervarsi oleh saraf visceral
maka hemoroid internal bersifat tidak nyeri.
c) Hemoroid eksterna merupakan dilatasi vaskuler dibawah linea dentata, meningat
daerah ini banyak dipersyarafi oleh saraf somatik, maka pasien dengan hemoroid
eksterna seing mengeluh nyeri.
(B Cahyono, 2014)
2.2 Etiologi
Secara patofisiologis, penyakit hemoroid terjadi akibat degenerasi jaringan penunjang
bantalan anus sehingga terjadi desensi, bendungan, edema, iskemia, inflamasi non-infeksi.
Beberapa faktor yang diduga turut berperan pada terjadinya hemoroid antara lain
1. Obstruksi vena
Mekanisme dasar terjadinya hemoroid adalah pembendungan dan hipertrofi bantalan
anus yang disebabkan oleh:
a) Kegiatan pengosongan vena bantalan anus secara cepat saat defekasi
b) Bantalan anus yang terlalu mobile
c) Terperangkapnya bantalan anus oleh spingter ani yang ketat
2. Prolaps bantalan anus
Bantalan anus yang kaya akan pembulu darah dan jaringan lunak dipertahankan oleh
ligamentum parks/ligamentum treitz dan lapisan otot-otot sirkular, sehingga saat
defekasi (dimana terjadi relaksasi spingter ani) terjadi rotasi kearah luar dari bantalan
anus tersebut.
3. Faktor vaskular
Faktor vaskular dan perubahan hemodinamik mikrosirkulasi melibatkan perubahan
sirkulasi vena dan arteriol. Jaringan mikrosirkulasi meliputi arteriol-venous shunt yang
dipengaruhi oleh stimulasi hormonal dan neuro-fisiologik. Makanan yang terlalu
berbumbu atau pedas akan mengubah fungsi vasomotor usus dan pelvis, dengan akibat
terjadinya perubahan yang berarti dan tiba-tiba pada aliran darah arteri hemoroidalis.
2
4. Faktor keturunan
Faktor keturunan bukan merupakan penyebab langsung terjadinya hemoroid. Faktor
keturunan merupakan faktor presdiposisi penyakit hemoroid dihubungkan dengan
kebiasaan keluarga dalam hal diet ban buang air besar sesuai lingkungan dan adat
istiadat.
5. Diet dan geografis
Diet rendah serat, defekasi dengan cara jongkok, tidak adanya pengaturan dalam hal
waktu dan tempat defekasi dianggap sebagai penyebab rendahnya angka kejadian
hemoroid.
6. Kebiasaan defekasi
Umumnya penderita hemoroid mempunyai kebiasaan duduk yang lebih lama di toilet
dan merasa terobsesi untuk defekasi secara reguler ditambah dengan merasa bahwa
defekasi harus benar-benar mengeluarkan kotoran. Hal ini menimbulkan hambatan
pada aliran darah balik perianal, efek torniquet, yang pada akhirnya akan
menyebabkan pembesaran hemoroid.
7. Kehamilan
Kehamilan merupakan salah satu faktor pencetus hemoroid karena
a) Faktor hormonal saat kehamilan akan mengurangi sokongan otot-otot dari
bantalan anus
b) Terjadi peningkatan sirkulasi vaskular di daerah pelvis
c) Sering terjadi konstipasi
d) Dapat terjadi kerusakan kanalis anus saat melahirkan

Mengejan dan kosntipasi telah lama diketahui sebagai salah satu sebab terbentuknya
hemoroid.

8. Faktor usia
Prefalensi puncak terjadi pada usia 45-65 tahun, karen pada usia tersebut terjadi
penurunan fungsi dari sistem pencernaan.
(Mutaqqin & Sari, 2013)
2.3 Klasifikasi
Ada dua jenis hemoroid:
a) Hemoroid eksternal
Pembesaran vena rektalis inferior yang terletak di bawah linea dentata dan
ditutup epitel gepeng, anoderm serta kulit peranal.
Ciri-ciri:
3
a. Nyeri sekali akibat peradangan
b. Edema akibat trombosis
c. Nyeri yang semakin bertambah
b) Hemoroid internal
Pembesaran vena yang dilatasi pada pleksus rektalis superior dan media yang
timbul di atas linea dentata dan dilapisi oleh mukosa.
Hemoroid internal dibagi menjadi empat derajat:
a. Derajat I
Dilatasi pleksus hemoroid superior yang tidak mengalami prolaps dan
hanya terdapat luka kecil yang masuk pada anal kanal.
b. Derajat II
Pada waktu gerak, benjolan keluar (prolaps) dan waktu selesai berak,
masuk sendiri tanpa didorong dengan jari/secara spontan.
c. Derajat III
Benjolan yang keluar waktu berak tidak dapat masuk sendiri tanpa
didorong dengan jari/secara manual.
d. Derajat IV
Benjolan mengalami inkarserasi dan tidak disorong masuk ke anus.

4
2.4 Patofisiologi

2.4 Manifestasi
Adapun gejala klinis hemoroid yang sering ditemukan dibagi menjadi dua sumber,
yaitu gejala akibat hemoroid interna dan akibat hemoroid eksterna.

Gejala gejala akibat hemoroid interna adalah sebagai berikut:

1. Perdarahan
Perdarahan merupakan keluhan tersering dan pertama kali dari hemoroid interna.
2. Pembengkakan atau benjolan serta prolaps

5
Pembengkakan atau benjolan serta prolaps pada anus yang dapat tereduksi spontan
merupakan karakteristik dari hemoroid interna.
3. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Pada umumnya hemoroid interna tidak menyebabkan rasa nyeri karena letaknya diatas
linea dentata dan tidak terinervasi oleh saraf cutaneous.
4. Sekresi dan pruritus
Sekresi dari mukkosa anus disertai perdarahan merupakan tanda hemoroid interna,
sering mengotori pakaian dan dapat menyebabkan maserasi kulit dan pruritus.
(Mutaqqin & Sari, 2013)
2.5 Komplikasi

Sebagai akibat lanjut dari perjalanan penyakit hemoroid, dapat terjadi komplikasi-
komplikasi sebagai berikut:

a) Trombosis, edema, dan inflamasi bantalan anus interna


Terjadi bila bantalan anus prolaps dan terbendung oleh spingter
b) Anemia
Perdarahan berulang dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, bahkan dapat
mencapai kadar hemoglobin 4gr/dl. Namun harus dicari perdarahan yang lain.
c) Trombosis hemoroid eksterna
Terlihat benjolan licin, keras dan nyeri, berwarna kebiruan, terletak di luar kanalis
anus dan tidak berhubungan dengan hemoroid interna.
d) Dermatitis perianal
Disebabkan karena iritasi perianal, higiene yang buruk akibat adanya skin tag serta
akibat reaksi alergi obat-obatan topikal.
(Mutaqqin & Sari, 2013)
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hitung darah lengkap untuk mendeteksi kadar hematokrit dan anemia.
2. Pemeriksaan anoskopi
Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengganti keempat
kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskular yang menonjol ke dalam
lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
6
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh prows radang atau prows keganasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
(Mutaqqin & Sari, 2013)
2.7 Penatalaksanaan
Sejauh tidak menimbulkan gejala, hemoroid tidak memerlukan pengobatan.
Penatalaksanaan penyakit hemoroid meliputi modifikasi/pengaturan kebiasaan hidup,
terapi farmakologis, injeksi sklerosan, rubber band ligation, fotokoagulasi, koagulasi
bipolar, hemoroidolisis atau pembedahan. Hal ini tergantung dari berat ringannya penyakit
serta ketersediaan obat-obatan dan alat penunjang.
1. Modifikasi Kebiasaan Hidup
Hal ini meliputi:
a) Mengurangi diet yang dapat menimbulkan konstipasi (misalnya keju),
meningkatkan konsumsi serat (kira-kira 30 gram/hari) /stool softener serta
minum yang cukup
b) Yang mengurangi makanan yang pedas dan berbumbu
c) Olahraga
d) Menghindari duduk lama di toilet
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis meliputi:
Obat-obatan non-spesifik untuk melancarkan defekasi, analgesik dan obat
untuk mengurangi reaksi inflamasi. Terapi lokal yang lazim diberikan terutama untuk
lubrikasi dan memudahkan defekasi, sedangkan efek anti inflamasi lokal atau efek
flebotropiknya tidak nyata efektif. Obat-obatan topikal ini biasanya mengandung
anastesi lokal dan steroid.
Obat-obatan khusus untuk hemoroidnya yaitu obat-obat flebotropik untuk
pembuluh vena (termasuk hemoroid). Obat-obatan flebotropik yang tersedia saat ini
adalah golongan flavonoid antara lain diosmin-hesperidin dan hidrosmin. Golongan
obat ini terbukti secara bermakna dapat mengurangi gejala dan mencegah
kekambuhan.

(Mutaqqin & Sari, 2013)

Adapun penatalaksanaan yang diberikan pada pasien hemoroid menurut (Diyono, 2013)
antaralain sebagai berikut:

a) Hemoroid eksternal
7
Pada hemoroid ini bila sudah mengalami trombus dapat dilakukan
hemoroidektomi.
b) Hemoroid internal
1. Derajat I
Konservatif dengan diet serat dan laxantia ringan.
2. Derajat II
Konservatif.
3. Derajat III
Operatif/hemoroidektomi
a. Soliter : cara langenbeck
b. Jam 3,7, 11 : cara maligan morgan
c. Sirkuler : cara whileheat
4. Derajat IV
Operatif, cara whileheat
c) Pengobatan konservatif
1. Laxantia
2. Bedres dilakukan bila nyeri mengganggu aktivitas.
3. Hindari konstipasi dengan diet tinggi serat, minum banyak, makan
buah-buahan.
d) Rendaman duduk
1. Rendaman dilakukan setelah mandi dengan air hangat kurang lebih 15-
20 menit.
2. Rendaman sebaliknya dilakukan setelah BAB.
3. Tujuan mengurangi nyeri, merangsang sirkulasi darah, reabsorbsi
edema, desinfektan, membersihkan luka.
e) Operatif
1. Rugger band ligation: dengan bantuan alat anuscopy.
2. Cryosurgical hemoroidektomi jarang dilakukan kalau penyembuhan
luka lama.
3. Laset therapi dilakukan pada hemoroid eksternal.
4. Sifat cepat dan tidak nyeri.

8
BAB III

TINJAUAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian hemoroid terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi
diagnostik. Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik
perkembangan penyakit.
Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri perdarahan pada anus, dan merasa ada
benjolan di sekitar anus.
Keluhan nyeri yang hebat jarang sekali hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya
timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.
Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor presdisposisis yang
berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan
pada usus, dan riwayat diet rendah serat.
Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya
pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.
Pemeriksaan survei umum bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah akibat menahan sakit.
TTV bisa normal atau bisa didapatkan perubahan, seperti takikardi, peningkatan
pernapasan.
Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus, kebersihan dan adanya
ulserasi di sekitar anus. Pemeriksaan colok dubur hemoroid interna tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok
dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
(Mutaqqin & Sari, 2013)
3.2 Diagnosis Keperawatan
a) Nyeri b.d kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan
b) Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan nyeri saat
defekasi
c) Perubahan eliminasi urine (retensi urine) berhubungan dengan ketidakadekuatan
detruso sekunder terhadap kondisi berkemih yang berkaitan dengan stress atau rasa
tidak nyaman
d) Resiko tinggi infeksi b.d adanya port de entre luka pasca bedah
e) Aktual/resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake makanan yang kurang adekuat.

9
f) Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum respons sekunder dari
anemia.
(Mutaqqin & Sari, 2013)
3.3 Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu.untuk


intervensi ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko infeksi, dan
kecemasan dapat disesuaikan dengan intervensi pada pasien kanker kolon. Untuk
intervensi intoleransi aktivitas dapat disesuaikan pada pasien kanker rektal.

Nyeri b.d iritasi intestinal, respons pembedahan


Tujuan: dalam waktu 3 jam nyeri hemoroid dan 2 x 24 jam pascabedah nyeri berkurang atau
teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi
Skala nyeri 0-1 (0-4).
TTV dalam batas normal, wajar pasien rileks.

Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan mengggunakan relaksasi dan
tindakan pereda nyeri nonfarmakologi lainya telah menunjukkan keefektifan
nonfarmakologi dalam mengurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan, meliputi:
 Kaji nyeri dengan  Pendekatan PQRST dapat secara kompehensif
pendekatan PQRST menggali kondisi nyeri pasien. Apabila pasien
mengalami skala nyeri 3 (0-4).
 Rendam bokong dengan larutan PK dapat
menurunkan kolonisasi jamur pada area
 Anjurkan melakukan perianal sehingga menurunkan stimulus nyeri
merendam bokong sehingga dapat menurunkan respons nyeri.
 Pemberian es dapat meningkatakan
vasokontriksi lokal sehingga menurunkan
rangsangan nyeri dari trombus hemoroid
 Beri es pada kondisi nyeri  Istirahatkan secara fisiologis akan menurunkan

10
akibat trombus pada kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
hemoroid eksternal memenuhi kebutuhan metabolisme basal.
 Pengaturan posisi semifowler dapat membantu
merelaksasi otot-otot abdomen pascabedah
 Istirahatkan pasien pada saat sehingga dapat menurunkan stimulus nyeri dan
nyeri muncul luka pascabedah.
 Meningkatkan intake oksigen sehingga dapat
menurunkan nyeri sekunder dari penurunan
 Atur posisi fisiologis oksigen lokal.
 Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal.

 Ajarkan teknik relaksasi


pernapasan dalam saat nyeri
muncul

 Ajarkan teknik distraksi pada


saat nyeri
Tingakt pengetahuan tentang sebab- Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
akibat nyeri dan mengubungkan mengurangi nyerinya dan dapat membantu
beberapa lama nyeri akan mengembangakan kepatuhan pasien terhadap rencana
berlangsung. terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian:
 Analgetik  Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri ke pusat presepsi
nyeri di korteks serebri sehingga nyeri dapat
berkurang.
 Agen antidiare  Agen anti diare terkadang diperlukan pada
pasien untuk menurunkan efek hipermotilitas
(Thornoton, 2009)

11
Perubahan pola eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan nyeri saat defekasi

Intervensi Rasional
Anjurkan pasien BAB segera bila ada
rangsangan
Anjurkan klien untuk berolahraga secara
teratur
Anjurkan diet tinggi serat dan makan buah
Hindari makanan yang menimbulkan
konstipasi, misalnya: biji-bijian, pisang.
Monitor klien selama BAB pertama sebagai .
tanda dari kelainan

Perubahan eliminasi urine (retensi urine) berhubungan dengan ketidakadekuatan


detruso sekunder terhadap kondisi berkemih yang berkaitan dengan stress atau
rasa tidak nyaman
intervensi Rasional
Ukur intake dan output
Berikan cairan yang cukup khususnya
24 jam pertama sejak retensi urine yang
dapat meningkat akibat pembedahan
Anjurkan BAK setelah rendaman duduk
(Mutaqqin & Sari, 2013)

3.4 Evaluasi
Hal yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut:
a) Informasi kesehatan terpenuhi.
b) Tidak mengalami injuri pasca prosedur bedah reaksi kolon.
c) Nyeri berkurang atau teradaptasi.
d) Asupan nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.
e) Infeksi luka operasi tidak terjadi.
f) Peningkatan konsep diri atau gambaran diri.
g) Peningkatan aktivitas.
(Mutaqqin & Sari, 2013)

12
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Secara patofisiologis, penyakit hemoroid terjadi akibat degenerasi jaringan
penunjang bantalan anus sehingga terjadi desensi, bendungan, edema, iskemia, inflamasi
non-infeksi. Ada beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya hemoroid diantaranya
obstruksi vena, prolaps bantalan anus, faktor vaskular, faktor keturunan, diet dan
geografis, kebiasaan defekasi, kehamilan, faktor usia.
Hemoroid dibagi dalam empat tingatan menurut stadiumnya. Dalam penanganan
hemmoroid kita dapat melakukan beberapatindakan diantaranya mengubah pola hidup
mulai dari makan, olahraga, dan lain sebagainya. Namun juga dapat denganpenanganan
secara farmakologis serta proses pembedahan tergantung dari seberapa parah kondisi
hemoroid.

1.2 Saran
Hemoroid sebetulnya dapat kita hindari dan kita cegah dengan cara mengatur pola
hidup sehari-hari. Adapun cara yang dapat kita lakukan yaitu dengan rutin olahraga,
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan mengatur pola defekasi dengan cara jongkok.

13
DAFTAR PUSTAKA

B Cahyono, J. (2014). Tatalaksana Klinis Di Bidang Gastro dan Hepatologi. Jakarta: Penerbit
Sagung Seto.

Mutaqqin, A., & Sari, K. (2013). Gangguan Gastro Intestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Simadibrata K, M., Syam, A. F., & Rani, A. A. (2011). Buku Ajar Gastroenkologi. Jakarta:
Interna Publishing.

14

Anda mungkin juga menyukai