Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

ILMU PENYAKIT BEDAH

HEMOROID

Oleh :
Alief Ilman Zaelany
132011101054

Pembimbing:
dr. Adi Nugroho, Sp. B

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya


SMF Ilmu Bedah di RSD dr.Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018

1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................ 2
BAB I TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
A. Definisi ................................................................................ 3
B. Epidemiologi ........................................................................ 3
C. Anatomi......................................... ....................................... . 4
D. Patofisiologi ......................................................................... 7
E. Klasifikasi ............................................................................. 9
F. Manifestasi Klinis ................................................................. 10
G. Pemeriksaan .......................................................................... 11
H. Diagnosis Banding ................................................................ 12
I. Komplikasi ............................................................................ 12
J. Penatalaksanaan .................................................................... 13
K. Komplikasi pasca herniodektomi .......................................... 22
L. Algoritma penatalaksanaan ………………………………. 23
M. Prognosis …………………………………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 25

2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Menurut Thomson (1975) dalam jurnalnya the nature of hemmoroids


menyebutkan bahwa Hemoroid adalah suatu bantalan vaskuler submucosa yang
terdiri dari pembuluh darah, otot polos, dan jaringan ikat serta elastis yang tidak
merupakan kelainan patologik.

B. Epidemiologi

Prevalensi hemoroid sesungguhnya tidak diketahui; Namun, bukti terbaru


telah menyatakan adanya peningkatan prevalensi hemoroid dari waktu ke waktu.
Pada tahun 1990, sebuah studi epidemiologi epidemiologi di Amerika Serikat
mengungkapkan tingkat prevalensi 4,4%, sedangkan beberapa laporan di abad ke-
21 dari Korea Selatan dan Austria menghasilkan prevalensi hemoroid pada
populasi dewasa dari 14,4% dan 38,9%. Selain itu, telah diperkirakan bahwa 25%
orang Inggris dan 75% warga Amerika akan mengalami hemoroid pada suatu saat
dalam kehidupan mereka, terutama pada wanita hamil dan orang dewasa tua.

C. Anatomi

Canalis ani panjangnya sekitar 4 cm dan berjalan ke bawah dan belakang


dari ampulla recti ke anus. Canalis ani dibatasi pada bagian posterior oleh corpus
anococcygeale, yang merupakan massa jaringan fibrosa yang terletak antara
canalis ani dan os coccygis. Di lateral di batasi oleh fossa ischiorectalis yang
terisi lemak. Pada pria, di anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma
urogenitalis, urethra pars membranacea, dan bulbus penis. Pada wanita, di
anterior dibatasi oleh corpus perineale, diafragma urogenitalis dan bagian bawah
vagina.

3
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis
yang sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung
dengan kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis
dan mempunyai epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar
sebacea dan kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas
kanalis analis. Pada daerah ini, 6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan,
kolumna analis melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh
simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak
bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan
perantaraan lipatan transversal. Alur – alur diantara lipatan longitudinal berakhir
pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax.
Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah
hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di
bawah mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna.

Gambar 1. Anatomi Canalis Analis

Bantalan hemoroid adalah jaringan normal dalam saluran anus dan rectum
distal untuk fungsi kehidupan bersosial yang normal dapat berfungsi sebagai
berikut. Fungsi kontinens yaitu menahan pasase abnormal gas, feses cair dan feses
padat Fungsi lainnya adalah efektif sebagai katup kenyal yang “watertight”..

4
Bantalan vaskuler arterio-venous, matriks jar. ikat dan otot polos. Bantalan
hemoroid normal terfiksasi pada jaringan fibroelastik dan otot polos dibawahnya.
Hemoroid interna dan eksterna saling berhubungan, terpisah linea dentate.
Jaringan hemorrhoid mengandung struktur arterio-venous fistula yang dindingnya
tidak mengandung otot, jadi pembuluh darah tersebut adalah sinusoid, bukan
vena.

Gambar 2. Anatomi Hemoroid

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna


adalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di
dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat
pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan
kiri lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak
primer tesebut. Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan
di dalam jaringan di bawah epitel anus.

5
Gambar 3. Arteri Rectum dan Canalis Analis

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara


longgar dan merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena
hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha
ke vena iliaka.

6
Gambar 4. Vena Rectum dan Canalis Analis

D. Patofisiologi

Ada banyak kemungkinan alasan mengapa hemmoroid menjadi


simptomatis. Pola diet rendah serat, faktor perilaku, apapun Yang bisa
menyebabkan tegangan yang berlebihan, dan disfungsi sfingter Adalah salah satu
alasan yang paling umum. teori bantalan vaskular dari thompson (1975)
menyatakan bahwa jaringan hemoroid normal mewakili massa diskrit submukosa.
Selama perengangan, pembuluh darah pada Bantalan bisa menjadi membesar dan
mungkin menyebabkan obstruksi dari feses atau gas. Dengan berlalunya waktu,
bagaimanapun,Struktur anatomis yang mendukung submukosa otot Melemah,
memungkinkan jaringan hemmoroid untuk tergelincir atau Prolaps, menyebabkan
gejala hemoroid khas. Beberapa penelitian menunjukan bahwa Matriks
Metaloproteinase (MMPs) adalah enzim yang ada dalam ruang ekstraselular dan
bisa menurunkan kolagen, elastin, dan fibronectin. MMP-9 ditemukan telah
mengalami overexpressed dijaringan hemoroid yang berhubungan dengan
kerusakan elastisitas jaringan.

7
Hemorhoid interna yang merupakan pelebaran cabang-cabang v. rectalis
superior (v. hemoroidalis) dan diliputi oleh mukosa. Cabang vena yang terletak
pada colllum analis posisi jam 3,7, dan 11 bila dilihat saat psaien dalam posisi
litotomi mudah sekali menjadi varises. Penyebab hemoroid interna diduga
kelemahan kongenital dinding vena karena sering ditemukan pada anggota
keluarga yang sama. Vena rectalis superior merupakan bagian paling bergantung
pada sirkulasi portal dan tidak berkatup. Jadi berat kolom darah vena paling besar
pada vena yang terletak pada paruh atas canalis ani. Disini jaringan ikat longgar
submukosa sedikit memberi penyokong pada dinding vena. Selanjutnya aliran
balik darah vena dihambat oleh kontraksi lapisan otot dinding rectum selama
defekasi. Konstipasi kronik yang dikaitkan dengan mengedan yang lama
merupakan faktor predisposisi. Hemoroid kehamilan sering terjadi akibat
penekanan vena rectalis superior oleh uterus gravid. Hipertensi portal akibat
sirosis hati juga dapat menyebabkan hemoroid. Kemungkinan kanker rectum juga
menghambat vena rectalis superior.

Hemoroid eksterna adalah pelebaran cabang-cabang vena rectalis


(hemorroidalis) inferior waktu vena ini berjalan ke lateral dari pinggir anus.
Hemorroid ini diliputi kulit dan sering dikaitkan dengan hemorroid interna yang
sudah ada. Keadaan klinik yang lebih penting adalah ruptur cabang-cabang v.
rectalis inferior sebagai akibat batuk atau mengedan, disertai adanya bekuan darah
kecil pada jaringan submukosa dekat anus. Pembengkakan kecil berwarna biru ini
dinamakan hematoma perianal.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan


secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari
rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v.
hemoroid superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha
ke daerah v. Iliaka.

8
E. Klasifikasi

Hemoroid umumnya diklasifikasikan sebagai internal, eksternal, atau


campuran. hemoroid internal adalah hemoroid yang berada di atas Garis dentate,
sedangkan yang eksternal terletak di bawah Garis dentate. Klasifikasi ini memiliki
implikasi penting untuk perawatan. karena kurangnya atau tidak adanya rasa nyeri
pada internal hemoroid maka perawatanya pun mempunyai banyak pilihan
daripada yang eksterna. Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan
kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna
akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu
atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit
pembuluh darah.

Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :

Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum

Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri
setelah selesai defekasi.

Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah
defekasi selesai karena tidak dapat masuk sendiri.

Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk dan inkarserasi.

Gambar 5. Hemoroid Eksterna dan Interna

9
F. Manifestasi Klinis

Sebagian besar pasien datang mengunjungi klinik rawat jalan dengan


keluhan anorektal akan mengira bahwa mereka mempunyai hemoroid.Perdarahan,
nyeri, dan tonjolan adalah gejala yang paling umum yang berhubungan dengan
masing-masing komponen ini terdapat variasi dalam tingkat keparahan
berdasarkan apakah internal, eksternal, atau kombinasi predominate. Rasa gatal
juga bisa terjadi, meski terasa gatal, lebih sering akibat pruritus ani.

Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna


akibat trauma oleh faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar
dan tidak tercampur dengan faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau
kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya
dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Akan sulit membedakan hanya
dengan satu gejala dimana external hemoroid yang membersar dan terdapat
inflamasi dengan hemoroid interna yang prolapse. Keluarnya mukus dan
terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupkan ciri hemoroid yang mengalami
prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal
sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mukus. Di sisi lain, hemoroid eksternal lebih mungkin terjadi rasa
sakit terutama saat mereka membesar Atau terjadi peradangan. Kehadiran rasa
sakit inilah yang bisa membantu membedakan apakah itu internal atau eksternal
trombosis yang luas dengan edema dan radang juga bias menampilkan gejala yang
signifikan.

Gambar 6. Trombhosis pada external hemmoroid

10
G. Pemeriksaan

Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras,


yamg membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi (mengejan), pasien sering
duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan
oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat
dilihat dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna
mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan
dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan.

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan denganKonsentrasi pada


daerah perut, selangkangan, dan perianal.Biasanya pasien akan diperiksa pada
posisi telentang pertama sebelum beralih ke jackknife rawan atau lateral kiri atau
posisi sims. Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya
tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa
padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rectum.

Gambar 7:
Left lateral
Posisi pemeriksaan

Prone jack knife

Pada pemeriksaan anoskopi dapat dilihat hemoroid internus yang tidak


menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam
anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas

11
panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke
dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya
benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip,
fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan


disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces
harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

H. Diagnosis Banding

Perdarahan rectum yang merupakan menifestasi utama hemoroid interna


juga terjadi pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis
ulserosa, dan penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum.
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi
perlu dipilih secara selektif bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps
rectum harus juga dibedakan dari prolapse mukosa akibat hemoroid interna.

Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit


dibedakan dari hemoroid yang mengalami prolapse. Lipatan kulit luar yang lunak
akibat thrombosis hemoroid eksterna sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya
lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal yang disebut umbai kulit dapat
menunjukkan adanya fisura anus.

I. Komplikasi

Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal
sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami
perdarahan maka darah dapat sangat banyak.

Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa

12
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering
tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi.

Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit)


akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa
mengakibatkan kematian.

J. Penatalaksanaan
1. Terapi non bedah
a. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet

Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua


dapat ditolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang
makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti
sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar,
namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan berlebihan.

Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang


bermakna kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang
mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan
kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal
untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan dengan cairan
hangat juga dapat meringankan nyeri.

b. Skleroterapi

Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang,


misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke
submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid
interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di
sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui

13
anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka
tidak ada nyeri.Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika
masuk dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang
disuntikan.

Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan


merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II,
tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.

Gambar 8. Skleroterapi

c. Ligasi dengan gelang karet

Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani


dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop,
mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke
tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan
secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu

14
kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi
berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 – 4 minggu.

Gambar 9:
Ruber band ligase

Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena


terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut
ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat
pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid
mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 – 10 hari.

d. Krioterapi / bedah beku

Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika
digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid
pada sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa
dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri.
Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi
proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek
atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang
nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi
paliatif pada karsinoma rektum yang ireponibel.

15
e. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah

Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis
pada jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada
hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.

Gambar 10. Koagulasi Infra Merah

f. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar

Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu


menimbulkan nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang
digunakan sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik
berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa
sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi
tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk
hemoroid interna yang mengalami perdarahan.

2. Terapi bedah

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan
dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara
terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang

16
mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan
hemoroidektomi.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang


hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat
mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak
mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi
tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus
mukosa.

 Bedah konvensional

Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :

1. Teknik Milligan – Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi
dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap
pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot
sfingter internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi


elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus
hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang
mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai
jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah
mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara
longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa
rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit
daripada mengambil terlalu banyak jaringan.

17
Gambar 11. Teknik Miligan-Morgan

2. Teknik Ferguson-Heaton

Closed hemorrhoidectomy dikembangkan oleh Ferguson dan Heaton. Ada 3


prinsip pada teknik ini. Pertama untuk mengangkat sebanyak mungkin jaringan
vaskuler tanpa mengorbankan anoderm. Kedua, untuk memperkecil serous
discharge post op dan mempercepat proses penyembuhan dengan cara
mendekatkan anal kanal dengan epitel berlapis gepeng (anoderm). Ketiga, untuk
mencegah stenosis sebagai komplikasi akibat komplikasi luka terbuka luas yang
diisi jaringan granulasi. Indikasi dilakukan teknik ini adalah perdarahan
berlebihan, hemoroid tidak terkontrol dengan rubber band ligation, prolaps hebat
disertai nyeri, dan adanya penyakit anorectal lain.

18
Gambar 12. Teknik Ferguson-Heaton

3. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.

Gambar 13. Teknik Whitehead

19
4. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.


Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian
eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah
klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa
menimbulkan stenosis.

 Bedah Stapler

Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids
(PPH) atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun
1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini
juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada
tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat
ini seperti senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.

Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran


anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena
jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga
tidak perlu dibuang semua.

20
Gambar 14. Teknik Bedah Stapler

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat


yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus.
Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan
sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian
atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian
jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup
yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan memotong jaringan yang berlebih
secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke
jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan
sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak


mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena
tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 –
45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin
singkat. Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :

21
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.

K. Komplikasi pasca Hemoroidectomi

1. Retensi Urine
Meski penyebab komplikasi ini masih belum jelas akan
tetapi dipercayai ini berkaitan dengan pembatasan cairan maupun
control rasa sakit pada periode perioperative sangat penting untuk
mencegah hal ini.

2. Perdarahan pasca oprasi


Perdarahan pasca operasi adalah salah satu komplikasi yang
lebih umum terjadi pasca hemorrhoidectomy, meski risikonya
masih relatif rendah. Perdarahan biasanya terjadi pasca operasi
pada sekitar 1% kasus. Pendarahan ini terjadi, biasanya akibat
kesalahan teknis dan yang paling sering membutuhkan kembalinya
ke ruang operasi untuk kontrol pendarahan.

3. Anal stenosis
Anal stenosis dapat terjadi jika excessive anoderm diangkat
pada waktu hemoroidektomi. kejadian ini sering pada operasi
darurat untuk thrombused hemoroid. Pengobatan bisa
menggunakan obat pencahar tapi mungkin memerlukan pelebaran
atau Anoplasti.

22
4. Fekal inkontinensia
Fekal inkontinensia etiologinya bisa jadi karena kombinasi
hal - hal seperti peregangan sphincter selama prosedur pencabutan,
cedera langsung pada sfingter,atau kehilangan tumpukan
hemorrhoidal yang menyumbang sekitar 10-15% dari kontinuitas.

L. Alogoritma tatalaksana penanganan hemoroid simptomatis

Gambar 15. Alogaritma tatalaksana

23
M. Prognosis

Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat


menjadi asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih
dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil
yang baik. Ketika dilakukan dengan baik, operasi hemoroidektomi memiliki
tingkat kekambuhan 2-5%. Teknik nonoperatif, seperti ligasi pita karet,
menghasilkan tingkat kekambuhan 30-50% dalam waktu 5-10 tahun. Namun,
kekambuhan bisa terjadi apabila tanpa perawatan nonoperatif lanjutan. Sesudah
terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan
serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Cintron, H.J. 2007. The ASCRS textbook of colon and rectal surgery:
Anatomy and Embriology the Colon, Rectum, and Anus. Springer-Verlag,
Inc, New York:1-25.
2. Ganz, R.A. 2013. The Evaluation and Treatment Hemorrhoids: A Guide for
the Gastroenterologist. CLINICAL GASTROENTEROLOGY AND
HEPATOLOGY, 11:593–603.
3. Lohsiriwat, V. 2012. Hemorrhoids: From basic pathophysiology to clinical
management. World J Gastroenterol, 18(17): 2009-2017.
4. Cintron, J. 2007. The ASCRS textbook of colon and rectal surgery: Benign
Anorectal: Hemorrhoids. Springer-Verlag, Inc, New York:156–177.
5. Rakinic, J. et. al. 2014. Hemorrhoid and Fistulas: New Solution to Old
Problems. Current Problems in Surgery, 51: 98-137.
6. Lohsiriwat, V. 2015. Treatment of hemorrhoids: A coloproctologist’s view.
World J Gastroenterol, 21(31): 9245-9252.
7. Sjamsuhidajat, R., Karnadihardja, W., Prasetyono, T. O. H., dan Rudiman, R.
2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
8. Hall, J.F. 2013. Modern Management of Hemorrhoidal Disease.
Gastroenterol Clin N Am, 42:759–772.
9. Hardy, A. 2014. The acute management of haemorrhoids. Ann R Coll Surg
Engl,96:508–511.
10. Izadpanah, A.2013. Minimally Invasive Treatment of Hemorrhoidal Disease.
Annals of Colorectal Research,1(2):41-6.
11. Paulsen F. & Waschke J. 2012. Sobota Atlas Anatomi Manusia Jilid 2.
Jakarta: ECG.
12. Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy II. Surakarta : Keluarga Besar
Asisten Anatomi FKUNS.

25
26

Anda mungkin juga menyukai