Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Silikone atau dimethylsiloxane adalah polimer inorganik yang terdiri dari tulang belakang
silikon-oksigen. Silikone dapat disintesis menjadi beberapa jenis material seperti cairan, gel dan
karet.1 Silikone tidak berbau, tak berwarna, tahan air, tahan kimia, tahan oksidasi dan stabil pada
suhu tinggi. Silikon cair dikembangkan tahun 1963 dan digunakan sebagai bahan augmentasi
pada payudara dan wajah. Lama kelamaan, banyak laporan tentang akumulasi bahan ini yang
mengakibatkan efek samping termasuk peradangan, indurasi, perubahan warna kulit dan
granuloma akibat silikone.2
Silikonoma adalah granuloma kronik k. Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma
adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan banyaknya granuloma-granuloma serta fibrosis
yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi silikone maupun mineral oil
lainnya.3,4 Silikonoma penis terjadi akibat injeksi cairan viskositas tinggi untuk tujuan
membesarkan ukuran maupun merubah kontur penis. Hal ini menyebabkan konsekuensi
rusaknya fungsi seksual dari organ tersebut.5
Saat ini penggunaan silikone cair baik untuk alasan kecantikan maupun lain-lain sudah
sangat populer di kalangan masyarakat luas. Tidak sedikit pula saat ini praktek penyuntikan
silikone secara ilegal yang dilakukan oleh tenaga non medis. Umumnya penyuntikkan silikone
ini dilakukan pada tempat-tempat yang ingin dirubah bentuk dan konturnya misalnya di daerah
hidung, dagu, kelopak mata, pipi, payudara hingga penis.6 Sejak dahulu, banyak yang menganut
paham bahwa memiliki organ seksual dengan ukuran yang besar merupakan symbol kekuatan
seorang pria khususnya dalam hal seksualitas sehingga hal ini sudah menjadi budaya popoler
pada komunitas primitif meskipun praktek ini menjadi kurang modis setelah tahun 1990an.
Namun praktek ini terus berlanjut di beberapa bagian dunia, hal ini dibuktikan dari banyaknya
laporan kasus baik dari Asia maupun Eropa.7
Penelitian yang dilakukan oleh Tack Lee dkk (1994) pada pasien-pasien yang memiliki
riwayat injeksi silikone maupun bahan-bahan lain oleh tenaga non medis menyimpulkan bahwa
tujuan penggunaan silikone maupun bahan-bahan lain untuk injeksi pada penis diataranya yaitu :
memperbesar ukuran penis, mengatasi masalah disfungsi ereksi, dan untuk memuaskan pasangan
seksual. Gejala-gejala yang timbul juga bervariasi tetapi yang terbanyak dikeluhkan adalah nyeri
pada lokasi suntikkan. Sedangkan sebagian pasien memiliki keluhan yang tidak spesifik seperti
perubahan kontur penis dan perubahan warna kulit pada lokasi suntikkan.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Silikonoma adalah granuloma kronik yang timbul karena adanya iritasi yang terus menerus
dalam jangka waktu yang lama dengan silikone. Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma
sering adalah suatu kondisi kulit yang ditandai dengan banyaknya granuloma-granuloma serta
fibrosis yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi silikone maupun mineral
oil lainnya.3,4 Sclerosing lipogranuloma pada genitalia pria adalah suatu keadaan dimana terdapat
massa subkutan pada penis. Silikonoma penis terjadi akibat injeksi cairan viskositas tinggi untuk
tujuan membesarkan ukuran maupun merubah kontur penis. Karna material tersebut tidak bisa di
metabolisme oleh tubuh sehingga menimbulkan reaksi tubuh terhadap benda asing. Akibatnya

berisiko terhadap kesehatan dan memerlukan intervensi segera agar tidak menyebabkan
gangguan fungsi organ.8
Anatomi
Penis terdiri dari radix penis yang terfiksasi dan korpus penis yang tergantung bebas. Korpus
penis terdiri dari dua permukaan yaitu permukaan dorsum penis dan ventral yang berada dekat
uretra. Jaringan erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal yaitu sepasang korpus
kavernosum dan sebuah korpus spongiosum di bagian tengah. Pada bagian distal corpus
spongiosum penis melebar membentuk glands penis. Pada ujung glands penis terdapat celah
yang merupakan muara uretra disebut ostium uretra externa. Glands dilapisi kulit tipis berlipat
yang dapat ditarik ke proksimal yang disebut preputium. Preputium ini dibuang saat dilakukan
tindakan sirkumsisi.9,3
Anatomi Genitalia Eksterna Pria

Epidemiologi
Penggunaan silikone cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain dengan tujuan memperbesar
ukuran dan merubah kontur penis sudah dikenal pada komunitas primitif. Walaupun banyak
komplikasi serius akibat praktek ini, tren semacam ini semakin populer hingga abad ke 20. Kasus
silikonoma penis telah banyak dilaporkan dalam literatur internasional paling banyak terjadi di
Asia, Rusia, dan Eropa Timur. Pasien terbanyak laki-laki dewasa muda.10,11
Etiologi
Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma terjadi akibat penggunaan injeksi zat seperti silikone,
paraffin maupun mineral oil lainnya.11
Histopatologi
Silikonoma terjadi akibat injeksi silikone maupun mineral oil jenis lain. Granuloma semacam ini
disebabkan oleh proses radang kronik yang bersamaan dengan infeksi akibat adanya benda asing
dalam interstisial, sedangkan tubuh tidak memiliki enzim untuk memetabolisme bahan eksogen

yang berada di interstisial sehingga terjadi reaksi penolakan terhadap benda asing. 11 Proses
radang ini diperantarai oleh makrofag, limfosit dan kadang-kadang sekelompok sel raksasa
berinti banyak. Sifat khas peradangan ini adalah pengumpulan makrofag dalam jumlah besar dan
agregasi makrofag menjadi gumpalan- gumpalan nodular yang disebut granuloma. Granuloma
biasanya terbentuk karena adanya agen penyerang yang menetap di jaringan yang resisten
terhadap usaha tubuh untuk membuangnya. Agen-agen semacam itu dapat berupa bahan-bahan
tidak larut tetapi steril.12 Gambaran histopatologi pada penyakit ini adanya substitusi jaringan
subkutan dengan ruang kistik minyak. Ruang ini muncul sebagai kista kosong ketika dilakukan
pengecatan dengan hematoksilin dan eosin.10
Gejala Klinis
Reaksi penolakan terhadap benda asing muncul dalam bentuk peradangan sehingga
menyebabkan gejala klinis seperti nyeri, indurasi, edema, jaringan parut, ulserasi, perubahan
warna kulit dan pembengkakan pada penis, deformitas, nekrosis, nyeri saat ereksi dan ketidak
mampuan melakukan aktifitas seksual. Gejala-gejala tersebut kebanyakan muncul setelah
beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah injeksi.13
Terapi
Terapi definitif pada pasien dengan kasus silikonoma penis meliputi eksisi dan pengangkatan
lengkap massa yang terdapat pada jaringan kulit maupun subkutan yang bisa menyebabkan
gangguan fungsi organ, teknik ini merupakan metode yang tepat untuk menghindari gejala
penyakit ini muncul lagi di masa depan. Terdapat juga teknik lain yaitu kombinasi antara teknik
di atas dengan teknik penggunaan Scrotal Flaps atau Split Thickening Skin Grafts.14,15 Pada
teknik scrotal flaps setelah seluruh massa diangkat, kemudian dilakukan skin flap menggunakan
kulit skrotum yang di vaskularisasi oleh cabang posterior arteri pudenda interna atau cabang
anterior arteri pudenda eksterna sebagai flap.8 Split Thickening Skin Grafts merupakan skin graft
yang meliputi seluruh bagian epidermis dan dermis. Cara ini lebih dapat diterima dari segi
kosmetika dan perbaikan fungsi seksual. Bisa menggunakan kulit dari bagian inguinal maupun
kulit asli dari penis.10 5
Prognosis
Pengangkatan seluruh massa merupakan satu-satunya penanganan yang efektif dan tepat.
Kekambuhan dapat terjadi pada kasus eksisi yang tidak lengkap.13
Kesimpulan
Silikonoma penis terjadi akibat dari injeksi cairan dengan viskositas tinggi dalam hal ini silikone
dengan tujuan membesarkan penis memiliki banyak konsekuensi merusak fungsi seksual dan
kosmetik dari organ tersebut. Hampir selalu tindakan ini disarankan dan dilakukan oleh orang
yang tidak terlatih dan tidak memiliki latar belakang medis. Terapi definitif pada pasien dengan
kasus silikonoma penis meliputi eksisi dan pengangkatan lengkap massa yang terdapat pada
jaringan kulit maupun subkutan yang bisa menyebabkan gangguan fungsi organ, teknik ini
merupakan metode yang tepat untuk menghindari gejala penyakit ini muncul lagi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Grabb & Smiths Plastic Surgery. Edisi 4. 1997.


2. Anonym. Silikone. http://id.wikipedia.org/wiki/Silikone. 2012.
3. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2000.
4. Anonym. Sclerosing Lipogranuloma. 2010.
http://en.wikipedia.org/wiki/Sclerosing_lipogranuloma
5. Tanggo V, Budi AS. Differentiation Management In Reconstruction of
Penile Siliconoma. Departement of Plastic Reconstructive and Esthetic
Surgery Airlangga University, Dr Soetomo General Hospital Surabaya,
Indonesia. 2012.
6. Anonym. Injeksi Silikon Awas Efek Sampingnya. 2009.
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/6119
7. Wiwanitkit V. Penile Injection of Foreign Bodies in Eight Thai Patients.
Departement of Laboratory Medicine, Faculty of Medicine, Chulalongkom
University, Bangkok, Thailand. 2004.
8. Lee T, Choi HR, Lee YT, Lee YH. Paraffinoma of the Penis. Yonsei
Medical Journal. Volume 35. No 3. 1994.
9. Qadrijati I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia. PSKS,
UNS. 2011.
10. Marc A, Bjurlin, et al. Mineral Oil-Induced Sclerosing Lipogranuloma of
The Penis. Division of Urology, Departement of Surgery, Cook County
Health and Hospital System, Cook County Hospital, Chicago. 2010.
11. Cubilla A. Chaux LD. Penis and Scrotum Non-neoplastic Lesion of
Scrotum Sclerosing Lipogranuloma. 2010.
12. Price SA, Wilson LM. Patofosiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.
13. Bayraktar N, Basar I. Penile paraffinoma. Hindawi Publishing
Corporation. Case Report in Urology. 2012.
14. Jeong JH, Shin HJ, Woo SH, Seul JH. A New Repair Technique for Penile
Paraffinoma. Departement of Plastic and Reconstuctive Surgery,
Yeungnam University College of Medicine, Korea. 1996.
15. Kokkonouzis I, Antoniou G, Droulias A. Penis Deformity After IntraUrethral Liquid Paraffin Administration in a Young Male : a Case Report.
Department of Urology, Kyparissia General Hospital, Kyparissia, Greece.
2008.

Anda mungkin juga menyukai