Anda di halaman 1dari 8

Cara Membaca CT Scan Kepala

Prinsip dasar dari CT Scan

Prinsip dasar radiografi adalah pernyataan sebagai berikut: sinar-X diserap ke derajat yang berbeda oleh
jaringan yang berbeda. Jaringan padat seperti tulang menyerap sebagian besar sinar-x, sehingga hanya
sedikit sinar yang menembus atau melewati bagian tubuh yang sedang diamati yang seterusnya di
teruskan ke film atau set detektor. Sebaliknya, jaringan dengan kepadatan rendah (misalnya, udara dan
lemak) hampir tidak menyerap sinar-x, sehingga sebagian besar akan tertangkap film atau detektor.
Radiografi konvensional adalah gambar dua dimensi dari struktur tiga dimensi; mereka bergantung pada
jumlah kepadatan jaringan yang ditembus oleh sinar-x ketika melalui tubuh. Perlu dicatat bahwa dalam
radiografi polos, benda padat, karena mereka cenderung untuk menyerap lebih banyak sinar-x, bisa
mengaburkan atau mengurangi densitas objek.

Berlawanan dengan radiografi konvensional, sumber sinar-x dan detektor CT scan terletak 180 derajat
berhadapan satu sama lain, bergerak 360 derajat mengitari pasien, terus-menerus mendeteksi dan
mengirimkan informasi tentang redaman sinar-x ketika mereka melalui tubuh. Sinar-x yang digunakan
sangat tipis, sehingga dapat meminimalkan tingkat pencar atau kekaburan seperti yang terjadi pada
radiografi konvensional. Dalam CT, kita dapat memanipulasi komputer dan mengintegrasikan data yang
diperoleh dan memberikan nilai-nilai numerik berdasarkan perbedaan tingkat redaman sinar-x.
Berdasarkan nilai-nilai ini, gambar grey-scale aksial yang dihasilkan dapat membedakan antar objek
bahkan dengan perbedaan densitas yang kecil.

KOEFISIEN REDAMAN

Jaringan yang ada di masing-masing unit gambar (disebut piksel) menyerap sinar-x yang melewatinya
(misalnya tulang menyerap banyak, udara hampir tidak menyerap). Kemampuan untuk menghalangi
sinar-x ketika melewati suatu benda dikenal sebagai atenuasi. Untuk jaringan tubuh tertentu, jumlah
redaman relative konstan dan dikenal sebagai koefisien redaman jaringan. Dalam CT, koefisien redaman
ini dipetakan ke dalam skala antara -1000 Hounsfield Unit [HU] (udara) sampai +1000 HU (tulang) (box
69-1). Skala ini adalah skala Hounsfield (untuk menghormati Sir Jeffrey Hounsfield, yang menerima
hadiah Nobel atas karya rintisannya dengan teknologi ini).

Tabel. 69-1

Gambaran dan Densitas jaringan dalam CT Kepala

Gambaran
Hitam Putih

-1000 HU +1000 HU

Udara, lemak, CSF, white matter, gray matter, perdarahan akut,


tulang

Densitas penting

Udara = -1000 HU

Air = 0 HU

Tulang = +1000 HU

CSF = cairan serebrospinal, HU = Hounsfield units

Windowing

Window-ing memungkinkan pembaca CT scan lebih fokus pada jaringan tertentu dalam CT scan yang
jatuh dalam parameter set. Jaringan yang diamati dapat dituangkan dalam gambaran hitam dan putih,
bukan dalam skala abu-abu. Dengan teknik ini, perbedaan yang kecil dalam hal densitas jaringan bisa
dimaksimalkan. Gambar yang ditampilkan akan tergantung pada pemusatan window
dan luasnya winsow. Kebanyakan CT dioptimalkan untuk otak, darah dan tulang

Gambar. 69-1. CT Scan Windowing; A. Brain. B. Blood. C. Bone.

Artefak
Pada CT otak terdapat beberapa efek artefak yang berpotensi mengganggu interpretasi hasil. Selain
gerakan dan artefak logam (self-explanatory), dua macam hal yang paling sering menyebabkan artefak
adalah beam hardening dan volume rata-rata. Hal ini penting untuk dipahami dan diidentifikasi, karena
keduanya dapat menyerupai keadaan patologi serta menghaburkan temuan yang sebenarnya sehinga
menjadi tidak jelas.

Beam hardening adalah fenomena yang menyebabkan sinyal abnormal ketika sifat hipodens dari
jaringan otak menyerupai kepadatan tulang. Pada fossa posterior, dimana terdapat tulang yang sangat
padat mengelilingi otak, sangat mendukung terjadinya fenomena ini. Hal ini tampak sebagai garis hiper
atau hypodensitas yang dapat mengaburkan batang otak dan otak kecil. Meskipun beam hardening
dapat dikurangi dengan filter, tetapi hal ini tidak bisa dihilangkan.

Volume rata-rata (juga disebut volume artefak parsial) muncul ketika daerah yang dicitrakan
mengandung berbagai jenis jaringan (misalnya, tulang dan otak). Untuk unit gambar tertentu, piksel
yang dihasilkan akan mewakili kepadatan objek yang diperiksa. sebagai contoh otak dan tulang, tingkat
kepadatan diantara tulang dan otak akan menghasilkan tampilan densitas seperti darah. Sama seperti
beam hardening, suatu teknik tertentu dapat meminimalkan jenis artefak (misalnya, ketebalan irisan,
algoritma komputer), tetapi tidak bisa menghilangkan artefak, terutama di fossa posterior.

Neuroanatomi Normal Dilihat Dari CT Scan Kepala

Sama seperti interpretasi radiologi dari semua bagian tubuh, suatu pengetahuan tentang struktur
anatomi yang normal dan lokasinya merupakan kemampuan dasar yang penting bagi klinisi dalam
mendeteksi keadaan patologis. Tak terkecuali pada CT Scan kepala. Yang penting dalam penafsiran CT
Scan kepala adalah pengenalan dengan berbagai struktur, mulai dari daerah parenkim seperti ganglia
basalis sampai pembuluh darah, cisterns, dan ventrikel. Disisi lain, mengetahui area fungsional neurologi
otak membantu kita dalam membandingkan hasil CT Scan dengan temuan yang didapatkan pada
pemeriksaan fisik.

Meskipun pengetahuan tentang neuroanatomi kranial dan gambaran CT sudah banyak di ranah
neuroradiologist, namun pengetahuan tentang struktur, daerah, dan temuan yang diharapkan dalam
interpretasi hasil dari CT scan sangat tergantung pada EP. Gambar 69-2 sampai 69-5 menunjukkan
struktur normal dari CT scan kepala.
MENGIDENTIFIKASI CNS PATOLOGI PADA CT SCAN KEPALA

Dalam mencari suatu kelainan secara sistematis, sejumlah teknik dapat digunakan dalam menilai
gambaran CT Scan kepala. Beberapa pakar merekomendasikan teknik "center-out", di mana penilaian
dimulai dari bagian tengah otak ke luar. Pakar yang lainnya menganjurkan pendekatan berorientasikan
masalah, yaitu berdasarkan riwayat klinis untuk mengarahkan pemeriksa pada bagian tertentu dari hasil
scan. Menurut pengalaman penulis, kedua hal tersebut memiliki keterbatasan terlebih bagi klinisi yang
tidak sering meninjau hasil scan. Sebuah metode khusus, yang telah diperkenalkan di ED,2 adalah
dengan menggunakan mnemonik "blood can be very bad "(Kotak 69-2). Dalam mnemonic ini, huruf
pertama dari setiap kata menuntut dokter untuk mencari bagian yang patologi dari CT scan kepala.
Dokter dituntut untuk menggunakan seluruh mnemonik saat memeriksa CT scan kepala karena
menemukan satu keadaan patologis tidak menyingkirkan temuan yang lain.Berikut ini adalahpenjelasan
rinci tentangkomponenmnemonic.

Kotak 69-2

Mnemonik Blood Can Be Very Bad

Darah - perdarahan akut tampak hiperdens (putih terang) pada CT. Ini dikarenakan molekul globin
relatif padat dan efektif menyerap sinar-x. Setelah perdarahan terhenti dan globin rusak, ini
menyebabkan hilangnya sifat hiperdens, yang dimulai dari tepi.

Cisterna - cairan serebro spinal yang menyelimuti brain; empat komponen cistern yang harus dinilai;
darah, kesimetrisan, effacement ( peningkatan tekanan intrakrranial):

- Circummesencepalik- ring cairan serebrospinalis menyelimuti otak tengah; pertama kali


terkena saat terjadi peningkatan tekanan intrakranial

- Suprasellar-tempat sirkulum willis; predileksi terjadinya subarachnoid hemoragik karena


aneurisma.

- Quadrigeminal-bentuk W pada bagian atas otak tengah; rostocaudal herniasi

- Sylvian-diantara lobus temporal dan lobus frontal; tempat tersering terjadi trauma dan
aneurisma otak tengah bagian distal dan perdarahan subareachnoid.

Otak yang dinilai:

- Simetris-girus pada orang dewasa dan simetris dari sisi ke sisi

- Gray-white differentiation-tanda awal aneurisma cerebrovaskular adalah berkurangnya gray-


white differentiation; lesi metastaseditemukan pada batas gray-white

- Shift- garis tengah pada falk serebri

- Hiper/hipodens- peningkatan densitas terjadi karena darah, kalsifikasi, media kontras


intravena; berkurangnya densitas karena udara/gas (pneumochepalus), lemak, iskemik (aneurisma),
tumor

Ventrikel dilatasi (hidrochepalus) atau kompresi/pergeseran;

Tulang densitas tinggi pada CT Scan; diagnosis fraktur harus dibedakan dengan sutura.
Darah

Penampakan darah pada CT Scan kepala tergantung pada lokasi dan ukurannya. Perdarahan akut akan
tampakhyperdense (putih terang) pada gambaran CT Scan kepala. Hal ini disebabkan
karena globin memiliki molekul relative padat,dan karenanya secara efektif menyerap sinar sinar-
x. Perdarahan akut biasanyadi kisaran HU 50 sampai 100. Setelah perdarahan terjadi dalam waktu
yang lebih lama dan molekul globin rusak, hal ini akan memungkinkan darah
kehilanganhyperdensitasnya, yang dimulai dari tepi ketengah. Pada CT scan,darah akan
menjadi isodense dengan jaringan otak dalam 1sampai 2 minggu, tergantung pada ukuran bekuan
darah, dan akan menjadi hipodens dibandingkan jaringan otak sekitar 2 sampai 3 minggu (Gambar.69-6).

Lokalisasi yang tepat dari perdarahan penting dalam mengidentifikasi temuan yang ada (Gbr. 69-
7). Epidural hematoma, subdural hematoma, perdarahan intraparenchymal, dan perdarahan
subarachnoid memiliki gambaran yang berbeda pada CT scan, serta etiologi yang
berbeda, komplikasi, dan kondisi yang berkaitan.

Epidural Hematoma

Epidural hematom yang paling sering terlihat sebagai kumpulan darah seperti lensa (bikonveks),
biasanya melebihi konveksitas otak. Epidural hematoma tidak akan melewati garis sutura, dikarenakan
terdapat duramater di bawahnya. Epidural hematoma timbul terutama (85%) karena laserasi arteri
(tersering arteri meningea media) akibat trauma langsung. Sebagian kecil berasal injuri lain pada arteri
maupun vena.

Subdural Hematoma

Subdural hematoma muncul sebagai gambaran cresent atau bulan sabit, biasanya melebihi konveksitas
otak. Subdural hematoma juga dapat terlihat pada fisura interhemisfer atau sepanjang tentorium.
Berlawanan dengan epidural hematoma, hematoma subdural akan melewati garis sutura, karena tidak
ada batasan anatomi aliran darah di bawah duramater. Hematoma subdural dapat berupa lesi akut
ataupun kronis. Keduanya terjadi terutama akibat dirsupsi permukaan dan atau bridging vein, dampak
dari kerusakan tersebut biasanya jauh lebih tinggi pada lesi akut. Dengan demikian, hal ini sering disertai
dengan cedera otak parah, sehingga memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan epidural
hematom.

Hematoma subdural kronis, berbeda dengan hematoma subdural akut, biasanya diikuti kerusakan yang
lebih kecil dibandingkan hematoma subdural akut. Dalam hal untuk memperlambat aliran vena setelah
injuri tertutup pada cedera kepala ringan, gumpalan darah secara bertahap menumpuk, dan akan terjadi
kompensasi. Bekuan darah akan terbungkus dalam membran pembuluh darah yang rapuh, Namun,
pasien-pasien ini berada pada risiko tinggi terjadinya perdarahan ulang akibat trauma minor tambahan.
Subdural kronis yang densitasnya menyerupai otak sangat sulit untuk dideteksi pada CT Scan, pada
kasus ini kontras bisa digunakan untuk melihat kedaan membran vaskular disekelilingnya.

Perdarahan intraparenkim

CT Scan kepala dipercaya


bias mengidentifikasi intraparenchymal (atau intraserebral) hematoma sekecil 5mm. Initampak sebagai
daerah densitas tinggipada CT scan, biasanya dengan efek massa jauh lebih sedikit dibandingkan ukuran
sebenarnya. Perdarahan intraparenkim yang disebabkan trauma dapat segera terlihat setelah
cedera, atau baru muncul beberapa saat setelah terjadi pembengkakan. Selain
itu, memar dapat membesar dan lebih menonjol dalam 2 sampai 4 hari.Memar traumatis paling
sering terjadi di daerah penonjolan tulang (misalnya, temporal, frontal, oksipital).

Berbeda dengan lesi traumatik, perdarahan akibat lesi nontraumatic terjadi karena
penyaki thipertensi yang biasanya terlihat pada pasien usia lanjut dan terjadi paling sering terjadi di
area basal ganglia. Pendarahan dari lesi tersebut dapatmengalir ke dalam ruang
ventrikel, dengan temuan berupa intraventricular hemoragik pada CT
Scan. Perdarahan fossaposterior (misalnya, serebelar) dapat mengenai batang otak (pons, pedunkel
serebelar) atau pecah ke dalam ventrikelkeempat. Selain karena hipertensi, intraparenkimal
hemoragik dapat disebabkan oleh malformasi arteriovenous, perdarahan dari tumor, amiloid
angiopati, atau aneurisma yang pecah ke dalam substansi otak dibandingkan ke ruang subarachnoid.

Intraventrikular Hemoragik

Perdarahan intraventrikular bisa karena traumatik atau sekunder dari perdarahan intraparenkimal
atau perdarahan subarachnoid dengan ruptur ventrikel. Perdarahan ini terlihat sebagai densitas putih
didalam ruang ventrikel (normal hitam), hal ini berkaitan dengan outcome yang buruk dalam kasus-
kasus trauma (gejala yang muncul tidak sebanding dengan penyebabnya). Hidrocephalus merupakan
manifestasi akhir tanpa melihat etiologinya. Cairan serebrospinal (CSF) diproduksi di ventrikel lateral
sebanyak 0,5-1 mL per menit, dan ini terus berlangsung walaupun terjadi peningkatan tekanan
intraventikular. Terjadi hambatan pada setiap titik di jalur CSF (ventrikel lateral foramen Monro
ventrikel 3 saluranSylvius ventrikel 4 foramen Luschka dan Magendie cisterns granulasi
arachnoid) akan menghasilkan hidrosefalus, berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan
berpotensi terjadinya herniasi.

Anda mungkin juga menyukai