Anda di halaman 1dari 14

ATRESIA ANI

PEMBIMBING

DR . IQBAL PAHLEVI NASUTION


SPB, SPBA
Eristantya Trisuci Cute
100100133

100100078

Davis P. Pulungan

Octisa Almira Cantique. H


Batubara 100100321

100100217

M. Akbar

Ilham Surgawi
Adimas Ardian

100100019

Tri

100100335

Egi E. Botak
M. Al Ghazali Gondut

100100340
100100101

DEFENISI

Atresia ani atau anus imperforata atau


malformasi anorektal adalah suatu
kelainan kongenital tanpa anus atau
anus tidak sempurna, termasuk
didalamnya agenesis ani, agenesis rekti
dan atresia rekti.

FAKTOR PENYEBAB

Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah


dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yangterjadi antara minggu ke-4
hingga ke-6 usia kehamilan.
Berkaitan dengan Sindrom Down Malformasi anorektal
memiliki etiologi yang multifaktorial
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan. Kegagalan
pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus
dari tonjolan embrionik.

FAKTOR PREDISPOSISI

Sindrom vactrel (sindrom dimana terjadi


abnormalitas padavertebral, anal,
jantung, trachea, esofagus, ginjal, dan
kelenjar limfe).
Kelainan sistem pencernaan.
Kelainan sistem pekemihan.
Kelainan tulang belakang.

FISIOLOGI DAN FUNGSI


ANOREKTAL

Anus adalah bagian dari saluran


pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar (udara luar).
Terletak didasar pelvis, dindingnya
diperkuat oleh sfingter.

PATOFISIOLOGI

PATHWAY
OF ATRESIA ANI

MANIFESTASI KLINIS
Bayi muntah-muntah pada 2448 jam setelah lahir dan
tidak
terdapat
defekasi
mekonium.Gejala
ini
terdapat pada penyumbatan
yang
lebih
tinggi.Pada
golongan 3 hampir selalu
disertai
fistula.Pada
bayi
wanita
sering
ditemukan
fistula rektovaginal (dengan
gejala bila bayi buang air
besar feses keluar dari
(vagina)
dan
jarang
rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius. Sedang pada
bayi laki-laki dapat terjadi
fistula rektourinarius dan
berakhir di kandung kemih
atau
uretra dan jarang
rektoperineal.

Gejala yang akan timbul :


Mekonium tidak keluar
dalm 24 jam pertama
setelah kelahiran.
Tidak dapat dilakukan
pengukuran suhu rektal
pada bayi.
Mekonium keluar melalui
sebuah fistula atau anus
yang letaknya salah.
Perut kembung.
Bayi muntah-muntah
pada umur 24-48 jam.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang teliti.
Pada anamnesis dapat ditemukan :
Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah
lahir.
Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga
ditemukan adanya fistula
Bila ada fistula pada perineum maka
mekoneum (+) dan kemungkinan kelainan
adalah letak rendah

PENA MENGGUNAKAN CARA


Bayi laki-laki dilakukan pemeriksaan
perineum dan urin bila :

Fistel perianal (+), bucket handle, anal


stenosis atau anal membran berarti
atresia letak rendah maka dilakukan
minimal Postero Sagital Anorektoplasti
(PSARP) tanpa kolostomi
Bila mekoneum (+) maka atresia letak
tinggi dan dilakukan kolostomi terlebih
dahulu, setelah 8 minggi kemudian
dilakukan tindakan definitif.
Apabila pemeriksaan diatas
meragukan
dilakukan
invertrogram.Bila akhiran rektum < 1
cm dari kulit maka disebut letak
rendah.Akhiran rektum > 1 cm disebut
letak tinggi.Pada laki-laki fistel dapat
berupa rektovesikalis, rektouretralis
dan rektoperinealis.

Pada bayi perempuan 90 % atresia ani


disertai dengan fistel :
Bila ditemukan fistel perineal (+) maka
dilakukan minimal PSARP tanpa kolostomi.
Bila fistel rektovaginal atau
rektovestibuler dilakukan kolostomi
terlebih dahulu.
Bila fistel (-) maka dilakukan invertrogram:
apabila akhiran < 1 cm dari kulit dilakukan
postero sagital anorektoplasti, apabila
akhiran > 1 cm dari kulit dilakukan
kolostomi terlebih dahulu.
Bila mekonium didapatkan pada
perineum, vestibulum atau fistel perianal
maka kelainan adalah letak rendah .Bila
Pada pemeriksaan fistel (-) maka kelainan
adalah letak tinggi atau rendah.
Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24
jam setelah lahir agar usus terisis\ udara,
dengan caraWangenstein Reis (kedua kaki
dipegang posisi badan 7 vertikal dengan
kepala dibawah) atau knee chest position
(sujud) dengan bertujuan agar udara
berkumpul didaerah paling distal. Bila
terdapat fistula lakukan fistulografi.

TERAPI BEDAH
Manajemen bedah pada anus imperforata tergantung dari defek anatomi.Secara umum,
jika lesi letak rendah, hanya dikakukan operasi perineal tanpa kolostomi. Bayi dengan lesi
tinggi harus dilakukan kolostomi, diikuti prosedur penarikan pada usia kurang lebih 2
bulan.

Prosedur yang banyak dilakukan adalah prosedur posterior sagittal anorectoplasty


(PSARP).Hal ini berupa memposisikan pasien dengan posisi pronasi jackknife, membagi
otot levator ani dan kompleks sphincter eksternal pada posterior midline, memisahkan
komunikasi antara traktus gastrointestinal dengan traktus urinari, dan menarik kebawah
rektum setelah ukuran yang dikehendaki tercapai. Otot tersebut kemudian direkonstruksi
dan dijahit ke rektum.

BIODATA DAN ANAMNESA


IDENTITAS PASIEN

Nama

Jenis Kelamin
Perempuan

Umur

ANAMNESA PASIEN

: AP

: 04/ 05/ 2014/

1 tahun 3 bulan

Pekerjaan

:-

RM : 00.60.00.49

Tanggal masuk: 26
agustus 2015

Keluhan utama: anus


bengkak
Telaah: - Datang ke poli
dengan keluhan anus
bengkak kotoran pernah
keluar saat buang angin.
Keluhan kembung (-)
konsistensi normal
perasaan ingin BAB terasa,
soiling pernah terjadi
bersama flatus kemampuan
menahan feses > 1 menit
BAK normal berwarna
kuning jernih.

FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Follow Up
S
O

A
26
Agustus P
2015

Demam (-), mual dan muntah (-), anak aktif


Hemodinamik stabil, compos mentis
Abdomen:
I: stoma lancar, produksi feces (+)
P: timpani
P: tenderness (-)
A: peristaltic (+) normal
Post PSA d/t atresia ani post colostomy
Dipuasakan untuk operasi 6-8 jam sebelum
operasi
Persiapan darah 75cc 2 bag
Bowel: Metronidazole 500 mg/ kgbb
Ceftriaxone 500 mg/ kgbb
Bubur kecap
Konsul anestesi dan anak untuk toleransi
operasi
Jawaban anestesi: setuju tindakan anestesi

DAFTAR
PUSTAKA
1.Bedah UGM. Atresia Ani.
http://www.bedahugm.net.
2. Levitt M, Pena A. Anorectal
Malformation.Orphanet Journal of Rare
Diseases 2007, 2:33.
http://www.ojrd.com/content/2/1/33
3. Schwartz S.I., Brunicardi F.C., Andersen
D.K., Billiar T.R., Dunn D.L., Hunter J.G., et
al. Schwartz's principles of surgery. Edisi
10. United States: McGraw-Hill Education;
2014.
4. Kliegman R.M. Nelson textbook of
pediatrics: Saunders Elsevier; 2012.
5. Sadler TW. Langmans Medical
Embryology. 11th ed. Lippincott Williams
and Wilkins Inc. 2011.p.302-16
6. The Digestive System. In: Moore KL,
Persaud TVN. The Developing Human. 9th
ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2013.
7. Wahid R. Embriologi dan Anatomi
Anorektal. Repository Univeristas
Riau.2012
8. Rosen N.G, Cuffari C, Nazer H, et.al.
2014. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/9
29904-overview#a5

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai