Gambar 3.
Abdomen
(American
Physician,
Algoritma Nyeri
RUQ.
Family
2008)
Nyeri
Algoritma
Abdomen RLQ
Gambar 4. Algoritma Evaluasi Nyeri Abdomen RLQ. (American Family Physician, 2008)
Algoritma Nyeri Abdomen LLQ
Gambar 5.
Evaluasi Nyeri Abdomen LLQ. (American Family Physician, 2008)
Analgetik Untuk Nyeri Akut
Algoritma
Semua obat yang mempunyai efek analgetika biasanya efektif untuk mengatasi nyeri akut. Hal ini
dimungkinkan karena nyeri akut akan mereda atau hilang sejalan dengan laju proses penyembuhan
jaringan yang sakit.
Dalam melaksanakan farmakoterapi terdapat beberapa prinsip umum dalam pengobatan nyeri. Perlu
diketahui sejumlah terbatas obat dan pertimbangkan berikut:
Bisakan anestesi lokal mengatasi nyeri lebih baik, atau digunakan dalam kombinasi dengan
analgesik sistemik?
Bisakan digunakan metode lain untuk membantu meredakan nyeri, misal pemasangan bidai
untuk fraktur, pembalut luka bakar.
NYERI RINGAN
Farmakoterapi Tingkat I
Nama Obat
Dosis
Jadwal
Aspirin
4 jam sekali
Asetaminofen
325-650 mg
Farmakoterapi Tingkat II
Ibuprofen
200 mg
Sodium Naproksen
Awalan 440 mg
Selanjutnya 220 mg
Ketoprofen
12,5 mg
NYERI SEDANG
Farmakoterapi Tingkat III
Dosis
Nama Obat
Asetaminofen
Penyesuaian dosis.
Misal: Aspirin 1000 mg
Jadwal
4-6 jam sekali
Ibuprofen
Sodium Naproksen
Ketoprofen
Farmakoterapi Tingkat IV
kat III gagal, OAINS yang dipilih dapat diganti. Pilihan OAINS ke-2 sebaiknya dari kelompok kimia yang berbeda (Lihat tabel analgesik non-opioid yang
Farmakoterapi Tingkat V
Opioid (misal:codein)
NYERI SEDANG
Nama Obat
Farmakoterapi Tingkat VI
Dosis
Tramadol
50-100 mg
Jadwal
4-6 jam
NYERI BERAT
Farmakoterapi Tingkat VII
Nama Obat
Indikasi
Mekanisme
Bila
terapi non narkotik tidak efektif & terdapat riwayat terapi narkotik untuk nyeri
Morfin
Agonis parsial
Pada dasarnya ada 3 kelompok obat yang mempunyai efek analgetika yang dapat digunakan
untuk menanggulangi nyeri akut.
1. Obat analgetika nonnarkotika.
Termasuk disini adalah obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS)
Banyak jenis obat ini. Manfaat dan efek samping obat-obat ini wajib dipahami sebelum
memberikan obat ini pada penderita. Obat antiinflamasi nonsteroid mempunyai titik tangkap
kerja dengan mencegah kerja ensim siklooksigenase untuk mensintesa prostaglandin.
Prostaglandin yang sudah terbentuk tidak terpengaruh oleh obat ini.
Obat ini efektif untuk mengatasi nyeri akut dengan intensitas ringan sampai sedang. Obat ini
tersedia dalam kemasan yang dapat diberikan secara oral (tablet, kapsul, sirup), dalam kemasan
suntik. Kemasan suntik dapat diberikan secara intra muskuler, dan intravena. Pemberian
intravena dapat secara bolus atau infus. Obat ini juga tersedia dalam kemasan yang dapat
diberikan secara supositoria
Memiliki potensi analgesik sedang dan merupakan anti-radang. Efektif untuk bedah mulut
dan bedah ortopedi minor. Mengurangi kebutuhan akan opioid setelah bedah mayor. Obatobat AINS memiliki mekanisme kerja sama, jadi jangan kombinasi dua obat AINS yang
berbeda pada waktu bersamaan.
Bisa diberikan dengan banyak cara: oral, im, iv, rektal, topikal. Pemberian oral lebih disukai
jika ada. Diklofenak iv harus dihindari karena nyeri dan bisa menimbulkan abses steril pada
tempat suntikan.
Kontraindikasi AINS
Hiperkalemia
Transplantasi ginjal
Penderita diabetes yang mungkin mengidap nefropati dan/atau penyakit pembuluh darah
ginjal
Pasien yang mendapat penghambat ACE, diuretik hemat- kalium, penyekat beta,
cyclosporin, atau metoreksat.
Elektrolit dan kreatinin harus diukur teratur dan setiap kemunduran fungsi ginjal atau gejala
lambung adalah indikasi untuk menghentikan AINS.
Ibuprofen aman dan murah. Obat-obat kerja lama (misal piroksikam) cenderung memiliki
efek samping lebih banyak. Penghambat spesifik dari siklo-oksigenase 2 (COX-2) misal
meloxicam mungkin lebih aman karena efeknya minimal terhadap sistem COX gastrointestinal
dan ginjal.
Pemberian AINS dalam jangka lama cenderung menimbul-kan efek samping daripada
pemberian singkat pada periode perioperatif. Antagonis H 2 (misal ranitidin) yang diberikan
bersama AINS bisa melindungi lambung dari efek samping.
.
1
Fentanyl juga
tersedia dalam kemasan yang dapat diberikan secara intranasal atau dengan patch dikulit.
Sudah tersedia dalam bentuk tablet (morfin tablet). Juga tersedia dalam kemasan supositoria.
Penggunaan obat narkotik ini harus disertai dengan pencatatan yang detail dan ketat, serta
harus ada pelaporan yang rinci tentang penggunaan obat ini ke instansi pengawas
penggunaan obat-obat narkotika.
Gambar 3.3. Algoritme untuk pemberian opioid im. Skor nyeri: 0, tidak ada nyeri; 1 nyeri ringan;2,
nyeri sedang; 3, nyeri berat. Skor sedasi: 0, bangun; 1, ngantuk kadang-kadang; 2
kebanyakan tertidur; 3, sukar dibangunkan. Morfin:berat 40-65 kg: 7,5 mg; berat 65100 kg: 10 mg : Naloxone:200 g iv, sesuai kebutuhan.
Dengan ditemukannya reseptor opioid didaerah kornua dorsalis medulla spinalis di
tahun 1970 an, obat ini dapat diberikan secara injeksi kedalam ruang epidural atau kedalam
ruang intratekal. Bila cara ini dikerjakan, dosis obat yang digunakan menjadi sangat kecil,
menghasilkan efek analgesia yang sangat baik dan durasi analgesia yang sangat
lama/panjang.
Pemakaian obat analgetika narkotika secara epidural atau intratekal, dapat
dikombinasi dengan obat-obat Alfa-2 agonist, antikolinesterase atau adrenalin.
Dengan kombinasi obat-obat ini, akan didapat efek analgesia yang sangat adekuat serta
durasi yang lebih panjang, sedangkan dosis yang diperlukan menjadi sangat kecil.
2. Kelompok obat anestesia lokal.
Obat ini bekerja pada saraf tepi, dengan mencegah terjadinya fase depolarisasi pada saraf
tepi tersebut. Obat ini dapat disuntikkan pada daerah cedera, didaerah perjalanan saraf tepi
yang melayani dermatom sumber nyeri, didaerah perjalanan plexus saraf dan kedalam ruang
epidural atau interatekal.
Obat
Maksimum
Maksimum
untuk infiltrasi
untuk anestesi
lokal
pleksus
3 mg/kg
4 mg/kg
5 mg/kg
7 mg/kg
Bupivacaine
1,5 mg/kg
2 mg/kg
Bupivacaine dengan
2 mg/kg
3,5 mg/kg
Prilocaine
5 mg/kg
7 mg/kg
Prilocaine dengan
5 mg/kg
8 mg/kg
Lidocaine
(lignocaine)
Lidocaine
(lignocaine) dengan
adrenalin (epinefrin)
adrenalin(epinefrin)
adrenalin(epinefrin)
Tabel 3.2. Dosis maksimum aman dari anestesi lokal
Obat anestesia lokal yang diberikan secara epidural atau intratekal dapat dikombinasikan
dengan opioid. Cara ini dapat menghasilkan efek sinergistik. Analgesia yang dihasilkan lebih
adekuat dan durasi lebih panjang. Obat yang diberikan intratekal hanyalah obat yang
direkomendasikan dapat diberikan secara intratekal. Obat anesthesia lokal tidak boleh langsung
disuntikkan kedalam pembuluh darah. Memberikan analgesia tambahan untuk semua jenis operasi.
Bisa menghasilkan analgesia tanpa pengaruh terhadap kesadaran. Teknik sederhana seperti infiltrasi
lokal ke pinggir luka pada akhir prosedur akan menghasilkan analgesia singkat. Tidak ada alasan
untuk tidak menggunakannya. Blok saraf, pleksus atau regional bisa dikerjakan untuk berlangsung
beberapa jam atau hari jika digunakan teknik kateter.
Komplikasi bisa terjadi:
Komplikasi tersering berkaitan dengan teknik spesifik, misal hipotensi pada anestesi
epidural karena blok simpatis, dan kelemahan otot yang menyertai blok saraf besar.
Toksisitas sistemik bisa terjadi akibat dosis berlebihan atau pemberian aksidental dari
anestesi lokal secara sistemik. Ini bermanifestasi mulai dari kebingungan ringan, sampai
hilang kesadaran, kejang, aritmia jantung dan henti jantung.
Pemberian obat yang salah merupakan malapetaka pribadi dan mediko-legal. Ekstra
hati-hati diperlukan ketika memberikan obat.
Otak
Inhibisi
desenden
Lesi
Th/
NE/5HT
Reseptor
opioid
Medulla
Spinalis
TCA
Tramadol
Opioid
dll
Sensitisasi
sentral
(NMDA,
Calcium)
Th/
GABAPENTIN
Okskarbasepin
Lamotrigin
Ketamin
Dextromethorphan
GABAPENTIN
Karbamasepin
Okskarbasepin
PHENYTOIN
Mexiletine
Lidocain, dll
Th/
Pemantauan yang baik terhadap pasien untuk menilai efek terapi dan efek samping.
merupakan metode ideal bagi pasien yang membutuhkan lebih banyak ataupun lebih sedikit
daripada standar. Jika kadar plasma berada dibawah ambang analgesik, pasien dapat mentitrasi
sendiri opiod pada kadar analgesia yang mereka butuhkan (selama masih dalam batasan terapi). 6
Dosis bolus dan waktu stop bisa diubah sesuai dengan kebutuhan individu. Pasien harus mendapat
PCA dari jalur infus khusus atau katup satu arah pada infus jaga (jika diberikan dengan piggyback).
Ini mencegah akumulasi sejumlah besar opioid dalam infus.
Dapus :
WHO. 2015. Pain Relief Ladder. www.who.int/cancer/palliative/painladder/en/.
(di akses bulan mei 2016)
American Family Physician. 2008. Evaluation of Acute Abdominal Pain in Adults.
http://www.aafp.org/afp/2008/0401/p971.html. diakses pada bulan mei 2016
Murdani, A dkk. 2012. Diagnostic Approach and Management of Acute Abdominal Pain.
Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia. Jakarta