Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

SILIKONOMA PENIS
A. Definisi
Silikonoma adalah granuloma kronik yang timbul karena adanya
iritasi yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama dengan silikone.
Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma sering adalah suatu kondisi
kulit yang ditandai dengan banyaknya granuloma-granuloma serta fibrosis
yang terjadi pada jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi silikone
maupun mineral oil lainnya. Sclerosing lipogranuloma pada genitalia pria
adalah suatu keadaan dimana terdapat massa subkutan pada penis.
Silikonoma penis terjadi akibat injeksi cairan viskositas tinggi untuk
tujuan membesarkan ukuran maupun merubah kontur penis. Karna
material tersebut tidak bisa di metabolisme oleh tubuh sehingga
menimbulkan reaksi tubuh terhadap benda asing. Akibatnya berisiko
terhadap kesehatan dan memerlukan intervensi segera agar tidak
menyebabkan gangguan fungsi organ.

B. Anatomi
Penis terdiri dari radix penis yang terfiksasi dan korpus penis yang
tergantung bebas. Korpus penis terdiri dari dua permukaan yaitu
permukaan dorsum penis dan ventral yang berada dekat uretra. Jaringan
erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal yaitu sepasang korpus
kavernosum dan sebuah korpus spongiosum di bagian tengah. Pada bagian
distal corpus spongiosum penis melebar membentuk glands penis. Pada
ujung glands penis terdapat celah yang merupakan muara uretra disebut
ostium uretra externa. Glands dilapisi kulit tipis berlipat yang dapat ditarik
ke proksimal yang disebut preputium. Preputium ini dibuang saat
dilakukan tindakan sirkumsisi.

1
Anatomi Genitalia Eksterna Pria

C. Epidemiologi
Penggunaan silikone cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain
dengan tujuan memperbesar ukuran dan merubah kontur penis sudah
dikenal pada komunitas primitif. Walaupun banyak komplikasi serius
akibat praktek ini, tren semacam ini semakin populer hingga abad ke 20.
Kasus silikonoma penis telah banyak dilaporkan dalam literatur
internasional paling banyak terjadi di Asia, Rusia, dan Eropa Timur. Pasien
terbanyak laki-laki dewasa muda.
D. Etiologi
Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma terjadi akibat
penggunaan injeksi zat seperti silikone, paraffin maupun mineral oil
lainnya.

E. Patofisiologi
Silikonoma terjadi akibat injeksi silikone maupun mineral oil jenis
lain. Granuloma semacam ini disebabkan oleh proses radang kronik yang
bersamaan dengan infeksi akibat adanya benda asing dalam interstisial,
sedangkan tubuh tidak memiliki enzim untuk memetabolisme bahan
eksogen yang berada di interstisial sehingga terjadi reaksi penolakan
terhadap benda asing. Proses radang ini diperantarai oleh makrofag,
limfosit dan kadang-kadang sekelompok sel raksasa berinti banyak. Sifat
khas peradangan ini adalah pengumpulan makrofag dalam jumlah besar
dan agregasi makrofag menjadi gumpalan-gumpalan nodular yang disebut

2
granuloma. Granuloma biasanya terbentuk karena adanya agen penyerang
yang menetap di jaringan yang resisten terhadap usaha tubuh untuk
membuangnya. Agen-agen semacam itu dapat berupa bahan-bahan tidak
larut tetapi steril. Gambaran histopatologi pada penyakit ini adanya
substitusi jaringan subkutan dengan ruang kistik minyak. Ruang ini
muncul sebagai kista kosong ketika dilakukan pengecatan dengan
hematoksilin dan eosin.

F. Gejala Klinis
Reaksi penolakan terhadap benda asing muncul dalam bentuk
peradangan sehingga menyebabkan gejala klinis seperti nyeri, indurasi,
edema, jaringan parut, ulserasi, perubahan warna kulit dan pembengkakan
pada penis, deformitas, nekrosis, nyeri saat ereksi dan ketidak mampuan
melakukan aktifitas seksual. Gejala-gejala tersebut kebanyakan muncul
setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah injeksi.

G. Terapi
Terapi definitif pada pasien dengan kasus silikonoma penis
meliputi eksisi dan pengangkatan lengkap massa yang terdapat pada
jaringan kulit maupun subkutan yang bisa menyebabkan gangguan fungsi
organ, teknik ini merupakan metode yang tepat untuk menghindari gejala
penyakit ini muncul lagi di masa depan. Terdapat juga teknik lain yaitu
kombinasi antara teknik di atas dengan teknik penggunaan Scrotal Flaps
atau Split Thickening Skin Grafts. Pada teknik scrotal flaps setelah seluruh
massa diangkat, kemudian dilakukan skin flap menggunakan kulit skrotum
yang di vaskularisasi oleh cabang posterior arteri pudenda interna atau
cabang anterior arteri pudenda eksterna sebagai flap. Split Thickening Skin
Grafts merupakan skin graft yang meliputi seluruh bagian epidermis dan
dermis. Cara ini lebih dapat diterima dari segi kosmetika dan perbaikan
fungsi seksual. Bisa menggunakan kulit dari bagian inguinal maupun kulit
asli dari penis.

3
H. Prognosis
Pengangkatan seluruh massa merupakan satu-satunya penanganan
yang efektif dan tepat. Kekambuhan dapat terjadi pada kasus eksisi yang
tidak lengkap.

4
DAFTAR PUSTAKA

1. Grabb & Smiths Plastic Surgery. Edisi 4. 1997.


2. Anonym. Silikone. http://id.wikipedia.org/wiki/Silikone. 2012.
3. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2000.
4. Anonym. Sclerosing Lipogranuloma. 2010.
http://en.wikipedia.org/wiki/Sclerosing_lipogranuloma
5. Tanggo V, Budi AS. Differentiation Management In Reconstruction of
Penile Siliconoma. Departement of Plastic Reconstructive and Esthetic
Surgery Airlangga University, Dr Soetomo General Hospital Surabaya,
Indonesia. 2012.
6. Anonym. Injeksi Silikon Awas Efek Sampingnya. 2009.
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/6119
7. Wiwanitkit V. Penile Injection of Foreign Bodies in Eight Thai Patients.
Departement of Laboratory Medicine, Faculty of Medicine, Chulalongkom
University, Bangkok, Thailand. 2004.
8. Lee T, Choi HR, Lee YT, Lee YH. Paraffinoma of the Penis. Yonsei
Medical Journal. Volume 35. No 3. 1994.
9. Qadrijati I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia. PSKS,
UNS. 2011.
10. Marc A, Bjurlin, et al. Mineral Oil-Induced Sclerosing Lipogranuloma of
The Penis. Division of Urology, Departement of Surgery, Cook County
Health and Hospital System, Cook County Hospital, Chicago. 2010.
11. Cubilla A. Chaux LD. Penis and Scrotum Non-neoplastic Lesion of
Scrotum Sclerosing Lipogranuloma. 2010.
12. Price SA, Wilson LM. Patofosiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.
13. Bayraktar N, Basar I. Penile paraffinoma. Hindawi Publishing
Corporation. Case Report in Urology. 2012.
14. Jeong JH, Shin HJ, Woo SH, Seul JH. A New Repair Technique for Penile
Paraffinoma. Departement of Plastic and Reconstuctive Surgery,
Yeungnam University College of Medicine, Korea. 1996.
15. Kokkonouzis I, Antoniou G, Droulias A. Penis Deformity After Intra-
Urethral Liquid Paraffin Administration in a Young Male : a Case Report.
Department of Urology, Kyparissia General Hospital, Kyparissia, Greece.
2008.

Anda mungkin juga menyukai