PENDAHULUAN
Silikone atau dimethylsiloxane adalah polimer inorganik yang terdiri dari tulang
belakang silikon-oksigen. Silikone dapat disintesis menjadi beberapa jenis material seperti
Silikone tidak berbau, tak berwarna, tahan air, tahan kimia, tahan oksidasi dan stabil
pada suhu tinggi. Silikon cair dikembangkan tahun 1963 dan digunakan sebagai bahan
augmentasi pada payudara dan wajah. Lama kelamaan, banyak laporan tentang akumulasi bahan
ini yang mengakibatkan efek samping termasuk peradangan, indurasi, perubahan warna kulit
Penggunaan silikone cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain dengan tujuan
memperbesar ukuran dan merubah kontur penis sudah dikenal pada komunitas primitif.
Walaupun banyak komplikasi serius akibat praktek ini, tren semacam ini semakin populer
hingga abad ke 20. Kasus silikonoma penis telah banyak dilaporkan dalam literatur internasional
paling banyak terjadi di Asia, Rusia, dan Eropa Timur. Pasien terbanyak laki-laki dewasa
muda.3,4
Silikonoma penis terjadi akibat injeksi cairan viskositas tinggi untuk tujuan membesarkan
ukuran maupun merubah kontur penis. Hal ini menyebabkan konsekuensi rusaknya fungsi
seksual dari organ tersebut.5 Saat ini penggunaan silikone cair baik untuk alasan kecantikan
1
2
maupun lain-lain sudah sangat populer di kalangan masyarakat luas. Tidak sedikit pula saat ini
praktek penyuntikan silikone secara ilegal yang dilakukan oleh tenaga non medis. Umumnya
penyuntikkan silikone ini dilakukan pada tempat-tempat yang ingin dirubah bentuk dan
konturnya misalnya di daerah hidung, dagu, kelopak mata, pipi, payudara hingga penis.6
Sejak dahulu, banyak yang menganut paham bahwa memiliki organ seksual dengan
ukuran yang besar merupakan symbol kekuatan seorang pria khususnya dalam hal seksualitas
sehingga hal ini sudah menjadi budaya popoler pada komunitas primitif meskipun praktek ini
menjadi kurang modis setelah tahun 1990an. Namun praktek ini terus berlanjut di beberapa
bagian dunia, hal ini dibuktikan dari banyaknya laporan kasus baik dari Asia maupun Eropa.7
Penelitian yang dilakukan oleh Tack Lee dkk (1994) pada pasien-pasien yang memiliki
riwayat injeksi silikone maupun bahan-bahan lain oleh tenaga non medis menyimpulkan bahwa
tujuan penggunaan silikone maupun bahan-bahan lain untuk injeksi pada penis diataranya yaitu :
memperbesar ukuran penis, mengatasi masalah disfungsi ereksi, dan untuk memuaskan pasangan
seksual. Gejala-gejala yang timbul juga bervariasi tetapi yang terbanyak dikeluhkan adalah nyeri
pada lokasi suntikkan. Sedangkan sebagian pasien memiliki keluhan yang tidak spesifik seperti
perubahan kontur penis dan perubahan warna kulit pada lokasi suntikkan. 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Silikonoma adalah granuloma kronik yang timbul karena adanya iritasi yang terus menerus
dalam jangka waktu yang lama dengan silikone. Silikonoma terdapat beberapa variasi penamaan,
misalnya penile paraffinoma, penile siliconoma, penile sclerosing lipogranuloma, penile mineral
oil granuloma, penile foreign body granuloma. Sclerosing lipogranuloma adalah suatu kondisi
kulit yang ditandai dengan banyaknya granuloma-granuloma serta fibrosis yang terjadi pada
jaringan lemak subkutan akibat dari injeksi silicone maupun mineral oil lainnya.9,10 Sclerosing
lipogranuloma pada genitalia pria adalah suatu keadaan dimana terdapat massa subkutan pada
penis. Silikonoma penis terjadi akibat injeksi cairan viskositas tinggi untuk tujuan membesarkan
ukuran maupun merubah kontur penis. Material tersebut tidak bisa di metabolisme oleh tubuh
sehingga menimbulkan reaksi tubuh terhadap benda asing. Akibatnya berisiko terhadap kesehatan
dan memerlukan intervensi segera agar tidak menyebabkan gangguan fungsi organ.8
2.1.2 Epidemiologi
Penggunaan silikone cair, paraffin maupun mineral oil jenis lain dengan tujuan
memperbesar ukuran dan merubah kontur penis sudah dikenal pada komunitas primitif.
Walaupun banyak komplikasi serius akibat praktek ini, tren semacam ini semakin populer hingga
abad ke 20. Kasus silikonoma penis telah banyak dilaporkan dalam literatur internasional paling
banyak terjadi di Asia, Rusia, dan Eropa Timur. Pasien terbanyak laki-laki dewasa muda.9 Dari
sebuah studi didapatkan puncak usia pasien dengan granuloma penis adalah 28 tahun, sedangkan
3
4
pasien termuda adalah 19 tahun. Dua puluh tiga (23 dari 25, 92%) pasien berasal dari Gipsy dan
dua pria berasal dari Bulgaria. Semua pasien memiliki perilaku sosial berisiko (narapidana dan
pengemis). Motivasi 20 dari 25 (80%) pasien adalah untuk memperbesar ukuran penis. Lima
belas (15 dari 25, 60%) ingin meningkatkan kepuasan pasangan seksual. Mayoritas pasien (23
dari 25, 92%) mendapat suntikan zat lemak, dan 2 (2 dari 25, 8%) telah melakukan implantasi
pelet plastik. Dalam 14 kasus (14 dari 25, 56%), injeksi mineral oil menyebabkan komplikasi
2.1.3 Anatomi
Penis terdiri dari radix penis yang terfiksasi dan korpus penis yangtergantung bebas.
Korpus penis terdiri dari dua permukaan yaitu permukaan dorsum penis dan ventral yang berada
dekat uretra. Jaringan erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal yaitu sepasang
korpuskavernosum dan sebuah korpus spongiosum di bagian tengah. Pada bagian distal corpus
spongiosum penis melebar membentuk glands penis. Pada ujung glands penis terdapat celah
yang merupakan muara uretra disebutostium uretra externa. Glands dilapisi kulit tipis berlipat
yang dapat ditarik ke proksimal yang disebut preputium. Preputium ini dibuang saatdilakukan
tindakan sirkumsisi.12
5
Vaskularisasi penis berasal dari arteri iliaca interna menuju arteri pudenda interna yang
kemudian menjadi arteri penis komunis. Arteri penis komunis ini selanjutnya bercabang menjadi
arteri kavernosa atau arteri sentralis, arteri dorsalis penis dan arteri bulbouretralis. Arteri penis
komunis ini melewati kanal dari Alcock yang berdekatan dengan os pubis dan mudah mengalami
cedera jika terjadi fraktur pelvis. Arteri kavernosa memasuki korpora kavernosa kemudian
bercabang menjadi arteriol-arteriol helisin, yang kemudian arteriol ini akan mengisikan darah ke
dalam sinusoid. Darah vena dari rongga sinusoid di alirkan melalui anyaman/pleksus yang
terletak di bawah tunika albuginea. Anyaman/pleksus ini bergabung membentuk venule emisaria
dan kemudian menembus tunika albuginea untuk mengalirkan darah ke vena dorsalis penis.13
6
2.1.5 Etiologi
Silikonoma atau sclerosing lipogranuloma terjadi akibat penggunaan injeksi zat seperti
2.1.6 Histopatologi
Silikonoma terjadi akibat injeksi silikone maupun mineral oil jenis lain. Granuloma
semacam ini disebabkan oleh proses radang kronik yang bersamaan dengan infeksi akibat adanya
benda asing dalam interstisial, sedangkan tubuh tidak memiliki enzim untuk memetabolisme
bahan eksogen yang berada di interstisial sehingga terjadi reaksi penolakan terhadap benda
asing. Proses radang ini diperantarai oleh makrofag, limfosit dan kadang-kadang sekelompok sel
raksasa berinti banyak. Sifat khas peradangan ini adalah pengumpulan makrofag dalam jumlah
besar dan agregasi makrofag menjadi gumpalan-gumpalan nodular yang disebut granuloma.
7
Granuloma biasanya terbentuk karena adanya agen penyerang yang menetap di jaringan yang
resisten terhadap usaha tubuh untuk membuangnya. Agen-agen semacam itu dapat berupa bahan-
bahan tidak larut tetapi steril. Gambaran histopatologi pada penyakit ini adanya substitusi
jaringan subkutan dengan ruang kistik minyak. Ruang ini muncul sebagai kista kosong ketika
2.1.7 Patofisiologi
Reaksi penolakan terhadap benda asing muncul dalam bentuk peradangan sehingga
menyebabkan gejala klinis seperti nyeri, indurasi, edema, jaringan parut, ulserasi, perubahan
warna kulit dan pembengkakan pada penis, deformitas, nekrosis, nyeri saat ereksi dan ketidak
mampuan melakukan aktifitas seksual. Pada banyak kasus dapat melibatkan skrotum dan area
suprapubic dan dapat menimbulkan ulkus. Terdapat beberapa laporan dapat menimbulkan
terjadinya karsinoma sel squamosal. Gejala-gejala tersebut kebanyakan muncul setelah beberapa
gunakan untuk dapat menentukan jenis sel yang mengalami proliferasi akibat reaksi inflamasi.
Selain itu bisa juga di lakukan pemeriksaan MRI untuk mengetahui seberapa luas penyebaran
parafin yang diinjeksikan.16 Pemeriksaan USG juga dapat menunjukkan penebalan skrotum
sampai edem. Pemeriksaan CT-Scan abdomen dan panggul juga dapat menunjukkan adanya
pembesaran skrotum bilateral dengan disertai komponen lemak yang mengarah ke anterior
dinding perut.17
9
2.1.10 Terapi
a. Tindakan operatif:
Silikonoma yang disebabkan oleh suntikan silikon di penis menyebabkan silikonoma sehingga
Tata Laksana: dilakukan insisi di daerah pubis dan skrotum. Tindakan ini tidak akan
c. Isotretionin. Pemberian per oral dengan dosis rendah (20 mg dosis total per hari). Pemilihan
d. Minocycline.
Terapi definitif pada pasien dengan kasus silikonoma penis meliputi eksisi dan pengangkatan
lengkap massa yang terdapat pada jaringan kulit maupun subkutan yang bisa menyebabkan
gangguan fungsi organ, teknik ini merupakan metode yang tepat untuk menghindari gejala
penyakit ini muncul lagi di masa depan. Terdapat juga teknik lain yaitu kombinasi antara teknik
di atas dengan teknik penggunaan Scrotal Flaps atau Split Thickening Skin Grafts.19,20 Pada
teknik scrotal flaps setelah seluruh massa diangkat, kemudian dilakukan skin flap menggunakan
kulit skrotum yang di vaskularisasi oleh cabang posterior arteri pudenda interna atau cabang
anterior arteri pudenda eksterna sebagai flap.8 Split Thickening Skin Grafts merupakan skin graft
yang meliputi seluruh bagian epidermis dan dermis. Cara ini lebih dapat diterima dari segi
kosmetika dan perbaikan fungsi seksual. Bisa menggunakan kulit dari bagian inguinal maupun
2.1.11 Komplikasi
Komplikasi segera berupa hematoma, infeksi, dan nekrosis kulit penis. Komplikasi lanjut
2.1.12 Prognosis
Pengangkatan seluruh massa merupakan satu-satunya penanganan yang efektif dan tepat.
4. Cubilla A. Chaux LD. Penis and Scrotum Non-neoplastic Lesion ofScrotum Sclerosing
Lipogranuloma. 2010.
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/6119
Thailand. 2004.
8. Lee T, Choi HR, Lee YT, Lee YH. Paraffinoma of the Penis. Yonsei Medical Journal.
http://en.wikipedia.org/wiki/Sclerosing_lipogranuloma
10. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC. 2000.
11
12
Granuloma of The Penis in Sexually Active Individuals ( penile paraffinoma). J Eur Acad
12. Qadrijati I. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Manusia. PSKS, UNS. 2011.
13. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
14. Cubilla A. Chaux LD. Penis and Scrotum Non-neoplastic Lesion of Scrotum Sclerosing
Lipogranuloma. 2010.
15. Price SA, Wilson LM. Patofosiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
16. Bayraktar N, Basar I. Penile paraffinoma. Hindawi Publishing Corporation. Case Report
in Urology. 2012.
19. Jeong JH, Shin HJ, Woo SH, Seul JH. A New Repair Technique for Penile. Departement
1996.
20. Kokkonouzis I, Antoniou G, Droulias A. Penis Deformity After Intra- Urethral Liquid