PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.4 Anatomi Tendon Fleksor Tangan
Selaput sinovial fleksor utama (bursa ulnaris) berada di dalam carpal tunnel
dan meluas sampai pertengahan tulang metacarpal di tengah palmar. Bursa ulnaris
ini menyelubungi 8 tendon fleksor digitorum superfisialis dan profunda. Sisi
ulnarisnya berlanjut sebagai selaput sinovial tendon untuk jari kelingking. Selaput
sinovial jari dari 3 jari medial menyelubungi secara terpisah dari proksimal
metacarpal sampai insersinya ke phalanx distal. Tendon fleksor pollicis longus
masuk ke permukaan anterior dari proksimal phalanx distal ibu jari. Sedangkan
tendon fleksor digitorum profunda memasuki selaput fibrosa pada proksimal
metacarpal dan ujungnya melebar untuk masuk ke permukaan volar dari
proksimal phalanx distal dari 4 jari medial. Tendon fleksor digitorum superfisial
juga masuk ke selaput fibrosa pada tempat yang sama dan ujungnya melebar.
3
Gambar 1. Struktur FDS dan FDP dalam selubung tendon.
Dikutip dari Netter.
4
tendon biasanya dekat dengan insersi dan perbaikan tendon ke tulang lebih
dibutuhkan daripada perbaikan tendon ke tendon.
Letaknya antara ligamentum carpal transversum dengan sisi distal dari canalis
carpii proximal.
Letaknya di dalam canalis carpii. Trauma tendon pada zona ini jarang terjadi
karena proteksi dari ligamentum carpal transversum yang kuat.
Zona V: Proksimal
Letaknya pada bagian dorsal dari canalis carpalis pada bagian distal antebrachium.
5
FDP berfungsi sebagai fleksor jari utama, sedangkan FDS dan intrinsic
muscle bergabung untuk memperkuat cengkeraman. Kekuatan tendon FDS dua
hingga tujuh kali lebih kecil daripada yang dihasilkan FDP saat menggenggam
dan mencubit Pada jari, tendon fleksor terbungkus oleh selubung tendon yang
dilapisi oleh lapisan synovial visceral dan parietal yang berisi cairan synovial.
Selubung tendon fleksor jari merupakan suatu trowongan ligamen yang kuat
(fibro osseous tunnel) yang terdiri dari bagian yang tebal yaitu 5 buah annular
pulleys (Al - A5) dan bagian yang tipis berupa 3 buah cruciate ligamen / pulleys
(C1 - C3).
6
2.5 Anatomi Tendon Ekstensor Tangan
Tendon ekstensor berjalan dari lengan bawah kedorsal melalui 6
kompartemen dibawah retinakulum ekstensor.
Dari sisi lateral kemedial retinakulum, kompartemen mengandung sejumlah
tendon. Kompartemen pertama mengandung ekstensor pollicis brevis dan
abduktor pollicis longus; Kedua, ekstensor carpi radialis longus dan brevis; ketiga,
ekstensor pollicis longus; keempat, empat tendon ekstensor dogitorum communis
dan ekstensor indicis proprius; kelima, ekstensor digiti quiti; keenam, ekstensor
carpi ulnaris.
7
Klasifikasi trauma tendon bedasarkan zona anatomi
- Zona I : Phalanx distal dan distal
8
Gambar 5. Zona tendon ekstensor
9
Menurut fungsinya tendon dibagi menjadi tendon yang diselubungi oleh
selubung tendon (tendon sheath) dan tendon yang diselubungi jaringan ikat
longgar paratenon. Selubung tendon memungkinkan tendon untuk melekuk dan
terutama pada tendon fleksor. Pada tendon yang tidak melekuk dikelilingi
paratenon. Sekeliling tendon yang berupa jaringan ikat yang longgar.
10
dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan
menyebabkan terjadinya gerakan.
Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. Ruptur tendon
adalah robek, pecah atau terputusnya tendon yang diakibatkan karena tarikan yang
melebihi kekuatan tendon.
b. Etiologi
a. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
b. Obat – obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotic yang
dapat meningkatkan resiko rupture
c. Cedera dalam olahraga, seperti melompat dan berputar pada olahraga
badminton, tenis, basket, dan sepakbola
d. Trauma benda tajam atau tumpul
c. Faktor Resiko
a. Umur : 30 – 40 th (> 30 th)
b. Jenis kelamin : Laki – laki > Perempuan (5 : 1)
c. Obesitas
d. Olahraga
e. Riwayat ruptur tendon sebelumnya
f. Penyakit tertentu arthritis, DM
d. Diagnosis
Anamnesa
Status general pasien berupa usia, tangan yang dominan, pekerjaan, hobbi,
dan riwayat masalah tangan sebelumnya. Kapan dan dimana trauma terjadi. Pada
kasus trauma untuk mengetahui keakutan trauma dan kemungkinan kontaminasi
dengan benda asing.
Pemeriksaan Klinis
11
jari telunjuk dalam posisi sedikit fleksi dan jari kelingking paling fleksi. Jika
kedua tendon jari terpotong, maka jari akan berada dalam posisi hiperekstensi.
Pada ibu jari, untuk pemeriksaan tendon fleksor pollicis longus, sendi
metacarpophalangeal ibu jari ditahan. Jika tendon fleksor pollicis longus
terpotong, fleksi pada sendi interphalangeal tidak ada. Sedangkan jika luka
terletak pada pergelangan, sendi jari dapat fleksi secara aktif meskipun tendon
jarinya terpotong. Hal ini dikarenakan interkomunikasi tendon fleksor digitorum
profunda pada pergelangan, khususnya jari manis dan kelingking. Pada ruptur
tendon parsial biasanya tetap berfungsi, namun gerakan jari dibatasi oleh nyeri.
Pemeriksaan Radiologi
12
e. Penatalaksanaan
Penanganan Trauma Tendon Fleksor
Mekanisme trauma fleksor tangan dan jari tidak lagi diterapi dengan
rekonstruksi tertunda karena perbaikan primer langsung dan tertunda memberi
hasil yang baik sampai sempurna, meski dilakukan pada jari tengah. Hasil yang
memuaskan dilaporkan pada 75 – 98 % pasien.
Zona I
Zona II
Kedua laserasi tendon direkonstruksi pada zona II. Jahitan 4-strand dengan
jahitan epitenon. Rekonstruksi Kessler modifikasi Strickland dilakukan dengan
menggunakan 2 poros jahitan untuk tendon fleksor digitorum profunda.
Zona III
Zona IV
Zona V
13
Strickland menekankan 6 karakter rekonstruksi tendon ideal
Teknik Jahitan
a. Jahitan end-to-end
Teknik Brunel crisscross merupakan teknik klasik jahitan end-to-end.
Meskipun cengkraman jahitan baik, namun tidak umum digunakan
karena dipercaya bahwa penempatan intratendinosa jahitan crisscross
memungkinkan kerusakan vaskularitas intratendinosa, dan menjadikan
tendon avaskuler. Kleinert modifikasi Bunnell crisscross lebih mudah
ditanam dan mungkin lebih kurang menyebabkan iskemia intratendinosa.
Jahitan Kessler merupakan modifikasi jahitan Mason-Allen. Teknik ini
efektif untuk rekonstruksi tendon pada jari-jari dan palmar.
b. Rekonstruksi end-to-side
Rekonstruksi end-to-side sering digunakan pada transfer tendon saat satu
otot mengaktifasi beberapa tendon.
Inflamasi
14
Sel-sel ini kemudian melepaskan faktor pertumbuhan dan faktor kemotaktik.
Dalam 2 cm sekitar perbaikan, sel-sel dalam epitenon berproliferasi dan
bermigrasi ke lokasi perbaikan. Regangan pada fase ini sama dengan regangan
pada rekonstruksi. Fase inflamasi berlangsung 0 – 14 hari.
Reparasi
Remodelling
Saat ini secara umum sudah diterima bahwa dengan memberikan latihan
gerakan pasif dini (LGPD) pada tendon pasca penyambungan akan mempercepat
penguatan tensile strength, adesi lebih minimal, perbaikan ekskursi, nutrisi yang
lebih baik dan perubahan pada lokasi penyambungan yang lebih minimal
dibandingkan dengan tendon yang diimobilisasi. Latihan gerak berdampak positif
pada penyembuhan tendon dengan meningkatkan difusi nutrien dari cairan
sinovial, meningkatkan produksi kolagen. Untuk itu diperlukan suatu tehnik
penyambungan yang kuat (gap resistant suture technique) diikuti dengan latihan
yang terkontrol.
15
Pada tendon yang mempunyai selubung tendon (tendon sheath), sel-sel
untuk proses penyembuhan diduga berasal dari ujung tendon yang terpotong atau
dari selubung tendon dan akan membentuk parut.
Rehabilitasi
Rehabilitasi Tendon Fleksor
Kunci keberhasilan perbaikan tendon fleksor sangat terkait dengan regimen
terapi program rehabilitasi tangan. Protokol rehabilitasi setelah perbaikan tendon
fleksor ada, yakni :
a. Latihan gerakan aktif.
b. Gerakan pasif dengan teknik Kleinert maupun Duran.
c. Immobilisasi dibutuhkan untuk anak usia kurang 10 tahun dan bagi
pasien yang tidak dapat mengikuti program rehabilitasi. Immobilisasi
dengan pergelangan fleksi 10 derajat, sendi metacarpophalangeal fleksi
70 derajat dan sendi interphalanx netral selama 4 – 6 minggu.
16
belakang dari jari. Rentang keamanan lebih meningkat apabila teknik penjahitan
dengan teknik. Multistrand.
17
Gambar 7. Teknik rehabilitasi menurut Duran dan Houser.
18
BAB III
Laporan Kasus
3.2. Anamnesis
19
3.3. Pemeriksaan Fisik
20
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Hepar/ Lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior D : Inspeksi : Skin loss pada regio dorsum manus dextra ,
ukuran 20 cm x 7 cm, perdarahan (+).
Feel : krepitasi (-)
Move : Terbatas, ekstensi metatarsophalangeal (-)
Fleksi metatarsophalangeal (+)
Inferior D/S : Inspeksi : perubahan kulit (-), Rotasi (-), Muscle wasting
(-)
Palpasi : akral hangat, nyeri tekan (-)
ROM : bebas
HB : 14,3 g/dL
Leukosit : 10.900/mm3
Hematokrit : 42.8 %
Eritrosit : 4.63 juta/mm3
Trombosit : 195.000/mm3
Waktu Pembekuan : 6 menit
21
Waktu Perdarahan : 3 menit
Golongan Darah :B
22
3.5 Diagnosa
3.6 Penatalaksanaan
Follow up
23
21-05-2019 S/ / nyeri (+) P/- Diet MB
H.2 O/ KU : baik -IVFD RL 20 gtt/menit
- inj. Ceftizoxine 1 gr/12
GCS : 15
jam (H2)
TD : 100/60 mmhg - inj. Ketorolak 1 amp/ 8
N : 84 x/ menit jam
- inj. Ranitidin 1 amp/12
RR : 20x / menit
jam
T : 36,7 0C
SL : a/r manus sinistra
I : luka tertutup kasa (+)
F : nyeri (+)
M : terbatas (+)
24
23-05-2019 S/ / nyeri (+) P/- Diet MB
H.4 O/ KU : baik -IVFD RL 20 gtt/menit
- inj. Ceftizoxine 1 gr/12
GCS : 15
jam (H4)
TD : 120/70 mmhg - inj. Ketorolak 1 amp/ 12
N : 80 x/ menit jam
- inj. Ranitidin 1 amp/12
RR : 20x / menit
jam
T : 36,7 0C
SL : a/r manus sinistra
I : luka tertutup perban (+) PBJ
F : nyeri (+)
M : terbatas (+)
25
BAB IV
PEMBAHASAN
26
BAB V
KESIMPULAN
27
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series
Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta
EGC
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Saladin: Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Ed.3. 2003.
The McGraw Hill Companies.
[Accessed 26th Mei 2019] Tendon Repair: The Modified Kessler Technique,…
accessed at:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiBkvT3mJLRAhXKO48KHYbRAew
QFggtMAU&url=https%3A%2F%2Ffhs.mcmaster.ca%2Fsurgery%2Fdoc
uments%2FTendonRepairsOutlineHandoutof13Aug2008providedbyColin
White.pdf&usg=AFQjCNGlLJNiLveUee-
3zjvBTnE09GmekQ&sig2=FXvqMFfdxv26QTF3uDHGSA
Geert I. Pagenstert, Victor Valderrabano, Beat Hintermann, Tendon injuries of
the foot and ankle in athletes, Clinic of Orthopedic Traumatology,
Orthopedic Surgery Department, University Clinics Basel, Switzerland,
CH-4031 Basel; Schweizerische Zeitschrift für «Sportmedizin und
Sporttraumatologie» 52 (1), 11–21, 2004.
28