TAHUN 2023
OLEH:
DESVITA M. ABDUL
005231105
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
kelolaan.Dalam penyusunan laporan ini kami sangat menyadari bahwa laporan ini
sangat kurang dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangatlah mengharapkan
adanya kritik dan saran dari para pembaca agar laporan yang saya buat ini dapat lebih
baik lagi kedepannya.
Terimakasih kepada Kak Sumi selaku pembimbing selama orientasi kami,
Kak Eko dan Kak Riska selaku perawat pendidik, Ibu Juwita selaku kaper ruang OK,
serta kepada masing-masing pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Desvita M. Abdul
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemoroid atau yang dikenal sebagai wasir atau ambeien oleh mas
yarakat awam merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena d
i daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemorrhoid buka
n merupakan penyakit yang mengancam jiwa namun dapat mengganggu a
ktivitas sehari-hari sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup seseora
ng.
Hemoroid atau yang dikenal sebagai wasir atau ambeien oleh mas
yarakat awam merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena d
i daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemorrhoid buka
n merupakan penyakit yang mengancam jiwa namun dapat mengganggu a
ktivitas sehari-hari sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup seseora
ng.
Hemoroid adalah keadaan abnormal bantalan anus yang terdiri atas
lapisan mukosa, submucosa, jaringan ikat elastic, otot dan vaskular. Secara
umum, hemoroid dapat menimbulkan gambaran klinis seperti perdarahan,
prolaps, pembengkakan dan nyeri. (Hadni, Oktaviyanti, Rosida, Wibowo, &
Yuliana, 2023)
Hemoroid atau yang dikenal sebagai wasir atau ambeien oleh
masyarakat awam merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena
di anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. (Baiq Wanda Annisa, 2022).
Pada Hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi
dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam
Hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area
tersebut (Sugeng J dan Weni K, 2015).
Penatalaksanaan Hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis ditujukan untuk Hemoroid
interna derajat I sampai III atau semua derajat Hemoroid yang ada
kontraindikasi operasi atau klien menolak operasi. Penatalaksanaan bedah
(tindakan operatif) ditujukan untuk Hemoroid interna derajat IV dan eksterna
atau semua derajat Hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis
(Sugeng J dan Weni K, 2015). Penatalaksanaan bedah Hemoroid adalah
dengan Hemoroidektomi. Hemoroidektomi adalah operasi pengangkatan
Hemoroid 3 dengan cara eksisi yakni mengangkat jaringan yang mengalami
varises (pelebaran) yang terjadi di daerah kanalis analis (Rohmani, 2018).
Banyak orang yang justru mengabaikan gejala Hemoroid sehingga
dapat mencapai komplikasi Hemoroid yaitu perdarahan akut, perdarahan
kronis dan terjadi inkarserasi prolaps. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
sampai sepsis dan gangren yang menyebabkan bau menyengat (Tri Utami dan
Ganik Sakitri, 2020).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun
2014 menyatakan bahwa jumlah penderita Hemoroid di dunia diperkirakan
230 juta orang. Di amerika serikat diperkirakan 10 juta jiwa mengalami
Hemoroid, prevelensi tersebut sekitar 4,4% dilakukan pengobatan sedangkan
yang dilakukan hemoroidektomi berjumlah 1,5%. Menurut data Kemenkes RI
tahun 2013, prevalensi Hemoroid berkisar 5,7 dari total 10 juta orang.
Hemoroid merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi. Angka
kejadian hemoroid tidak diketahui secara akurat karena sering terjadi tanpa
gejala dan pasien jarang melakukan pemeriksaan. Menurut penelitian di
Nepal, hemoroid lebih sering terjadi (31,2%) dibandingkan penyakit anorectal
lain. Berdasarkan studi internasional tahun 2020, prevalensi populasi umum
hemoroid adalah sebanyak 11%. Menurut penelitian di Korea Selatan,
hemoroid dialami oleh 32.347 orang dengan prevalensi 16,6%. (Baiq Wanda
Annisa, 2022)
Berdasarkan data masalah tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa
jumlah kasus Hemoroid di RS. Hermina Daan Mogot selama tiga bulan
terakhir adalah 8 pasien yang dilakukan penatalaksanaan bedah yaitu
Hemoroidektomi. Banyak orang yang justru mengabaikan gejala Hemoroid
dan tidak menyadari bahwa hal itu dapat menimbulkan komplikasi perdarahan
hingga syok sepsis. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis
ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Tindakan Operasi
Hemoroidektomi Atas Indikasi Hemoroid Grade IV Di Kamar Operasi Rs
Hermina Daan Mogot”
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TUJUAN PUSTAKA
A. Konsep Hemoroid
1. Pengertian Hemoroid
Hemoroid merupakan jaringan normal yang dimiliki oleh semua
orang. Hemoroid terdiri dari pleksus arterivena yang berfungsi sebagai
katup di dalam saluran anus untuk membantu sistem sfingter anus,
mencegah inkontinensia flatus dan cairan (Sjamsuhidajat, 2016). Apabila
hemoroid mengalami pelebaran dan inflamasi maka akan ditandai dengan
perdarahan dan prolaps pada bantalan anal kanal yang mengakibatkan
perubahan struktur anatomi, perubahan fisiologis, dan manifestasi klinis
dari perubahan tersebut yang memerlukan penanganan lebih lanjut
(Lalisang, 2016).
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
anus dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid dibedakan menjadi dua bagian
yaitu hemoroid eksterna dan hemoroid interna berdasarkan letaknya dari
garis mukokutan (garis dentata). Hemoroid eksterna timbul dari pelebaran
dan inflamasi vena subkutan (di bawah kulit) di bawah atau di luar garis
dentate dan hemoroid interna timbul dari dilatasi vena submukosa (di
bawah mukosa) di atas garis dentata (Sherwood, 2019).
Hemoroid akan menimbulkan rasa nyeri sehingga memicu rasa tidak
nyaman saat beraktivitas bagi penderita. Selain itu, individu yang
mengalami hemoroid akan merasa gatal, perdarahan merah terang saat
defekasi, tumor (pembengkakan) dan nekrosis di area anus (Rahmawati,
2021). Jika hemoroid tidak ditangain dengan segera akan terjadi
perdarahan yang mengakibatkan terjadi anemia defisiensi besi dan nyeri
intens karena trombosis (Ediyanto, 2019).
Hemoroid adalah salah satu masalah kesehatan utama dan menjadi
masalah sosioekonomi (Indrayani et al., 2021). Seringkali masyarakat
menganggap hemoroid merupakan masalah sepele, padahal ketika
dibiarkan akan berbahaya bagi tubuh dan berdampak pada produktivitas
individu tersebut. Pembengkakan yang timbul akan mengganggu aktivitas
harian dengan jangka waktu yang lama. Pasien akan merasa tidak nyaman
saat beraktivitas (bekerja) seperti tidak dapat duduk atau bediri lama,
akibat nyeri yang timbul.
2. Etiologi Hemoroid
Etiologi hemoroid tidak dapat dipastikan. Sejak diteliti oleh Burkitt
dan Graham-Stewart pada tahun 1970-an, hemoroid dianggap disebabkan
oleh diet rendah serat dan konstipasi (sembelit). Keyakinan saat ini adalah
bahwa konstipasi kronis dan feses yang keras dapat mengakibatkan
degenerasi jaringan pendukung di saluran anus dan pergeseran dari
bantalan anal kanal (Sandler & Peery, 2019). Mengejan yang terlalu lama,
kehamilan dan asites juga dapat berkontribusi terhadap dilatasi,
pembengkakan, dan prolaps jaringan pembuluh darah hemoroid
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus, seperti:
(Maulana & Wicaksono, 2020).
a. Mengedan pada buang air besar yang sulit
b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban
duduk, lebih lama duduk dijamban sambil membaca ,merokok)
c. Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud,
tumor abdomen.
d. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan
hormonal)
e. Usia tua
f. Konstipasi kronik
g. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
h. Hubungan seks peranal
i. Kurang minum air putih makan makanan berserat (sayur dan buah)
j. Kurang olahraga/imobisasi
3. Klasifikasi Hemoroid
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentte line
menjadi batas hisologis. Klasifikasi hemoroid yaitu: (Sjamshuhidajat & de
jong. 2017).
a. Hemoroid eksterna, berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi
oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persyarafan
serabut saraf nyeri somatic.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan
dilapisi mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan
kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.
(Sjamshuhidajat & de jong. 2017).
1) Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal
anus, hanya dapat dilihat dengan anorektoskop
2) Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
3) Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolapse dapat masuk lagi
ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari
4) Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung
untuk mengaladami thrombosis dan infark. Secara anoskopi hemoroid
dapat dibagi atas:
1. Hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentate)
2. Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentate)
Anorektum dengan hemoroid interna dan hemoroid eksterna (Sandler
& Peery, 2019)
11
b. Nyeri
c. Anemia biasa terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang
d. Benjolan/pembengkakan di daerah anus
e. Ketidaknyamanan/nyeri
f. Keluar lendir
g. Rasa gatal karena iritasi di daerah anus (Ramani, 2021)
5. Pemeriksaan penunjang
a. Kolonoskopi wajib dilakukan pada pasien yang lebih tua dan memiliki sejarah neoplasma kolorektal baik
pribadi maupun keluarga, penyakit radang usus, perubahan kebiasaan buang air besar, penurunan berat
badan yang signifikan baru-baru ini, dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan anemia defisiensi besi
(Trompetto dkk, 2015).
b. Pemeriksaan dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
c. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
(Sjamsuhidajat, 2016).
12
d. Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi (Sjamsuhidajat, 2016).
e. Endosonografi anorektal biasanya tidak dilakukan untuk diagnosis penyakit hemoroid, tetapi dapat
bermanfaat untuk menentukan apakah hemoroid berhubungan dengan penebalan jaringan submukosa dan
sfingter anal internal dan eksternal (Trompetto dkk, 2015).
6. Pathofisilogi
Menurut Sjamshuhidajat & de jong (2017) Hemoroid dapat di sebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena, dapat di bagi menjadi 2, yaitu Interna
dan Eksterna. Yang pertama Interna (dilatasi sebelum spinter) yang di tandai dengan bila membesar baru nyeri,
bila vena pecah BAB berdarah sehingga dapat menyebabkan hemoroid. Eksterna (dilatasi sesudah spinter) di
tandai dengan nyeri dan bila vena pecah BAB berdarah-trombosit-inflamasi.
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala mengalami
pembesaran, peradangan, atau prolapse. Diet rendah serat menyebabkan bentuk fases menjadi kecil yang bisa
menyebabkan kondisi mengejan selama BAB, peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan hemoroid
(Sjamshuhidajat & de jong. 2017).
13
Peningkatan tekanan
intra abdomen
Pola buang air besar Kehamilan
Mengedan yang salah Hubungan Seks Per Usia Tua
dengan Anal Diare Akut
keras Konstipasi
Kronik
Peleburan pembuluh darah vena pleksus
haemorrhoidalis
Pre operasi Post operasi
Intra operasi
Pembedahan(operasi)
Luka
Trombosis Respond Psikologis
Resiko injuri
Terbuka Post
Prolap haemoroid dientri Terputusnya kontinuitas Post operatif
Trauma defekasi ketakutan
b. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau
menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis
Hemoroid yaitu:
1) Krim dan salep topikal: Krim atau supositoria bebas (OTC),
yang mengandung hidrokortison. Ada juga pembalut yang
mengandung witch hazel yang bisa dioleskan ke kulit.
2) Kompres dingin: dengan menerapkan ini ke daerah yang
terkena dapat menurunkan pembengkakandan jika dilakukan
post operasi pada tengkuk dapat membantu menurunkan nyeri.
3) Mandi sitz menggunakan air hangat: Mandi sitz dapat
meredakan gejala terbakar atau gatal.
4) Analgesik: Beberapa obat penghilang rasa sakit, seperti
aspirin, ibuprofen, dan asetaminofen dapat mengurangi rasa
sakit dan ketidaknyamanan.
5) Anastesi topical atau preparat steroid, seperti lidokain
(xyiocaine) atau krim stereoid dapat mengurangi nyeri dan
gatal (Ramani, 2021)
8. Komplikasi
Rektum akan relaksasi dan harsat untuk defekasi hilang apabila defekasi
tidak sempurna. Air tetap terus di absorsi dari masa feses yang
menyebabkan feses menjadi keras, sehingga defekasi selanjutnya lebih
sukar. Tekanan fases berlebihan menyebabkn kongesti vena hemoroidalis
interna dan eksterna, dan merupakan salah satu penyebab hemoroid (vena
varikosa rektum). Daerah anorektal sering merupakan tempat abses dan
fistula, kanker kolon dan rektum merupakan kanker saluran cerna yang
paling sering terjadi pada penderita konstipasi. Komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah: hipertensi arterial, impaksi fekal, fisura, serta mengakolon
(Sjamshuhidajat & de jong. 2017).
B. Konsep Hemoroid
C. Konsep Keperawatan
Konsep keperawatan yang dijabarkan dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan
evaluasi keperawatan. (Annisa, 2022).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus keperawatan pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien yang perlu diperhatikan pada penderita post
operasi hemoroid menurut ( Ardian, 2021)
Pengkajian pada klien post Hemoroidektomi, antara lain
sebagai berikut.:
a. Identitas Pasien
Dalam identitas pasien ini perlu ditanyakan antara lain
adalah nama pasien, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaaan, status pernikahan,
suku/bangsa, nomor rekam medis, diagnosa medis, dan
alamat.
b. Keluhan Utama
Pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri pada
anus akibat sesudah operasi.
1. Provokatif : Penyebab yang memperberat dan
mengurangi
2. Quality : Dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya
dan berapa banyak.
3. Region : Lokasi dimana dan penyebarannya
4. Scale : Itensitasnya (skala) pengaruh terhadap aktifitas
5. Timing : Kapan keluhan tersebut muncul berapa lama
dan bersifat (tiba-tiba, sering dan bertahap).
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Tonjolan pada anus
b. Terasa gatal , nyeri pada anus
c. Perdarahan di anus saat buang air besar
d. Susah untuk buang air besar
2. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik,
pembesaran prostat dan sebelumnya pernah memiliki
riwayat penyakit hemoroid
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat penyakit hemoroid dalam satu
keluarga.
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
Pada pasien post hemoroid mengalami keterbatasan aktivitas
karena nyeri pada anus akibat sesudah operasi.
e. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar
(composmenti-coma) untung mengetahui berat ringannya
prognosis penyakit pasien. Kesadaran : composmentis tingkat
GCS : E : 4, V : 5, M : 6.
Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah : normalnya 120/80 mmHg.
b) Suhu : normalnya 36,5 C – 37,2 C.
c) Nadi : normalnya 60-100 x/menit.
d) Respirasi rate : normalnya 16-24x/menit.
8) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi dada, simetris
atau tidak, ictus cordis nampak atau tidak.
b) Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di ICS 4-5.
c) Perkusi : perkusi jantung terhadap suara jantung
pekak(padat).
d) Auskultasi : auskultasi bunyi jantung normal BJ 1 (dup),
BJ 2 (lup) dan suara terdengar tunggal.
9) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya
pembesaran organ.
b) Auskultasi : auskultasi bising usus apakah terjadi
penurunanatau peningkatan motilitas.
c) Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola
tymphani serta kepekaan.
d) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan
10) Pemeriksaan genetalia dan anus
a) Genetalia : pada inspeksi apakah ada timosis pada
preposium dan apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.
b) Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post operasi, apakah
ada tanda infeksi, apakah adanya pus (nanah) atau tidak,
apakah masih terjadi pendarahan berlebih.
c) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan,
adanya pus (nanah) atau tidak.
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan melalui anamnesis
dan pengkajian oleh perawat. Setiap diagnosa dibuat berdasarkan
gejala klinis yang dirasakan oleh pasien maupun keluarga.
Diagnosa keperawatan menjadi penilaian secara klinis oleh
perawat terhadap respon atau pengalaman individu, keluarga dan
komunitas terkait masalah kesehatan. Hal ini memudahkan untuk
membuat asuhan keperawatan dengan optimal sesuai kondisi
pasien. Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis
mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan trauma
fisik.
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma defekasi
c. Ansietas berhubungan dengan kegagalan kurang informasi
2. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang disebut juga sebagai rencana
keperawatan merupakan rangkaian terapi yang diberikan oleh
perawat sesuai dengan pengetahuan dan penilaian klinis.
Intervensi diberikan untuk mencapai kesembuhan, pencegahan
dan pemulihan baik individu, keluarga maupun komunitas.
Intervensi diberikan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
ditetapkan serta disesuaikan dengan kondisi klien saat itu. Sistem
intervensi mendeskripsikan kemampuan perawat dalam
menetapkan solusi penyelesaikan masalah secara efektif dan
efisien (Asda, 2019).
a. Tujuan administrasi
Administrasi meliputi mengidentifikasi fokus
keperawatan individu atau keluarga, membedakan tanggung
jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya, menyusun
kriteria guna pengulangan asuhan keperawatan dan evaluasi,
keberhasilan asuhan keperawatan, menyediakan kriteria
klasifikasi klien, sedangkan tujuan klinik meliputi suatu
pedoman dalam penulisan, mengkomunikasikan asuhan
keperawatan yang akan diimplememtasikan dengan perawat
lain seperti apa yang akan diajarkan, apa yang harus
diobservasi, apa yang akan dilakukan.
Menyusun kriteria hasil (outcome) untuk pengulangan
asuhan keperawatan dan evaluasi keberhasilan asuhan
keperawatan, rencana intervensi yang spesifik dan langsung
bagi perawat untuk melaksanakan intervensi kepada klien
dan keluarganya Muryani. (2019)
b. Tujuan klinik
Membina sikap dan ketrampilan profesional mahasiswa
dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh sebelumnya. Mahasiswa diberi kesempatan untuk
beradaptasi pada perannya sebagai seorang perawat dalam
tatanan nyata pelayanan kesehatan klinik untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar,
menggunakan pendekatan proses keperawatan, menampilkan
sikap dan perilaku profesional serta menerapkan
keterampilan secara profesional (Theresia 2017)
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
1 2 3 4 5 Kolaborasi
1 2 3 4 5
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
2 Hematemesis Edukasi
1 2 3 4 5 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Toleransi Aktivitas Reduksi ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi
jam diharapkan ansietas
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil:
Identifikasi kemampuan saat mengambil
Kondisi emasional dan Menurun Cukup Sedang Cukup Menuru keputusan
pengalaman subjektif Membur menurun n
Monitor tanda-tanda ansietas
individu terhadap uk
objek yang tidak jelas Terapeutik
dan spesifik akibat 1 Konsentrasi
antisipasi bahaya yang Ciptakan suasana terapeutik untuk
1 2 3 4 5 menumbuhkan kepercayaan
memungkinkan
individu melakukan 2 Pola tidur Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
tindakan untuk jika memungkinkan.
1 2 3 4 5
menghadapi ancaman.
Pahami situasi yang membuat ansietas
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Awal Masuk RS
Pasien awal masuk datang dari IGD pada tanggal 07 Desember 2023
pukul 21.00 dibawa oleh keluarga.
DATA PASIEN
- Nama Pasien : Ny.R
- Umur : 27 Tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Dokter Pengirim
- Pekerjaan : Swasta
- Pendidikan :-
- Agama : Islam
- Suku :
b. Anamnesa
Diagnosa Medis Saat Masuk : Hemoroid Grade IV
- Keluhan Utama : Pasien tampak meringis nyeri dan
cemas
- Riwayat Penyakit Sekarang : Muntah tiap kali makan, kurang
lebih 1 minggu, sakit perut, keluarbenjolan dari anus.
- Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit Yang Pernah Diderita : Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit terdahulu
2. Pernah Dirawat : Pasien mengatakan tidak
pernah dirawat sebelumnya.
3. Pernah Operasi : Pasien mengatakan tidak
pernah dioperasi sebelumnya.
- Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak
ada riwayat penyakit yang diderita keluarga.
- Riwayat Alergi : Tidak Ada.
- Nyeri : Ada, dengan skala NRS
Deskripsi : Tindakan pembedahan
Quality : Terpelintir
Region : Lokasi anus
Severity : NRS Skor 4
Time : Hilang Timbul
- Riwayat Transfusi Darah : Tidak pernah
- Golongan Darah :
- Riwayat Merokok : Tidak ada
B. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4 M6 V5
- Tanda Vital
Tekanan Darah : 119/86
Suhu : 36,6 C
Nadi : 90x/menit, teraba kuat, akral hangat
CRT : <2 detik
Pernafasan : 23x/menit
SPO2 : 98%
- Antropometri
BB : 50 Kg
TB : 158 Cm
- Pengkajian Sistem dan Pengkajian Fungsi
Sistem Susunan Saraf Pusat : Tidak Ada Kelainan
Sistem Penglihatan : Tidak Ada Kelainan
Sistem Pendengaran : Tidak ada Kelainan
Sistem Penciuman : Tidak Ada Kelainan
Sistem Pernafasan : Tidak Ada Kelainan
Sistem Kardiovaskuler : Tidak Ada Kelainan
Sistem Pencernaan : Ada Kelainan
Sistem Genitourinaria : Tidak Ada Kelainan
Sistem Integumen : Tidak Ada Kelainan
Sistem Muskuloskeletal : Tidak Ada Kelainan
Sistem Endokrin Metabolik : Tidak Ada Kelainan
- Pengkajian Resiko Pasien Jatuh : Risiko Jatuh Sedang (Skala
Morse : 25-44)
C. Status Psikologis
- Skala Cemas : Skala 3
- Perasaan : Cemas
- Ketegangan : Merasa Tegang
- Ketakutan : Tidak
- Gangguan Tidur : Sedang
D. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Result Date :
HEMATOLOGI
HEMOSTATIS
Masa Perdarahan 2
Tromboplastin 37.5
APTT
Kontrol APTT 30.4
DS :
- Pasien mengatakan bagian Gangguan
DO : Nyaman :
Resiko
Pemasangan
DS:- Cidera
elektroda medik,
DO:
posisi
- Pasien dilakukan tindakan
pembedahan.
hemoroidektomi
- pasien terpasang plate arde di
paha kanan.
- Posisi pasien litotomi
Post Operasi
Gangguan Keterbatasan Gerak
DS: Pasien mengatakan takut
Mobilisasi
untuk jalan karna sakit di bagian Fisik
anus.
DO: Pasien tampak hati-hati dan
pelan saat bergerak.
Resiko
DS: - Infeksi Post Entry Kuman
DO: pasien terpasang tanvon dan
di lepas 5 jam setelah operasi
untuk menghentikan perdarahan
pasca operasi
Terpasang tampon (1 kassa)
b. Diagnosa Keperawatan
- Pre Operasi
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan cedera
trauma fisik(rupture vena)
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan adanya resiko trauma
yang mengakibatkan trauma defekasi.
- Intra Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan.
2. Resiko Cidera berhubungan dengan pemasangan elektroda
medik, posisi pembedahan.
- Post Operasi
1. Gangguan Mobilisasi Fisik berhubungan dengan keterbatasan
gerak.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
G. Intervensi Keperawatan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Usia : 27 Tahun
No RM : 1051050804
No Diagnosa Perencanaan
keperawatan
Tujuan Intervensi
7. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Pre Operasi Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan
(L.02017) (I.02067)
Resiko
Perdarahan Setelah dilakukan Observasi
(D.0012) tindakan keperawatan
1. Monitor tanda dan gejala
selama 3x24 jam
perdarahan
diharapkan tidak terjadi
2. Monitor nilai
perdarahan
hematokrit/hemoglobin
1. Membran mukosa sebelum dan setelah
lembab meningkat kehilangan darah
2. Kelembaban kulit 3. Monitor tanda-tanda vital
meningkat ortostatik
3. Hemoptisis menurun 4. Monitor koagulasi (mis:
4. Hematemesis prothrombin time (PT),
menurun partial thromboplastin time
5. Hematuria menurun (PTT), fibrinogen,
6. Hemoglobin degradasi fibrin dan/atau
membaik platelet)
7. Hematokrit membaik
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Edukasi
5. Demam Edukasi
menurun (5) 11. Jelaskan tanda dan
6. Kemerahan gejala infeksi.
menurun (5) 12. Ajarkan membatasi
7. Nyeri pengunjung.
menurun (5) 13. Ajarkan cara
8. Bengkak merawat kulit pada
menurun (5) area yang edema.
9. Kadar sel
darah putih
membaik (5)
(5)
H. Implementasi Keperawatan
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
2. Mengobservasi : 15 E4 M6
5. Mengidentifikasi pembedahan,
I. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi
Keperawatan