Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. R DENGAN TINDAKAN OPERASI

HEMOROIDEKTOMI ATAS INDIKASI HEMOROID GRADE IV

DI KAMAR OPERASI RS HERMINA DAAN MOGOT

TAHUN 2023

OLEH:

DESVITA M. ABDUL

005231105

RUMAH SAKIT HERMINA DAAN MOGOT

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
kelolaan.Dalam penyusunan laporan ini kami sangat menyadari bahwa laporan ini
sangat kurang dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangatlah mengharapkan
adanya kritik dan saran dari para pembaca agar laporan yang saya buat ini dapat lebih
baik lagi kedepannya.
Terimakasih kepada Kak Sumi selaku pembimbing selama orientasi kami,
Kak Eko dan Kak Riska selaku perawat pendidik, Ibu Juwita selaku kaper ruang OK,
serta kepada masing-masing pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Jakarta, Desember 2023

Desvita M. Abdul
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid atau yang dikenal sebagai wasir atau ambeien oleh mas
yarakat awam merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena d
i daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemorrhoid buka
n merupakan penyakit yang mengancam jiwa namun dapat mengganggu a
ktivitas sehari-hari sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup seseora
ng.
Hemoroid atau yang dikenal sebagai wasir atau ambeien oleh mas
yarakat awam merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena d
i daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemorrhoid buka
n merupakan penyakit yang mengancam jiwa namun dapat mengganggu a
ktivitas sehari-hari sehingga mengakibatkan penurunan kualitas hidup seseora
ng.
Hemoroid adalah keadaan abnormal bantalan anus yang terdiri atas
lapisan mukosa, submucosa, jaringan ikat elastic, otot dan vaskular. Secara
umum, hemoroid dapat menimbulkan gambaran klinis seperti perdarahan,
prolaps, pembengkakan dan nyeri. (Hadni, Oktaviyanti, Rosida, Wibowo, &
Yuliana, 2023)
Hemoroid atau yang dikenal sebagai wasir atau ambeien oleh
masyarakat awam merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena
di anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. (Baiq Wanda Annisa, 2022).
Pada Hemoroid eksternal, sering timbul nyeri hebat akibat inflamasi
dan edema yang disebabkan oleh trombosis (pembekuan darah dalam
Hemoroid) sehingga dapat menimbulkan iskemia dan nekrosis pada area
tersebut (Sugeng J dan Weni K, 2015).
Penatalaksanaan Hemoroid terdiri dari penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis ditujukan untuk Hemoroid
interna derajat I sampai III atau semua derajat Hemoroid yang ada
kontraindikasi operasi atau klien menolak operasi. Penatalaksanaan bedah
(tindakan operatif) ditujukan untuk Hemoroid interna derajat IV dan eksterna
atau semua derajat Hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis
(Sugeng J dan Weni K, 2015). Penatalaksanaan bedah Hemoroid adalah
dengan Hemoroidektomi. Hemoroidektomi adalah operasi pengangkatan
Hemoroid 3 dengan cara eksisi yakni mengangkat jaringan yang mengalami
varises (pelebaran) yang terjadi di daerah kanalis analis (Rohmani, 2018).
Banyak orang yang justru mengabaikan gejala Hemoroid sehingga
dapat mencapai komplikasi Hemoroid yaitu perdarahan akut, perdarahan
kronis dan terjadi inkarserasi prolaps. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
sampai sepsis dan gangren yang menyebabkan bau menyengat (Tri Utami dan
Ganik Sakitri, 2020).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun
2014 menyatakan bahwa jumlah penderita Hemoroid di dunia diperkirakan
230 juta orang. Di amerika serikat diperkirakan 10 juta jiwa mengalami
Hemoroid, prevelensi tersebut sekitar 4,4% dilakukan pengobatan sedangkan
yang dilakukan hemoroidektomi berjumlah 1,5%. Menurut data Kemenkes RI
tahun 2013, prevalensi Hemoroid berkisar 5,7 dari total 10 juta orang.
Hemoroid merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi. Angka
kejadian hemoroid tidak diketahui secara akurat karena sering terjadi tanpa
gejala dan pasien jarang melakukan pemeriksaan. Menurut penelitian di
Nepal, hemoroid lebih sering terjadi (31,2%) dibandingkan penyakit anorectal
lain. Berdasarkan studi internasional tahun 2020, prevalensi populasi umum
hemoroid adalah sebanyak 11%. Menurut penelitian di Korea Selatan,
hemoroid dialami oleh 32.347 orang dengan prevalensi 16,6%. (Baiq Wanda
Annisa, 2022)
Berdasarkan data masalah tersebut di atas, dapat kita ketahui bahwa
jumlah kasus Hemoroid di RS. Hermina Daan Mogot selama tiga bulan
terakhir adalah 8 pasien yang dilakukan penatalaksanaan bedah yaitu
Hemoroidektomi. Banyak orang yang justru mengabaikan gejala Hemoroid
dan tidak menyadari bahwa hal itu dapat menimbulkan komplikasi perdarahan
hingga syok sepsis. Maka dari itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis
ilmiah berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Tindakan Operasi
Hemoroidektomi Atas Indikasi Hemoroid Grade IV Di Kamar Operasi Rs
Hermina Daan Mogot”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada


pasien yang memiliki hemoroid dengan penatalaksanaan hemoroidektomi

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan hemoroid

b. Melakukan diagnose keperawatan pada pasien dengan hemoroid

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan hemoroid

d. Mengetahui tindakan keperawatan pada pasien dengan hemoroid

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan hemoroid


BAB II

TUJUAN PUSTAKA

A. Konsep Hemoroid
1. Pengertian Hemoroid
Hemoroid merupakan jaringan normal yang dimiliki oleh semua
orang. Hemoroid terdiri dari pleksus arterivena yang berfungsi sebagai
katup di dalam saluran anus untuk membantu sistem sfingter anus,
mencegah inkontinensia flatus dan cairan (Sjamsuhidajat, 2016). Apabila
hemoroid mengalami pelebaran dan inflamasi maka akan ditandai dengan
perdarahan dan prolaps pada bantalan anal kanal yang mengakibatkan
perubahan struktur anatomi, perubahan fisiologis, dan manifestasi klinis
dari perubahan tersebut yang memerlukan penanganan lebih lanjut
(Lalisang, 2016).
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
anus dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid dibedakan menjadi dua bagian
yaitu hemoroid eksterna dan hemoroid interna berdasarkan letaknya dari
garis mukokutan (garis dentata). Hemoroid eksterna timbul dari pelebaran
dan inflamasi vena subkutan (di bawah kulit) di bawah atau di luar garis
dentate dan hemoroid interna timbul dari dilatasi vena submukosa (di
bawah mukosa) di atas garis dentata (Sherwood, 2019).
Hemoroid akan menimbulkan rasa nyeri sehingga memicu rasa tidak
nyaman saat beraktivitas bagi penderita. Selain itu, individu yang
mengalami hemoroid akan merasa gatal, perdarahan merah terang saat
defekasi, tumor (pembengkakan) dan nekrosis di area anus (Rahmawati,
2021). Jika hemoroid tidak ditangain dengan segera akan terjadi
perdarahan yang mengakibatkan terjadi anemia defisiensi besi dan nyeri
intens karena trombosis (Ediyanto, 2019).
Hemoroid adalah salah satu masalah kesehatan utama dan menjadi
masalah sosioekonomi (Indrayani et al., 2021). Seringkali masyarakat
menganggap hemoroid merupakan masalah sepele, padahal ketika
dibiarkan akan berbahaya bagi tubuh dan berdampak pada produktivitas
individu tersebut. Pembengkakan yang timbul akan mengganggu aktivitas
harian dengan jangka waktu yang lama. Pasien akan merasa tidak nyaman
saat beraktivitas (bekerja) seperti tidak dapat duduk atau bediri lama,
akibat nyeri yang timbul.

2. Etiologi Hemoroid
Etiologi hemoroid tidak dapat dipastikan. Sejak diteliti oleh Burkitt
dan Graham-Stewart pada tahun 1970-an, hemoroid dianggap disebabkan
oleh diet rendah serat dan konstipasi (sembelit). Keyakinan saat ini adalah
bahwa konstipasi kronis dan feses yang keras dapat mengakibatkan
degenerasi jaringan pendukung di saluran anus dan pergeseran dari
bantalan anal kanal (Sandler & Peery, 2019). Mengejan yang terlalu lama,
kehamilan dan asites juga dapat berkontribusi terhadap dilatasi,
pembengkakan, dan prolaps jaringan pembuluh darah hemoroid
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus, seperti:
(Maulana & Wicaksono, 2020).
a. Mengedan pada buang air besar yang sulit
b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban
duduk, lebih lama duduk dijamban sambil membaca ,merokok)
c. Peningkatan penekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud,
tumor abdomen.
d. Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan
hormonal)
e. Usia tua
f. Konstipasi kronik
g. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
h. Hubungan seks peranal
i. Kurang minum air putih makan makanan berserat (sayur dan buah)
j. Kurang olahraga/imobisasi

3. Klasifikasi Hemoroid
Hemoroid diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana dentte line
menjadi batas hisologis. Klasifikasi hemoroid yaitu: (Sjamshuhidajat & de
jong. 2017).
a. Hemoroid eksterna, berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi
oleh epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persyarafan
serabut saraf nyeri somatic.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan
dilapisi mukosa.
c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa dibagian superior dan
kulit pada bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri.
(Sjamshuhidajat & de jong. 2017).
1) Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal
anus, hanya dapat dilihat dengan anorektoskop
2) Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan.
3) Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolapse dapat masuk lagi
ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari
4) Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung
untuk mengaladami thrombosis dan infark. Secara anoskopi hemoroid
dapat dibagi atas:
1. Hemoroid eksterna (diluar/dibawah linea dentate)
2. Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentate)
Anorektum dengan hemoroid interna dan hemoroid eksterna (Sandler
& Peery, 2019)
11

4. Manifestasi Klinis Hemoroid


a. Perdarahan

b. Nyeri
c. Anemia biasa terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang
d. Benjolan/pembengkakan di daerah anus
e. Ketidaknyamanan/nyeri
f. Keluar lendir
g. Rasa gatal karena iritasi di daerah anus (Ramani, 2021)

5. Pemeriksaan penunjang
a. Kolonoskopi wajib dilakukan pada pasien yang lebih tua dan memiliki sejarah neoplasma kolorektal baik
pribadi maupun keluarga, penyakit radang usus, perubahan kebiasaan buang air besar, penurunan berat
badan yang signifikan baru-baru ini, dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan anemia defisiensi besi
(Trompetto dkk, 2015).
b. Pemeriksaan dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
c. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
(Sjamsuhidajat, 2016).
12

d. Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi (Sjamsuhidajat, 2016).
e. Endosonografi anorektal biasanya tidak dilakukan untuk diagnosis penyakit hemoroid, tetapi dapat
bermanfaat untuk menentukan apakah hemoroid berhubungan dengan penebalan jaringan submukosa dan
sfingter anal internal dan eksternal (Trompetto dkk, 2015).
6. Pathofisilogi
Menurut Sjamshuhidajat & de jong (2017) Hemoroid dapat di sebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena, dapat di bagi menjadi 2, yaitu Interna
dan Eksterna. Yang pertama Interna (dilatasi sebelum spinter) yang di tandai dengan bila membesar baru nyeri,
bila vena pecah BAB berdarah sehingga dapat menyebabkan hemoroid. Eksterna (dilatasi sesudah spinter) di
tandai dengan nyeri dan bila vena pecah BAB berdarah-trombosit-inflamasi.
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala mengalami
pembesaran, peradangan, atau prolapse. Diet rendah serat menyebabkan bentuk fases menjadi kecil yang bisa
menyebabkan kondisi mengejan selama BAB, peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan hemoroid
(Sjamshuhidajat & de jong. 2017).
13

Peningkatan tekanan
intra abdomen
Pola buang air besar Kehamilan
Mengedan yang salah Hubungan Seks Per Usia Tua
dengan Anal Diare Akut
keras Konstipasi
Kronik
Peleburan pembuluh darah vena pleksus
haemorrhoidalis
Pre operasi Post operasi
Intra operasi
Pembedahan(operasi)
Luka
Trombosis Respond Psikologis
Resiko injuri
Terbuka Post
Prolap haemoroid dientri Terputusnya kontinuitas Post operatif
Trauma defekasi ketakutan

Takut untuk BAB Resiko Perawatan Peristaltic


MK :Resiko MK: ansietas
Infeksi Kurang Luka terbuka Merangsang usus menurun
perdarahan Fases keras saraf diametric
Post de-entry kecil
perdarahan Terputusnya MK:konstipasi
Kelemahan kuman
kontunitas neuromuscular Gate control
MK: Gangguan Rasa jaringan ekstermitas bawah MK: Resiko terbuka
Nyaman Nyeri infeksi
Pengeluaran
Keterbatasan Saraf eferent
mediator nyeri
gerak
Merangsang Neuroreseptor Cartex cerebri ( nyeri
persepsikan
MK: Gangguan
mobilisasi fisik
MK: resiko Resiko Cedera MK: Nyeri akut
konstipasi
14
7. Penatalaksanaan Medik dan Implikasi Keperawatan
A. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis hemoroid terditri dari penatalaksanaan non
farmakologis, farmakologis dan tindakan minimal invasif.
Penatalaksanaan medis hemoroid ditunjukan untuk hemoroid interna I
s/d III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasinya
operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan
bedah ditunjukan utuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna.
(Ramani, 2021)
a. Non-farmakologis
a) Perbaikan pola hidup dengan menyarankan perbanyak
konsumsi makanan yang mengandung serat yang dapat
melunakkan feces.
b) Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau asam dan
beralkohol.
c) Perbaiki pola buang air besar mengganti closet jongkok
menjadi duduk
d) Menjaga kebersihan lokal daerah anal misalnya dengan
merendam anus disarankan untuk tidak terlalu banyak
duduk/tidur lelah banyak berjalan

b. Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau
menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis
Hemoroid yaitu:
1) Krim dan salep topikal: Krim atau supositoria bebas (OTC),
yang mengandung hidrokortison. Ada juga pembalut yang
mengandung witch hazel yang bisa dioleskan ke kulit.
2) Kompres dingin: dengan menerapkan ini ke daerah yang
terkena dapat menurunkan pembengkakandan jika dilakukan
post operasi pada tengkuk dapat membantu menurunkan nyeri.
3) Mandi sitz menggunakan air hangat: Mandi sitz dapat
meredakan gejala terbakar atau gatal.
4) Analgesik: Beberapa obat penghilang rasa sakit, seperti
aspirin, ibuprofen, dan asetaminofen dapat mengurangi rasa
sakit dan ketidaknyamanan.
5) Anastesi topical atau preparat steroid, seperti lidokain
(xyiocaine) atau krim stereoid dapat mengurangi nyeri dan
gatal (Ramani, 2021)

B. Penatalaksanaan Tindakan Operatif


Menurut Weni, 2012 dalam Sukurokhman (2018) tindakan operatif
ditunjukan untuk hemoroid interna drajat IV dan eksterna atau semua
drajat hemoroid yang tidak berespon terhadap pengobatan medis yaitu
prosedur ligasi pita karet, hemoroidektomi kriosirurgi, laser,
hemoroidektomi
a. Ligasi dengan gelang karet biasanya digunakan untuk mengobati
hemoroid interna derajat II dan III. Dengan bantuan anuskop, mukosa
di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke
dalam tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan
ditempatkan dengan rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis
tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa
bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan jaringan parut akan
terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya
diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan
dalam jarak waktu dua sampai empat minggu (Sjamsuhidajat, 2016)
b. Hemoroidektomi eksisi, sayatan elips dibuat di atas kompleks
hemoroid, yang kemudian dimobilisasi dari sphincter yang
mendasarinya dan dikeluarkan. Luka ditutup dengan jahitan.
(Sjamsuhidajat, 2016)

C. Penatalaksanaan Tindakan Non-Operatif

Penatalaksanaan tindakan non operatif pada pasien dengan hemoroid


sebagai berikut : (Sukurokhman, 2018)

a. Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, terapi laser adalah


teknik terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot
yang mendasarinya.

b. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid berukuran


kecil dan berdarah. Membantu mencegah prolaps.

8. Komplikasi
Rektum akan relaksasi dan harsat untuk defekasi hilang apabila defekasi
tidak sempurna. Air tetap terus di absorsi dari masa feses yang
menyebabkan feses menjadi keras, sehingga defekasi selanjutnya lebih
sukar. Tekanan fases berlebihan menyebabkn kongesti vena hemoroidalis
interna dan eksterna, dan merupakan salah satu penyebab hemoroid (vena
varikosa rektum). Daerah anorektal sering merupakan tempat abses dan
fistula, kanker kolon dan rektum merupakan kanker saluran cerna yang
paling sering terjadi pada penderita konstipasi. Komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah: hipertensi arterial, impaksi fekal, fisura, serta mengakolon
(Sjamshuhidajat & de jong. 2017).
B. Konsep Hemoroid

Hemoroid dikatakan sebagai jaringan normal yang ada disetiap


orang, namun pasien akan merasa sangat tidak nyaman akibat gejala
yang ditimbulkan (Butar-Butar et al., 2020). Pasien yang mengalami
hemoroid akan merasa sakit (nyeri) karena mengejan saat defekasi dan
saat mengalami konstipasi (sulit buang air besar) (Dewi, 2021).

Hemoroidektomi adalah operasi pengangkatan hemoroid


dengan cara eksisi yakni dengan mengangkat jaringan yang
mengalamivarises (pelebaran) yang terjadi didaerah kanalis analis
(Rohmani,dkk 2018)

C. Konsep Keperawatan
Konsep keperawatan yang dijabarkan dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan
evaluasi keperawatan. (Annisa, 2022).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian fokus keperawatan pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien yang perlu diperhatikan pada penderita post
operasi hemoroid menurut ( Ardian, 2021)
Pengkajian pada klien post Hemoroidektomi, antara lain
sebagai berikut.:
a. Identitas Pasien
Dalam identitas pasien ini perlu ditanyakan antara lain
adalah nama pasien, tempat tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaaan, status pernikahan,
suku/bangsa, nomor rekam medis, diagnosa medis, dan
alamat.

b. Keluhan Utama
Pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri pada
anus akibat sesudah operasi.
1. Provokatif : Penyebab yang memperberat dan
mengurangi
2. Quality : Dirasakan seperti apa, tampilannya, suaranya
dan berapa banyak.
3. Region : Lokasi dimana dan penyebarannya
4. Scale : Itensitasnya (skala) pengaruh terhadap aktifitas
5. Timing : Kapan keluhan tersebut muncul berapa lama
dan bersifat (tiba-tiba, sering dan bertahap).

c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Tonjolan pada anus
b. Terasa gatal , nyeri pada anus
c. Perdarahan di anus saat buang air besar
d. Susah untuk buang air besar
2. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik,
pembesaran prostat dan sebelumnya pernah memiliki
riwayat penyakit hemoroid
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat penyakit hemoroid dalam satu
keluarga.
d. Pola Aktivitas Sehari-hari
Pada pasien post hemoroid mengalami keterbatasan aktivitas
karena nyeri pada anus akibat sesudah operasi.

e. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar
(composmenti-coma) untung mengetahui berat ringannya
prognosis penyakit pasien. Kesadaran : composmentis tingkat
GCS : E : 4, V : 5, M : 6.

Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah : normalnya 120/80 mmHg.
b) Suhu : normalnya 36,5 C – 37,2 C.
c) Nadi : normalnya 60-100 x/menit.
d) Respirasi rate : normalnya 16-24x/menit.

f. 2) Pemeriksaan kepala dan muka


a) Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur
antara, kasar dan halus.
b) Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi.
c) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.
d) Muka/wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah.
e) Pemeriksaan telinga
Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kana kiri.
Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai
mengganggu diameter lubang.
Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen berwarna
putih keabuan dan masih dapat bervariasi
dengan baik apabila tidak mengalami infeksi sekunder.
3) Pendengaran
Pengkajian ketajaman terhadap bisikan atau tes garputala
dapat mengalami penurunan
4) Pemeriksaan mata
Yang perlu di kaji yaitu lapang pandang dari masing-masing
mata (ketajaman menghilang).
a) Inspeksi : Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul
eksoftalmikus, strabismus.
b) Alis mata : dermatitis, seborea.
c) Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin ikterik.
Konjungtiva anemis pada penderita yang sulit tidur karena
merasakan nyeri setelah operasi.
d) Pupil : miosis, midriasis atau anisokor

5) Pemeriksaan mulut dan faring Inspeksi


a) Bibir : sianosis, pucat
b) Mukosa oral : mungkin kering, basah.
c) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis.
d) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat
penurunan oral hygiene.
e) Faring mungkin terlihan kemerahan akibar peradangan.
6) Pemeriksaan leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis,
pembesaran kelenjar limfe leher dapat muncul apabila ada
infeksi sistemik.
7) Pemeriksaan thorak dan paru
a) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas
antara lain : takipnea, hipernea, dan pernafasan chyne stoke
(pada kondis ketoasidosis).
b) Amati bentuk dada : normal atau barrel chest, funnel chest
dan pigeon chest.
c) Dengarkan pernafasan pasien
d) Stidor pada obstruksi jalan nafas.
e) Mengi (apabila penderita mempunyai riwayat asma atau
bronchitis kronik).

8) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi dada, simetris
atau tidak, ictus cordis nampak atau tidak.
b) Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di ICS 4-5.
c) Perkusi : perkusi jantung terhadap suara jantung
pekak(padat).
d) Auskultasi : auskultasi bunyi jantung normal BJ 1 (dup),
BJ 2 (lup) dan suara terdengar tunggal.

9) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya
pembesaran organ.
b) Auskultasi : auskultasi bising usus apakah terjadi
penurunanatau peningkatan motilitas.
c) Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola
tymphani serta kepekaan.
d) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan
10) Pemeriksaan genetalia dan anus
a) Genetalia : pada inspeksi apakah ada timosis pada
preposium dan apakah ada kemerahan pada kulit skrotum.
b) Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post operasi, apakah
ada tanda infeksi, apakah adanya pus (nanah) atau tidak,
apakah masih terjadi pendarahan berlebih.
c) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan,
adanya pus (nanah) atau tidak.

11) Pemeriksaan ekstremitas


Inspeksi bentuk, adanya luka, edema baik ekstremitas atas
maupun bawah.

12) Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)


1) : lumpuh.
2) : adanya kotraksi otot.
3) : melawan gravitasi dengan sokongan.
4) : melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan.
5) : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit.
: melawan gravitasi dengan kekuatan penuh

1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan melalui anamnesis
dan pengkajian oleh perawat. Setiap diagnosa dibuat berdasarkan
gejala klinis yang dirasakan oleh pasien maupun keluarga.
Diagnosa keperawatan menjadi penilaian secara klinis oleh
perawat terhadap respon atau pengalaman individu, keluarga dan
komunitas terkait masalah kesehatan. Hal ini memudahkan untuk
membuat asuhan keperawatan dengan optimal sesuai kondisi
pasien. Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis
mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017)
a. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan trauma
fisik.
b. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma defekasi
c. Ansietas berhubungan dengan kegagalan kurang informasi
2. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang disebut juga sebagai rencana
keperawatan merupakan rangkaian terapi yang diberikan oleh
perawat sesuai dengan pengetahuan dan penilaian klinis.
Intervensi diberikan untuk mencapai kesembuhan, pencegahan
dan pemulihan baik individu, keluarga maupun komunitas.
Intervensi diberikan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
ditetapkan serta disesuaikan dengan kondisi klien saat itu. Sistem
intervensi mendeskripsikan kemampuan perawat dalam
menetapkan solusi penyelesaikan masalah secara efektif dan
efisien (Asda, 2019).
a. Tujuan administrasi
Administrasi meliputi mengidentifikasi fokus
keperawatan individu atau keluarga, membedakan tanggung
jawab perawat dengan profesi kesehatan lainnya, menyusun
kriteria guna pengulangan asuhan keperawatan dan evaluasi,
keberhasilan asuhan keperawatan, menyediakan kriteria
klasifikasi klien, sedangkan tujuan klinik meliputi suatu
pedoman dalam penulisan, mengkomunikasikan asuhan
keperawatan yang akan diimplememtasikan dengan perawat
lain seperti apa yang akan diajarkan, apa yang harus
diobservasi, apa yang akan dilakukan.
Menyusun kriteria hasil (outcome) untuk pengulangan
asuhan keperawatan dan evaluasi keberhasilan asuhan
keperawatan, rencana intervensi yang spesifik dan langsung
bagi perawat untuk melaksanakan intervensi kepada klien
dan keluarganya Muryani. (2019)

b. Tujuan klinik
Membina sikap dan ketrampilan profesional mahasiswa
dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh sebelumnya. Mahasiswa diberi kesempatan untuk
beradaptasi pada perannya sebagai seorang perawat dalam
tatanan nyata pelayanan kesehatan klinik untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar,
menggunakan pendekatan proses keperawatan, menampilkan
sikap dan perilaku profesional serta menerapkan
keterampilan secara profesional (Theresia 2017)
Diagnosa Perencanaan Keperawatan

Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan Rasa Manajemen Nyeri


Tingkat Nyeri
Nyaman Nyeri
Observasi:
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
jam diharapkan tingkat nyeri menurun
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Pengertian : Kriteria Hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
Pengalaman sensorik Memburu Cukup Sedang Cukup Membai
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
atau emosional yang k Membur Membai k
memperingan nyeri
berkaitan dengan uk k
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
kerusakan jaringan
1 Frekuensi nadi tentang nyeri
aktual atau
1 2 3 4 5 6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
fungsional, dengan
Terapeutik:
onset mendadak atau 2 Pola nafas
lambat dan 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
1 2 3 4 5
berintensitas ringan mengurangi rasa nyeri
hingga berat yang 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun
berlangsung kurang nyeri
t Meningk g Menuru
dari 3 bulan. 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
at n
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
3 Keluhan nyeri pemilihan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5 Edukasi

4 Meringis 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
5 Gelisah 4. mengurangi rasa nyeri

1 2 3 4 5 Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


6 Kesulitan tidur

1 2 3 4 5
Diagnosa Perencanaan Keperawatan

Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

Risiko Perdarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan

D.0012 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi


glukosa derajat infeksi menurun.
Monitor tanda dan gejala perdarahan
Pengertian : Kriteria Hasil:
Monitor nilai hematokrit/ hemoglobin sebelum
Berisiko Menurun Cukup Sedang Cukup Meningk dan setelah kehilangan darah
mengalami Menurun Meningk at
Monitor tanda-tanda vital ortostatik
kehilangan darah at
baik internal Monitor koagulasi (mis. prothrombin time (PT),
1 Kelembapan membran mukosa
(terjadi didalam partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen,

tubuh) maupun 1 2 3 4 5 degradasi fibrin dan atau platelet)

eksternal (terjadi 2 Kelembap Terapeutik


hingga keluar an kulit
Pertahankan bed rest selama perdarahan
tubuh) 1 2 3 4 5
Batasi tindakan invasif, jika perlu
3 Kognitif
Gunakan kasur pencegahan dekubitus
1 2 3 4 5
Hindari pengukuran suhu rektal
Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun
t Meningk g menurun
at
1 Hemoptis
is1
2 3 4 5

2 Hematemesis Edukasi
1 2 3 4 5 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Toleransi Aktivitas Reduksi ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 Observasi
jam diharapkan ansietas
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil:
 Identifikasi kemampuan saat mengambil
Kondisi emasional dan Menurun Cukup Sedang Cukup Menuru keputusan
pengalaman subjektif Membur menurun n
 Monitor tanda-tanda ansietas
individu terhadap uk
objek yang tidak jelas Terapeutik
dan spesifik akibat 1 Konsentrasi
antisipasi bahaya yang  Ciptakan suasana terapeutik untuk
1 2 3 4 5 menumbuhkan kepercayaan
memungkinkan
individu melakukan 2 Pola tidur  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
tindakan untuk jika memungkinkan.
1 2 3 4 5
menghadapi ancaman.
 Pahami situasi yang membuat ansietas

Meningka Cukup Sedan Cukup Menurun  Dengarkan dengan penuh perhatian


t meningk g menurun  Gunakan pendekatan yang tenang dan
at meyakinkan
3 Perilaku gelisah
Edukasi
1 2 3 4 5  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
4 Verbalisasi kebingungan
 Informasi secara faktual mengenai diagnosis,
1 2 3 4 5 pengobatan, dan pragnosis
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
1 2 3 4 5
6 Perilaku tenang
1 2 3 4 5
BAB III

LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Awal Masuk RS
Pasien awal masuk datang dari IGD pada tanggal 07 Desember 2023
pukul 21.00 dibawa oleh keluarga.
DATA PASIEN
- Nama Pasien : Ny.R
- Umur : 27 Tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Dokter Pengirim
- Pekerjaan : Swasta
- Pendidikan :-
- Agama : Islam
- Suku :
b. Anamnesa
Diagnosa Medis Saat Masuk : Hemoroid Grade IV
- Keluhan Utama : Pasien tampak meringis nyeri dan
cemas
- Riwayat Penyakit Sekarang : Muntah tiap kali makan, kurang
lebih 1 minggu, sakit perut, keluarbenjolan dari anus.
- Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit Yang Pernah Diderita : Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit terdahulu
2. Pernah Dirawat : Pasien mengatakan tidak
pernah dirawat sebelumnya.
3. Pernah Operasi : Pasien mengatakan tidak
pernah dioperasi sebelumnya.
- Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan tidak
ada riwayat penyakit yang diderita keluarga.
- Riwayat Alergi : Tidak Ada.
- Nyeri : Ada, dengan skala NRS
Deskripsi : Tindakan pembedahan
Quality : Terpelintir
Region : Lokasi anus
Severity : NRS Skor 4
Time : Hilang Timbul
- Riwayat Transfusi Darah : Tidak pernah
- Golongan Darah :
- Riwayat Merokok : Tidak ada
B. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum : Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
- GCS : E4 M6 V5
- Tanda Vital
Tekanan Darah : 119/86
Suhu : 36,6 C
Nadi : 90x/menit, teraba kuat, akral hangat
CRT : <2 detik
Pernafasan : 23x/menit
SPO2 : 98%
- Antropometri
BB : 50 Kg
TB : 158 Cm
- Pengkajian Sistem dan Pengkajian Fungsi
Sistem Susunan Saraf Pusat : Tidak Ada Kelainan
Sistem Penglihatan : Tidak Ada Kelainan
Sistem Pendengaran : Tidak ada Kelainan
Sistem Penciuman : Tidak Ada Kelainan
Sistem Pernafasan : Tidak Ada Kelainan
Sistem Kardiovaskuler : Tidak Ada Kelainan
Sistem Pencernaan : Ada Kelainan
Sistem Genitourinaria : Tidak Ada Kelainan
Sistem Integumen : Tidak Ada Kelainan
Sistem Muskuloskeletal : Tidak Ada Kelainan
Sistem Endokrin Metabolik : Tidak Ada Kelainan
- Pengkajian Resiko Pasien Jatuh : Risiko Jatuh Sedang (Skala
Morse : 25-44)
C. Status Psikologis
- Skala Cemas : Skala 3
- Perasaan : Cemas
- Ketegangan : Merasa Tegang
- Ketakutan : Tidak
- Gangguan Tidur : Sedang
D. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Result Date :

TEST RESULT REFERENCE UNITS

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11.6 13.2-17.3 g/dl

Hematokrit 33.7 40-52 %

Lekosit 9.97 3.8– 10.6 x103/ul

Trombosit 522 150-440 x103/ul

HEMOSTATIS

Masa Perdarahan 2

Masa Protombin 14.5

Masa Kontrol 15.0

Tromboplastin 37.5

APTT
Kontrol APTT 30.4

Gula Darah Sewaktu 106

E. Pengkajian di Ruang Operasi


- Pre Operasi
1. Anamnesa
a. Keluhan: Nyeri, cemas, pasien menanyakan dampak dan kesulitan
yang akan terjadi selama operasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
b. Tanda-Tanda Vital
c. Tekanan Darah :132/93 mmHg
d. Nadi : 119x/menit
e. RR : 22x/menit
f. Suhu : 36,5 C
g. SPO2 : 99%
h. Pemakaian Oksigen : Tidak Ada
i. Skala Nyeri : Skala 6
j. Fraktur : Tidak Ada
k. Perdarahan : Tidak Ada
l. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium terlampir
- Intra Operasi
Masuk OK : 13.00
Mulai Anastesi : 13.15
1. Anamnesa
a. Keluhan : mual, munta
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos Mentis, GCS : 15
b. Tanda-Tanda Vital : Tekanan Darah : 129/87mmHg
c. Nadi : 90x/menit
d. RR : 20x/menit
e. Suhu : 36,2 C
f. SPO2 : 99%
g. Posisi Pasien : Litotomi
h. Pemakaian Oksigen : Ya (Nasal Kanul 2 lpm)
i. Skala Nyeri :6
j. Fraktur : Tidak Ada
k. Perdarahan : Tidak Ada
l. Terpasang Patient Plate : Ya (Paha Kanan)
m. Terpasang Kateter : Ya, jumlah urine : 100 ml
n. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium Terlampir
- Post Operasi
Keluar OK : 14.00
1. Anamnesa
a. Keluhan : Nyeri operasi, pasien mengatakan belum
dapat berjalan karena masih merasakan sakit di area lokasi operasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Compos Mentis dengan GCS 15
b. Tanda-Tanda Vital
c. Tekanan Darah : 132/93 mmHg
d. Nadi : 90x/menit
e. RR : 21x/menit
f. Suhu : 36,3 C
g. SPO2 : 99%
h. Pemakaian Oksigen : Tidak Ada
i. Skala Nyeri : Skala 5
j. Fraktur : Tidak Ada
k. Perdarahan : Tidak Ada
l. Terpasang Kateter : Ya, jumlah urine : 600ml
m. Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium terlampir
F. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data
Data Masalah Etiologi

Pra Operasi Resiko Adanya resiko


Perdarahan trauma yang
DS :
mengakibatkan
- Pasien mengatakan bahwa saat
trauma defekasi.
BAB keluar darah.
- Pasien mengatakan tidak dapat
BAB sudah seminggu yang lalu.
DO :

- Pasien tampak gelisah,


Tekanan Darah :119/86 mmHg
Nadi : 120x/menit
RR : 23x/menit
Suhu : 36,6C
SPO2 : 99%

DS :
- Pasien mengatakan bagian Gangguan

anusnya terasa nyeri. Rasa

DO : Nyaman :

- KU sakit sedang, Nyeri

kesadaran CM, pasien


tampak meringis kesakitan.
- Nyeri : Ada, dengan skala
NRS
Deskripsi :Tindakan
pembedahan
Quality : Terpelintir
Region : Lokasi anus
Severity : NRS Skor 6
Time : Hilang Timbul

Intra Operasi Ansietas Prosedur


DS : Pembedahan
-Pasien mengatakan cemas akan
tindakan pembedahan yang
akan dilakukan.
DO :

-Pasien tampak cemas dan


tegang.
-Pasien tampak gelisah.
-Tekanan Darah :132/98 mmHg
Nadi : 120x/menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36,2 C
SPO2 : 99%

Resiko
Pemasangan
DS:- Cidera
elektroda medik,
DO:
posisi
- Pasien dilakukan tindakan
pembedahan.
hemoroidektomi
- pasien terpasang plate arde di
paha kanan.
- Posisi pasien litotomi

Post Operasi
Gangguan Keterbatasan Gerak
DS: Pasien mengatakan takut
Mobilisasi
untuk jalan karna sakit di bagian Fisik
anus.
DO: Pasien tampak hati-hati dan
pelan saat bergerak.
Resiko
DS: - Infeksi Post Entry Kuman
DO: pasien terpasang tanvon dan
di lepas 5 jam setelah operasi
untuk menghentikan perdarahan
pasca operasi
Terpasang tampon (1 kassa)

b. Diagnosa Keperawatan
- Pre Operasi
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan cedera
trauma fisik(rupture vena)
2. Resiko perdarahan berhubungan dengan adanya resiko trauma
yang mengakibatkan trauma defekasi.
- Intra Operasi
1. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan.
2. Resiko Cidera berhubungan dengan pemasangan elektroda
medik, posisi pembedahan.
- Post Operasi
1. Gangguan Mobilisasi Fisik berhubungan dengan keterbatasan
gerak.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
G. Intervensi Keperawatan
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama klien : Ny. R

Usia : 27 Tahun

Diagnosa medis : Hemoroid Grade IV

No RM : 1051050804

No Diagnosa Perencanaan
keperawatan
Tujuan Intervensi

1 Pre Operasi Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

Gangguan Rasa (L.08066) (I.08238)


Nyaman : Nyeri
Setelah diberikan Observasi
asuhan keperawatan
1. Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri
karakteristik, durasi,
berkurang/terkontrol
frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil
intensitas nyeri
:
2. Identifikasi skala nyeri
Tingkat nyeri 3. Identifikasi respons
1. Kemampuan nyeri non verbal
menuntaskan 4. Identifikasi factor
aktivitas yang memperberat dan
meningkat (5) memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri Terapeutik
menurun (5)
3. Meringis 5. Berikan teknik
menurun (5) nonfarmakologis
4. Perasaan takut untuk mengurangi rasa
mengalami nyeri
cedera berulang Edukasi
menurun (5)
6. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi

7. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 Pre Operasi Tingkat Perdarahan Pencegahan Perdarahan
(L.02017) (I.02067)
Resiko
Perdarahan Setelah dilakukan Observasi
(D.0012) tindakan keperawatan
1. Monitor tanda dan gejala
selama 3x24 jam
perdarahan
diharapkan tidak terjadi
2. Monitor nilai
perdarahan
hematokrit/hemoglobin
1. Membran mukosa sebelum dan setelah
lembab meningkat kehilangan darah
2. Kelembaban kulit 3. Monitor tanda-tanda vital
meningkat ortostatik
3. Hemoptisis menurun 4. Monitor koagulasi (mis:
4. Hematemesis prothrombin time (PT),
menurun partial thromboplastin time
5. Hematuria menurun (PTT), fibrinogen,
6. Hemoglobin degradasi fibrin dan/atau
membaik platelet)
7. Hematokrit membaik
Terapeutik

5. Pertahankan bed rest


selama perdarahan
6. Batasi tindakan invasive,
jika perlu
7. Gunakan kasur pencegah
decubitus
8. Hindari pengukuran suhu
rektal

Edukasi

9. Jelaskan tanda dan gejala


perdarahan
10. Anjurkan menggunakan
kaus kaki saat ambulasi
11. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
12. Anjurkan menghindari
aspirin atau antikoagulan
13. Anjurkan meningkatkan
asupan makanan dan
vitamin K
14. Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan

Kolaborasi

15. Kolaborasi pemberian obat


pengontrol perdarahan,
jika perlu
16. Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
17. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
3 Intra Operasi Tingkat Terapi Relaksasi (I.09326)
Ansietas
Ansietas Observasi
(L.09093)
(D.0080)
1. Identifikasi teknik
Setelah
relaksasi yang
diberikan
pernah efektif
asuhan
digunakan.
keperawatan
2. Periksa ketegangan
selama 3x24
otot, frekuensi nadi,
jam diharapkan
tekanan darah, dan
tingkat ansietas
suhu sebelum dan
menurun,
sesudah latihan.
dengan kriteria
3. Monitor respons
hasil :
terhadap terapi
1. Perilaku relaksasi.
gelisah Terapeutik
menurun (5)
4. Berikan informasi
2. Perilaku
tentang persiapan
tegang
dan prosedur teknik
menurun (5)
relaksasi.
3. Keluhan
5. Gunakan pakaian
pusing
longgar
menurun (5)
6. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama.
Edukasi

7. Jelaskan secara rinci


intervensi relaksasi
yang dipilih.
Anjurkan mengambil
posisi nyaman.

4 Intra Operasi Tingkat Cedera Pencegahan Cedera (I.


(L.14136) 14537)
Resiko Cidera
(D.0136) Setelah dilakukan Observasi
intervens
1. Identifikasi area lingkungan
kepeawatan selama
yang berpotensi
3x24 jam, maka
menyebabkan cedera
tingkat cedera
2. Identifikasi obat yang
menurun, dengan
berpotensi menyebabkan
kriteria hasil :
cedera
1. Kejadian cedera 3. Identifikasi kesesuaian alas
menurun kaki atau stoking elastis
2. Luka/lecet pada ekstremitas bawah
menurun
Terapeutik

4. Sediakan pencahayaan yang


memadai
5. Gunakan lampu tidur
selama jam tidur
6. Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
ruang rawat (mis:
penggunaan telepon, tempat
tidur, penerangan ruangan,
dan lokasi kamar mandi)
7. Gunakan alas kaki jika
berisiko mengalami cedera
serius
8. Sediakan alas kaki antislip
9. Sediakan pispot dan urinal
untuk eliminasi di tempat
tidur, jika perlu
10. Pastikan bel panggilan
atau telepon mudah
terjangkau
11. Pastikan barang-barang
pribadi mudah dijangkau
12. Pertahankan posisi tempat
tidur di posisi terendah
saat digunakan
13. Pastikan roda tempat tidur
atau kursi roda dalam
kondisi terkunci
14. Gunakan pengaman
tempat tidur sesuai dengan
kebijakan fasilitas
pelayanan Kesehatan
15. Pertimbangkan
penggunaan alarm
elektronik pribadi atau
alarm sensor pada tempat
tidur atau kursi
16. Diskusikan mengenai
latihan dan terapi fisik
yang diperlukan
17. TDiskusikan mengenai
alat bantu mobilitas yang
sesuai (mis: tongkat atau
alat bantu jalan)
18. Diskusikan Bersama
anggota keluarga yang
dapat mendampingi pasien
19. Tingkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan

Edukasi

20. Jelaskan alasan


intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan
keluarga
21. Anjurkan berganti posisi
secara perlahan dan
duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
5 Post Operasi Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi
Mneingkat (L. 05042) (I.06171)
Gangguan
Mobilitas Fisik Setelah diberikan Observasi
(D.0054) asuhan keperawatan
1. Identifikasi adanya nyeri
selama 3x24 jam
atau keluhan fisik
diharapkan mobilitas
lainnya
fisik meningkat,
2. Identifikasi toleransi
dengan kriteria hasil :
fisik melakukan
1. Pergerakan ambulasi
ekstremitas 3. Monitor frekuensi
meningkat jantung dan tekanan
2. Kekuatan otot darah sebelum memulai
meningkat ambulasi
3. Rentang gerak 4. Monitor kondisi umum
(ROM) meningkat. selama melakukan
ambulasi
Terapeutik

5. Fasilitasi aktivitas ambul


asi dengan alat bantu (mi
s: tongkat, kruk)
6. Fasilitasi melakukan mo
bilisasi fisik, jika perlu
7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi

8. Jelaskan tujuan dan pros


edur ambulasi
9. Anjurkan melakukan am
bulasi dini
10. Ajarkan ambulasi sederh
ana yang harus dilakuka
n (mis: berjalan dari tem
pat tidur ke kursi roda, b
erjalan dari tempat tidur
ke kamar mandi, berjala
n sesuai toleransi)

6 Post Operasi Tingkat Infeksi Edukasi Pencegahan


Infeksi (I.12406)
Risiko Infeksi (L.14137)
(D.0142) Observasi
Setelah
diberikan 8. Periksa kesiapan
asuhan dan kemampuan
keperawatan menerima informasi.
selama 3x24 Terapeutik
jam diharapkan
9. Berikan kesempatan
derajat infeksi
untuk bertanya
menurun :
10. Fasilitasi istirahat
Kriteria Hasil : dan tidur

5. Demam Edukasi
menurun (5) 11. Jelaskan tanda dan
6. Kemerahan gejala infeksi.
menurun (5) 12. Ajarkan membatasi
7. Nyeri pengunjung.
menurun (5) 13. Ajarkan cara
8. Bengkak merawat kulit pada
menurun (5) area yang edema.
9. Kadar sel
darah putih
membaik (5)
(5)

H. Implementasi Keperawatan
Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi

23/09/2023 1. Mengobservasi KU 1. KU sakit sedang,


Jam 08.00 dan TTV pasien kesadaran CM, GCS

2. Mengobservasi : 15 E4 M6

keluhan pasien V5,Tekanan


Darah :114/76
3. Mengidentifikasi
mmHg, Nadi :
lokasi, karakteristik,
82x/menit, RR :
durasi, frekuensi,
18x/menit, Suhu :
kualitas, intensitas
36,5 C, SPO2 : 99%
nyeri, skala nyeri
4. Mengidentifikasi 2. Nyeri : Ada, dengan
respons nyeri non skala NRS
verbal 3. Deskripsi:Tindakan

5. Mengidentifikasi pembedahan,

factor yang Quality : Terpelintir,

memperberat dan Region : Lokasi

memperingan anus, Severity :

nyeri NRS Skor 4, Time


: Hilang Timbul
6. Memberikan
4. Wajah klien nampak
teknik
meringis.
nonfarmakologis
5. Nyeri timbul saat
untuk mengurangi
pasien bergerak dan
rasa nyeri
berkurang saat
7. Memonitor nilai
pasien beristirahat.
hematokrit/hemoglobin
6. Pasien diajari cara
, memonitor koagulasi
melakukan relaksasi
(mis: prothrombin time
nafas dalam
(PT), partial
7. Nilai laboratorium
thromboplastin time
terlampir
(PTT), fibrinogen,
8. Pasien nampak lebih
degradasi fibrin
tenang.
dan/atau platelet)
9. Pasien sudah tidak
8. Melibatkan keluarga
terpasang benda
dampingi pasien
logam.
9. Menganjurkan pasien
10. Antibiotik ketorolac
melepas barang yang
30mg telah
mengandung logam
diberikan pada
10. Melakukan kolaborasi
pasien. Tidak ada
dengan dokter dalam
reaksi alergi.
pemberian terapi
11. Posisi pasien semi
antibiotik pra operasi
fowler.
11. Memberikan posisi
nyaman pada pasien 12. Pasien dipindahkan
12. Menyiapkan kamar ke brankar.
operasi beserta 13. Pasien pindah ke
instrumen yang akan ruang operasi.
dipakai selama operasi 14. Pasien melakukan
13. Memindahkan pasien teknik relaksasi
ke kamar operasi nafas dalam.
14. Identifikasi teknik 15. Plat arde terpasang
relaksasi yang di paha kanan
pernah efektif pasien, tidak tampak
digunakan. ada luka di area
15. Memastikan pemasangan plat
elektrodinamik arde.
terpasang sesuai 16. Pasien mengatakan
protocol kakinya mulai terasa
16. Operasi dimulai baal.
setelah pasien terbius 17. Time out didengar
spinal oleh semua tim
17. Melakukan time out operasi.
18. Mendampingi pasien 18. Menjadi sirkulasi
selama operasi selama proses
berlangsung operasi berlangsung.
19. Mengobservasi 19. Perdarahan pasien
perdarahan selama selama operasi
operasi berlangsung 50ml.
20. Mengkaji adanya luka 20. Tidak tampak ada
bakar pada area luka bakar di area
pemasangan patient pemasangan plate
plate arde
21. Operasi selesai, 21. Luka operasi tidak
Melakukan penutupan ada rembesan.
luka operasi, 22. Kesadaran :
memindahkan pasien Compos Mentis
ke RR. dengan GCS 15,
22. Mengobservasi KU Tanda-Tanda Vital :
dan TTV selama di RR Tekanan Darah :
23. Menganjurkan pasien 114/78 mmHg, Nadi
mobilisasi bertahap : 88x/menit, RR :
24. Menganjurkan pasien 20x/menit, Suhu :
nafas dalam untuk 36,5 C, SPO2 : 99%
mengurangi nyeri 23. Pasien mengatakan
25. Mengkaji tanda kakinya masih kaku,
inflamasi pada area pasien tampak
luka operasi belum dapat
26. Melibatkan keluarga menggerakkan kaki.
dalam bantu pasien 24. Skala nyeri 7,
mobilisasi pasien nampak
27. Memindahkan pasien meringis kesakitan.
ke ruangan dan 25. Tidak tampak
melakukan operan adanya perdarahan
dengan perawat maupun edema pada
ruangan area luka operasi.
26. Keluarga membantu
klien untuk mika
miki.
27. Pasien Ny.R dengan
post
hemoroidektomi a/I
hemoroid grade IV
selesai operasi
pukul 14.00 dengan
anastesi spinal
terpasang kateter no
16 setelah operasi
tidak ada rembesan.
RL 20 tpm
Ketorolac 3x1 amp

24/09/2023 1. Mengkaji TTV pasien 1. KU sakit sedang,


2. Membantu pasien untuk kesadaran CM, GCS
mobilisasi 15, E4 M6 V5, TD
3. Melakukan kolaborasi 128/90 mmHg, Suhu
pemberian terapi obat. 36,4 C, Nadi
4. Mengkaji skala nyeri 90x/menit, teraba kuat
akral hangat, CRT <2
detik, pernafasan
21x/menit, SPO2 99%.
2. Pasien nampak sudah
dapat berjalan ke
kamar mandi.
3. Pasien nampak
kooperatif saat
diberikan terapi obat.
4. Pasien mengatakan
nyerinya sudah mulai
berkurang(skala 5).
25/09/2023 1. Mengobservasi KU 1. KU sakit sedang,
dan TTV kesadaran CM, GCS
2. Melibatkan keluarga 15, E4 M6 V5, TD
pasien dalam merawat 120/78 mmHg, Suhu
luka pasca operasi. 36,5 C, Nadi
89x/menit teraba kuat
akral hangat, CRT <2
detik, pernafasan
21x/menit, SPO2 99%.
2. Pasien dan keluarga
sudah mengerti cara
melakukan perawatan
luka pasca operasi.

I. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi
Keperawatan

23/09/2023 Gangguan Rasa S : Pasien mengatakan


Pukul 10.45 Nyaman : Nyeri bahwa nyeri yang dirasakan
berhubungan dengan sudah mulai berkurang.
cedera trauma O : Pasien tampak lebih
fisik(rupture vena) tenang, TD : 129/87 mmHg,
RR : 21x/menit, SPO2 : 99%
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

23/09/2023 Resiko perdarahan S: -


Pukul 10.55 berhubungan dengan O: Pasien tampak
adanya resiko trauma meringis saat belajar
yang mengakibatkan duduk
trauma defekasi. A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan

23/09/2023 Ansietas berhubungan S: pasien mengatakan


Pukul 11.05 dengan prosedur sudah siap operasi
pembedahan. O : pasien tampak lebih
tenang.
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
23/09/2023 Resiko Cidera S:-
berhubungan dengan
O : Plate arde terpasang
Pukul 11.15 pemasangan elektroda
sesuai protokol, tidak
medik, posisi
terjadi tanda-tanda luka
pembedahan.
bakar
A : Masalah tidak terjadi
P : Intervensi dihentikan
23/09/2023 Gangguan Mobilisasi S : Pasien mengatakan
Pukul 11.20 Fisik berhubungan takut untuk bergerak
dengan keterbatasan karena ada luka operasi.
gerak. O : Pasien nampak berhati-
hati ketika bergerak.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
23/09/2023 Resiko Infeksi S:-
Pukul 11.30 berhubungan dengan O : Tidak terdapat tanda-
prosedur pembedahan. tanda infeksi pada luka
operasi pasien.
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai