Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN ELIMINASI PADA SISTEM PENCERNAAN
“ HEMOROID “
(Dosen Pembimbing : Bpk. Ahmad )

Disusun oleh :
KELOMPOK 4
Doni Damara
Maman Lukman
Mira Desiana
Ni Putu Indah
Seka Junita Sari
Syahid

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH BEKASI


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TK.II
BEKASI 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karuniaya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah ini yang tepat pada waktunya dengan
judul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN ELIMINASI PADA SISTEM PENCERNAAN “
HEMOROID “

Adapun makalah ini berisi tentang Laporan Pendahuluan dan


Asuhan Keperawatan Penyakit Haemorroid. Kami harap,makalah ini
dapat membantu kita semua dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
pada pasien yang mengidap penyakit Haemorroid.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna,oleh sebab itu kritik dan saran dari semua pihak yang
tentunya bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak


yang telah ikut berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal
sampai akhir.

Bekasi, September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................iii
1. LAPORAN PENDAHULUAN....................................................1
1.1 Definisi........................................................................1
1.2 Etiologi........................................................................2
1.3 Klasiffikasi...................................................................2
1.4 Patofisiologis..............................................................3
1.5 Pathway......................................................................4
1.6 Manifestasi.................................................................5
1.7 Penatalaksanaan........................................................6
1.8 Diagnostik...................................................................8
2. ASUHAN KEPERAWATAN......................................................9
2.1 Pengkajian .................................................................9
2.2 Analisa Data.............................................................10
2.3 Masalah....................................................................11
2.4 Intervensi..................................................................12
2.5 Evaluasi....................................................................14
3. REFERENSI...........................................................................15

iii
1. LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
Menurut beberapa ahli, pengertian hemoroid adalah :
 Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah
vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis
(Sudoyo, 2006).
 Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus hemoroidalis
yang tidak merupakan keadaan patologik (Sjamsuhidajat dan Jong,
2005).
 Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal
anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an,
50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan
luasnya vena yang terkena (Smeltzer dan Bare, 2002).
 Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-
vena hemoroidales (Bacon). Patologi keadaan ini dapat
bermacam-macam, yaitu thrombosis, ruptur, radang, ulserasi,
dan nekrosis (Mansjoer, 2008).
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi vena di dalam plexus hemoroidalis.
1.2 ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi
dari
hemoroid adalah :
1.      Faktor predisposisi :
a.       Herediter atau keturunan
Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh
darah, dan bukan hemoroidnya.
b.      Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah
kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c.       Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat.
d.      Pekerjaan seperti mengangkat beban terlalu berat.
e.       Psikis.

1
2.      Faktor presipitasi :
a.       Faktor mekanis (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan
intraabdominal) misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
b.      Fisiologis
c.       Radang
d.      Konstipasi menahun
e.       Kehamilan
f.       Usia tua
g.      Diare kronik
h.      Pembesaran prostat
i.        Fibroid uteri
j.        Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal

1.3 KLASIFIKASI HEMOROID


A. Hemoroid Interna
Pada wasir dalam terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi
oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke
luar seperti wasir luar. Gejala wasir dalam adalah suka ada darah yang keluar dari
anus saat bab /buang air besar. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus
membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk
membuang wasir.
Hemoroid Interna menjadi 4 derajat untuk menilai tingkat keparahannya:
1) Grade 1, terjadi perdarahan tetapi tidak ada tonjolan rektum.
2) Grade 2, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.
3) Grade 3, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan
bantuantangan.
4) Grade 4, terjadi tonjolan rektum disertai dengan bekuan darah dan tonjolan
inimenutupi muara anus

2
B. Hemoroid Eksterna
Wasir luar merupakan varises di bawah otot yang umumnya
berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan
pada pinggir anus yangterasa sakit dan gatal.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:

1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada
pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut
sebagai hemoroid trombosiseksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan
gatal karena ujung-ujung saraf padakulit merupakan reseptor nyeri.

2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit
anus yang terdiridari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

1.4 PATOFISIOLOGI
Menurut Price dan Wilson (2006), serta Sudoyo (2006) patofisiologi
hemoroid adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan
venous rektum dan vena hemoroidalis. Hemoroid timbul karena dilatasi,
pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh
faktor-faktor risiko/ pencetus dan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Faktor risiko hemoroid antara lain factor mengedan pada buang
air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai
jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok),
peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor
abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada abdomen dan

3
perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik,diare kronik atau diare akut
yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan
makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare,
sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat,
fibroid uteri, dan tumor rectum. Penyakit hati kronis yang disertai
hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis
superior mengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu sistem portal
tidak memiliki katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena
mesenteric superior, vena mesentrika inferior, dan vena hemoroidalis superior
(bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga
merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena
hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang
meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan
mengakibatkan hemoroid (Price dan Wilson, 2006).
1.5 PATHWAY

1.6 MANIFESTASI KLINIK


Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi.
Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan
edema yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan

4
darah dalam hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut
dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai
hemoroid ini membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolapse
(Smeltzer dan Bare, 2002).
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa
ada hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang
hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan
hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat
trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah
segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada
feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat
menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari
vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya zat asam.
Perdarahan luas dan intensif di pleksus hemoroidalis menyebabkan darah
di vena tetap merupakan “darah arteri”. Kadang perdarahan hemoroid
yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid
yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai
defekasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).
Pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi. Pada tahap lanjut,
akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
Kotoran di pakaian dalam menjadi tanda hemoroid yang mengalami
prolaps permanen. Kulit di daerah perianal akan mengalami iritasi. Nyeri
akan terjadi bila timbul trombosis luas dengan edema dan peradangan.
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi defekasi yang keras, yang
membutuhkan tekanan intraabdominal tinggi (mengejan), juga sering pasien
harus duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri yang
merupakan gejala radang (Mansjoer, 2008).
Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan inspeksi, apalagi bila telah
terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan
yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat pada satu atau
beberapa kuadran. Selanjutnya secara sistematik dilakukan pemeriksaan
5
dalam rectal secara digital dan dengan anoskopi. Pada pemeriksaan
rektal secara digital mungkin tidak ditemukan apa-apa bila masih dalam
stadium awal. Pemeriksaan anoskopi dilakukan untuk melihat hemoroid
interna yang tidak mengalami penonjolan. Pada pemeriksaan kita tidak
boleh mengabaikan pemeriksaan umum karena keadaan ini dapat
disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal (Mansjoer,
2008).

1.7 PENATAKLASANAAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), Sudoyo (2006) dan Mansjoer (2008),
penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis,
farmakologis, dan tindakan minimal invasive, yaitu :
1.      Penatalaksanaan Medis Non Farmakologis
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola
makan dan minum, perbaiki pola/ cara defekasi. Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan
derajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program
(BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan
perubahan perilaku buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal
pada orang menjadi lurus ke bawah sehingga hanya diperlukan usaha yang
lebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah atau keluar rektum. Posisi
jongkok ini tidak diperlukan mengedan lebih banyak karena mengedan
dan konstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid (Sudoyo, 2006).
2.      Penatalaksanaan medis farmakologis
Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat, yaitu :
 Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam BMP
yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool softener).
Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara lain psyllium atau
isphagula Husk (missal Vegeta, Mulax, Metamucil, Mucofalk). Obat kedua
yaitu obat laksan atau pencahar antara lain Natrium dioktil sulfosuksinat
(Laxadine), Dulcolax, Microlac dll. Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja
sebagai anionic surfactant, merangsang sekresi mukosa usus halus dan

6
meningkatkan penetrasi cairan kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari (Sudoyo,
2006).
 Obat simtomatik : Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri, pengurangan keluhan sering dicampur pelumas (lubricant)
vasokontriktor, dan antiseptic lemah. Anastesi local digunakan untuk
menghilangkan nyeri serta diberikan kortikosteroid.
 Obat menghentikan perdarahan : perdarahan menandakan adanya luka
pada dinding anus/ pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis. Yang
digunakan untuk pengobatan hemoroid yaitu campuran diosmin (90%) dan
hesperidin (10%) dalam bentuk Micronized, dengan nama dagang
“Ardium” atau “Datlon”. Psyllium, Citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk
lemon dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding
pembuluh darah (Sudoyo, 2006).
 Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid : pengobatan
dengan Ardium 500 mg menghasilkan penyembuhan keluhan dan gejala
yang lebih cepat pada hemoroid akut bila dibandingkan plasebo.
Pemberian Micronized flavonoid (Diosmin dan Hesperidin) (Ardium) 2 tablet
per hari selama 8 minggu pada pasien hemoroid kronik. Penelitian ini
didapatkan hasil penurunan derajat hemoroid pada akhir pengobatan
dibanding sebelum pengobatan secara bermakna. Perdarahan juga
makin berkurang pada akhir pengobatan dibanding awal pengobatan
(Sudoyo, 2006).
3.      Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi atau eksisi bedah dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama
pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan
hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan
kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil
dimasukkan melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan
darah. Penempatan Gelfoan atau kassa oxygel dapat diberikan diatas luka
anal (Smeltzer dan Bare, 2002).
Teknik operasi Whitehead dilakukan dengan mengupas seluruh
hemoroidales interna, membebaskan mukosa dari submukosa, dan
melakukan reseksi. Lalu usahakan kontinuitas mukosa kembali. Sedang
7
pada teknik operasi Langenbeck, vena-vena hemoroidales interna dijepit
radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur dibawah klem dengan chromic
gut no. 2/0, eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan
jepitan jelujur dibawah klem diikat (Mansjoer, 2008).
4.      Penatalaksanaan Minimal Invasive
Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan bila pengobatan non
farmakologis, farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain
tindakan skleroterapi hemoroid, ligase hemoroid, pengobatan hemoroid
dengan terapi laser (Sudoyo, 2006).
1.8 DIAGNOSTIK
Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), pemeriksaan penunjang pada
penderita hemoroid yaitu :
a.       Colok dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel
penutup bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang
dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Pada pemeriksaan
colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena
didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
b.      Anoskop, diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol
ke luar. Anoskop dimasukkan dan di putar untuk mengamati keempat
kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai stuktur vascular yang menonjol
ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
c.       Proktosigmoidoskopi, perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan
bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan
ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik
saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya
darah samar.

8
2.     ASKEP HEMOROID
2.1. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi
portal, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
4. Pengkajian pola fungsional Gordon
a.       Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan
Konsumsi makanan rendah serat, pola BAB yang salah (sering mengedan saat
BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif, kurang olahraga atau imobilisasi,
kebiasaan bekerja contoh : angkat berat, duduk atau berdiri terlalu lama.
b.      Pola nutrisi dan metabolic
Mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran
mukosa kering, kadar hemoglobin turun
c.       Pola eliminasi
Pola eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
d.      Pola aktivitas dan latihan
Kurang olahraga atau imobilisasi, Kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas
karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
e.       Pola istirahat dan tidur
Gangguan tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan
sesudah operasi).
f.       Pola persepsi sensori dan kognitif

9
Pengkajian kognitif pada pasien hemoroid pre dan post
hemoroidektomi yaitu rasa gatal, rasa terbakar dan nyeri, sering menyebabkan
perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi dan adanya pus.
g.      Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam bekerja.
h.      Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido.
i.        Pola persepsi dan konsep diri
Pasien biasanya merasa malu dengan keadaannya, rendah diri, ansietas,
peningkatan ketegangan, takut, cemas, trauma jaringan,
masalah tentang pekerjaan.
5. Pemeriksaan fisik
a.       Keluhan umum : malaise, lemah, tampak pucat
b.      Tingkat kesadaran : komposmentis sampai koma.
c.       Pengukuran antropometri : berat badan menurun.
d.      Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi,
hipotensi.
e.       Abdomen : nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f.       Kulit : Turgor kulit menurun, pucat.
g.      Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat
benjolan pada anus, nyeri pada anus, perdarahan

2.2 ANALISA DATA


No Data Etiologi Masalah

1. DS :  Kantung – kantung Gangguan rasa


 Klien mengeluh nyeri dan vena melebar nyaman : nyeri
panas pada daerah anus  Menonjol ke
 Klien mengeluh nyeri saluran anus
pada saat duduk  Terjadi benjolan
 Klien mengeluh nyeri  Nyeri pada saat
pada saat BAB BAB
 Saat dilakukan
pemeriksaan anus, ada
benjolan di daerah anus
 Klien tampak meringis
menahan nyeri

10
 Klien tampak memegangi
daerah yang terasa nyeri
 Skala nyeri klien 2-3 dari
5
2. DS :  Feses yang keras Perdarahan di
 Klien mengeluh fesesnya  Pecahnya vena anus
keras pada saat BAB hemoroidalis
 Klien mengeluh adanya  Perdarahan pada
perdarahan pada saat saat
BAB BAB/perdarahan di
 Tampak ada perdarahan anus
pada saat klien BAK
 Konjungtiva pucat
3. DS :  Feses yang keras Konstipasi
 Klien mengeluh pola BAB  Adanya benjolan di
tidak normal anus
 Klien mengatakan tidak  Nyeri tidak mau
BAB karna takut anusnya BAB
nyeri
 Klien mengeluh BAB
keras sehingga harus
mengedan
 Intake dan output klien
tidak seimbang
4. DS :  Adanya benjolan di Resiko infeksi
 Klien mengeluh badan anus
terasa panas  Kerusakan jaringan
 Badan klien saat diraba pada rektal
terasa panas  Pertahanan tubuh
 Suhu klien > 36.5oC kurang adekuat
 Mudah masuknya
kuman
 Resiko infeksi

5. DS :  Nyeri hemoroid Intoleransi


 Klien mengeluh  Badan lemas karna aktivitas
aktivitasnya dibantu kelelahan menahan
 Klien mengeluh tidak nyeri
dapat beraktivitas secara  Tidak dapat
mendiri beraktivitas secara
 Klien mengeluh lemas mandiri
 Aktivitas klien tampak  Intoleransi aktivitas
dibantu
 Klien tidak dapat
beraktivitas secara
mandiri
 Klien tampak lemas

11
2.3 MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya
hemoroid
2. Pendarahan di anus berhubungan dengan pecahnya vena
hemoroidalis
3. Konstipasi berhubungan dengan nyeri karena ada benjolan di
anus
4. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan pada
rektal
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karena
hemoroid
2.4 RENCANA DAN RASIONAL
No Diagnosa Intervensi Rasional
keperawatan
1. Gangguan rasa  Berikan posisi  Meminimalkan stimulasi /
nyaman : nyeri yang nyaman meningkatkan relaksasi
berhubungan   Berikan  Meminimalkan tekanan di
dengan adanya bantalan di bawah bokong saat duduk
hemoroid bawah bokong  Pengalihan perhatian
saat duduk dengan kegiatan lain
 Ajarkan teknik untuk mengurangi nyeri
untuk  Memantau sejauh mana
mengurangi rasa nyeri tersebut, berkurang
nyeri seperti atau bertambah
relaksasi dan  Mengurangi nyeri dan
distraksi menurunkan rangsang
 Observasi saraf simpatis dan untuk
tingkatan nyeri mengangkat hemoroid
 Kolaborasi
dengan tim
medis untuk
pemberian
analgesik,
pelunak feses,
dan
dilakukannya
hemoroidectomi

2. Perdarahan di anus  Monitor  Untuk menentukan tingkat


berhubungan banyaknya kehilangan cairan
dengan pecahnya perdarahan klien  Untuk mengetahui darah

12
vena hemoroidalis  Monitor warna yang keluar dari anus
ditandai dengan dan konsistensi akibat hemoroid
pendarahan waktu darah  Untuk menentukan
BAB  Observasi TTV tindakan selanjutnya
secara rutin  Untuk membantu proses
 Kolaborasi pembekuan darah dan
dengan tim medis untuk meningkatkan
dalam pemberian produksi sel darah merah
vitamin K dan B12
sesuai indikasi
3. Konstipasi  Berikan dan  Mencegah dehidrasi
berhubungan anjurkan pasien secara oral
dengan nyeri karna untuk minum + 2  Meningkatkan usaha
ada benjolan di liter / hari evakuasi feses
anus  Berikan posisi  Makanan tinggi serat
semi fowler dapat melancarkan
 Anjurkan klien proses defekasi
mengkonsumsi  Membantu melancarkan
makanan tinggi proses defekasi
serat
 Berikan laktasif
sesuai advis
dokter
4. Resiko infeksi  Lakukan teknik  Adanya kerusakan
berhubungan septik dan jaringan di rektum  rentan
dengan kerusakan antiseptik dalam terhadap
jaringan pada rektal membersihkan perkembangbiakan
anus apabila kuman dan bakteri
sudah BAB  Mencegah perkembangan
 Jaga kebersihan kuman dan bakteri
daerah rectum -     Mencegah terjadinya
 Kolaborasi infeksi
dengan tim
medis dalam
pemberian
antibiotic
5. Intoleransi aktivitas  Kaji tingkat  Untuk mengetahui tingkat
berhubungan aktvitas klien kelemahan klien
dengan nyeri karna  Bantu klien  Membantu aktivitas klien
hemoroid dalam secara bertahap dapat
melakukan membantu toleransi
aktivitas sehari – aktivitas klien
hari  Mengurangi
 Mandirikan klien ketergantungan aktivitas
dalam klien dengan bantuan
melakukan perawat
aktivitas sehari –  Memberikan motivasi
hari dapat mempercepat
 Berikan motivasi penyembuhan dan dapat

13
kepada klien mengurangi
utuk bisa ketergantungan aktivitas
melakukan klien
aktivitas secara
mandiri

2.5 EVALUASI
1. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan adanya
hemoroid,: gangguan rasa nyaman sudah terpenuhi dan nyeri

sudah teratasi.
2. Perdarahan di anus berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis,:
Pendarahan sudah mulai sedikit dan pemberian obat vitamin k
dan B 12 masih di berikan.
3. Konstipasi berhubungan dengan nyeri karna ada benjolan di anus :
Konstipasi dengan nyeri karna ada benjolan di anus sudah teratasi
dengan nutrisi yang terpenuhi.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan pada rektal :
Sudah tidak merasakan nyeri dan panas sudah teratasi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karna hemoroid : Sudah
bisa beraktivitas dengan mandiri.

14
REFERENSI
Price, S. A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,Volume I.
Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat R, W. d. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Potter, P. A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume2.
Jakarta: EGC
Dermawan, T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Carpenito, L. J. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Penerjemah Monica
Ester. Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai