Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEMOROID

Disusun oleh:
Febriani (22056)
Putri Indah Deviana (22071)

Dosen Pengampu
Marina Ruran, Ns., M.Kep.

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


DIPLOMA III KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya kami
mampu menyelesaikan tugas makalah Keperawatan Medikal Bedah yang berjudul “
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hemoroid” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB Semester
III dengan dosen pengampu Marina Ruran, Ns., M.Kep. Kami sampaikan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah KMB yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini.

Jakarta, 16 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ..............................................................................................3
A. Pengertian ...............................................................................................................3
B. Etiologi Hemoroid ....................................................................................................5
C. Patofisiologi Hemoroid ...........................................................................................6
D. Tanda dan Gejala ......................................................................................................7
E. Komplikasi Hemoroid ..............................................................................................8
F. Penatalaksanaan ........................................................................................................9
G. Asuhan Keperawatan................................................................................................13
1. Pengkajian...........................................................................................................13
2. Masalah Perawatan.............................................................................................17
3. Rencana Keperawatan ........................................................................................17
BAB III PENUTUP ...........................................................................................................22
A. Kesimpulan .............................................................................................................22
B. Saran .......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................23
REFERENSI .......................................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009). Lesi ini
sangat sering terjadi karena peningkatan tekanan secara terus menerus di dalam
pleksus hemoroidalis (Kumar et al., 2007). Hemoroid menyebabkan perdarahan,
pembengkakan, dan nyeri pada kanalis anal (Dorland, 2011).

Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena


hemoroidales. Hemoroid dibagi 2 jenis, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid
interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan
hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Hemoroid
merupakan penyebab umum dari perdarahan rektum dan ketidaknyamanan anal,
namun keakuratan insiden sulit untuk ditentukan karena pasien cenderung mencari
pengobatan sendiri, bukan penanganan medis. Hemoroid diderita oleh 5% seluruh
penduduk dunia (Slavin, 2008).

Penyebab hemoroid sebenarnya sederhana, yakni saat susah buang air


dipaksakan mengeluarkan kotoran. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil.
Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga
karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada
kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid
temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi hemoroid?
2. Apa etiologi hemoroid?
3. Apa patofisiologi hemoroid?
4. Apa saja tanda dan gejala?
5. Komplikasi hemoroid?
6. Bagaimana penatalaksanaannya?
7. Asuhan keperawatan pada pasien hemoroid?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum.

Diharapkan mahasiswa dapat memahami isi dari makalah yang kami buat
sertadapat menambah pengetahuan bagi pembaca tentang penyakit hemoroid
dengan adanya makalah ini mahasiswa mampu menguasai materi tentang
hemoroid. menambah pengetahuan masyarakat tentang faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit hemoroid sehingga masyarakat dapat melakukan
upaya untuk mencegahhemoroid yang berhubungan dengan pekerjaan.

Tujuan khusus.
1. Untuk mengetahui hemoroid.
2. Untuk mengetahui etiologi hemoroid.
3. Untuk mengetahui patofisiologi hemoroid.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala hemoroid.
5. Untuk mengetahui komplikasi pada hemoroid.
6. Untuk mengetahui penatalaksaannya.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hemoroid.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hemoroid
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yaitu melibatkan beberapa unsur
berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal. Hemoroid
adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter, 1997: 1374).
Berdasarkan letaknya, hemoroid dibagi menjadi 3 yaitu hemoroid eksterna, interna
dan campuran. Hemoroid eksterna terjadi karena benjolan terletak di bawah linea
pectinea. Hemoroid eksterna mempunyai 3 bentuk yaitu bentuk hemoroid biasa
yang letaknya distal linea pectinea, bentuk trombosis, dan bentuk skin tags.
Biasanya benjolan pada hemoroid eksterna akan keluar dari anus bila
mengedan tapi dapat dimasukkan kembali dengan jari. Rasa nyeri pada perabaan
menandakan adanya trombosis yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi atau
abses perinal. Berlawanan dengan hemoroid eksterna, benjolan pada hemoroid
interna terletak pada diatas linea pectinea. Hemoroid interna merupakan benjolan
dari vena hemoroidalis internus yang dilapisi epitel dari mukosa anus. Pada posisi
litotomi, benjolan paling sering terdapat padan jam 3, 7 dan 11. Ketiga letak itu
dikenal dengan three primary haemorrhoidal areas. (sumber: Kasron, S.Kep., Ns.
M.Kep.).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena-
vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin,2011). Hemoroid adalah pelebaran
pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membran mukosa yang
dilapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011)

3
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu:

a. Derajat 1
Tonjolan masih di lukmen rektum dan tidak prolaps ke luar kanal anus, biasanya
keluhan penderita adalah pendarahan. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat 2
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam
anus secara spontan. Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri
setelah selesai defekasi.
c. Derajat 3
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan jari. Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk
setelah defekasi selesai karena tidak dapat masuk sendiri.

4
d. Derajat IV Prolaps hemoroid permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami
trombosis dan infark. Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi.

B. Etiologi Hemoroid

Etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti (Alba dan Abbas,
2007) tetapi ada beberapa faktor pendukung yang mungkin terlibat antara lain adalah:

1. Penuaan.
2. Kehamilan.
3. Hereditas.
4. Konstipasi atau diare kronik.
5. BAB berlama-lama.
6. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama.
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyakit
(Mutaqqin, 2011) namun ada beberapa presdiposisi penting yang dapat meningkatkan
risiki hemoroid antara lain:
a. Perubahan hormon (misalnya karena kehamilan).
b. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram.
c. Berdiri atau duduk terlalu lama.
d. Sering mengangkat beban berat.
e. Sembelit diare menahun (obstipasi).

5
C. Patofisiologi Hemoroid

Anal canal adalah akhir dari usus besar dengan panjang 4 cm dari rektum
hingga orifisium anal. Setengah bagian ke bawah dari anal canal dilapisi oleh epitel
skuamosa dan setengah bagian ke atas oleh epitel kolumnar. Pada bagian yang dilapisi
oleh epitel kolumnar tersebut membentuk lajur mukosa (lajur morgagni). Suplai
darah bagian atas anal canal berasal dari pembuluh rektal superior sedangkan bagian
bawahnya berasal dari pembuluh rektal inferior. Kedua pembuluh tersebut
merupakan percabangan pembuluh darah rektal yang berasal dari arteri pudendal
interna. Arteri ini adalah salah satu cabang arteri iliaka interna. Arteri-arteri tersebut
akan membentuk pleksus disekitar orifisium anal.
Hemoroid adalah bantalan vaskular yang terdapat di anal canal yang biasanya
ditemukan di tiga daerah utama yitu kiri samping, kanan depan, dan bagian kanan
belakang. Hemoroid berada di bawah lapisan epitel anal canal dan terdiri dari plexus
arteriovenosus terutama cabang terminal arteri rektal superior dan arteri hemoroid
superior. Selain itu, Hemoroid juga menghubungkan antara arteri hemoroid dan
jaringan sekitar.
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan atau prolapse
sebagaian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk fases
mnjadi kecil, yang biasa menyebabkan kondisi mengejan selama BAB, peningkatan
tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan
venous return. Hemoroid eksterna diklasifikasi sebagai akut dan kronis. Bentuk akut
berupa pembekakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
suatu hematoma. Trombosis akut biasa berkaitan dengan peristiwa tertentu seperti
tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare atau perubahan dalam diet. Menurut
(Nugroho, 2011) Hemoroid dapat di sebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu
menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena, dapat dibagi

6
menjadi 2, yaitu Interna dan Eksterna. Yang pertama Interna (dilatasi sebelum
spinter) yang di tandai dengan membesar baru nyeri, bila vena pecah BAB berdarah
sehingga dapat menyebabkan anemia. Eksterna (dilatasi sesudah spinter) di tandai
dengan nyeri dan bila vena pecah BAB berdarah-trombosit- inflamasi.
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prolapse. Diet
rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil yang bisa menyebabkan
kondisi mengejan selama BAB, peningkatan tekanan ini menyebabkan
pembengkakan dari hemoroid (Muttaqin, 2011).

D. Tanda dan Gejala


1. Hemoroid Eksternal
Pada hemoroid eksternal, benjolan keras mungkin terasa di daerah anus dan
seringkali menimbulkan rasa tidak nyaman karena iritasi saat buang air besar.
Hemoroid eksternal terasa nyeri karena banyaknya ujung saraf yang terletak di kulit
sekitar anus. Jika hemoroid menjadi meradang dan membesar dapat memicu
perdarahan saat buang air besar, bahkan bisa terjadi saat berjalan atau duduk.
Gejala hemoroid eksternal antara lain:
a. Nyeri area dubur.
b. Pendarahan saat buang air besar.
c. Sensasi terbakar di sekitar anus.
d. Gatal-gatal
e. Bengkak di sekitar anus.
f. Area anus terasa lunak saat cebok.
2. Hemoroid Internal
Pada hemoroid internal, mungkin tidak ada gejala yang muncul dan mungkin
kadang hanya ditemukan atau terdiagnosis ketika menyebabkan pendarahan.

7
Hemoroid internal biasanya tidak menimbulkan nyeri karena kurangnya ujung saraf
sensorik di dalam anus. Darah berwarna merah cerah dan dapat terlihat pada tinja,
toilet, atau tisu toilet setelah buang air besar.
Namun dalam beberapa kasus, hemoroid internal bisa menjadi prolaps dan akan
keluar dari anus. Hal ini mungkin terjadi misalnya saat mengangkat sesuatu yang
berat atau saat buang air besar. Hemoroid yang prolaps mungkin terasa sakit tetapi
biasanya akan masuk kembali ke dalam anus dengan sendirinya. Gejala Hemoroid
internal dapat meliputi:
a. Pendarahan saat buang air besar.
b. Gatal-gatal (pruritis ani).
c. Nyeri (pada kasus prolaps).
(Sumber: Kasron, S.Kep., Ns., M.Kep.)

E. Komplikasi Hemoroid

Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah


a. Perdarahan.
b. Trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
c. Hemoroidal strangulasi. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps
dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani (Lukman’s, 1997:1085).
Pendarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Yang lebih sering terjadi yaitu pendarahan kronis dan
apabila berulang dapat menyababkan anemis karena jumlah eritrosit yang diproduksi
tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis sehingga
sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar dan tidak dapat masuk lagi
(inkarsetara/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menybabkan sepsis dan
bisa mengakibatkan kematian.

8
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari 2 yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan bedah. Penatalaksanaan medis terdiri dari nonfarmako terapi,
farmako terapi, tindakan minimal invasive.
1. Penatalaksanaan Medis
a. Nonfarmako terapi
1) Perbaiki pola diet (makanan dan minum): perbanyak konsumsi makanan yang
mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa yang
tidak dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus
agar lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat
melunakkan feses. Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam.
Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus. Tidak mengkonsumsi alkohol,
kopi, dan minuman bersoda. Perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
2) Perbaiki pola buang air besar: mengganti closet jongkok menjadi closet duduk.
Jangan terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah sehingga dapat
menghimpit pembuluh darah.
3) Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah
anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali sehari.
Selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik
banyak berjalan. Kompres dingin yang diikuti mandi air hangat bisa mengurangi
ketidaknyamanan.
(Sumber: Kasron, s.Kep., Ns. M.Kep.).

9
b. Farmako terapi
Penatalaksanaan ini bertujuan untuk memperbaiki defekasi dan meredakan atau
menghilangkan keluhan dan gejala.
1) Menggunakan obat untuk melunakkan feses/psillium akan mengurangi sembelit
dan terlalu mengedan saat defekasi, dengan demikian resiko terkena hemoroid
berkurang.
2) Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa sakit, gatal,
dan kerusakan pada daerah anus. Obat ini tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam
bentuk supositoria untuk hemoroid interna, dan dalam bentuk krim/salep untuk
hemoroid eksterna.
3) Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah campuran dios
min (90%) dan hesperidin (10%).
4) Obat untuk memperbaiki defekasi, obat simtomatik, obat menghentikan
perdarahan dan obat penyembuh/pencegah serangan hemoroid.
5) Hidrokortison bisa meringankan gatal atau inflamasi.
(Sumber: Kasron, S. Kep., Ns. M.Kep.).

2. Tindakan Medis Minimal Invasive


Penatalaksanaan hemoroid ini dilakukan apabila pengobatan non farmakologis,
farmakologis tidak berhasil. Penatalaksanaan ini antara lain:
a. Skleroterapi
Skleroterapi melibatkan suntikan agen kimia ke dalam wasir untuk membuat
fibrosis dan mencegah prolaps. Larutan yang digunakan adalah fenol dalam
minyak, quinine urea, dan sodium morrhuate. Skleroterapi diindikasikan untuk
pasien hemoroid interna derajat I dan II. Injeksi skleroterapi dan ligasi ikatan karet
merupakan prosedur penanganan hernoroid bagi pasien rawat jalan.

10
b. Ligasi dengan gelang karet/Rubber Band Ligation
Penatalaksanaan ini dilakukan dengan prosedur menempatkan karet pengikat
di sekitar jaringan hemoroid interna sehingga mengurangi aliran darah ke
jaringan tersebut menyebabkan hemoroid nekrosis, degenerasi, dan ablasi.
c. Terapi laser
Evaporasi dari laser juga digunakan untuk eksisi dari hemoroid dengan hasil
yang lebih bagus. Keuntungan menggunakan terapi ini adalah kerusakan
jaringan yang minimal.
d. Diatermia bipolar fotokoagulasi inframerah bisa digunakan untuk
membublihkan mukosa pada otot yang mendasarinya.
e. Elektrokoagulasi.
f. Hemoroideolisis.
(Sumber: Kasron, S.Kep., Ns. M.Kep.).

3. Penatalaksanaan bedah
Tindakan ini terdiri dari dua tahap, yaitu pertama bertujuan untuk
menghentikan atau memperlambat perburukan hemoroid dan kedua untuk
mengangkat jaringan yang sudah lanjut. Terapi bedah dilakukan pada hemoroid
derajat III dan IV dengan penyulit prolaps, thrombosis atau hemoroid yang
besar dengan perdarahan berulang. Pilihan pembedahan adalah
hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau secara submukosa. Bila
terjadi komplikasi perdarahan dapat diberika obat hemostatik seperti asam
traneksamat yang terbukti secara efektik menghentikan perdarahan dan
mencegah perdarahan ulang. (www.suaramerdeka.com, 2005).
a. Bedah beku
Teknik ini menggunakan pendingin dengan suhu yang sangat rendah, namun
dapat menyebabkan kematian mukosa yang sukar ditentukan sehingga teknik

11
ini hanya cocok digunakan sebagai terapi paliatif karsinoma rektum yang
inoperabel.

b. Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat digunakan
pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan
cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang
mengalami terombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan
hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah
eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan.
Penatalaksanaan luka post operasi hemoroidektomi merupakan tindakan untuk
merawat luka dan melakukan pembalutan dengan tujuan mencegah infeksi silang
(masuk melalui luka) dan mempercepat penyembuhan luka. Selain itu, perawatan
hemoroidektomi juga dapat dilakukan dengan cara keluhan dikurangi rendam
duduk menggunakan larutan hangat untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada
waktu berjalan dan sedasi (Brunner & Suddarth, 2013). Hemoroidektomi bisa
diperlukan untuk pendarahan parah, nyeri yang tidak bisa ditoleransi, pruritus, dan
hemoroid besar yang mengalami prolaps.
(Sumber: Kasron, S.Kep., Ns., M.Kep.).

12
G. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hemoroid
Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang
memungkinkan seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan asuhan
keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu elemen dari pemikiran kritis yang
memperbolehkan perawat untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang
didasarkan atas pertimbangan. Suatu proses adalah satu rangkaian dari langkah-
langkah atau komponen-komponen petunjuk/ penentu untuk mencapai tujuan. Tiga
karakteristik dari suatu proses adalah Purpose, Organization dan Creativity (Bevis,
1978). “Purpose” adalah tujuan atau maksud yang spesifik dari proses. Proses
keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan merawat respon manusia pada
kondisi sehat dan sakit. (American Nurses Association, 1980). “Organization” adalah
tahapan atau langkah-langkah atau komponen-komponen yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Proses keperawatan mengandung 5 langkah: Pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. “Creativity” adalah
pengembangan lanjut dari proses itu. Proses keperawatan dinamis dan berlanjut terus
menerus. (Potter, 1997; 103).

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001; 17).
Pada sebagiaan besar kasus, hemoroid bisa didiagnosis dengan pemeriksaan fisik
yang mencakup inspeksi bagian luar anus atau pemeriksaan dubur. Namun pada
keadaan tertentu, diperlukan pemeriksaan saluran anus untuk mendiagnosis hemoroid
internal.
a. Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar dan nyeri
berserta karakteristiknya

13
b. Apakah ini terjadi selama defekasi
c. Berapa lama ini berakhir
d. Adakah nyeri abdomen dihubungkan dengan hal itu
e. Apakah terdapat perdarahan dari rectum
f. Seberapa banyak dan seberapa sering
g. Apakah warnanya
h. Adakah rabas lain seperti mukus atau pus

Pertanyaan lain berhubungan dengan pola eliminasi dan penggunaan laksatif

a. Riwayat diet, termasuk masukan serat


b. Jumlah latihan
c. Tingkat aktivitas
d. Pekerjaan (khususnya bila mengharuskan duduk atau berdiri lama) (Smeltzer, 2002;
179).
e. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama: Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB.
Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defekasi.
2) Riwayat penyakit dahulu: Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya,
sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak
dilakukan pembedahan sehingga akan kembali kambuh.
3) Riwayat penyakit sekarang: Pasien mulai merasakan benjolan keluar di anusnya
beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada
darah yang keluar menetes.
4) Riwayat alergi: Pasien tidak mempunyai alergi.

14
f. Pemeriksaan fisik. Pasien dibaringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan menempel pada tempat tidur.
1) Pada saat inspeksi, hemoroid eksternal mudah terlihat terutama jika sudah
mengandung trombus. Hemoroid internal prolaps dapat terlihat sebagai benjolan
yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dilakukan dengan meminta
pasien untuk mengejan, warna benjolan terlihat kemerahan.
2) Palpasi
Palpasi atau rectal toucher dilakukan dengan menggunakan sarung tangan steril
ditambah vaselin. Perawat memasukkan satu jari kedalam anus untuk mencari
benjolan berkonsistensi keras dan juga kemungkinan perdarahan.
g. Pemeriksaan diagnostic dilakukan antara lain (Reeves, 1999)
1) Pemeriksaan colok dubur atau rektaltouche
Hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena tidak terlalu
tinggi dan tidak nyeri. Hemoroid baru bisa dapat diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada
perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
2) Pemeriksaan anoskopi atau rektoskopi
Pemeriksaan ini menggunakan teropong untuk melihat hemoroid internal yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita
dalam posisi litotomi agar anoskop dan penyumbatnya dimasukkan ke dalam anus
sejauh mungkin, penyumbat diangkat dan penderita diminta bernapas panjang.
Hemoroid internal terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen.
Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar
dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak,
besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.

15
3) Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dilakukan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang/keganasan tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik/tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah.
4) Pemeriksaan rektal
Adalah cara yang lebih spesifik untuk mendiagnosis hemoroid, meskipun banyak
orang mungkin khawatir melakukan tes ini karena kemungkinan malu. Pemeriksaan
ini dilakukan oleh dokter atau petugas di sarana pelayanan kesehatan dengan
memeriksa anus dan area perianal, yaitu kulit di sekitar anus. Pemeriksaan rektal
biasanya tidak menyebabkan rasa sakit yang signifikan.
5) Pemeriksaan Frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi
Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang diperlukan untuk
mengetahui adanya darah samar (occult bleeding) untuk menunjukkan hemoroid
internal. (Sumber: Kasron, S.Kep., Ns., M.Kep.).

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori: aktual, resiko,
kemungkinan, wellnes, syndrom. (Nursalam, 2001; 43). Diagnosa keperawatan
yang mungkin timbul pada pasien dengan hemoroid adalah
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitivitas
pada area rektal atau anal sekunder akibat penyakit anorektal (D.0077).
b. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri
selama eliminasi (D.0049).
c. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu (D.0080).
d. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(D.0142).

16
4. Perencanaa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi dan sensitivitas pada area rektal/anal sekunder
akibat penyakit anorektal (D.0077)
1) Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
2) Kriteria hasil :
a) Pasien melaporkan nyeri hilang.
b) Pasien mengungkapkan metode menghilangkan nyeri.
c) Pasien menunjukkan penggunaan intervensi terapeutik (misal keteramilan relaksasi)
untuk menghilangkan nyeri.

3) Intervensi
a) Kaji karakteristik, intensitas dan lokasi nyeri.
b) Pantau tanda-tanda vital.
c) Kaji hal-hal yang dapat meningkatkan rasa nyeri.
d) Hindarkan hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri.
e) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
f) Ajarkan pasien untuk ambulasi dini.
g) Ajarkan untuk meningkatkan relaksasi dan koping.
h) Kolaborasi berikan analgesik sesuai indikasi.

4) Rasional
a) Membantu menentukan intervensi dan memberikan dasar untuk
perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.
b) Perubahan jantug menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri.
c) Digunakan sebagai dasar dari tindakan selanjutnya.

17
d) Menghindari stimulasi yang dapat mengakibatkan peningkatan rasa nyeri, seperti
mengurangi frekuensi dan durasi kontak dengan bagian yang dirasa nyeri.
e) Relaksasi digunakan untuk mengurangi stimulus nyeri dan mengalihkan perhatian
terhadap nyeri.
f) Meningkatkan normalisasi fungsi organ seperti merangsang peristaltik dan
kelancaran flatus.
g) Memfokuskan kembali perhatian.
h) Meningkatkan kenyamanan dan menghilangkan nyeri sedang sampai berat.

b. Konstipasi berhubungan dengan pengabaian dorongan untuk defekasi


akibat nyeri selama eliminasi (D.0049).
1) Tujuan : Eliminasi kembali normal.
2) Kriteria hasil
a) Membuat kembali pola yang normal dari fungsi usus.
b) Pasien dapat mengeluarkan feses lunak/ konsistensi agak berbentuk tanpa mengejan.
c) Menciptakan kembali kepuasan pola eliminasi usus.

3) Intervensi
a) Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi perstaltik usus.
b) Anjurkan latihan defekasi secara teratur.
c) Anjurkan untuk minum paling sedikit 2000 ml/hari.
d) Anjurkan untuk makan makanan sehat dan berserat tinggi.
e) Anjurkan untuk melakukan pergerakan atau ambulasi sesuai kemampuan.
f) Periksa kembali adanya defekasi dan pengeluaran feses secara manual dengan hati-
hati.
g) Tingkatkan diet makanan berserat.
h) Beri obat pelembek feses, suppossitoria, laktasif atau enema jika diperlukan.

18
4) Rasional
a) Distensi dan hilangnya peristaltik usus merupakan tanda funsi defekasi hilang dan
kemungkinan berhubungan dengan kehilangan persarafan parasimpatik usus besar
secara tiba-tiba.
b) Program untuk seumur hidup ini diperlukan secara rutin untuk mengeluarkan
feses, dan biasanya termasuk stimulasi manual, minum jus atau cairan hangat serta
menggunakan pelunak feses atau suppossitoria pada interval tertentu. Kemampuan
mengontrol pengeluaran feses penting untuk kemandirian fisik pasien dan
penerimaan pasien.
c) Feses menjadi lembek dan memfasilitasi eliminasi.
d) Meningkatkan konsistensi feses berserat tinggi untuk meningkatkan konsistensi
feses agar dapat melewati usus dengan mudah.
e) Menstimulasi peristaltik yang memfasilitasi terbentuknya flatus.
f) Feses yang keras atau karena penurunan adanya feses atau diare dan dilakukan
bersamaan dengan intervensi lain untuk menstimulasi pengeluaran feses.
g) Membantu mengatur konsistensi fekal dan menurunkan konstipasi.
h) Mencegah konstipasi, menurunkan distensi abdomenn dan membantu dalam
keteraturan fungsi defekasi.

c. Ansietas berhubungan denan rencana pembedahan dan rasa malu (D.0080).


1) Tujuan ; Pasien dapat menerima secara nyata kondisi penyakit dengan positif.
2) Kriteria hasil :
a) Pasien menunjukkan sikap rileks dan melaporkan penurunan ansietas.
b) Pasien menyatakan perasaan dan cara yang sehat untuk menghadapi masalah.
c) Pasien menunjukkan keterampilan pemecahan masalah dang penggunaan sumber
secara efektif.

19
3) Intervensi
a) Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal dan non verbal pasien dan dorong
ekspresi bebas akan emosi.
b) Jelaskan prosedur atau asuhan yang diberikan, ulangi penjelasan dengan sering sesuai
kebutuhan.
c) Anjurkan pasien menyatakan perasaan.
d) Tunjukkan indikator positif pengobatan seperti perbaikan nilai laboratorium, tekanan
darah stabil dang berkurangnya lelah.
e) Berikan lingkungan yang tenang pada pasien.
f) Bantu pasien belajar mekanisme koping baru seperti teknik mengatasi stres dan
keterampilan organisasi.

4) Rasional
a) Kekhawatiran dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan sakit, penting
dalam prosedur diagnostik dan kemungkinan pembedahan.
b) Rasa takut atau khawatir akan ketidaktahuan diperkecil dengan informasi atau
pengetahuan dan dapat meningkatkan penerimaan dialisis.
c) Berikan umpan balik untuk membantu hubungan terapeutik dan bantu pasien atau
keluarga mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres.
d) Meningkatkan perasaan berhasil atau ada kemajuan.
e) Memindahkan lingkungan pasien ke tempat yang lebih tenang, meningkatkan
relaksasi dan membantu menurunkan ansietas.
f) Belajar cara baru untuk mengatasi masalah dapat membantu dalam menurunkan stres
dan ansietas, serta meningkatkan kontrol penyakit.

20
d. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(D.0142)
1) Tujuan : Infeksi tidak terjadi
2) Kriteria hasil :
a) Pasien menyatakan pemahaman penyebab atau faktor resiko.
b) Pasien meningkatkan waktu penyembuhan, bebas tanda infeksi.
c) Pasien tidak demam.
d) Pasien berpartisipasi pada aktivitas untuk menurunkan resiko infeksi.

3) Intervensi
a) Kaji tanda-tanda infeksi.
b) Pertahankan teknik aseptik pada perawatan hemoroid.
c) Kaji tanda-tanda vital lebih sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya
hipotensi, penurunan tekanan darah, takikardia, demam dan takipnea.
d) Anjurkan pasien dan keluarga menjaga kebersihan daerah anus.
e) Kolaborasi, berikan obat antibiotik sesuai indikasi.

4) Rasional
a) Dapat dilakukan tindakan keperawatan selanjutnya.
b) Menurunkan resiko infeksi.
c) Tanda adanya syok septik menybabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi
dan rendahnya status curah jantung.
d) Meminimalkan resiko terjadinya infeksi.
e) Mencegah dan menangani infeksi.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis akibat kongesti vena
yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis yang tidak merupakan
keadaan patologik. Hemoroid terdiri dari 2 jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di
atas garis mukokutan dan hemoroid eksterna yang terletak di bawah garis mukokutan.
Manifestsai klinis hemoroid yaitu perdarahan pada anus berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan feses. Komplikasi dari hemoroid yaitu perdarahan hebat, inkarserasi dan
sepsis. Penatalaksanaan hemoroid yaitu dengan kongestif, membuat nekrosis jaringan dan
bedah.

B. Saran
Hemoroid sudah dikenal selama berabad-abad dan diduga masih termasuk salah
satu penyakit yang umum ditemukan di mana-mana. Di Amerika Serikat, hemoroid
ditemukan dengan jumlah kasus meliputi 4,4% dari seluruh penduduk. Namun, sayangnya
frekuensi pasti dari hemoroid sulit diketahui. Seseorang yang menderita hemoroid cender
ung malumengutarakan penyakitnya dan takut membayangkan tindakan yang mungkin
akan dilakukan dokter, maka dengan adanya makalah ini di harapkan dapat memberikan
penanganan pasien hemoroid sesuai standar prosedur pelayanan kesehatan yang
profesional.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ida Mardalena, S.Kep., Ns., M.Si. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Kasron, S.Kep., Ns., M.Kep dan Susilawati, S. ST., M.Keb. 2018. Buku Ajar Anatomi
Fisiologi Dan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Trans Info Media.

REFERENSI
https://id.scribd.com/document/242757336/Askep-Pasien-Dengan-Hemoroid#
https://www.academia.edu/28543999/ASKEP_Hemoroid
https://id.scribd.com/doc/91925094/Asuhan-Keperawatan-Hemoroid-Lengkap

23

Anda mungkin juga menyukai