Anda di halaman 1dari 9

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah
ini dengan judul "Penyakit Hemoroid" dapat diselesaikan dengan baik.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Penyakit . Selain
itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca Penyakit
Hemoroid Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Otoh Kholisoh , selaku
guru mata pelajaran Ilmu Penyakit (IP).
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak kesalahan.
Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca
temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca
apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................ 1
DAFTAR ISI.................................................................................... 2
BAB 1 TUJUAN.............................................................................. 3
1.1 DESKRIPSI PENYAKIT........................................................3.1
1.2 DEFINISI................................................................................3.2
1.3 FAKTOR RESIKO.................................................................3.3
1.4 PATOFISIOLOGI...................................................................4.1
1.5 KLASIFIKASI WASIR..........................................................4.2
1.6 MANIFESTASI KLINIK........................................................ 5
1.7 DAFTAR PUSTAKA............................................................. 6

3
BAB I
TINJAUAN

II. 1 Deskripsi Penyakit


A. Definisi
Hemoroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran (dilatasi)
pembuluh darah vena. Pelebaran pembuluh vena sering terjadi di daerah anus. Pelebaran
tersebut disebut venecsia atau varises daerah anus dan perianus yang disebabkan oleh
bendungan darah dalamsusunan pembuluh vena. Pelebaran pembuluh vena di daerah anus
tersebutdisebut wasir, ambeien atau hemoroid (Bagian Patologi FK UI, 1999). Hemoroid
merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah venadi dalam plexus hemorrhoidalis
yang ada di daerah anus (Sudoyo, 2006). Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, dan
membengkak di lapisan rektum (Potter, 2006) .

A. Etiologi
Etiologi penyakit hemoroid antara lain mengejan terlalu keras padawaktu defekasi,
kontipasi atau diare kronik, posisi tubuh misalnya duduk dalam waktu yang lama,
penggunaan closet duduk/jongkok yang tidak tepat, penyakit yang meningkatkaan tekanan
intra abdomen (tumor usus, tumor abdomen), hubungan seks peranal, kurang minum air,
kurangmakan-makanan berserat (sayur dan buah), kurangnya olahraga/mobilisasi
(Sjamsuhidajat & Jong, 2004; Reeves, 2001; Sudoyo, 2006).

B. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya hemoroid antara lain (Smeltzer dan Bare,2002; Mansjoer, 2008;
Bagian Bedah FK UI,1995):
1. Faktor predisposisi
1) Herediter atau keturunan Dalam hal ini yang menjadi factor keturunan adalah dinding
pembuluh darah yang lemah dan tipis, dan bukan hemoroidnya.
2) Anatomi Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah
kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
3) Makanan misalnya, kurang makan-makanan berserat.
4) Pekerjaan seperti orang yang harus berdiri dan duduk lama atau mengangkat beban terlalu
berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5) Psikis.
2. Faktor Presipitasi

4
1) Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya peningkatan tekanan dalam rongga perut.
Misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi, dan mengedan pada waktu defekasi.
2) Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal misalnya pada penderitasirosis hepatis
3) Radang
Adalah faktor penting yang menyebabkan fitalitas jaringan didaerah itu berkurang.
4) Kehamilan
Pada wanita hamil, janin pada uterus serta perubahan hormonal menyebabkan pembuluh
darah hemoroidalis meregang. Semua vena dapat diperparah saat terjadinya tekanan selama
persalinan. Hemoroid pada wanita hamil hanya merupakan komplikasi yang bersifat
sementara (Pearl, 2004).
5) Umur
Pada usia tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi
tipis dan atonis.

C. Patofisiologis
Menurut Price (2000) dan Smeltzer (2002), patofisiologi hemoroid adalah akibat dari
kongesti vena (keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan pada pembuluh darah vena)
yang disebabkan oleh gangguan vena rektum dan vena haemoroidalis. Hemoroid timbul
karena pelebaran (dilatasi), pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang
disebabkan oleh faktor penyebab dan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Faktor
penyebab antara lain konstipasi, sering mengejan, kehamilan, pembesaran prostat, tumor
rektum dan fibroid arteri. Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada
daerahanus, karena vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban.
Namun bila distensi terjadi terus menerus akan timbul gangguan vena berupa pelebaran-
pelebaran pembuluh darah vena. Distensi tersebut bisa disebabkan karena adanya gangguan
sfingter anal akibat konstipasi, kehamilan, tumor rektum, pembesaran prostat.Salah satu
faktor predisposisi yang dapat menimbulkan distensi vena adalah peningkatan tekanan intra
abdominal. Kondisi ini menyebabkan peningkatan tekanan vena porta dan tekanan vena
sistemik, yang kemudian akan ditransmisi ke daerah anorektal. Peningkatan tekanan yang
berulang-ulang akan mendorong vena terpisah dari otot disekitarnya sehingga vena
mengalami prolaps. Keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan yang berulang
antara lain adalah konstipasi, kehamilan dan hipertensi portal. Hemorrhoid dapat menjadi
prolaps, berkembang menjadi trombus atau terjadi perdarahan di Fibroma uteri juga bisa
menyebabkan tekanan intra abdominal sehingga tekanan vena portal dan vena sistemik
meningkat kemudian ditransmisi daerah anarektal. Aliran balik dan peningkatan tekanan vena
tersebut di atas yang berulang-ulang akan mendorong vena terpisah dari otot sekitarnya
sehingga vena prolaps dan menjadi haemoroid. Penyakit hati kronik yang dihubungkan
dengan hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena haemoroidalis superior

5
mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu portal tidak memiliki katub sehingga
mudah terjadi aliran balik. Hipertensi portal menyebabkan peningkatan tekanan darah (>7
mmHg) dalam vena portal hepatica, dengan peningkatan darah tersebut berakibat terjadinya
pelebaran pembuluh darah vena di daerah anus (Underwood, 1999). Aliran balik vena dari
kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesentrika
inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah
ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke venailiaka sehingga
merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosisantara vena hemoroidalis superior,
media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya
aliran balik kedalam vena dan mengakibatkan hemoroid (Price dan Wilson, 2006)

D. Klasifikasi Wasir

Hemoroid dapat diklasifikasikan menjadi hemoroid eksterna danhemoroid interna.


Hemoroid eksterna berupa pelebaran vena subkutan bawah atau di luar linea dentate
sedangkan hemoroid interna berupa pelebaran vena submukosa di atas linea dentate
(Marcellus, 2004).

1.Hemoroid interna

Hemoroid interna adalah pembengkakan vena pada pleksus hemoroidalis superior, diatas
Linea dentate dan tertutupoleh mukosa. Pleksushemoroidalis interna dapat membesar, apabila
membesar terdapat peningkatan yang berhubungan dalam massa jaringan yang
mendukungnya, dan terjadi pembengkakan vena (Isselbacher, 2000). Hemoroid interna dibagi
menjadi 4 derajat, yaitu (Sudoyo, 2006) :
1) Derajat I : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps(menonjol) ke luar kanal
anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop
2) Derajat II : Pembesaran hemoroid yang prolaps (menonjol) di luar anus tetapi dapat
kembali secara spontan.
3) Derajat III : Sama dengan derajat II, hanya saja prolaps tidak dapat kembali secara
spontan, harus didorong (manual).
4) Derajat IV: Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami
trombosis dan infark.
2. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna adalah terjadinya varises (pembengkakandan pelebaran) pada pleksus
hemorodialis inferior di bawah Line adentate dan tertutup oleh kulit. Hemoroid eksterna
mempunyai 3 bentuk yaitu bentuk hemoroid biasa yang letaknya distal (dibawah) linea
dentate, bentuk trombosis, dan bentuk skin tags. Biasanya benjolan pada hemoroid eksterna
akan keluar dari anus bila mengejan, tapi dapat dimasukkan kembali dengan jari. Rasa nyeri

6
menandakanadanya trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti infeksi atauabses
perianal (Felix, 2006).
Hemoroid eksterna biasanya perluasan hemoroid interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di
klasifikasikan menjadi 2 (Djumhana, 2010):
1).Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruaan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematoma. Tanda dan gejala yangsering timbul adalah nyeri rasa gatal pada daerah
hemoroid. Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-ujung saraf padakulit
merupakan reseptor nyeri.

2).Kronik
Hemoroid eksterna kronik terdiri atas satu lipatan atau lebih darikulit anus yang berupa
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

E.Manifestasi Klinik
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasienhemoroid dapat mengeluh hal-
hal seperti berikut:

1.) Perdarahan Keluhan yang sering dan timbul pertama kali yakni : darah segar menetes
setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeridan gatal di anus. Pendarahan
dapat juga timbul di luar waktu BAB,misalnya pada orang tua. Perdarahan ini berwarna
merah segar.
2.) Benjolan-Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi secaraspontan atau
manual yang merupakan ciri khas atau karakteristik hemoroid.
3.) Nyeri dan rasa tidak nyamanDirasakan bila timbul komplikasi thrombosis (sumbatan
komponendarah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
4.) Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anusAkibat pengeluaran cairan dari selaput
lendir anus disertai perdarahanmerupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori
pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit.

II. 3. Penatalaksanaan Terapi


Menurut Smeltzer dan Bare (2002), Sudoyo (2006) dan Mansjoer (2008),
penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan nonfarmakologis,
farmakologis. Penatalaksanaan medis hemoroid ditujukanuntuk hemoroid interna derajat I
sampai dengan III atau semua derajathemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien
menolak operasi. Sedangkan penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat

7
IV dan eksterna, atau semua derajat hemoroid yang tidak ada respon terhadap pengobatan
medis.

a.Terapi Non Farmakologi


Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan polamakan dan minum,
perbaikan pola/cara defekasi. Memperbaiki defekasimerupakan pengobatan yang selalu harus
ada dalam setiap bentuk danderajat hemoroid. Perbaikan defekasi disebut bowel management
program (BMP) yang terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan
perilaku buang air. Pada posisi jongkok ternyata sudut anorektal pada orang menjadi lurus ke
bawah sehingga hanya diperlukan usaha yanglebih ringan untuk mendorong tinja ke bawah
atau keluar rektum. Posisi jongkok ini tidak diperlukan mengejan lebih banyak karena
mengejan dankonstipasi akan meningkatkan tekanan vena hemoroid (Sudoyo, 2006). Gejala
hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan denganhygiene personal yang baik dan
menghindari mengejan berlebihan selama defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah
dan sayur mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan (Smeltzer dan Bare, 2002).

b. Terapi Farmakologi
Obat-obat farmakologis yang digunakan untuk hemorrhoid dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Memperbaiki defekasi
Obat yang memperbaiki defekasi yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelican tinja
(laksan atau pencahar) seperti Bisakodil (Dulcolax, Bicolax, Laxacod, Laxamex, Stolax),
Microlax, Laxarec, Laxadine.
2. Meredakan keluhan subyektif (obat simtomatik) yang bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau karena kerusakan kulit di daerah anus. Obat
pengurang keluhan sering kali dicampur pelumas (lubricant), vasokonstriktor, dan antiseptik
lemah. Sediaan pengurang keluhan yang ada di pasaran dalam bentuk ointment atau
suppositoria antara lain Anusol, Boraginol N, Boraginol S, dan Faktu. Bila perlu dapat
digunakan kortikosteroid untuk mengurangi radang daerah hemoroid atau anus antara lain
Ultraproct, Anusol HC. Sediaan bentuk suppositoria digunakan untuk hemoroidinterna,
sedangkan sediaan salep digunakan untuk hemoroid eksterna (Sudoyo, 2006).
3. Menghentikan perdarahan. Perdarahan menandakan adanya luka padadinding anus atau
pecahnya vena hemoroid yang dindingnya tipis.Yang digunakan untuk pengobatan hemoroid
yaitu campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) dalam bentuk Micronized, dengan
namadagang Ardium (Sudoyo, 2006).
4. Menekan atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala. Obat penyembuh dan pencegah
serangan hemoroid : pengobatan dengan Ardium 500 mg menghasilkan penyembuhan
keluhan dan gejala yanglebih cepat pada hemoroid akut bila dibandingkan plasebo.
Pemberian Micronized flavonoids (Diosmin and Hesperidin) (Ardium) 2 tablets per day for 8
weeks pada pasien hemoroid kronik. Penelitian ini didapatkan hasil penurunan derajat
hemoroid pada akhir pengobatan dibanding sebelum pengobatan secara bermakna.

8
Perdarahan juga makin berkurang pada akhir pengobatan dibanding awal pengobatan
( sudoyo , 2006 )

Anda mungkin juga menyukai