Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

‘’HEMOROID’’

Disusun untuk memenuhi tugas KMB

Dosen pengampu:

Ns Diny kusumawardani M.,kep

Disusun oleh

Titin yuri manzuroh

21.9.1.019

DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNW MATARAM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalh ini dengan judul penyakit Hemoroid.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


Pembahasan makalah ini dimulai dengan menjelaskan konsep teori dan konsep askep penyakit
hemoroid

Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah masih banyak kekurangan, untuk
itu penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan
makalah ini memberikan manfaat.
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................

A. LATAR BELAKANG........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................4
C. TUJUJAN...........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................

A. DEFINISI...........................................................................................................................5
B. PENYEBAB.......................................................................................................................6
C. TANDA DAN GEJALA....................................................................................................7
D. PENCEGAHAN.................................................................................................................7
E. PENGOBATAN............................................................................................................8
F. PENATALAKSANAAN MEDIS......................................................................................8
G. KONSEP ASKEP HEMOROID....................................................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................................

A. KESIMPULAN............................................................................................................11
B. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
BAB I

PENDAAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemoroid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan merupakan suatu
keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah mulai menimbulkan keluhan,
harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Hemoroid dari kata “haima” dan
“rheo”. Dalam medis, berarti pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh darah balik) di
dalam pleksus hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan menjadi 2, yaitu
hemoroid interna dan hemoroid eksterna yang pembagiannya berdasarkan letak pleksus
hemorrhoidalis yang terkena (Murbawani, 2006).
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk
baik pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak
mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Hemoroid
adalah seikat pembuluh darah di dalam dubur / pelepasan, hanya sebagian berada di bawah
selaput bagian paling rendah dari dubur / pelepasan. Hemoroid umum diderita oleh umur
50, sekitar separuh orang dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan rasa gatal,
terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan. Dalam banyak kesempatan kondisi boleh
memerlukan hanya selfcare perawatan sendiri dan lifestyle gaya hidup
(Sjamsuhidayat,2004).

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu hemoroid?
b. Apa patofisiologi hemoroid?
c. Apa tanda dan gejala hemoroid
C. TUJUAN

Mengetahui lebih luas tentang penyakit HEMOROID agar bisa mengamalkan kepada
masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus homorrhoidalis. Penyakit hemoroid adalah sebuah penyakit yang disebabkan
oleh pembekakan pembuluh darah yang yang terdapat pada bagian bawah poros usus, baik
disebelah dalam maupun di sebelah luar dubur. Bentuk dari penyakit hemoroid ini sekilas mirip
dengan bisul yang berwarna merah kebiriun.
Hemoroid juga disebut ambien (wasir) adalah pelebaran varises satu segmen/lebih
pembuluh darah vena hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karna
otot dan pembuluh darah sekitar anus/dubur kurang elastis sehingga cairan darah terhambat
dan membesar. Secara anatomis hemoroid bukanlah penyakit, melainkan perubahan fisiologi
yang terjadi pada bantalan pembuluh darah di dubur, berupa pelebaran dan pembengkakan
pembuluh darah dan jaringan disekitarnya.

Hemoroid dibagi menjadi dua yaitu:


1. Hemoroid internal
Hemoroid internal adalah pembengkaka yang terjadi dalam rektum pelebaran vena yang berada
dibawah mukosa (submukosa) diatas atau di dalam linea dentate sehingga tidak bisa dilihat atau
diraba. Pembengkakan jenis initidak menimbulkan rasa sakit karna hanya ada sedikit sayraf di
daerah rektum. Tanda yang dapat timbul ketika ada pembengkakan didaerah ini adalah
pendarahan saat buang air besar. Akan menjadi masalah besar jika hemoroid internal ini
membesar dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan.

Hemoroid internal mempunyai derajat yaitu:


Derajad I : terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapa
dilihat dengan aneroktoskop

Derajad II : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam
anus secara sepontan setelah BAB
Derajad III ; pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan batuan
dorongan jari
Derajat IV : prolaps hemoroid yang permanen ,rentan dan cenderung untuk mengalami
trombosis atau infark

2. Hemoroid eksterna
Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) di bawah
atau luar linea dentate. Hemoroid eksternal di klasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk
akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggie anus dan sebenarnya sebagai
hematoma, bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karna ujung ujung sayraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri. Hemaroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih
lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyumbat dan sedikit pembuluh darah.
B. Penyebab hemoroid
 Perubahan hormon (khamilan)
 Mengenjan secara berlebihan hingga menyebabkan keram
 Berdiri terlalu lama
 Banyak duduk
 Sering mengangkat beban berat
 Sembelit diare menahun (obstipasi)
 Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah)
 Keturunan penderita wasir (genetik)
 Kondisi medis lain (kangker dubur,radang dubur, penyempitan dubur)
 Hubungan seks yang tidak lazim terlalu banyak duuk
 Penekanan kembali aliran darah vena
C. Tanda dan gejala hemoroid
 Timbul rasa panas atau gatal di poros usus bagian bwah yang diakibatkan karena infeksi
bakteri dan virus
 Muncul tonjolan/benjolan disekeliling liang dubur
 Sulit buang air besar
 Merasa ada tonjolan ketika BAB
 Merasakan sakit yang luar biasa saat buang air besar
 Kadang terjadi pendarahan saat buang air besar pada dubur (warna merah muda,
menetes atau mengalir lewat lubang dubur).

D. Pencegahan
 Hindari mengenjan terlalu kuat saat BAB
 Cegah konstipasi/sembelit dengan banyak mengonsumsi makanan kaya serat (sayur dan
buah serta kacang kacangan) serta banyak minum air putih minimal delapan gelas sehari
untuk melancarkan BAB
 Segara kebelakang jika niat BAB muncul, jangan menunda nunda sebelum feses menjadi
keras
 Makan sayur dan buah yang cukup banyak
 Kurangi kinsumsi cabe dan makanan pedas
 Tidur cukup
 Jangan duduk terlalu lama, apabila anda harus duduk untuk waktu yang lama karna
sebuah tuntutan, maka anda dapat menyiasatinya dengan beristirahat 2 jam sekali
selama 15 menit. Selain itu, pastikan tempat duduk kursi anda harus dalam keadaan
keras
 Senam/olahraga rutin
 Menjauhi minuman yang mengandung alkohol
 Pantang menyantap makanan yang mengandung banyak lemak. Lemak bisa
mengakibatkan bagian-bagian diding usus mengendor
 Bagi penderita penyakit hemoroid juga sangat disarankan untuk menghindari pekerjaan
yang memicu lelah dan mengangkat barang berat
E. Pengobatan
1. Secara medis
a. Farmakologi
 Obat yang memperbaiki defekasi terdapat dua macam obat yaitu seplemen serat (fiber
suplement) dan pelicin tinja (stool softener).
 Obat simetomatik
Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangin keluhan rasa gatal, nyeri atau
kerusakan kulit di daerah anus
 Obat penghenti pendarahan
Pendarahan menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid
yang dinding tipis.
 Obat penyembuhan dan pengobatan serangan menggunakan Ardium 500 mg 3 kalii 2
tablet selama 4 hari, lalu 2 kali 2tablet selama 3 hari. Pengobatan ini dapat memberikan
perbaikan terhadap gejala inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps
b. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan pendarahan berulan.
Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau
secara submukosa
c. Tindakan minimal invasif
 Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyutikkan obat langsung kepada
bebnjolan/ prolaps hemoroidnya.
 Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara meningkat hemoroid. Prolaps akan mejadi layu
dan putus tanpa rasa sakit
 Penyinaran laser
 Penyinaran infra rerd
 Dialatri arus listrik (elektro koagulasi)
 Hemoroideolysis.
2. Secara tradisional:
a. Akar jeruk nipis
b. Biji buah makasar
c. Daun wungu dan pegagan
3. Cara lain untuk mengobati hemoroid
 Berendam dengan air hangat, selain dapat mengurungi pembengkakan juga dapat
membunuh bakteri yang terdapat pada bagian anus
 Mengoleskan krim anusol didaerah anus, biasanya kerim ini bisa didapat di apotik-apotik
terdakta
 Operasi, ini merupakan solusi terakhir jika ambien atau wasir anda tak kunjung sembuh
melalui berbagai macam pengobatan. Tapi, anda harus menyediakan uang yang lebih
besar untuk pengobatan ini.
F. Konsep askep hemoloid

a. Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita post operasi
hemoroid menurut Price dan Wilson (2012) meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
alamat, agama, status perkawinan, no. register, tanggal MRS, diagnose keperawatan.
1. Umur Pada penderita hemoroid sering dijumpai 35% penduduk yang berusia sekitar
45-65 tahun.laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid.
2. Pekerjaan Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan saat defekasi, pola
makan yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid.
3. Keluhan utama Pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri pada anus akibat
sesudah operasi.
4. Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit diare kronik, konstipasi kronik,
pembesaran prostat dan sebelumnya pernah memiliki riwayat penyakit hemoroid.
5. Riwayat penyakit keluarga Apakah ada riwayat penyakit hemoroid dalam satu
keluarga.
6. Riwayat psikososial
a. Pola persepsi dan konsep diri Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakit yang
diderita. Pasien merasa malu dengan keadaanya, ansietas, dan rendah diri.
b. Pola istirahat dan tidur Pada pasien post hemoroid biasanya mengalami gangguan
tidur karena nyeri pada anus sesudah operasi.
c. Pola aktivitas Pada pasien post hemoroid mengalami keterbatasan aktivitas karena
nyeri pada anus akibat sesudah operasi.
Pengkajian pola sehari hari
7. Pemeriksaan fisik
a.Tingkat kesadaran : kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar
(composmenti-coma) untung mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.
Kesadaran : composmentis tingkat GCS : E : 4, V : 5, M : 6
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah : normalnya 120/80 mmHg.
2) Suhu : normalnya 36,5C – 37,2C.
3) Nadi : normalnya 60-100 x/menit.
4) Respirasi rate : normalnya 16-24x/menit.
c.Pemeriksaan kepala dan muka
1) Kepala
a) Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur antara : kasar dan halus.
b) Kulit kepala : termasuk benjolan, lesi.
c) Tulang tengkorak : termasuk ukuran dan kontur.
d) Muka/wajah : termasuk simetris dan ekspresi wajah.
d. Pemeriksaan telinga
1) Daun telinga dilakukan inspeksi : simetris kana kiri.
2) Lubang telinga : produksi serumen tidak sampai mengganggu diameter lubang
3) Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan dan masih
dapat bervariasi dengan baik apabila tidak mengalami infeksi sekunder
4) Pendengaran : pengkajian ketajaman terhadap bisikan atau tes garputala dapat
mengalami penurunan.

e. Pemeriksaan mata Yang perlu di kaji yaitu lapang pandang dari masing-masing mata (ketajaman
menghilang). Inspeksi :

1) Posisi dan kesejajaran mata : mungkin muncul eksoftalmikus, strabismus


2) Alis mata : dermatitis, seborea
3) Sklera dan konjungtiva : seklera mungkin ikterik. Konjungtiva anemis pada
penderita yang sulit tidur karena merasakan nyeri setelah operasi.
4) Pupil : miosis, midriasis atau anisoko

f. Pemeriksaan mulut dan faring Inspeksi

1) Bibir : sianosis, pucat


2) Mukosa oral : mungkin kering, basah
3) Gusi perlu diamati kalau ada gingivitis.
4) Lidah mungkin berwarna keputihan dan berbau akibat penurunan oral hygiene
5) Faring mungkin terlihan kemerahan akibar peradangan.

g. Pemeriksaan leher Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe
leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik

h. Pemeriksaan thorak dan paru

1) Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain : takipnea,
hipernea, dan pernafasan chyne stoke (pada kondis ketoasidosis).
2) Amati bentuk dada : normal atau barrel chest, funnel chest dan pigeon chest.
3) Dengarkan pernafasan pasien
4) Stidor pada obstruksi jalan nafas
5) Mengi (apabila penderita mempunyai riwayat asma atau bronchitis kronik)

i. Pemeriksaan jantung

1) Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi dada, simetris atau tidak, ictus cordis
nampak atau tidak
2) Palpasi : terdapat ictus cordis teraba di ICS 4-5.
3) Perkusi : perkusi jantung terhadap suara jantung pekak (padat).
4) Auskultasi : auskultasi bunyi jantung normal BJ 1 (dup), BJ 2 (lup) dan suara
terdengar tunggal.

j. Pemeriksaan abdomen

1) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran organ.
2) Auskultasi : auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas.
3) Perkusi : perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tymphani serta kepekaan.
4) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau massa

k. Pemeriksaan genetalia dan anus


1) Genetalia : pada inspeksi apakah ada timosis pada preposium dan apakah ada
kemerahan pada kulit skrotum.
2) Anus
a) Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post operasi, apakah ada tanda infeksi,
apakah adanya pus (nanah) atau tidak, apakah masih terjadi pendarahan berlebih
b) Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya pus (nanah) atau
tidak.

l. Pemeriksaan ekstremitas Inspeksi bentuk, adanya luka, edema baik ekstremitas atas maupun bawah.
Pemeriksaan kekuatan otot (skala 1-5)

1) : lumpuh.
2) : adanya kotraksi otot.
3) : melawan gravitasi dengan sokongan.
4) : melawan gravitasi tetapi tidak ada tahanan.
5) : melawan gravitasi dengan tahanan sedikit.
6) : melawan gravitasi dengan kekuatan penuh.

Diagnose keperawatan

b. Intervensi keperawatan

 Diagnosis Keperawatan : Risiko Konstipasi


 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat
mengurangi risiko mengalami kesulitan dan penegeluaran feses tidak lengkap.
 Kriteria Hasil :
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat
2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
3. Mengejan saat defekasi menuru
4. Distensi abdomen menurun
5. Teraba massa pada rektal menurun
6. Urgency menurun
7. Nyeri abdomen menurun
8. Kram abdomen menurun
9. Konsistensi feses membaik
10. Frekuensi BAB membaik
11. Peristaltik usus membaik
 Pencegahan Konstipasi
Observasi :
1. Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis. asupan serat tidak adekuat, asupan cairan
tidak adekuat, aganglionik, kelemahan otot abdomen, aktivitas fisik kurang
2. Monitor tanda dan gejala konstipasi (mis. defekasi kurang 2 kali seminggu, defekasi
lama / sulit, feses keras, peristaltik menurun)
3. Identifikasi status kognitif untuk mengkomunikasikan kebutuha
4. Identifikasi penggunaan obat-obatan yang menyebabkan konstipasi
Terapeutik :
1. Batasi minuman yang mengandung kafein dan alcohol
2. Jadwalkan rutinitas Bak
3. Lakukan masase abdomen
4. Berikan terapi akrupresur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab dan faktor risiko konstipasi
2. Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan (1500-2000 mL/hari)
3. Anjurkan mengkonsumsi makanan berserat (25-30gram/hari)
4. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai 46 kebutuhan
5. Anjurkan berjalan 15-20 menit 1-2 kali/hari
6. Anjurkan berjongkok untuk memfasilitasi proses BAB
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi, Jika perlu

c. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat pada kebutuhan pasien, faktor-fakor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi. Setelah rencana
tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk
nyata, sebelum diterapkan kepada pasien terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada
pasien dan keluarga pasien agar tindakan yang akan diberikan dapat disetujui pasien dan
keluarga pasien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
masalah yang dihadapi pasien.

 Pre Op
1) Untuk diagnosis pertama
Diare berhubungan dengan iritasi, rencana tindakan yang dilakukan kepada pasien
yaitu mengidentifikasi penyebab diare, mengidentifikasi riwayat pemberian makanan,
memonitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, memonitor tanda dan gejala
hypovolemia (mis. takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit
turun, mukosa mulut kering, CRT melambat, BB menurun, memonitor jumlah
pengeluaran diare, memonitor keamanan penyiapan makanan, menganjurkan makanan
porsi kecil dan sering secara bertahap, menganjurkan menghindari makanan pembentuk
gas, pedas dan mengandung laktosa.
d. Evaluasi
 Pre Op
1) Diare berhubungan dengan iritasi sebagian teratasi karena pasien masih memakai
pampers/pembalut dan BAB pasien masih cair, BAB 3-4x/hari.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis belum teratasi karena benjolan
pada anus pasien masih terasa nyeri oleh pasien.
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan teratasi sebagian karena
sudah mulai bisa menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan rumah sakit, pasien masih
tampak lemah, dan BB juga belum ada kenaikan.
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri belum teratasi karena pasien masih
tampak sulit tidur karena nyeri, tampak disekitar 151 mata pasien hitam, pasien tampak
letih di siang harinya, pasien tampak sering menguap.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hemoroid merupakan jaringan jaringan normal yang dimiliki oleh semua orang , bila
hemoroid mengalami pelebaran dan infelemtasi pada pembuluh darah vena dianus dari
pleksus hemoroiddalis akan menyebabkan ketidak nyamanan yang mengganggu.
Meskipun hemoroid tidak mengancam jiwa ,tetati penyakit ini sangat berpotensi
mengurangi kualitas hidup seseorang.
Daftar pustaka

Nurarif.A.H. dan Kusuma.H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Deden Dermawan S.Kep, Ns dan Tutik Rahayuningsih S.Kep, Ns Keperawatan Medical Bedah
(Sistem Pencernaan). Goysen Publishing. Yogyakarta, 2010
Mathew Hoffman, Wiliam Legro. Bebas Dari Penyakit. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta,1996
Sukarmin, S.Kep., Ns. Keperawatan Pada Sistem Pencernaan. Pustaka Pelajar
Yogyakarta,2011.
Hariyono Rudi.Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Goysen Publishing.
Yogyakarta,2012

Anda mungkin juga menyukai